You are on page 1of 106

Membangun

Mewujudkan
Building
Public Trust
Building
Public Trust
Daftar Isi
Table of Contents
L a p o r a n T a h u n a n
A n n u a l R e p o r t
Pengantar dari Pimpinan
Foreword from the Commissioners
1. Sekilas Tentang KPK
A Brief Look at the KPK
2. Kondisi dan Strategi Pemberantasan Korupsi
Condition and Corruption Eradication Strategy
3. Pembangunan Kelembagaan
Capacity Building
4. Penindakan terhadap Tindak Pidana Korupsi
Repressive Actions against Corruption
5. Pencegahan
Preventive Actions
6. Penggalangan Keikutsertaan Masyarakat
Rallying Public Participation
7. Komitmen Masa Depan
Commitments for the future
8. Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2005
Financial Statements of 2005
9. Data Organisasi
Organization Data
kepastian hukum
keterbukaan
akuntabilitas
kepentingan umum
proporsionalitas
legal certainly
transparancy
accountability
public interest
proporsionality
Azaz Principles
Penggerak Perubahan Menuju Indonesia yang
Bebas Korupsi
A Driver to change towards a Corruption Free
Indonesia
Misi Mission
Mewujudkan Indonesia yang bebas
Korupsi
To Bring Indonesia Free from Corruption
Visi Vision
Salam anti korupsi,
Indonesia bebas korupsi. Harapan ini memang telah menjadi mimpi banyak anak
bangsa. Semenjak berdiri 29 Desember 2003, harapan rakyat banyak digantungkan
kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Salah satu buktinya adalah melonjaknya
jumlah pengaduan masyarakat tentang dugaan tindak pidana korupsi. Sebanyak 2.243
laporan diterima KPK sepanjang tahun 2004 dan lebih dari 7.300 laporan diterima tahun
2005.
Lonjakan angka laporan pengaduan masyarakat ini telah membuat kami, Pimpinan KPK,
tercengang. Alangkah tingginya harapan masyarakat terhadap kemampuan KPK untuk
menindak dan memberantas korupsi. Meski sungguh sangat disadari, kemampuan
KPK masih sangat terbatas dibandingkan realitas kondisi dan permasalahan korupsi di
Indonesia saat ini, untuk dapat merealisasikan harapan masyarakat tersebut.
In the spirit of anti-corruption,
Corruption-free Indonesia. This hope has been a dream of many people. Since its
establishment on 29 December 2003, public relies their hope on Corruption Eradication
Commission (KPK). It is proven from the mounting number of public complaints on
alleged corruption acts fled to KPK. KPK received 2,243 public complaints in 2004 and
over 7,300 in 2005 increased by 220.34% or 7,307 reports, bringing the total public
complaints received up to 9,555.
Those overwhelming public complaint reports hade made us, KPK Commissioners,
come to think. What a high hope that the public relies on KPKs ability in repressing and
eradicating corruption. Although it is admitted that, to be able to meet such a high
public expectation, KPKs ability is still indeed very limited given the reality and current
corruption issues in Indonesia
Pengantar dari Pimpinan
Foreword from the Commissioners
Di tahun kedua ini, KPK berupaya mendekati harapan masyarakat itu melalui aksi-aksi penindakan.
Meski sekali lagi, tentu hal itu belum memuaskan banyak pihak, terutama masyarakat pelapor
yang kerap tidak sabar untuk menanti laporan meraka segera ditindaklanjuti oleh KPK. Pimpinan
KPK, sungguh menyadari bahwa aksi penindakan merupakan salah satu upaya penting dalam
penegakan hokum di negeri ini yang sekaligus menjadi terapi kejut dan memberi efek jera bagi
pelaku tindak pidana korupsi. Namun, hal tersebut harus dibarengi dengan upaya kita bersama
melakukan pencegahan dan membangun budaya anti korupsi. Sebab, aksi penindakan tanpa
diikuti adanya upaya perbaikan yang dapat mencegah tindak pidana korupsi, mustahil akan bisa
membawa Indonesia menjadi lebih baik.
Perang melawan korupsi tidak akan efektif bila hanya lilin KPK saja yang menyala. Mari kita
nyalakan lilin kita semua, agar terang benderanglah Indonesia yang tenggelam oleh gelapnya
tabir korupsi.
In this second year, KPK is trying to realize the expectation through an avenue of repressive
actions. Although, once more, this step has not satisfed KPK stakeholders specilly those who fle
complaints and who are restlessly eager to fnd out how further their case is being followed up
by KPK. The Commissioners realize that the repressive action in one of the important efforts in
law enforcement in this country which at the same time serves as a shock therapy and creates
a deterrent effect to corruption criminals. Because, repressive actions without corrective actions
which can prevent corruption will not do any good to Indonesia.
The fght against corruption will not be effective if only the KPK lights up ist candle. Let us all light
our candles so the sinking Indonesia will be brighter and freed from the darkness of corruption.
Jakarta, Februari 2006
Pimpinan / Commissioners
Taufequrachman Ruki
Amien Sunaryadi
Sjahruddin Rasul
Tumpak Hatorangan Panggabean
Erry Riyana Hardjapamekas
Sekilas tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi
Corruption Eradication Commission of Glance
2
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
dibentuk berdasarkan Undang-Undang
No. 30 Tahun 2002, merupakan lembaga
negara yang dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya bersifat independent dan
bebas dari pengaruh kekuasaan manapun.
Pembentukan organisasi ini dilatarbelakangi
kebutuhan untuk melakukan pemberantasan
korupsi secara sistematis, mengingat tindak
pidana korupsi yang terjadi telah digolongkan
sebagai salah satu kejahatan luar biasa.
Tugas dan Kewenangan
Tugas KPK sebagaimana ditetapkan dalam
pasal 6 Undang-undang Nomor 30 Tahun
2002, adalah:
a. Koordinasi dengan instansi yang tindak
pidana korupsi;
b. Supervise terhadap instansi yang
berwenang melakuakan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
c. melakukan penyelidikan, penyidikan,
dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi;
d. mel akukan ti ndakan - ti ndakan
pencegahan tindak pidana korupsi; dan
e. melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan Negara.
Koordinasi
KPK melakukan koordinasi dengan Instansi
yang terkait dengan tugas pemberantasan
dan pencegahan tindak pidana korupsi
antara lain: Kejaksaan,
Sekilas tentang KPK
KPK at a Glance
The Corruption Eradication Commission (KP)
was formed under Law No. 30 of 2002, and is a
state agency that in the course of performing
its duties and authority is independent and
free from any infuences. The formation of
this organization was based on the need for
a systematic eradication of corruption, as
modern corruption in Indonesia has been
catalogued as an extraordinary crime.
Task and Authority
The tasks of the KPK as stated in article 6 of
Law No. 30 of 2002 are:
a. to coordinate with other institutions
authorized to eradicate corruption;
b. to supervise institutions authorized to
eradicate corruption;
c. t o per f or m pr ei nves t i gat i ons ,
investigations, and prosecutions against
corrupt acts;
d. to perform preventive actions against
corruptions; acts
e. to monitor state governance
Coordination
The KPK coordinates with institutions
related to the eradication and prevention of
corruption: the Attorney Generals
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
3
Kepolisian, Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP), Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Inspektorat Jenderal (Itjen),
dan Badan Pengawas Daerah (Bawasda).
Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK
berwenang:
mengkoordi nasi kan penyel i di kan,
penyidikan, dan penuntutan tindak
pidana korupsi;
menetapkan system pelaporan dalam
kegiatan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
meminta informasi tentang kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi
kepada instansi terkait;
melaksanakan dengar pendapat atau
pertemuan dengan instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi; dan
meminta laporan instansi terkait mengenai
pencegahan tindak pidana korupsi.
Supervisi
Dalam melakukan supervise, KPK melakukan
pengawasan, penelitian, atau penelaahan
terhadap instansi yang menjalankan tugas
dan wewenang di bidang pemberantasan
tindak pidana korupsi serta instansi yang
melaksanakan pelayanan public.
Berkaitan dengan pelaksanaan tugas
supervisi KPK dapat mengambil alih
penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku
tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan
oleh Kepolisian atau Kejaksaan, dengan alas
an:
laporan masyarakat mengenai tindak
pidana korupsi tidak ditindaklanjuti; proses
penanganan tindak pidana
Offce, Police, Financial Development and
Supervisory Board (BPKP), Supreme Audit
Board (BPK), The Inspectorate General
(Itjen), and The Regional Audit Agency
(Bawasda). In the course of performing its
duties of coordination, the KPK is authorized
to:
Coordinate pre-investigations,
investigations, and prosecutions against
corrupt acts;
Provide a reporting system to aid
corruption eradication;
Request information on corruption
eradicating activities from relevant
institutions;
Conduct opinion hearings or meeting
with institutions authorized to eradicate
corruption; and
Request reports from relevant institutions
regarding the prevention of corrupt acts.
Supervision
When the KPK engages in supervisory
activities, it conducts surveillance, research,
or studies on institutions authorized to
eradicate corruption as well as institutions
dealing in public services.
In its supervising duty, the KPK can take
over on-going
4
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
Korupsi secara berlarut-larut atau
tertunda-tunda tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan;
Penanganan tindak pidana korupsi
ditujukan untuk melindungi pelaku tindak
pidana korupsi yang sesungguhnya;
Penanganan tindak pidana korupsi
mengandung unsur korupsi;
Hambatan penanganan tindak pidana
korupsi karena campur tangan dari
eksekutif, yudikatif, atau legislative; atau
Keadaan lain yang menurut
pertimbangan kepolisian atau kejaksaan,
penanganan tindak pidana korupsi sulit
dilaksanakan secara baik dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Penyel i di kan, Penyi di kan dan
Penuntutan
KPK berwenang melakukan penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan tindak pidana
korupsi yang:
Melibatkan aparat penegak hokum,
penyelenggara Negara, dan orang lain
yang ada kaitannya dengan tindak pidana
korupsi yang dilakukan oleh aparat
penegak hokum atau penyelenggara
Negara;
Mendapat perhatian yang meresahkan
masyarakat; dan/atau
Menyangkut kerugian Negara paling
sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah)
Pencegahan
Dalam tugas pencegahan, KPK berwenang
melaksanakan langkah atau upaya
pencegahan sebagai berikut:
Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan
terhadap laporan harta kekayaan
penyelenggara Negara;
Investigations or prosecutions conducted
by the Police or the Attorney General Offce
against a corruptor subject to the following
conditions:
A public report concerning a corrupt acts
is not acted upon;
The handling of a corruption case is
continued or delayed for too long without
suffcient reason;
The handling of a corruption case is
biased in favor of the perpetrator;
The handling of the corruption case is
stained with corrupt elements;
Obstructions to the handling of a
corruption case due to executive,
judicative, or legislative intervention; or
Other circumstances that according to
the Police or the Attorney General Offce,
have rendered it impossible for either
of them to handle the case well and
responsibly.
Pre-Investigation, Investigation and
Prosecution
The KPK is authorized to conduct Pre-
Investigation, Investigation and Prosecution
against corruption cases that:
Involve law enforcers, state offcials, and
other individuals connected to corrupt
acts perpetrated bay law enforcers or
state offcials;
Have generated signifcant public
concern; and/or
Have cost a loss to the State at least Rp
1,000,000,000 (one billion Rupiah).
Prevention
With regards to the prevention of corruption,
the KPK is authorized to conduct the following
preventive measures or efforts:
5
menerima laporan dan menetapkan
status gratifkasi;
menyelenggarakan program pendidikan
antikorupsi pada setiap jenjang
pendidikan;
merancang dan mendorong terlaksananya
program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi;
melaksanakan kampanye antikorupsi
kepada masyarakat umum;
melakukan kerja sama bilateral atau
multilateral dalam pemberantasan tindak
pidana korupsi.
Monitoring
Dalam hal melakukan tugas monitoring,
KPK berwenang melakukan pengkajian
terhadap sistem pengelolaan administrasi
di semua lembaga negara dan pemerintah
serta memberikan saran perbaikan jika pada
sistem pengelolaan administrasi tersebut
ditemui adanya potensi korupsi.
Organisasi
Berdasarkan pasal 21 Undang-undang
Nomor 30 Tahun 2002 yang dilaksanakan
melalui Surat Keputusan Pimpinan KPK
Nomor 7 Tahun 2004, Organisasi Komisi
Pemberantasan Korupsi terdiri dari:
Pimpinan yang terdiri dari seorang Ketua
merangkap Anggota; dan 4 (empat)
orang Wakil Ketua merangkap Anggota;
Tim Penasihat terdiri dari 4 (empat)
orang;
Deputi Bidang Pencegahan yang
terdiri dari: Direktorat Pendaftaran dan
Pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara; Direktorat
Gratifkasi; Direktorat Pendidikan dan
Pelayanan Masyarakat; dan Direktorat
Penelitian dan Pengembangan
Deputi Bidang Penindakan yang terdiri
dari: Direktorat Penyelidikan; Direktorat
Penyidikan; dan Direktorat Penuntutan.
Perform registry and examinations on the
wealth report of state offcials;
Receive graft reports and decide on their
status;
Arrange anti-corruption education
programs at all levels of education;
Design and promote the execution of
corruption eradication socialization
programs;
Conduct anti-corruption campaigns for
the beneft of the public;
Cooperate bilaterally and multilaterally in
eradicating corruption.
Monitoring
When the KPK engages in monitoring, it
is authorized to conduct studies on the
administration management systems of all
State and government agencies, as well as
suggest methods of improvement should the
potential for corruption be found in such a
system.
Organization
According to article 21 of Law No. 30 of 2002,
which was executed through a Decision of
the KPK Commissioners No. 7 of 2004, the
KPK Organization is composed thusly:
The Commissioners, a Chairman and
member of the Commissioners, and
four Vice-chairman and members of the
Commissioners;
The Advisory Team composed of four
individuals;
The Deputy of Prevention is composed
of: the Directorate of Registry and
Examination of the Wealth Reports of
Government Offcials; the Directorate of
Graft; the Directorate of Public Education
and Service; the Directorate of Research
and Development
The Deputy of Repression is composed
of: the Directorate of Pre-investigations;
the Directorate of Investigations; and the
Directorate of Prosecutions.
6
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
Deputi Bidang Informasi dan Data
yang terdiri dari: Direktorat Pengolahan
Informasi dan Data; Direktorat Pembinaan
Jaringan Kerja Antar Komisi dan Instansi;
dan Direktorat Monitoring.
Deputi Bidang Pengawasan Internal dan
Pengaduan Masyarakat yang terdiri dari:
Direktorat Pengawasan Internal; dan
Direktorat Pengaduan Masyarakat.
Sekretariat Jenderal yang terdiri dari: Biro
Perencanaan dan Keuangan; Biro Umum;
dan Biro Sumber Daya Manusia.
The Deputy of Information and Data is
composed of: the Directorate of Information
and Data Processing; the Directorate
of the Cultivation of Networks between
Commissions and Agencies; and the
Directorate of Monitoring.
The Deputy of Internal Affairs and Public
Complaints is composed of: the Directorate
of Internal Monitoring; and the Directorate
of Public Complaints.
The Secretary General is composed of: the
Bureau of Planning and Finance; the Bureau
of General Affairs; and the Bureau of Human
Resources
7
Struktur Organisasi KPK
Organization Chart
Kondisi dan Strategi
Pemberantasan Korupsi
Condition and Strategy of Corruption
Eradidacion
10
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
Kondisi dan Strategi Pemberantasan Korupsi
Condition and Strategy of Corruption Eradication
Kebangkitan Anti Korupsi
Tahun 2005 publik dicengangkan oleh aksi-
aksi penindakan terhadap korupsi. Tak
tanggung-tanggung, mulai dari gubernur,
bupati, walikota, Ketua DPRD, Direksi BUMN,
hingga jenderal polisi pun ditindak untuk
mempertanggungjawabkan praktik-praktik
koruptif yang diduga ataupun telah terbukti
mereka lakukan. Media massapun tak
pernah kehabisan bahan pemberitaan untuk
mewartakan aksi-aksi penindakan lembaga-
lembaga penegak hokum tersebut.
Kita menyaksikan bahwa lembaga-lembaga
yang berwenang melakukan pemberantasan
korupsi telah melakukan gebrakan-gebrakan
yang lebih signifkan dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya. Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) semakin menunjukkan
eksistensinya sebagai katalisator
pemberantasan korupsi dan perbaikan
birokrasi, Tim Koordinasi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (Timtas Tipikor)
cukup bertaji diawal-awal pembentukannya
dengan menyidik dan menuntut beberapa
perkara yang melibatkan pejabat atau
mantan pejabat dan Kepolisian-pun tak
mau
The emerging of Anti-corruption
In 2005 the public was surprised by an avenue
of corruption repressions. From Governor,
Regent, Mayor, Chairman of the Lower House
of Representatives, Board of Directors of
State-Owned Enterprises to National Police
Generals were forced to be accountable for
the corrupt practices they commited. News
on repressive actions against these law
enforcers has never exhausted the media.
Unlike previous years, we now see that
institutions whose domain is to fght
corruption also start to make surprising
actions against corruption. Thus the
Corruption Eradication Commission (KPK)
continues to prove its existence as a catalys
of corruption eradication and governance
reform. In its early birth, the Coordination
Team for Corruption Eradication (Timtas
Tipikor) too has the spur to investigate and
prosecute several cases involving existing
and former state offcials. The National
Police is no less enthusiastic in giving shock
therapy which is focused on internal reform.
Surprising movements from Timtas Tipikor
and
11
Ketinggalan memberikan terapi-terapi kejut
yang difokuskan pada perbaikan Internal.
Gebrakan-gebrakan yang dilakukan Timtas
Tipikor dan Kepolisian tak lepas dari
dukungan Presiden yang memberikan ijin
pemeriksaan terhadap puluhan Gubernur,
Walikota, Bupati dan anggota legislative
tingkat pusat hingga daerah yang diduga
melakukan tindak pidana korupsi.
Pendapat yang menyatakan bahwa pejabat
tinggi dan mantan-mantan pejabat adalah
kebal hokum rasanya perlu dikaji kembali.
Vonis bersalah yang dijatuhkan terhadap
seorang Gubernur aktif, terungkapnya
korupsi di KPU yang melibatkan beberapa
anggotanya, disidangkannya mantan Menteri
Agama beserta Sekretaris Jenderalnya,
dan ditahannya mantan Ketua BKPM
menggugurkan pendapat tersebut karena
mereka tetap dijerat hokum meskipun public
mengenalnya sebagai pejabat tinggi dan
mantan pejabat tinggi.
Hal menggembirakan lainnya adalah
meningkat tajamnya tingkat partisipasi
masyarakat. Ada 2 (dua) hal yang menjadi
indicator, yaitu: pertama, meningkat
tajamnya partisipasi masyarakat dalam
menyampaikan laporan dugaan terjadinya
tindak pidana korupsi. Selama tahun 2005,
KPK
The National Police could not be set
apart from the Presidents support i.e. by
giving permission to investigate dozens of
Governors, Mayors, Regents members of
central dan regional legislative bodies alleged
to have commited corruption.
Opinions saying that high rank state offcials
and former state offcials are legally immune
need further study. Guilty verdict for active
Governor, the revealing of corruption in
KPU involving several KPU members, the
trial of former Minister for Religius Affairs
along with his former Secretary General
and the arresting of former Chief of BKPM
(Investment Coordinating Board) undermine
those opinions although the public know
these fgures as high rank state offcials and
former high rank state offcials.
Another enlightenment is the dramatic
increase of public participation. There
are two (2) indicators: frst, the dramatic
increase of public participation in reporting
alleged corruption acts. During 2005, KPK
received 7,307 complaints which increased
by 220.34% compared to previous years
2,243 complaints. Secondly, the signifcant
12
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
Menerima laporan masyarakat sebanyak
7.307 laporan yang meningkat pesat
sebesar 220,34 persen dibandingkan tahun
sebelumnya yang hanya sebanyak 4.243;
kedua, meningkat tajamnya partisipasi
masyarakat dalam membongkar tindak
pidana korupsi. Hal ini terlihat jelas dalam
kasus tertangkap tangannya Sdr. Mulyana
W. Kusuma yang menyuap seorang Auditor
BPK dan penyuapan di Mahkamah Agung.
Ini menunjukkan bahwa masyarakat
telah jemu dengan kondisi selama ini dan
menginginkan perubahan yang berarti,
sehingga dengan suka rela memberikan
informasi bahkan bekerja sama dengan KPK
untuk mengungkap korupsi.
Catatan positif lainnya adalah pemberantasan
korupsi saat ini mulai diikuti dengan upaya-
upaya pencegahan yang intensif. Berbeda
dengan lembaga-lembaga terdahulu, seperti
Operasi Militer (1957), Tim Pemberantasan
Korupsi (1967), hingga Komisi Pemeriksaan
Kekayaan Penyelenggara Negara (1999)
dan Tim Gabungan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (2000), yang kurang fokus
pada upaya pencegahan. Saat ini, melalui
koordinasi dan supervisi KPK, upaya represif
dan upaya preventif mulai berjalan beriringan.
KPK, misalnya, tidak hanya melakukan
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan
tetapi juga memberikan rekomendasi kepada
Presiden mengenai langkah-langkah nyata
reformasi dibidang birokrasi (civil service
reform) dan juga kepada Mahkamah Agung
mengenai reformasi peradilan (judiciary
apparatus reform). Tak cukup dengan
itu, KPK juga mengenalkan konsep island
of integrity (daerah-daerah percontohan
sebagai daerah yang bebas korupsi),
Increase of public participation in
disclosing corruption act. It is expressed
from the redhanded capture of Mulyana
W. Kusuma who tried to bribe a BPK (the
State Auditor) Auditor and briberies in
the Supreme Court. This indicates that
the public had been so overwhelmed
by the current conditions and expects
a radical change that they voluntarily
tip off and even work together with
KPK to disclose corruption cases.
Another positive point is the on-going
corruption fght is also followed by
intensive prevention efforts. Compared
to
Other previous institutions, such as
the Military Operation (1957), The
Corruption Eradication Team (1967),
and last the Commission for the
Appraisal of the Wealth of Government
Executives (KPKPN) and the Joint
Commission for Corruption Eradication
(2000), which were not focused on
prevention efforts, now, through
coordination and supervision by KPK,
repressive and preventive measures are
running in parallel. KPK, for instance
does not only conduct pre-investigation,
investigation and prosecution, but it
also provides recommendations to the
President on the
13
Serta mengkaji dan memberikan rekomendasi
terhadap sistem pengelolaan, administrasi
di lembaga Negara dan pemerintahan yang
terkait dengan pelayanan public, misalnya
di Badan pertanahan Nasional, Kantor Pajak
dan Kantor Imigrasi.
Semua faktor-faktor tersebut memberikan
dampak pada tumbuhnya optimisme
masyarakat bahwa pemberantasan korupsi
di Indonesia bukanlah sebuah utopia,
namun ia adalah mimpi yang pasti terjadi
seandainya ada komitmen bersama bahwa
korupsi merupakan musuh yang harus
diperangi bersama.
Kalangan pebisnis dan dunia internasional
juga menyikapi positif hal tersebut. Ini dilihat
dari membaiknya Indeks Persepsi Korupsi
Indonesia yang didasarkan pada hasil
survey Transparency International Indonesia
dari 2,0 pada tahun 2004 menjadi 2,2 pada
tahun 2005. Meskipun prosentasenya tidak
terlalu signifkan, namun ini menunjukkan
bahwa upaya pemberantasan korupsi sudah
melangkah maju meskipun masih tertinggal
dibandingkan dengan negara-negara lain.
Dengan kepercayaan tersebut, kita berharap
agar kepercayaan investor asing untuk
untuk menanamkan modalnya di Indonesia
pulih kembali, sehingga pembangunan
berkelanjutan dapat terus dilangsungkan
dan Indonesia lepas dari hantaman badai
krisis ekonomi dan moneter yang menerjang
8 (delapan) tahun lalu.
Concrete steps in civil service reform
and as well as to the Supreme Court on
the judiciary apparatus reform. KPK also
introduces the concept of Island of Integrity
(model corruption-free regions), studies and
offers recommendations on administration
management system in state institutions
and government institutions dealing with
public services, such as the BPN (National
Land Agency), Tax Offce and Immigration
Offce.
All of those factors impose impacts an
mounting public optimism that fghting
against corruption in Indonesia is not a
utopia, but it will be a dream comes true if
there is a shared commitment that corruption
is a common enemy to fght for together.
14
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
Namun, evaluasi pemberantasan korupsi di
tahun 2005 juga melahirkan catatan-catatan
negative. Gagalnya eksekusi vonis pengadilan
karena kaburnya koruptor ke luar negeri
masih jadi tontonan bagi publik Indonesia.
Ini menunjukkan belum adanya sistem
yang terpadu pada birokrasi di Indonesia,
misalnya antara Kepolisian dan Kejaksaan
dengan petugas imigrasi di Bandara ataupun
pelabuhan.
Minimnya pengembalian aset hasil korupsi
juga menjadi bagian yang perlu dievaluasi
secara khusus. Dalam strategi pemberantasan
korupsi, selain pemidanaan terhadap para
pelakunya, maka pengembalian aset hasil
korupsi juga harus dilaksanakan agar
menimbulkan efek deterrent (efek jera)
yang meluas. Faktanya, masih sedikit sekali
aset hasil korupsi yang dapat dikembalikan
pada keuangan negara dibandingkan
akumulasi kerugian negara yang ditetapkan
oleh pengadilan. Banyak hal yang menjadi
penyebabnya tetapi salah satunya adalah
ketidakmampuan aparat penegak hokum
untuk menelusuri aset- aset para koruptor
(asset tracing) yang sudah bermetamorfosa
melalui berbagai transaksi keuangan dan
perbankan. Oleh karenanya perlu dilakukan
peningkatan pengetahuan bagi aparat
penegak hokum terkait dengan transaksi-
transaksi keuangan dan perbankan serta
dibangunnya kerja sama yang erat dengan
lembaga-lembaga lain, seperti PPATK.
Catatan lainnya adalah belum terlindunginya
pelapor dan saksi karena belum adanya
aturan main yang jelas berupa Undang-
Undang Perlindungan Saksi. Akibatnya
aparat penegak hukum memiliki persepsi
berbeda yang berbeda-beda mengenai
perlindungan saksi. Padahal terdapat
Businessman and the international world too
respond positively to that fact. Indonesian
Corruption Pesception Index based on
Transparency International Indonesia
survey improved from 2.00 in 2004 to 2,2
in 2005. Although the percentage is not
signifcant, but is shows that the corruption
eradication efforts have taken a milestones
even compared to other countries we are
still behind. With such a trust, we hope that
we can regain foreign investors confdence
to invest again in Indonesia, so there is a
sustainable development in Indonesia and
Indonesia can be freed from the economic
and monetary crisis that hit us 8 years ago.
But, evaluation on corruption eradication
in 2005 also presents negatives notes.
Failures to execute court verdicts due to the
feeing of corruptors to overseas have been
Indonesias daily consumption. This shows
that Indonesia is yet to have an integrated
bureaucracy system, for example, between
The National Police and Public Prosecutors
with the immigration offcers both in airports
and seaports.
The limited recovery of assets from
corruption proceeds is another homework.
In eradicating corruption, apart from the
conviction for the corruptors, the recovery of
asset from the corruption proceeds is yet to
be executed to create a deterrent effect. The
fact being that the amount of asset recovery
against the accumulated loss to the state
judged by courts is still very small. This is
attributed to many reasons but one of which
is the incompetence of law enforcers to trace
corruptors assets which have gone through
a number of placements through fnancial
and banking transactions. This calls for
15
Resiko besar yang mengancam diri para Saksi
dan Pelapor, baik ancaman terhadap karir
maupun keselamatan diri dan keluarganya.
Oleh karenanya, Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) harus segera mengesahkan undang-
undang tersebut agar terdapatkepastian
hokum mengenai mekanisme perlindungan
Pelapor dan Saksi.
Peraturan perundang-undangan yang
bertentangan satu sama lain juga menjadi
faktor yang menghambat pemberantasan
korupsi. Perlunya ijin khusus bagi pejabat
tertentu dilingkungan eksekutif dan legislatif
untuk diperiksa sebagai saksi ataupun
tersangka dirasakan sangat menghambat
pemberantasan korupsi. Oleh karenanya,
perlu harmonisasi berbagai perangkat
peraturan perundang-undangan untuk
menghilangkan hambatan-hambatan
tersebut.
Hal lain yang patut disayangkan adalah
upaya represif yang menunjukkan titik positif
ternyata belum dijadikan momentum oleh
pejabat dan aparat birokrasi bagi perbaikan
birokrasi secara menyeluruh. Saat ini, hampir
semua instansi dan pejabat birokrasi tetap
diam atau menjadi penonton yang pandai
bergumam, bersorak ataupun bertepuk
tangan tanpa berbuat apapun untuk terjun ke
arena permainan. Kondisi ini akan membuat
kita akan terus berkutat pada masalah yang
sama karena tak banyak perubahan yang
dilakukan. Oleh karenanya perlu kesadaran
bersama dari seluruh jajaran birokrasi bahwa
pemberantasan korupsi tidak akan berhasil
tanpa diiringi perubahan sikap, mental dan
attitude seluruh jajaran birokrasi.
Enhancement of knowledge in fnancial and
banking transactions and close relationship
with others institutions such as PPATK
(Indonesian Financial Transaction Reports
and Analysis Center INTRAC).
Another note is that whistleblowers and
witnesses are not protected as there
is not any clear regulation i.e. Witness
Protection Law. The consequence is that
law enforcers have different perception of
the witness protection. Indeed Witnesses
and Whistleblowers are exposed to big risks
i.e. threats to their career or the safety of
their family. Therefore, DPR (the House of
Representative) must urgently pass the
witness protection bill so there will be
A illegal certainly for Whistleblowers and
witness protection mechanism.
Laws and regulations that confict with one
another are another obstacle in eradicating
corruption. The special permission needed
to ask certain offcials within the executive
and legislative bodies to be questioned as
witness or suspect is also felt as a constraint
in eradicating corruption. Therefore,
various laws and regulations needed to be
harmonized to eliminate these obstacles.
16
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
Tak kalah pentingnya adalah adanya upaya-
upaya yang dilakukan oleh para koruptor atau
kroni-kroninya untuk selalu menghambat
pemberantasan korupsi atau yang sering
disebut sebagai corruptor fghts back
yang sering kali menyerang pribadi-pribadi
penegak hokum. Masyarakat yang dipicu
oleh pemberitaan media massa sering kali tak
menyadari hal tersebut bahkan cenderung
meng-amini-nya, sehingga Penegak Hukum
merasa ter-alienasi dalam pergaulan social
karena dianggap sok bersih, sok suci
atau hujatan-hujatan senada lainnya.
Catatan-catatan singkat tersebut
menunjukan bahwa masih banyak pekerjaan
rumah yang harus diselesaikan. KPK sebagai
lembaga yang diharapkan menjadi katalisator
pemberantasan korupsi tentu akan terus
melanjutkan upaya-upayanya secara lebih
intensif, agresif, professional, dengan
menghormati due process of law, sehingga
korupsi yang terjadi secara sistemik dan
sikap permisif yang masif yang terakumulasi
selama bertahun-tahun dapat diberantas
atau setidak-tidaknya diminimalisir.
Strategi Pemberantasan Korupsi
Teori-teori kriminologi yang menyatakan
bahwa hanya oleh masyarakat miskin saja
kejahatan mudah terjadi, rasanya perlu
dikaji kembali karena saat ini banyak sekali
kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh
orang-orang yang berpendidikan, memiliki
posisi tinggi dan memiliki kewenangan,
sehingga mereka dengan leluasa
menyalahgunakan kewenangan kewenangan
yang dimilikinya untuk kepentingan pribadi.
Inilah yang kemudian dikenal sebagai
kejahatan kerah putih (white collar crime).
Another sad issue is that the repressive
efforts that lead to a positive point have not
been taken as a momentum for a total civil
service reform by the elite and bureaucrats.
At this moment, almost all institutions and
bureaucrats stay still as spectators good at
humming, cheering up or applaudingwithout
doing anything to participate in the game.
This condition will not solve the problem
as there is not much change. Therefore a
collective sense of awareness is needed from
all bureaucrats that corruption eradication
will not succeed unless complemented by
change in bureaucratsbehavior, mentality
and attitude.
When equally important is that there are
efforts by the corruptors and their cronies
to undermine corruption eradication or
more known as corruptor fght back which
attacks law enforcers and individuals. The
news-driven public often do not realize such
situation, if not agree to it, so law enforcers
feel alienated from social relationship and
perceived as fake saint or other names.
These brief notes indicate that there is yet
a plenty of homework to be done. KPK as
a supreme body expected to be a catalyst
in eradicating corruption must strive to
continue its effort in a more intensive,
aggressive, professional manner by honoring
the due process of law so the systematic
corruption and the massive permissive
attitude accumulated over these years
can be eradicated or at the very least be
minimized.
Corruption Eradication Strategy
Crimibology theories suggesting that only
the poor commit crimes needs to be revisited
because at the present time there are many
crimes committed by well educated people,
holding high position and authority giving
them the freedom to abuse their power
for their own interest. This is what is then
known as white collar crime.
17
Berbeda dengan kejahatan-kejahatan biasa
yang tidak menimbulkan dampak terlalu
besar bagi masyarakat, white collar crime
seringkali menimbulkan dampak yang sangat
luas, bahkan khusus terhadap kejahatan
korupsi sudah dikategorikan sebagai
kejahatan yang luar biasa karena tidak saja
merupakan pelanggaran terhadap hak-hak
social dan ekonomi masyarakat, sehingga
upaya-upaya untuk memberantasnyapun
perlu dilakukan secara luar biasa.
Dengan kondisi tersebut, adalah lumrah
apabila masyarakat mengharapkan
ditegakkannya keadilan dengan jalan
dilakukannya penindakan terhadap para
pelaku kejahatan korupsi. Untuk menjawab
hal tersebut, maka dibentuklah KPK dengan
tujuan untuk lebih meningkatkan daya guna
dan hasil guna upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi di Indonesia.
Sejak awal berdirinya, KPK dituntut untuk
memenuhi harapan masyarakat melalui
upaya penindakan yang keras dan tegas
terhadap para koruptor, namun efektif,
efsien, dan tetap menghormati due process
of law. Untuk memenuhi harapan tersebut,
KPK harus melakukan pemberantasan
korupsi secara efektif dan efsien melalui
strategi pemberantasan korupsi yang
merupakan penjabaran dari amanah
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 serta
berdasarkan pembelajaran dari pengalaman
usaha pemberantasan korupsi yang pernah
dilakukan pemerintah RI sebelumnya serta
pengalaman negara lain yang telah berhasil
menurunkan tingkat korupsinya secara
signifkan yang disesuaikan dengan profl
korupsi di Indonesia dan faktor spesifk lain
yang mempengaruhinya.
Unlike ordinary crime which does not give
signifcant impacts to the society, white
collar crime often gives a magnitude of
impacts. Corruption is now even categorized
as an extraordinary crime because not only
it causes loss to the state fnance but it also
violates the communitys social and economic
rights. Therefore, its eradication needs an
extraordinary measure.
Given the above condition, it is only fair
that people expect that justice be served
by repressing corruption criminals. KPK is
established to respond to this challenge
as well as to improve the effectiveness
and effciency of Indonesias corruption
eradication measures.
Since its early establishment, KPK is demanded
to meet public expectation through frm and
strict repressive measures but yet effective,
effcient and honoring the due process of law
against corruptors. To meet such a demand,
KPK must to the corruption eradication in
a effective and effcient manner through
a corruption eradication strategy which is
drawn from Law No. 30 of 2002 and based
on lessons learned from Indonesias past
experience in fghting corruption and best
practices from foreign countries who have
been signifcantly successful in lowering
their corruption level. The best practices are
then adjusted to ft with Indonesian. The
best practices are then adjusted to ft with
Indonesia. The strategy is set out based on
the following considerations:
1B
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam
perumusan strategi tersebut antara lain:
Strategi yang komprehensif yang mencakup
upaya penindakan dan pencegahan;
Keterlibatan seluruh elemen bangsa baik
sektor publik, sektor swasta dan masyarakat
sipil;
Profesionalisme sumber daya manusia;
Penguatan peraturan perundangan yang
mendukung;
Transparansi dan akuntabilitas publik, dan
evaluasi pelaksanaan secara berkala disertai
penyesuaian yang diperlukan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut,
untuk merealisasikan visi dan misinya, KPK
merumuskan strategi pemberantasan korupsi
yang mencakup empat bidang utama, yaitu:
1. Bidang Pembangunan Kelembagaan;
2. Bidang Pencegahan;
3. Bidang Penindakan; dan
4. Bidang Penggalangan Keikutsertaan
Masyarakat.
Strategy is set out based on the following
considerations:
Comprehensive strategy including
prosecution and prevention measures;
Involvement of all nation elements both in
public and private sectors as well as the
community;
Professionalism of human resources;
Improvement of supporting laws and
regulations;
Public transparency and accountability;
Periodic evaluation of implementation and
necessary adjustment;
Pursuant to the above considerations, to be
able to realize its vision and mission, KPK
formulates its corruption eradication strategy
which covers four main felds:
1. Institutional building;
2. Prevention
3. Repression;
4. Rallying public participation.
Pembangunan Kelembagaan
Institutional Building
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
20
Pembangunan Kelembagaan
Institutional Building
Sasaran terbentuknya organisasi KPK yang
profesional dan menerapkan prinsip-prinsip
good governance merupakan sasaran
jangka pendek yang harus segera terwujud.
Pembentukan organisasi ini meliputi struktur
organisasi, personil, penyusunan metode
dan prosedur kerja, penyiapan sarana dan
prasarana kerja serta berbagai kelengkapan
organisasi lainnya, di atas landasan budaya
kerja, perilaku organisasi modern, dan nilai-
nilai bermartabat.
Untuk mendukung pembangunan
kelembagaan KPK yang saat ini masih
terkendala oleh minimnya jumlah sumber
daya manusia dan keterbatasan fasilitas
penunjang, seperti gedung, perangkat
komputer, dan alat-alat pendukung
penyidikan, maka KPK telah melaksanakan
beberapa kegiatan dalam rangka implementasi
strategi ini, antara lain : pengembangan
manajemen sumber daya manusia, efsiensi
dan efektivitas pengelolaan keuangan,
peningkatan dukungan infrastruktur,
peralatan dan teknologi serta penguatan
peraturan pendukung kegiatan.
The goal of forming the KPK as a professional
organization which applies good governance
principles is a short term goal that must
be swiftly realized. The formation of this
organization includes the development of its
organization structure, personnel, preparation
of operating methods and procedures,
preparation of operating facilities and
infrastructure as well as other organizational
necessities, upon a foundation of organization
culture, modern organizational behavior, and
dignifed values.
To support the KPKs institutional building
which still faces human resource constraint
and limited supporting facilities such as
building, computer equipment and other
investigation supporting equipments, KPK
has conducted a number of activities in
line with this strategy which among others
includes development of human resources
management; effectiveness and effciency
of fnancial management; improvement of
infrastructure, equipment and technology
supports and strengthening supporting laws
and regulations.
21
Pengembangan menejemen SDM
Pasal 24 ayat (2) UU No 30 Tahun 2002
tentang KPK menetapkan bahwa pegawai
KPK diangkat berdasarkan keahliannya.
Oleh karena itu, perlu ditetapkan sebuah
Peraturan Pemerintah yang mengatur
tentang system manajemen SDM KPK yang
berbasis pada kompetensi dan kinerja guna
mendukung pencapaian tujuan-tujuan KPK.
Setelah menunggu selama 2 (dua) tahun,
akhirnya pada tanggal 22 Desember 2005
telah diundangkan Peraturan
Pemerintah No 63 Tahun 2005 tentang
Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia
KPK yang menjadi landasan kuat bagi KPK
untuk menetapkan parameter penilaian
dan pengukuran kinerja sebagai dasar
dalam menetapkan pelaksanaan rekrutman
dan seleksi, diklat, pengembangan SDM,
manajemen kinerja serta kompensasi. Untuk
menerapkan manajemen berbasis kinerja,
parameter-parameter yang terukur harus
dapat diterapkan, sehingga pengkajian untuk
mendukung upaya tersebut terus dilakukan,
antara lain:
Human Resources Management
Article 24 verse (2) law No.30 of 2002 on KPK
states that employees of KPK are appointed
by its expertise. So therefore it needs a
Government Regulation to govern the
competency-based and performance-based
human resources management system of
KPK in order to support achievement of KPK
goals.
After 2 years of waiting, fnally on 22
December 2005 Government Regulation
No. 63 of 2005 on KPK Human Resources
Management is fnally enacted making it a
strong foundation for KPK to set its assessment
parameter and performance measurement
as the basis for recruitment and selection,
training and development, performance
management and compensation.
To implement performance-based
management, measurable parameters must
be set, so there is a continuous review to
support the method, such as:
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
22
Pembuatan Kode Etik Pegawai yang
diharapkan dapat diberlakukan secara
efektif pada awal bulan Januari 2006.
Kode Etik ini dimaksudkan untuk
memberikan aturan yang tegas mengenai
hak-hak dan kewajiban KPK dan pegawai
KPK serta mengatur juga aturan-aturan
yang baku apabila terjadi penyimpangan-
penyimpangan jabatan yang dilakukan
oleh KPK;
Melakukan analisis jabatan agar diperoleh
pemetaan yang tepat jabatan beserta
tugas dan tanggungjawab yang diemban
oleh suatu jabatan tertentu;
Pengembangan sistem pemantauan
kinerja pegawai, antara lain, melalui
laporan kegian (time sheet) dan absensi
elektronik.

Hal lain yang menjadi perhatian Pimpinan
KPK adalah upaya untuk mempertahankan
dan meningkatkan kinerja pegawai KPK
yang salah satunya melalui keinginan untuk
menciptakan keseimbangan antara beban
pekerjaan dengan jumlah pesonil yang
tersedia.
Saat ini, masyarakat menaruh harapan
yang besar kepada KPK. Gebrakan-
gebrakan KPK dibidang penindakan
mampu membangkitkan sedikit optimisme
masyarakat bahwa pemberantasan korupsi di
Indonesia bukanlah sebuah otopia dan KPK
diyakini mampu menjadi motor perubahan
dalam pemberantasan korupsi. Salah satu
indikasinya adalah tingginya jumlah laporan
yang
Employee Code of Ethics which is
expected to take effect in early January
2006. The main objective of the code
ethics is to give frm rules about KPK and
its employees rights and obligations and
to stipulate standard regulations in case
of industrial defaults by KPK.
Job analysis to produce correct mapping
of job titles including the duties and
responsibilities that job titles hold
Development of employee performance
monitoring system using timesheet and
electronic attendance device.
Another issue which concerns KPK
Commissioners is how to maintain and
improve employee performance i.e. balance
between work load and available human
resources. The public is raising very high
hopes on KPK. KPK actions in the repression
side give a slight optimism to the public and
send a message that fghting Indonesias
corruption is not another utopia. People
believe that KPK can be a change driver in
corruption eradication. Some of the indicators
are the high number of complaints which
reach over 9,588, the number of requests
for socialization of corruption
23
diterima oleh KPK yang mencapai lebih
dari 9.588 buah dan besarnya permintaan
masyarakat agar KPK melakukan sosialisasi
pemberantasan korupsi ke berbagai daerah
serta mengambil alih perkara-perkara tidak
pidana korupsi yang sedang ditangani oleh
kepolisian atau kejaksaan.
Dengan hanya sekitar 150 orang
pegawai, dirasakan mustahil bagi KPK
untuk melaksanakan seluruh tugas dan
kewenangannya secara optimal. Oleh
karenanya, kondisi tersebut memaksa KPK
untuk memperbesar organisasinya dengan
merekrut pegawai-pegawai baru.
Dalam melakukan rekrutmen, Pimpinan KPK
secara khusus memberikan arahan bahwa
proses rekrutmen harus dilakukan secara
transparan, profesional dan bebas dari
kolusi, korupsi dan nepotisme, sehingga
dapat direkrut pegawai-pegawai yang
memiliki kompetensi serta berintegritas
tinggi. Oleh karenanya, proses rekrutmen
tidak dilakukan sendiri oleh KPK melainkan
dilakukan oleh Konsultan SDM yang terpilih
setelah melalui tender secara terbuka. Sangat
menggembirakan! Animo masyarakat untuk
bergabung bersama KPK untuk memberantas
korupsi sangat besar. Jumlah aplikasi yang
diterima KPK mencapai lebih dari 14.000, dan
banyak dari pendaftar merupakan kalangan
profesional yang bersedia meninggalkan
jabatan-jabatan strategis yang telah mereka
duduki. Ini semakin menunjukkan bahwa
semangat untuk memberantas korupsi telah
meluas kesemua golongan.
eradication in regions and the requests for
take-over of cases being handled by the
Police or Attorney General Offce.
With only 150 personnel it was almost
impossible for KPK to optimally conduct its
duties and authorities. This indeed forced
KPK to expand its organization by recruiting
new employees.
KPK Commissioners give a special directive
that the recruitment process must be
t r a n s p a r e n t , p r o f e s s i o n a l a n d
free from collusion, corruption and nepotism,
so the new recruits consist of those with
competence and integrity. The recruitment
was outsourced to a human resource
consultant selected through an open tender
process. Very encouraging! The enthusiasm
to join KPK in fghting corruption is so high.
KPK received over 14,000 applicants and
most of them are professionals willing to
give up their strategic positions. This again
indicates that the spirit to fght corruption
has reached all level of people.
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
24
Sepanjang tahun 2005, KPK melakukan
rekrutmen 183 orang staff untuk posisi
masing-masing : 3 (tiga) orang Direktur/
Kepala Biro; dan 120 orang tenaga fungsional
dimana 6 (enam) orang diantaranya adalah
Jaksa Penuntut Umum; 53 (lima puluh tiga)
orang tenaga administratif; dan 4 orang
Kepala sekretariat/Kepala Bidang.
Selain pegawai, KPK juga melakukan
rekrutmen Tim Penasihat KPK. Proses
rekrutmen ini dilakukan melalui pembentukan
tim yang terdiri unsur profesional, yaitu:
1. Dr. Sugiri Syarief, M.PA. selaku Sekretaris
Jenderal KPK sebagai Ketua Tim;
2. Irjen (Pol) Prof. DR. Farouk Muhammad
mewakili Kepolisian R.I;
3. Basrief Arief, S.H., M.H. mewakili
Kejaksaan Agung;
4. Imam Prasodjo, Ph.D. mewakili akademi;
dan
5. DR. Nono Anwar Makarim, S.H. LL.M.
mewakili LSM.
Setelah melalui proses seleksi yang ketat,
maka terpilih, 2 (dua) orang sebagai Tim
Penasihat KPK, yaitu Abdullah Hemamahua
dan Suryohadi Djulianto.
Throughout 2005 KPK recruited 183 staff
respectively for three (3) Director/Bureau
Head positions, 120 functional staff including
six (6) Public Prosecutors, 53 administrative
staff and four (4) Secretariat Head positions
On top of recruitment of employees, KPK also
hired a team of experts. The selection was
done by a mixed element of professionals
comprising :

1. dr. Sugiri Syarief M.P.A Secretary General
of KPK as Team Leader
2. Irjen (Pol) Prof. DR. Farouk Muhammad
Representing the National Police
3. Basref Arief , S.H,M.H. Representing the
Attorney Generals Offce
4. Imam Prasodjo Ph. D representing
Scholars: and
5. DR. Nono Anwar Makarim, S.H. LL.M.
Representing NGOs.
After a tight selection process Abdullah
Hemamahua and Suryohadi Djulianto were
selected as members of the KPK Advisory
team
25
Peningkatan Kapasitas Pegawai
Korupsi bukanlah kejahatan yang
menggunakan kekerasan fsik (street crime)
melainkan kejahatan kerah putih (white collar
crime), sehingga pendekatan yang digunakan
dalam mengungkap kasus-kasus korupsi
sangatlah berbeda dengan pendekatan
yang digunakan untuk mengungkap suatu
kejahatan pencurian biasa. Terlebih lagi, para
koruptor semakin canggih dalam melakukan
modus operandinya dengan memanfaatkan
berbagai kemajuan teknologi telekomunikasi
dan perbankan. Sehingga pegawai KPK
dituntut untuk terus meningkatkan keahlian
sesuai dengan bidangnya masing-masing
melalui berbagai training, workshop ataupun
pengiriman tugas belajar. Sepanjang
tahun 2005, beberapa kegiatan yang telah
dilaksanakan dalam rangka peningkatan
kapasitas pegawai KPK, antara lain:
Pelatihan computer forensic pada bulan
februari dan Maret 2005 dengan instruktur
ahli yang didatangkan dari Jepang;
Pemberian beasiswa dengan bantuan dari
AUSAID kepada 5 (lima) pegawai KPK
untuk melanjutkan pendidikan program
master di bidang crime prevention di
Universitas Wollongong, Australia
Pelatihan Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa pada Instansi
Pemerintah kepada pegawai dan tenaga
penyidik KPK;
Pelatihan system jaringan komunikasi
internal di Singapura;
Pengiriman 2 orang pegawai untuk
mengikuti pelatihan system manajemen
keamanan informasi (Information
Security Management System) di
Singapura;
Employee Capacity Building
Corruption is no street crime instead, it is a
white-collar crime, so the approach used in
revealing corruption cases is far different from
that of simple theft case. More so, corruptions
use a much more advanced technology in
their modus of operandi. By the sane token,
KPK employees are demanded to keep on
developing their skills in their respective feld
by attending trainings, workshops or study
assignments.
During 2005, KPK carried an array of
activities in line with its employee capacity
building program, inter alia :
Forensic computer training in February
and March 2005 with special experts
from Japan
Scholarships from AUSAID for fve (5)
KPK employees to take on post graduate
studies in Crime Prevention in the
Wolongong University, Australia

Training on Procurement System in
Government Institution for staff and
Investigators
Internal communication network system
training in Singapore
Information Security Management System
training Singapore for 2 employees.
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
26
Pengiriman 3 (tiga) orang pegawai untuk
mengikuti pelatihan Anti Money
Laundering and Combating the Financing
of Terrorism yang diselenggarakan oleh
PPATK-FCPP-USAID di Bandung;
Bekerja sama dengan Financial
Crime Prevention Project (FCPP-USA)
menyelenggarakan workshop mengenai
Anti Money Laundering and Corruption
Prosecution pada bulan Juni 2005 yang
diikuti oleh 18 orang pegawai KPK;
Bekerja sama dengan Legal Development
Fascility (Australia) melakukan pelatihan
Dasar mengenai Teknik-Teknik
pengeladahan di Jakarta Law Enforcement
Center (JCLEC), Semarang yang diikuti
oleh 28 Pegawai KPK;
Pengiriman 3 (tiga) pegawai KPK untuk
mengikuti Workshop on Fraud and Money
Laundering Investigating Crimes di
ITB, Bandung;
Pendidikan dasar selama 9 bulan bagi 38
calon pegawai KPK di Akademi Kepolisian
Semarang;
Pendidikan bagi 119 pegawai baru KPK di
Secapa Polri, Sukabumi.
Dukungan Peralatan dan Teknologi
Untuk mendukung kegiatan penindakan
dan pencegahan korupsi dan memperlancar
pelaksanaan tugas KPK, diperlukan dukungan
peralatan dan teknologi informasi. Untuk
mewujudkan hal tersebut dalam tahun 2005
telah dilakukan kegiatan antara lain:
Penyusunan cetak biru teknologi informasi
tahap 2 yang merupakan kelanjutan dari
tahap 1 yang telah diselesaikan pada tahun
2994. kegiatan ini dimaksudkan untuk
mempercepat ketersediaan dukungan
teknologi informasi bagi kegiatan KPK.
Collaborating with Financial Crime
Prevention Project (DCPP-USA) held a
workshop on Anti Money Laundering and
Corruption Presecution in June 2005 with
18 participants from KPK
Collaborating with Legal Development
Facility (Australia) held a Basic Training
on Search held at JCLEC, Semarang,
attended by 28 KPk employees.
Sending three staff ro parricipate in
Workshop on Fraud Money Laundering
Invertigating Crimes ITB, Bandung
Nine moth basic education for 38 new
employees at the Police Academy in
Semarang
Induction training 119 new recruits in
Secapa Polri, Sukabumi
Equipment and Technology Support

To support KPK activities in corruption
repression and to smoothen KPKs duties,
equipment and information technology
support is necessary. To fulfll the need the
following were done in 2005 :
Preparation of phase 2 information
technology blue print which is the
continuation of phase 1 completed in
2004. this was to speed up information
technology support for KPK activities.
Gap Analysis of Information Security
Managament System. The analysis is the
preliminary step of information security
management system SOP
27
Gap Analysis atas Sistem Manajemen
Keamanan Informasi (Information
Security Management Systems). Hal
ini dilakukan sebagai langkah awal
penyusunan standard an prosedur
sistem manajemen keamanan informasi
mengingat pentingnya pengelolaan atas
keamanan informasi yang dimiliki KPK.
Pengadaan perangkat keras pendukung
kegiatan seperti: Pengembangan
jaringan; Pembangunan laboratorium
Computer Forensic;
Pengadaan dan pengembangan
perangkat lunak untuk mendukung
kegiatan administrasi perkantoran,
seperti: Document Management System;
manajemen asset dan infrastruktur TI;
License untuk operating system dan offce
automation; License untuk antivirus dan
sistem perkantoran berbasis web.
Infrastruktur Gedung KPK
Saat ini KPK menempati 2 lokasi gedung
kantor, yaitu di Jl. Juanda No. 36 Jakarta
Pusat. Dengan pertambahan jumlah
personel, kebutuhan koordinasi yang erat
antar Bidang, serta kebutuhan keamanan
dan teknologi, keadaan ini dirasakan menjadi
kendala berarti yang harus segera di atasi.
Berdasarkan Surat menteri Keuangan No.
S164/MK.06/2005 tanggal 20 April 2005, KPK
mendapatkan izin untuk menempati gedung
eks, Bank papan Sejahtera yang terletak di
Jl. HR. Rasuna Said Kav. C-1, Jakarta Pusat.
Hardware procurement to support
activities such as : development and
computer forensic lab development .
Procurement and development of software
to support offce administration activities
such as : Document Management System,
asset management and IT infrastructure
licenses for operating systems and offce
automation: anti-virus: licenses for web-
based anti-virus and offce information
system.
Building Infrastructure
Currently KPK is spread into two locations
I.e Jl. Veteran III No. 2 and Jl. Juanda No.
36 Jakarta. With the increased number
of personnel, close coordination between
dapartments, security and technology
become critical to meet.

Pursuant to the Finance Ministers letter No.
S-164/MK.06/2005 of 20 April 2005, KPK
secured a permission to use former Bank
Papan Sejahtera building located at Jl. HR.
Rasuna Said Kav. C-1 , Central Jakarta.
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
2B
KPK membutuhkan gedung dengan
konsep Smart Building yang mampu
mengintegrasikan fungsi Teknologi Informasi,
Security, dan Building Automation System.
Untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut
maka diperlukan Renovasi telah dimulai
sejak tahun 2005, dan diharapkan gedung
dapat dioperasikan secara penuh pada akhir
tahun 2006.
KPK needs a building with a Smart Building
concept able to integrate information
technology security and building automation
system functions. For this, the building needs
to be renovated. Renovation activities have
started since 2005 and the new building is
expected to be in full operation late 2006.
Realisasi Belanja KPK
KPK Expenditures
29
Dukungan Keuangan
Pembiayaan Rupiah Murni
Selama Tahun Anggaran 2005 KPK
memperoleh alokasi dana yang bersumber
dari dana Rupiah Murni APBM sebesar Rp.
170 Milyar dengan rincian untuk :
Belanja Pegawai sebesar Rp. 35,36
Milyar
Belanja Modal sebesar Rp. 79,77 Milyar
Belanja Barang sebesar Rp. 52,93 Milyar
Belanja Pemeliharaan sebesar Rp. 2,51
Milyar
Langganan daya dan jasa sebesar Rp.
1,43 Milyar
Financial Support
Pure Rupiah fnancing
During 2005 fscal year, KPK received
Allocation from state budgets Rupiah fund
amounting 170 Rupiahs with the following
breakdown :
Rp. 35.36 Billion for Employee Expenses
Rp. 79.77 Billion for Capital Expenditures
Rp. 52.93 Billion for Goods Expenses
Rp. 2.51 Billion for maintenance
Expenses
Rp. 1.43 Billion for Utilities and services.
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
30
Relisasi belanja tersebut sampai dengan
tanggal 31 Desember 2005 adalah sebesar
Rp. 52,28 Milyar atau 30,25% sehingga
masih tersisa Rp. 117 atau 69,75%.
Secara umum rendahnya penyerapan pagu
disebabkan antara lain oleh rendahnya
penyerapan anggaran dalam belanja barang
dan modal serta kelambatan penerbitan
dokumen anggaran akibat perubahan struktur
organisasi pada Departemen Keuangan, yang
berdampak terhadap perubahan mekanisme
penerbitan dokumen anggaran. Kebijakan
yang diambil pemerintah sebagai dampak
kelambatan penerbitan dokumen adalah
diterbitkannya Peraturan Menteri keuangan
No. 99/MK.06/2005 tanggal 19 Oktober 2005
tentang Peluncuran program/kegiatan yang
dibiayai dari sisa anggaran belanja tahun
anggaran 2005 sebagai anggaran belanja
tambahan tahun anggaran 2006.
Sisa anggaran KPK tahun 2005 yang akan
diluncurkan sebagai anggaran belanja
tambahan tahun anggaran 2006 adalah
senilai +/-Rp. 61,07 Milyar.
Pembiayaan dari Hibah
Sampai dengan tahun 2005, KPK telah
memperoleh dana yang berasal dari hibah,
dengan total sebesar Rp. 28.490.000,-
dengan rincian yaitu :
Asem Grant for Human Resources Capacity
Building of the Anti Corruption Commision
TF-054312 (no. Reg. 70540201) sebesar
USD 350.000, dalam bentuk pembiayaan
kegiatan pelatihan dan jasa kosultan.
Bantuan ini telah direalisasikan sebesar
USD 141,710.89 atau 47,53% dari
anggaran yang disediakan.
As at 31 December 2005, our total spending
is Rp. 52,28 Billion or 30,5 % below budget
so there is a balance of Rp. 117,72 Billion or
69,75 %
In general this minimum realization is due
to low realization of capital expenditures
budget and the delay in producing budget
documents following the restructuring of
the Ministry of Finance which affects the
mechanism for budget document issuance.
To compensate the delay, the government
issued of Finance Minister Regulation No.
99/PMK.06/2005 of 19 October 19 2005
regarding the carried forward programs/
activities funded by unused expense budget
2005 which becomes additional budget for
2006
KPK unused budget 2005 carried forward to
2006 as additional budget is approximately
Rp. 61,07 Billion
Grant Funding
Over the last 2 years KPK had received grants
amounting to Rp. 28,490,249,000, with the
following breakdown :

Asem Grant for Human Resources Capacity
building of the Anti Corruption Commission
Tf-054312 (No. Reg. 70540201) in total
amount of USD 350,000. it is spent on
training activities and consultant services.
The total realization of this grant amounts
to USD 141,710.89 or 47,53 % of the
allocated budget.
31
Grant ABD No. 0002-INO (SF) Program
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca
bencana alam Gempa dan Tsunami di
NAD dan Sumatera Utara (No. Reg.
70586401) sebesar USD 50.000 dalam
bentuk pembiayaan kegiatan KPK di NAD
dan Nias. Sampai dengan 31 Desember
2005 belum terdapat realisasi pembiayaan
dari hibah ini.
Dukungan Danida kepada KPK (No. Reg.
70606701) sebesar Rp. 13.124.570.000,-
dalam bentuk kegiatan kampanye
Peningkatan Demokrasi dikalangan
legislative, dimana dalam tahun
2005 telah direalisasikan sebesar Rp.
4.687.370.378,-
ADB 4341-INO memperkuat kapasitas
KPK (No. Reg. 70612601) dalam jumlah
Rp. 2.450.000.000. dimana dalam tahun
2005 telah direalisasikan sebesar Rp.
1.599.402.140,-
Program kemitraan dalam upaya
mewujudkan reformasi penyelenggaraan
Negara di Indonesia melalui Proyek Crash
program untuk mendukung Komisi Anti
Korupsi (reg. No. 70619501) sebesar
Rp. 3.208.429.000,-, dalam bentuk
kegiatan antara lain : pelatihan di bidang
penindakan, monitoring Peradilan,
kampanye RUU Perlindungan Saksi, Studi
gap analisis antara UNCAC dan Hukum
Posistif di Indonesia, Studi Amandemen
UU pendukung. Pembiayaan kegiatan
tersebut telah direalisasikan sebesar Rp.
105.521.014.
Grant ADB No. 0002-INO (SF) rehabilitation
and Post Tsunam Reconstruction Program
in NAD and North Sumatera (no. reg.
70586401) in total amount of USD 50,000
for funding KPKs activities in NAD and
Nias. Until 31 December 2005 there are
no realization of this grant.
Danida Support for KPK (No. Reg.
70605701) in the amount of Rp.
13,124,570,000 spent campaign on
democracy at legislative level, where
in 2005 the fund appropriated for the
activities was Rp. 4,687,370,378
ADB 4341-INO Strengthening The
Capacity of KPK (No. Reg. 70612601)
in the amount of USD 2,450,000 USD
163,204.30 of which was realized in
2005
In-kid donation from partnership for
Government Reform in Indonesia through
Crash Program Project to Support the
Anti Corruption Commission (Reg. No.
70619501) worth Rp. 3,208,429,000
I,e, Training on Repression, Judiciary
Monitoring, Witness Protection Bill
Campaign, Gap Analysis Study between
UNCAC and Positive Law in Indonesia
Amendment to Supporting Laws. The total
fund appropriated was Rp. 105,521,014
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
32
Penguatan peraturan pendukung
Dalam melaksanakan tugasnya KPK
menghadapi beberapa kendala peraturan
perundang-undangan, untuk itu diperlukan
penguatan peraturan perundang-undangan
yang terkait, antara lain: Pengkajian atas
UU No. 30 tahun 2002 sebagai bahan untuk
penyusunan draft amandemen UU No. 30
tahun 2002; dan keterlibatan aktif dalam
keanggotaan Tim penyusunan Undang-
undang Pemberantasan Korupsi untuk
menggantikan UU No. 31 tahun 1999 jo. UU
No. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
Strengthening the Supporting
Regulations

In performing its duties KPK is faced with some
constrains of relevant laws and regulations
thus it needs the strenghthening of related
laws and regulations inter alia review of law
No. 30 of 2002 as materials for preparation
of law No. 30 of 2002 Draft Amendment
and active involvement as member the
preparation team for amendment to law on
Corruption Eradication Team to supercede
the law No. 31 of 1999 jo law No. 20 of 2001
on Corruption Eradication.
33
Di Balik Tembok KPK, Mencetak Kultur Baru
Behind the KPKs Wall, Creating a New Culture
Oleh : Vincentia Hanni S
Malam sudah larut, waktu sudah beranjak mendekati pergantian hari. Di tengah Jakarta yang mulai terlelap
beberapa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi justru baru saja meninggalkan Gedung KPK yang renta.
Dengan tas ransel punggung, para penyidik yang rata-rata berusia sekitar 30 tahun itu menuju sebuah mobil
sambil berbincang seru dan saling menggoda rekannya. Mereka hendak pulang bersama. Seorang dianta-
ranya berjalan kaki ke luar gedung berarsitektur Belanda itu, mencari sebuah angkutan umum untuk pulang
kerumah.
Pemandangan itu adalah pemandangan umum yang setiap hari terjadi di KPK. Bila kantor pemerintah lain pada
pukul 17.00 sudah mulai sepi ditinggalkan para karyawan dan pejabatnya, Gedung KPK justru nyaris tak pernah
sepi. Minimal untuk saat sekarang ini.
Pimpinan KPK pun kerap kali pulang larut malam, sama seperti anak buahnya yang baru pulang saat hari sudah
mau berganti. Tak jarang pula, Wakil Ketua KPK Bidang Penindakan Tumpak Hatorangan Pangabean rela tak
pulang ke rumah, menunggu anak buahnya menyelesaikan tugas pemeriksaann, terlebih bila sedang terjadi
penangkapan. Anak-anak belum pulang dan masih memeriksa, masak saya tinggal pulang, ujar Pangabean
yang juga seorang jaksa.
Mereka tak lagi memusingkan lewatnya batas waktu kerja. Bahkan, mereka pun rela meninggalkan keluarga
mereka demi pilihan bekerja di KPK. Bekerja demi sebuah perubahan. Khaidir Ramly, misalnya, rela mening-
galkan keluarganya di Padang Sumatera Barat, untuk bekerja di KPK. Jaksa yang pernah menyeret bupati
aktif Padang Pariaman, Nasrul Sahrul, dan beberapa orang anggota DPRD Sumatera Barat ke pengadilan ini
Cuma berpesan kepada putra putrinya di Padang. Saya ingin negara ini berubah. Sedih rasanya melihat rakyat
yang selalu saja miskin, sementara para pejabat begitu kayanya, berganti mobil dengan enak, memiliki rumah
banyak. Padahal, rakyat untuk makan saja sulitnya minta ampun, kata Khaidir.
By: Vincentia Hannis
Its late at nite and the time slip almost to next day. Several KPK investigators just laft the KPK building
With their backpack, the investigators whom are in their mid 30 walking to their car, talking out and teasing their
work partners. They are heading home together. One of them walking out from the building, which had Dutch
architecture, searching for a public transport to heading home.
That is an ordinary activities in KPK. When the other government offce at 17.00 being left by their employees,
on the other hand the KPK building never loose any of its employee. At least these moment.
The KPK chairman often come home very late at nine,. Just as the same as their staff whom just left home at
nearly dawn. It is often the KPK vice Chairman for Repression Tumpak Hatarangan Pangabean stay at the offce
and accompany his staff fnising the investigator, especially when there is a capturing. They kids still here and
they investigating, I can not leave them, said Pangabean , whom also an attorney.
They did not think about the work limit. They even leave their family for working in KPK. Working for a change.
Khaidir Ramly, for example, leaves his family in Padang, West Sumatera, for working KPK. The attorney Nasrul
Sahrul, whom dragging the active Chief of Padang Pariaman Municipal, and Several West Sumatera Regional
Representative Assembly to court giving his message to his children in Padang, I want this country change. It
is sad to see our people suffered from poverty, meanwhile the state offcers are so rich, easily changing their car,
own plenty of houses. At the same time the people working very hard to get food. Said Khaidir.
34
Khaidir memang sosok sederhana. Meski sudah 18 tahun menjadi jaksa, ia tetap sederhana. Hanya rumah
BTN yang baru lunas dua tahun lalu dan mobil Toyota Kijang tua buatan tahun 1982. padahal, rekan-rekan
seangkatannya pun terbilang makmur dan menduduki posisi penting di kejaksaan. Jalan hidup orang lain-lain,
saya masih beruntung dibandingkan dengan banyak rekan jaksa yang lain, ujar Khaidir. Bagi Khaidir, keme-
wahan hidup hanyalah bisa dirasakan sebatas tenggorokan, tak lebih. Ia tak pernah menyesal bertahan pada
prinsipnya. Selama menjalankan tugasnya, bukan berarti tak ada tawaran atau iming-iming yang bersileweran.
Namun, toh ia memilih hidup cukup dengan gaji jaksa Rp. 2,7 juta perbulan serta rumah BTN dan mobil tuanya.
Khaidir merasa beruntung, anak tertuanya sudah kuliah dan anak keduanya duduk di bangku SMA.
Saat terpilih menjadi penuntut umum di KPK, Khaidir berharap ia bisa meningkatkan kesejahteraan keluarg-
anya dari penghasilan resmi yang ia peroleh, bukan dari penghasilan plus entah dari mana. Saya bilang sama
anak-anak, saya hidup jauh dari mereka supaya hidup kami lebih sejahtera. Saya berharap dengan bekerja di
KPK, saya bisa menyekolahkan anak-anak saya ke perguruan tinggi dengan penghasilan resmi saya, jelas
Khaidir yang jadi jaksa penunutut umum dalam kasus terdakwa Abdullah Puteh.
Untuk itu, Khaidir berharap pemerintah segera mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Kepegawaian KPK,
agar para pegawai KPK semakin pasti memperoleh penghasilan resmi dari pemerintah. Hal ini penting untuk
membentengi pertahanan bagi pegawai KPK dari tawaran dalam berbagai bentuk menyuap pegawai KPK.
Teror pun sudah menjadi bagian dari pekerjaan. Jangan pernah coba-coba menyuap atau menyogok penyidik
dan penuntut umum KPK. Kami bekerja di KPK dengan niat ingin NEGARA ini berubah, kata Khaidir.
Pendapat Rony Samtana dan Adi Derian Jayamerta, dua penyidik KPK asal Polri, pun sama. Bekerja di KPK
pasti tak lepas ada tawaran atau iming-iming uang atau yang lain. kalau kami menerima suap, kami kehilangan
semuanya, kehilangan harga diri. Bukan Cuma nama baik kami saja, keluarga pasti malu, dan yang lebih parah
nama KPK pasti hancur di mata dunia. Kami sungguh berhati-hati membawa nama KPK, ujar Adi, mantan
pengawal Amien Rais saat kampanye calon presiden.
Khaidir is a modest role. Serving 18 years as attorney, hi live a modest living. He just fnish paying his house loan
two years ago and only have an old Toyota Kijang made in 1982. meanwhile his co worker live a prosperous live
and having an important role in the District Attorney. People way of live are different, Im still lucky compare to
other attorney, said Khaidir. To Khaidir, the glamour live only last until our throat, not more. He never regrets for
holding on to his believe. Through these year serving his duties, temptation and offerings fourished. But still he
still choose to live from the attorney salary Rp. 2,8 million per month with his credit house and his old car. Khaidir
feel very lucky, his eldest son is his university and his second child is high school.
When he elected to be a prosecutor in KPK, Khaidir expect to increase his family welfare from a legitimate
income, not an extra income from elsewere. I said to my children, I live away from them for our welfare.
I expected with working in KPK, I can give my children a better education until university from my legitimate
income, explain Khaidir whom become the Prosecutor for convicted Abdullah Puteh.
That for, Khaidir expect government immediately releasing the KPK Employee Government Regulation (PP) , so
KPK employee have a certainly for their salaru. This is very important to preventing bribery for KPK employee.
Terror are part of the job Never try to bribe the KPK investigator and the KPK prosecutor. We work in KPK with
the intention to change this country, said Khaidir Rony Samtana dan Adi Deriyan Jayamarta, KPK investigator
whom originally from Polri, also have the similar opinion. Working in KPK nevertheless close to bribery or other
material offerings. if we receiving bribery, we loose everything, loosing our dignity too. No only our honour, but
also embarrassment for our family and suffering KPKs image. We are very careful carrying the KPK image,
said Adi, former guardsmen Amien Rais durin presidency campaign.
35
Menggali Talenta
Enjoy banget di KPK, jelas Rony. Ada dua alasan, menurut Rony, pertama kebutuhan dasarnya terbilang
tercukupi dan persoalan aktualisasi diri menjadi perhatian utama di KPK. Di KPK kebutuhan aktualisasi diri
terpenuhi, tidak ada intervensi macam-macam, tidak tuntutan macam-macam. Beban yang kami tanggung
adalah beban kerja, tidak ada tuntutan lain di luar tugas kami sebagai penyidik, jelas Rony yang pernah lama
bertugas di Timor-timur.
Adi pun berpendapat sama. Hal yang menyenangkan bagi pejabat penyidik di KPK adalah mereka bisa bekerja
secara otonom, tidak pernah ada intervensi dari pimpinan. Saya belajar banyak dari rekan-rekan lain, seperti
jaksa dan BPKP. Dalam mengungkap kasus korupsi, bendera kami satu, yaitu KPK, jelas mantan Kepala
Kepolisian Sektor Jonggol dan Anyer ini.
Para pegawai KPK memang berasal dari berbagai latar belakang. Jumlah pegawai seluruhnya 158 orang, ter-
diri dari polisi 31 orang, jaksa 19 orang, badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) 27 orang,
dan selebihnya staf KPK.
Iswan Elmy, Direktur Penyelidikan, misalnya, memiliki latar belakang BPKP. Dulu, pola pikirnya masih audit
investigative yang berangkat pada sistem dan aturan. Kini saya belajar banyak soal hukum, jelas iwan. Sistem
satu atap antara penyelidik, penyidik, dan penuntut umum membuat semua pihak memahami perjalanan
perkara sejak awal. Komunikasi antara penyelidik, penyidik, dan penuntut umum, kata Adi, tak terlalu formal.
Komunikasi bisa dilakukan di mana saja, di ruangan, di dapur, bahkan di kamar mandi. Tak heran jika surat
dakwaan jaksa penuntut umum KPK jauh lebih runut, logika mudah dipahami, dan duduk perkara jelas. Beda
sekali kalau kita bandingkan surat dakwaan antara jaksa KPK dan jaksa dari kejaksaan. Surat dakwaan jaksa
KPK runut dan logis, ujar seorang panitera di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Excavate Talent
I enjoy working in KPK, said Rony. There are two reason, in Ronys opinion, frst his basic need are covered
and personel performance become a main attention in KPK. In KPK the need of performance is fulflled, no
unnecessary intervention and unnecessary demand. Our responsibility is our main job, there are unnecessary
demand beside our job as investigator, Rony explain , he spent several year serving in East Timor.
Adi have the same opinion. The fun part as the KPK investigator are they can work individually, there is not in-
tervention from the chairman. I learn from other co-worker, such as attorney and BPKP. In revealing corruption
cases, we have fag, its KPK, explain the former Chief of Police from Jonggol and Anyer sector .
The KPK employee come from several background. The total employee are 158 personne, consist of 31 person,
19 attorney, 27 employee from BPKP and the rest of the are KPK employee.
Iswan Elmy, investigator Director, for example originally come from BPKP. At the past year, the thinking pattern
are still mainly in Investigative audit which start from the system and regulation. Now I rearn more about law,
explain Iswan. One roof system between pre-investigator, investigator, investigator and prosecutor, said Adi, are
not too formal. The communication can happens anywhere, in the offce, in the kitchen even in the rest room.
It is not a surprise that KPK prosecutors letter are more systematic, logic, understandable and the case are
clear. its so different comparing to the prosecutors letter from District Attorney. Our KPK prosecutors letter are
systematic and logic, said one of the Central Jakarta Distric Courts committee.
36
Manajement Modern
Schiller dalam bukunya Beyond the Chains of Illusion di tahun 1788 sudah mengingatkan pentingnya peran
manusia sebagai kekuatan manusia. Manusia adalah kekuatan dan sumber itu sendiri serta pencipta pemikir.
Pentingnya peran manusia di dalam sebuah organisasi sangat disadari KPK.
Wakil Ketua KPK Erry Rijana Hardjapamekas mengatakan, sumber daya manusia adalah kekuatan dan modal
utama KPK meski mereka berasal dari latar belakang yeng berlainan. Pimpinan KPK pun menyiapkan suasana
kerja, kultur kerja, dan memperjuangkan sistem imbalan, serta meningkatkan kompetensi pegawai KPK. Aturan
main bersama dan kode etik yang disepakati oleh semua. Kami, pimpinan, memberikan otonomi yang cukup
memadai bagi penyelidik dan penyidik. Pimpinan tidak akan intervensi dan dilarang untuk membuat nota dinas
dan e-mail yang bersifat instruktif pada penyidik, kata Erry. Anek pelatihan pun digelar, termasuk bantuan
pelatihan yang diberikan oleh lembaga-lembaga donor. Salah satunya pelatihan modern investigation dengan
mendatangkan polisi dari Jepang, Australia, dan FBI. Tukar-menukar pengalaman dengan lembaga antikorupsi
dari negara lain.
Erich Fromm, seorang flsuf, mencatat, Satu dunia baru akan terwujud hanya bila manusia baru muncul. Manu-
sia yang mencintai umat manusia. Manusia yang mencintai kehidupan, bukan hanya dirinya sendiri.(Vin)
Sumber : Harian Kompas, Jumat 15 Juli 2005
Modern Management
Schiller in his book Beyond the Chains of Illusion in 1788 has remind us about the importance of human as a
power. He wrote A country is just a result from humans power. Human is the power and the source of thinking
creator. KPK aware the importance of human role in organization.
The KPK Vice Chairman Erry Rijana Hardjapamekas said, the human resources are the main power and main
capital of KPK although they came from different background. The KPK Chairman setting the work environ-
ment, working culture and fghting for the remuneration systems, and also increasing the competency of KPK
employee. We the Chairman, gave suffcient autonomy for pre-investigator and investigator. The chairman will
not intervent and forbid for making memo or e-mail that instructs the investigators, said Erry Various training
are held, includes the training granted from foreign donor. One of them other anti-corruption institution in other
countries.
Erich fromm, a philosopher, noted, One new world will emerging if only new person emerge. Person whom love
its country because he love the society. Person who love live, not only himselves.
Source : Kompas Friday July, 15 2005
Penindakan terhadap Tindak
Pidana Korupsi
Repressive Action
3B
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
Sesuai dengan amanat Undang-undang
No. 30 Tahun 2002, KPK tidak memonopoli
kegiatan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan tindak pidana korupsi. Melalui
pelaksanaan tugas koordinasi dan supervisi
terhadap berbagai lembaga yang terlibat
dalam kegiatan penyelidikan, penyidikan,
dan penuntutan tindak korupsi yaitu
instansi penegak hukum (Kejaksaan dan
Kepolisian) dan instansi pengawasan
fungsional (BPK, Itjen, BPKP, dan Bawasda),
KPK memposisikan diri sebagai pemicu
dan pemberdaya institusi tersebut yang
merupakan counterpartner yang kondusif
bagi KPK dalam membangun kebersamaan
dalam pemberantasan korupsi.
Kegiatan Koordinasi
Sesuai dengan ketentuan Pasal 7 Undang-
undang Nomor 30 Tahun 2002, Komisi
berwenang melaksanakan tugas koordinasi
dengan instansi yang berwenang dalam
upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.
Dalam bidang penindakan pelaksanaan tugas
koordinasi yang dilakukan oleh KPK terutama
dilakukan terhadap penanganan perkara
tindak pidana korupsi oleh Kepolisian dan
Kejaksaan sesuai dengan ketentuan Pasal
50 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002.
bentuk kegiatan koordinasi yang dilakukan,
yaitu :
Menetapkan system pelaporan
penanganan perkara dari Kepolisian dan
Kejaksaan ke KPK,
Meminta/mendapatkan informasi ke/dari
Kepolisian dan Kejaksaan tentang telah
dilaksanakannya Penyidik perkara tindak
pidana korupsi dengan media informasi
berupa penyampaian surat Pemberitahuan
Dimulainya Penyidikan (SPDP) ke/dari
Kepolisian dan Kejaksaan,
As mandated by Law No. 30/2002, KPK
does not monopolize pre-investigation,
investigation and prosecution of corruption
crimes. Through coordination and
supervision of different institution dealing
in pre-investigations, investigations and
prosecutions of corruptions (the prosecution
offce and the Police) and functional auditors
(BPK, Inspectorate General, BPKP and
Bawasda), KPK positions itself as trigger and
empowerer of there institution which are
KPKs conducive counterparts in the course
of building unity in corruption eradication.
Coordination Activities
According to article 7 of Law No. 30/2002, KPK
has the authority to take on coordinating task
with institutions in-charge of taking measures
to combat corruption . in the repression
side, coordination is done by coordinating
the handling of corruptions cases by the
Police and handling of corruptions cases by
the Police and Prosecution Offce pursuant
to the provision under Article 50 of Law No.
30/20002 .
The coordination activities are :
Deciding reporting system on corruption
cases from the Police and Prosecution
Offce to KPK
Requesting/obtaining information to/from
the Police and Public Prosecution on going
corruption case investigations by way of
submission of Notice of Investigation
(know as SPDP) by the Police and the
Prosecution Offce
Requesting /obtaining reports to/from
the Police and Prosecution Offce on
the progress of case handling (e.g.
investigation progress, hand-over of
Penindakan Terhadap Tindak Pidana Korupsi
Repressive Actions
39
Meminta/mendapatkan informasi ke/
dari Kepolisian dan Kejaksaan tentang
perkembangan penanganan perkara
yang telah dilakukan Penyidikan (missal :
perkembangan pelaksanaan penyidikan,
pelimpahan berkas perkara ke Penuntut
Umum, pelimpahan berkas perkara
ke Pengadilan, dan dihentikannya
penyidikan/SP3).
Melaksanakan dengan pendapat atau
pertemuan secara berkala dengan instansi
yang berwenang dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi dalam hal ini
Kepolisian, Kejaksaan dan instansi
pengawas.
Dalam tahun 2005, KPK telah menerima
595 SPDP yang terdiri dari 118 SPDP dari
Kepolisian dan 477 SPDP dari Kejaksaan.
Kegiatan koordinasi dalam bentuk pertemuan
atau dengar pendapat antara Pimpinan KPK
dengan jajaran Pimpinan, penyidik, penuntut
umum dan Auditor pada Kepolisian, dan
Kejaksaan, BPK, BPKP, Bawasda di daerah,
telah dilaksanakan pada beberapa wilayah
propinsi di Indoensia. Pada masa datang
kegiatan ini akan terus dilaksanakan pada
wilayah lainnya dalam rangka membangun
kebersamaan dan meningkatkan efektiftas
upaya pemberantasan korupsi.
dossiers to the public prosecutor and the
courts, and termination of investigation
(known as SP3)
Periodic hearings or meetings with
institution in change of corruption
eradication I.e. the police, the Prosecution
Offce and supervising institutions.
In 2005, KPK received 595 Notices of
Investigation, 118 from the Police 477 from
the public Prosecution. Meetings or hearings
between KPK Commissioners and the leaders,
investigators, public prosecutor and auditors
of the Nati onal Pol i ce, Attorney
Generals Offce BPK, BPKP, Bawasda were
held in several provinces in Indonesia.
In the future this activity will move on
to other regions in light of building unity
and improving effectiveness of corruption
eradication measures.
Coordination is also done following the hand
over of cases to relevant institutions as a
follow-up of public complaints received by
KPK. In 2005 KPK conducted 29 coordinating
activities together with the Regional Police,
high Prosecution Offce, BPK, and BPKP
(fnancial Development and Supervisory
Board) in 22 provinces. To improve the
effectiveness of the coordination activities,
together with other enforcement institutions,
KPK to develop a system and a coordination
mechanism which will be the terms of
reference for corruption eradication
coordination activities.
40
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
Kegiatan koordinasi juga dilaksanakan dalam
rangka tindak lanjut atas penerusan laporan
pengaduan masyarakat yang diterima oleh
KPK kepada Instansi terkait. Dalam tahun
2005 kegiatan ini telah dilaksanakan sebanyak
29 kali bersama dengan Kepolisian Daerah,
Kejaksaan Tinggi, BPK, BPKP pada 22 wilayah
propinsi. Untuk meningkatkan efektiftas
pelaksanaan kegiatan-kegiatan koordinasi
tersebut, akan dilakukan pengembangan
system dan mekanisme koordinasi yang
akan dilaksanakan KPK bersama dengan
institusi penegak hukum lain sebagai acuan
bersama dalam pelaksanaan teknis kegiatan
koordinasi pemberantasan tindak korupsi.
Kegiatan Supervisi
Sesuai dengan ketentuan pasal 8 UU 30
tahun 2002, Komisi memiliki kewenangan
melakukan supervisi yaitu kegiatan
pengawasan, penelitian, atau penelaahan
terhadap penyidikan, penuntutan perkara
pidana korupsi (TPK) yang dilakukan oleh
kepolisian dan kejaksaan. Pelaksanaan
kegiatan supervisi selama ini dilakukan
dengan dua cara, yaitu supervisi secara
umum dan secara khusus.
Supervisi Umum
Supervisi secara umum atas penanganan
kasus/perkara tindak pidana korupsi
oleh Kepolisian dan Kejaksaan dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan koordinasi
dengan jajaran Kepolisian dan Kejaksaan
yang dilakukan per wilayah Propinsi, misalnya
pada saat pelaksanaan pertemuan dalam
rangka koordinasi dengan jajaran Kepolisian
dan Kejaksaan di wilayah kerja Jawa Tengah
dimungkinkan pemberian supervisi secara
umum terhadap permasalahan-permasalahan
yang muncul baik teknis maupun non teknis
yang dihadapi oleh jajaran Kepolisian dan
Kejaksaan dalam penanganan perkara di
wilayahnya.
together with other law enforcement
institutions, KPK is set to develop a system
and a coordination mechanism which will
be the terms of reference for corruption
eradication coordination activities
Supervision Activities
Pursuant to article 8 Law No. 30/2002, KPK
has the authority to supervise i.e. to control,
review and analyze investigations and
prosecutions of corruption cases done by the
police and prosecution offce. Supervision
activities include general supervision and
special supervision.
General Supervision
General supervision of corruption case
handling by the police and prosecution offce
is carried out in parallel with coordination
with the police and prosecution offce by
province. For example the Regional police
and Prosecution offce of Central Java, KPK is
allowed to conduct a general supervision of
problems, both technical and non technical,
faced by the police and prosecutors in case
proceedings within their jurisdiction.
Special Supervision
Special supervision of corruption case
handling may be given both at the request
of the Police or Public Prosecution and/or at
41
Supervisi Khusus
Supervisi secara khusus untuk penanganan
perkara-perkara oleh Kepolisian dan
Kejaksaan dapat dilakukan atas permintaan
dari Kepolisian atau Kejaksaan dan/atau
atas inisiatif dari Komisi yang berdasarkan
pertimbangan Pimpinan Komisi bahwa
perkara tersebut perlu di-supervisi secara
khusus.
Perkara-perkara yang di-supervisi secara
khusus dalam periode Tahun 2005 antara
lain sebagai berikut :
1. Perkara dugaan tindak pidana korupsi
berupa LC fktif BNI yang ditangani
penyidikannya oleh Mabes POLRI;
2. Perkara dugaan tindak pidana korupsi
berupa manipulasi deposito fktif pada
BRI yang penyidikannya ditangani Kejati
DKI Jakarta;
3. Perkara dugaan tindak pidana korupsi
berupa penyalahgunaan fasilitas kredit
yang dilakukan oleh Direksi PT Rajawali
Nusantara Indonesia yang ditangani oleh
Polda Metro Jaya;
4. Perkara dugaan tindak pidana korupsi
berupa penyalahgunaan fasilitas kredit
yang dilakukan oleh Direksi PT Dharma
Niaga yang ditangani oleh Polda Metro
Jaya;
5. Perkara dugaan tindak pidana korupsi
beruapa pengadaan gaset Propinsi NAD
yang penyidikannya ditangani oleh Polda
NAD yang kemudian diserahkan ke Mabes
POLRI;
6. Perkara dugaan tindak tindak pidana
korupsi dalam penjualan asset MBH
(Manado Beach Hotel) milik PPSU Pemda
Sulut yang penyidikannya ditangani Kejati
Sulawesi Utara;
7. Perkara dugaan tindak pidana korupsi
dalam proyek listrik swasta Karaha Bodas
Company yang disidik oleh Mabes Polri;
KPKs initiative if KPK Commissioners consider
the certain cases require special supervison.
The cases given special supervision during
2005 included:
1. Alleged corruption of BNI false LC
investigated by the National Police Head
Quarters

2. Alleged manipulation of BRI false time
deposit investigated by DKI Jakarta high
Prosecution Offce
3. Alleged Misappropriation of credit facilities
by the Board of Directors of PT. Rajawali
Nusantara Indonesia investigated by
Jakarta Metro Police
4. Alleged Misappropriation of credit
facilities by the Board of Directors of PT.
Dharma Niaga Investigated by Jakarta
Metro Police
5. Alleged corruption of genset procurement
for NAD province, investigated by NAD
Regional Police then Handed over to the
national Police Head Quarters.
6. Alleged corruption of the sale of manado
Beach Hotel (MBH) owned by Local
Governments PPSU investigated by North
Sulawesi High Prosecution Offce.
7. Alleged corruption of private electricty
project, Karaha Bodas Company
investigated by the National Police Head
Quarters.
42
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
8. Perkara dugaan tindak pidana korupsi
dalam pelepasan kawasan hutan untuk
perkebunan kelapa sawit di Propinsi
Kalimantan Timur yang disidik oleh
Kejaksaan Agung RI;
9. Perkara dugaan tindak pidana korupsi
dalam pengalihan tanah negara kepada
swasta untuk pembangunan Palembang
Square yang disidik oleh Kejaksaan Tinggi
Sumatera Selatan;
10. Perkara dugaan tindak pidana korupsi
dalam pembangunan dana Pemilu 2004
oleh Bupati Temanggung yang disidik
oleh POLDA Jawa Tengah;
11. Perkara dugaan tindak pidana korupsi
yang melibatkan Bupati Kendal yang
disidik oleh POLDA Jawa Tengah.
Penanganan Kasus TPK oleh KPK
Disamping melakukan tugas Koordinasi dan
Supervisi terhadap penanganan perkara
dugaan tindak pidana korupsi dengan/
terhadap Kepolisian dan Kejaksaan, Komisi
juga melaksanakan kegiatan penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan sendiri.
Dalam tahun 2005 KPK menangani 31 kasus
atau perkara, dimana 2 kasus berasal dari
penyelidikan yang dilakukan pada tahun
2004. Dari jumlah kasus yang dilakukan
penyelidikan tersebut, telah menghasilkan 19
perkara untuk dilakukan penyidikan. Sampai
dengan akhir tahun 2005, dari 19 perkara
yang dilakukan penyidikan. Sampai dengan
akhir tahun 2005, dari 19 perkara yang
dilakukan penyidikan, telah menghasilkan
17 berkas perkara untuk dilimpahkan ke
Jaksa Penuntut Umum untuk dilakukan
penuntutan. Sedangkan 2 perkara akan
diteruskan penyidikannya pada tahun 2006.
Selama tahun 2005, jumlah perkara yang
berada pada tahap penuntutan sebanyak
19 perkara, dimana 2 perkara berasal dari
tahun 2004, dan sisanya adalah berasal dari
8. Alleged corruption of land reform for palm
oil estates in East Kalimantan Province
investigated by Indonesia Attorney
Generals Offce
9. Alleged corruption of the hand over
of states land to a private party for
Palembang Square development
investigated by the High Prosecution
Offce of South sumatera.
10. Alleged misappropriation of 2004
general election funds by the Regent of
Temanggung investigated by Central Java
Police
11. Alleged corruption involving the Regent
of Kendal investigated by Central java
Police
Corruption cases handled by KPK
In addition to its task to coordinate and
supervise suspected cases for the Police
and Prosecution Offce, the Commission
also carries out its own pre investigation,
investigation and prosecution activities.
In 2005 KPK handled 31 cases of which 2
cases were carried forward from 2004. from
the total pre-investigated cases, 17 of 19
investigated cases have been handed over
to the Public Prosecutor for prosecution.
Investigation of the other two cases will be
carried over to 2006
43
penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan
pada tahun 2005. perkembangan kegiatan
penuntutan atas 19 perkara tersebut sampai
dengan akhir tahun 2005 adalah : 9 perkara
dalam tahap penuntutan atas 19 perkara
tersebut sampai dengan akhir tahun 2005
adalah : 9 perkara dalam tahap penuntutan di
pengadilan tingkat pertama; 5 perkara dalam
tahap penuntutan di pengadilan tingkat
banding; da 5 perkara telah mendapatkan
putusan hukum tetap termasuk 2 berasal
dari perkara tahun 2004.
Perlu diketahui bahwa melakukan penyidikan
perkara dalam melakukan penyidikan perkara
dugaan tindak pidana korupsi, oleh Undang-
U n d a n g N o . 3 0 T a h u n 2 0 0 2

tentang KPK, maka Penyidik KPK tidak
dibolehkan untuk menghentikan penyidikan
(SP3) yang dilakukannya. Oleh karenanya,
dalam tahap penyelidikan, penyelidik KPK
harus berupaya untuk mengungkapkan
adanya peristiwa pidana korupsi dengan
membuktikan semua unsur perbuatan
pidananya serta menentukan tersangkanya.
Apabila kasus dugaan tindak pidana korupsi
sudah menjadi perkara untuk dilakukan
Penyidikan, maka perkara tersebut harus
berujung di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi,
dan menjadi kebijakan dari Pimpinan KPK
bahwa perkara yang dilakukan penyidikan,
maka tersangkanya akan ditahan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
In 2005 the number of cases being prosecuted
is 19, two of which was carried forward from
2004, the prosecution investigated in 2005.
the prosecution progress of the 19 cases is 5
being prosecuted in the courts of appeal, and
5 given fnal and binding decisions including
the two cases from 2004
By Law No. 30/2002 regarding KPK, KPK
investigators cannot cease and desist their
on-going investigations (SP3) , therefore
during the investigation phase, KPK
investigators must do their up most to build
the corruption case by way of proving all
of the criminal elements and deciding the
suspect. If an allegation leads to a case for
investigation, the case must proceed to the
corruption Court and it is the policy of KPK
commissioners, that when a case is being
investigated, the suspect will be detained
under the provisions of the Law.
As at 31 December 2005, Repression activities
to be carried over to 2006 are: 21 pre-
investigations of alleged corruption case, 2
investigations and 4 prosecutions. The detail
of KPKs on progress is as follows.
44
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
Sampai dengan 31 Desember 2005 kegiatan
bidang penindakan yang dilanjutkan
penanganannya di tahun 2006 adalah
penyelidikan atas 20 kasus dugaan tindak
pidana korupsi, 2 kasus/perkara dalam
tahap penyidikan dan penuntutan atas 14
perkara. Secara terperinci Kasus/perkara
yang masih dalam penanganan KPK adalah
sebagai berikut :
Penyelidikan
1. Dugaan tindak pidana korupsi dalam
penggunaan dana Non-DIKDA tahun
2003 pada Sekda Pemprop. Papua.
2. Dugaan tindak pidana korupsi dalam
pengadaan kendaraan bermotor dan alat
berat oleh Pemprop. Jawa Barat TA 2003
dan 2004.
3. Dugaan tindak pidana korupsi berupa
penyuapan terhadap Pejabat Indonesia
oleh MONSANTO Co.
4. Dugaan tindak pidana korupsi dalam
proses penjualan dua unit VLCC oleh
Manajemen PT Pertamina (Persero).
5. Dugaan tindak pidana korupsi dalam
pengadaan BBM Solar PLTD Kepulauan
Seribu sesuai memoranda anggaran
tahun 2003.
6. Dugaan tindak pidana korupsi dalam
pengadaan kotak suara Pemilu tahun
2004 oleh KPU.
Pre-Investigation
1. Alleged Misappropriation of 2003 Non-
DIKDA funds by the Papua Province
Secretary
2. Alleged corruption of the procurement
of motor vehicles and heavy equipments
by West Java Pronvincial Government in
2003 and 2004 fscal years.

3. Alleged bribery to Indonesian Offcials by
MONSANTO Co.
4. Alleged corruption act in the sale process
of two VLCCs by the Management of PT.
Pertamina ( a State-Owned Entreprise)
5. Alleged corruption of PLTD (Diesel Fuel
Power Generation) for Kepulauan Seribu
by virtue of 2003 budget memoranda .
6. Alleged corruption of 2004 General
Election ballot box procurement by KPU
(the General Election Committee)
45
7. Dugaan tindak pidana korupsi dalam
pengadaan kertas dan pencetakan surat
suara Pemilu 2004 oleh KPU.
8. Dugaan tindak pidana korupsi dalam
pengadaan tehnologi informasi Pemilu
tahun 2004 oleh KPU.
9. Dugaan tindak pidana korupsi dalam
pengadaan sampul surat suara Pemilu
tahun 2004 oleh KPU.
10. Dugaan tindak pidana korupsi
dalam pelepasan kawasan hutan,
ijin pemanfaatan kayu dan realisasi
pembangunan perkebunan kelapa sawit
di Kalimantan Timur.
11. Dugaan tindak pidana korupsi yang
terjadi di PT Pertamina Tongkang.
12. Dugaan tindak pidana korupsi dalam
pengadaan kertas untuk Pemilu tahun
2004 oleh KPU.
13. Dugaan tindak pidana korupsi dalam
pembuatan segel Pemilu Tahun 2004.1.
14. Dugaan tindak pidana korupsi dalam
pengadaan bis pada Proyek Busway
oleh Pemprop DKI Jakarta.
15. Dugaan tindak pidana korupsi dalam
proses pengadaan Bilik Surat Suara
pemilu 2004.
16. Dugaan tindak pidana korupsi dalam
kegiatan Investasi Oleh manajemen PT
Perusahaan Gas negara (persero) Tbk.
17. Dugaan tindak pidana korupsi dalam
pengadaan surat suara Pilpres I dan II
tahun 2004
18. Dugaan tindak pidana korupsi berupa
penyuapan oleh oknum Anggota Legislatif
kepada oknum penegak hukum.
19. Dugaan tindak pidana korupsi dalam
pelayanan ke-imigrasian oleh Kantor
Imigrasi KBRI Kuala Lumpur dan KJRI
Penang-Malaysia.
20. Dugaan tindak pidana korupsi dalam
pengadaan Kartu Pemilih untuk Keperluan
PEMILU 2004.
In 2005 the number of cases being prosecuted
is 19, two of which was carried forward from
2004, the prosecution investigated in 2005.
the prosecution progress of the 19 cases is 5
being prosecuted in the courts of appeal, and
5 given fnal and binding decisions including
the two cases from 2004
By Law No. 30/2002 regarding KPK, KPK
investigators cannot cease and desist their
on-going investigations (SP3) , therefore
during the investigation phase, KPK
investigators must do their up most to build
the corruption case by way of proving all
of the criminal elements and deciding the
suspect. If an allegation leads to a case for
investigation, the case must proceed to the
corruption Court and it is the policy of KPK
commissioners, that when a case is being
investigated, the suspect will be detained
under the provisions of the Law.
As at 31 December 2005, Repression activities
to be carried over to 2006 are: 21 pre-
investigations of alleged corruption case, 2
investigations and 4 prosecutions. The detail
of KPKs on progress is as follows.
46
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
Penyidikan
1. Perkara dugaan tindak pidana korupsi
berupa penyuapan oleh oknum pengacara
kepada oknum pejabat pengadilan
di Jakarta dengan tersangka PONO
WALUYO, dkk.
2. Perkara dugaan tindak pidana korupsi
dalam pelaksanaan Proyek Indoensia
Investment Year 2003 dan 2004 di
Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) dengan tersangka THEODORUS
F. TOEMION (Mantan Kepala BKPM 2001-
2005).
Penuntutan
1. Berkas Perkara a.n. terdakwa HAMDANI
AMIN (Karo Keuangan KPU) dalam
pengadaan jasa asuransi pada KPU dan
penerimaan dana-dana dari rekanan.
Perkara tersebut telah diputus oleh PN
TIPIKOR; terdakwa dan JU mengajukan
upaya hukum banding.
2. Berkas Perkara a.n. terdakwa PROF.
DR. NAZARUDDIN SHAMSUDDIN (Ketua
KPU) dalam pengadaan jasa asuransi
pada KPU. Perkara tersebut telah diputus
oleh PN TIPIKOR; terdakwa dan JPU
mengajukan upaya hukum banding.
3. Berkas perkara a.n. Terdakwa TEUKU
SYAIFUDDIN, SH. alias Popon (Pengacara)
dalam perkara memberi suap kepada
Panitera PT DKI, Jakarta. Perkara tersebut
telah diputus oleh PN TIPIKOR; terdakwa
dan JPU mengajukan upaya banding.
4. Berkas Perkara a.n. terdakwa RAMADHAN
RIZAL, SH dan MOCH. SOLEH, SH., MH
(Keduanya sebagai Panitera Pengadilan
Tinggi DKI, Jakarta) dalam perkara
penerimaan suap dari pengacara. Perkara
tersebut telah diputus oleh PN TIPIKOR;
terdakwa dan JPU mengajukan upaya
hukum banding,
Services by Immigration Offce of the
Indonesian Embassy in Kuala Lumpur and
Indonesian Consulate General in Penang
Malaysia.
Investigation
1. Alleged bribery by a lawyer to a Jakarta
court offcial with PONO WALUYO et al as
suspect
2. Alleged graft in BKPMs (Investment
Coordinating Board) 2003-2004
Indonesian Investment Year Project with
TEHODORUS F TOEMION (Former Head
of BKPM, 2001-2005) as suspect.
Prosecution
1. Dossier of HAMDANI AMIN (Head of
KPU Finance Bureau) relating to the
procurement of insurance services and
receipts of kickbacks from vendors. The
case has been decided by the Corruption
Distric Court, both the defendant and the
Public Prosecutor fled an appeal
2. Dossier of Prof. DR. NAZARUDDIN
SJAMSUDDIN (Chairman of KPU relating
to the procurement of insurance
services. The case has been decided by
the Corruption Distric Court, both the
defendant and the Public Prosecutor fled
an appeal .
3. Dossier of TEUKU SYAIFUDDIN, SH a.k.a
Popon (Lawyer) relating to bribery to
Jakarta High Court offcials. The case has
been decided by the Jakarta Corruption
Distric Court both the defendant and the
Public Prosecutor fled an appeal
4. Dossier of RAMADHAN RIZAL, SH, and
MOCH. SOLEH, SH, MH (both Clerks of
the Jakarta High Court) relating to bribery
from Lawyer: both the defendant and the
Public Prosecutor fled an appeal
47
5. Berkas Perkara a.n. terdakwa RADEN
SOEDJI DARMONO, SH. (Mantan Pjs.
Direktur Pembinaan anggaran II) dan
ISHAK HARAHAP (Kasubdit anggaran
II E) dalam perkara seorang pegawai
negeri menerima sejumlah uang. Perkara
tersebut telah diputus oleh PN TIPIKOR;
terdakwa mengajukan upaya hukum
banding.
6. Berkas Perkara a.n. terdakwa PROF. DR.
RUSADI KANTAPRAWIRA, Sh. (Anggota
KPU) dalam perkara pengadaan tinta
Pemilu 2004 oleh KPU. Perkaranya
sedang dalam proses persidangan di PN
TIPIKOR.
7. Berkas Perkara a.n. terdakwa DRS. H.
SURATNO, MM. (Direktur Administrasi
dan Keuangan RRI) dalam perkara
pengadaan peralatan pemancar di RRI.
Perkaranya
8. Berkas Perkara a.n. terdakwa H. FAHRANI
SUHAIMI (Rekanan) dalam perkara
pengadaan peralatan pemancar di RRI
dengan. Perkara ini merupakan splitsing
atas perkara yang sama dengan terdakwa
DRS. H. SURATNO, MM dan perkaranya
sedang dalam proses persidangan di PN
TIPIKOR.
9. Berkas Perkara a.n. terdakwa DRS. R.
BAMBANG BUDIARTO, M.Si dan SAFDER
YUSSAC dalam perkara pengadaan Buku
Panduan KPPS dan Buku Keputusan KPU
No.01, 02, 03, dan 04 serta No.104/2003.
Perkara ini sedang dalam proses
persidangan di PN TIPIKOR.
10. Berkas Perkara a.n. terdakwa DRS.
KUNTJORO HENDRARTO no, MBA.
(Direktur Utama PT Sandang Nusantara)
dalam perkara penjualan asset milik
PT Sandang Nusantara Cab. Bandung
(BUMN). Perkaranya sedang dalam
proses persidangan di PN TIPIKOR.
5. Dossier of RADEN SOEDJI DARMONO,
SH (Former ad interim Director of Budget
Development II) and ISHAK HARAHAP
(Head of Budget II E. sub Directorate)
relating to receipt of bribery a civil
servant. The case has been decided by the
Corruption District Court the defendant
fled an appeal
6. Dossier of Prof. DR. Rusadi Kantaprawira,
SH. (member of KPU relating to the
procurement of ink for 2004 General
Election. The case is being tried before
the Corruption District Court
7. Dossier of Drs. H. Suratno, MM (Director
of Finance and Administration RRI) related to

Procurement of RRI base station. This
case is on trial at the Corruption District
Court (PN TIPIKOR)
8. Dossier of H. Fahrani Suhaimi (vendor)
relating to procurement of transmission
devices by RRI. This case is from the
same case with Drs. H. Suratno, MM as
the defendant which is being tried before
the Corruption District Court
9. Dossier of BAMBANG BUDIHARTO,
M.Si. and SAFDER YUSSAC relating
to procurement of KPPS Manual and
Bookbinding of KPU Decisions No.
01,02,03, and 04 and No. 104/2003 . the
case is being tried before the Corruption
District
4B
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
11. Berkas Perkara a.n. terdakwa MOCH.
DENTJIK (Pegawai KPU) dalam perkara
seorang pegawai negeri dana dari
rekanan. Perkaranya sedang dalam
proses persidangan di PN TIPIKOR.
12. Berkas Perkara a.n. terdakwa LIN KIAN
YIN (Rekanan) dalam perkara penjualan
aset milik PT Sandang Nusantara
Cab. Bandung (BUMN). Perkaranya
merupakan splitsing atas perkara yang
sama dengan terdakwa DRS. KUNTJORO
HENDARTONO, MBA. (Direktur Utama
PT Sandang Nusantara) dan perkaranya
sedang dalam proses persidangan di PN
TIPIKOR.
13. Berkas Perkara a.n. terdakwa ACHMAD
ROJADI, S.Sos (Rekanan) dalam perkara
pengadaan tinta pemilu 2004. perkara
ini merupakan splitsing atas perkara
yang sama dengan terdakwa PROF. DR.
RUSADI KANTAPRAWIRA, SH. (Anggota
KPU) dan perkaranya sedang dalam
proses persidangan di PN TIPIKOR.
14. Berkas Perkara a.n. terdakwa F.T.K.
HAREFA (Rekanan) dalam perkara
pengadaan Buku Panduan KPPS dan
Buku Keputusan KPU No. 01, 02, 03, dan
04 serta No.1004/2003 dengan. Perkara
ini merupakan splitsing atas perkara
yang sama dengan terdakwa DRS. R.
BAMBANG BUDIARTO, M.Si dan SAFDER
YUSSAC dan perkaranya sedang dalam
proses persidangan di PN TIPIKOR.
Perkara yang sudah mendapatkan
putusan hukum tetap (In kracht van
gewijsde)
Perkara yang sudah mendapatkan putusan
hukum tetap (in kracht van gewijsde) pada
tahun 2005, adalah sebanyak 5 (lima) berkas
perkara yaitu :
Court
10. Dossier of DR Kuntjoro Hendrartono,
MBA, (President Director of PT Sandang
Nusantara, a State-Owned Enterprise)
relating to the sale of its Bandung
Branchs asset. This case is on trial at PN
TIPIKOR
11. Dossier of MOCH. DENTJIK (KPU staff)
relating to receipt of bribe from vendors.
This case is on trial at the Corruption
District Court
12. Dossier of LIN KIAN YIN (vendor)
relating to the disposal of PT Sandang
Nusantaras Asset. This case is on trial at
the Corruption District Court
13. Dossier of ACHMAD ROJADI, S.Sos
relating to the procurement of ink for

2004 General Election. This case is
being tried before the Corruption District
Court
14. Dossier of F.T.K. HAREFA, relating to
the procurement of KPPS Manual and
Bookbinding of KPU Decisions No. 01.02,
03 and 04 and No. 104/2003 This case is
being tried before he Corruption District
Court
Cases given fnal and binding decisions
(in kracht van gewijsde)
There are fve(5) cases which had been
given fnal and binding decisions (in kracht
van gewijsde) in 2005 i.e.
The procurement or one unit of type MI-2
49
1. Perkara Pengadaan Satu Unit Helikopter
jenis MI-2 Buatan Rostov Rusia oleh
Pemda NAD dengan terdakwa Sdr. IR.
H. ABDULLAH PUTEH, M.SI (Gubernur
Nangroe Aceh Darusslam). Putusan
Hakim Pengadilan TIPIKOR (Sampai
Tingkat Kasasi) : Dipidana penjara selama
10 tahun dan denda Rp. 500 juta (lima
ratus juta rupiah) subsider 6 (enam)
bulan kurungan. Dan mengganti kerugian
Negara sebesar Rp. 6.564.000.000,-
(enam milyar lima ratus enam puluh juta
rupiah) subsider 3 (tiga) tahun penjara.
2. Perkara Pembelian Tanah Oleh Ditjen
Perhubungan Laut dengan terdakwa
Sdr DRS. MUHAMMAD HARUN LET LET
DAN TARSISIUS WALLA. Putusan Hakim
Pengadilan TIPIKOR (Sampai tingkat
Kasasi): DRS. MUHAMMAD HARUN
LET LET dipidana penjara selama 11
(sebelas) tahun dan. Denda sebesar Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
subsider 6 (enam) bulan kurungan. Dan
mengganti kerugian negara sebesar
9.262.500.000,- (sembilan milyar dua
ratus enam puluh dua juta lima ratus
rupiah) subsider 5 (lima) tahun penjara.
TARSISIUS WALLA dipidana penjara
selama pidana penjara selama 8 (delapan)
tahun dan denda 200 juta (dua ratus
juta Rupiah) subsider 3 bulan kurungan.
Dan mengganti kerugian Negara sebesar
Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah)
subsider 1 (satu) tahun penjara.
3. Perkara Pengadaan Helikopter jenis MI-
2 buatan Rostov-Rusia oleh Pemda NAD
dengan terdakwa BRAM H.D. MANOPPO,
MBA. Perkara ini merupakan splitsing
atas perkara yang sama dengan terdakwa
IR.H.ABDULLAH PUTEH, MSI.
Helicopter, made in Rostov-Rusia by the
Regional Government of Nangroe Aceh
Darussalam (NAD), with Ir. H. ABDULLAH
PUTEH, MSi (Governor of NAD) as the
defendant. The decision of the court of
appeal: 10-year jail term and a penalty of
Rp. 500 milion substituted by 6 months in
prison and return of state loss amounting
to Rp. 6.564.000.000, (six billion give
hundred sixty four million rupiahs)
substituted by three (3) years in jail
2. The purchase of land by the Directorate
General of Sea Transportation with
DRS. MUHAMMAD HARUN LET LET and
TARSISIUS WALLA as defendants. The
decision of the corruption court of appeal:
Dr s . MU HA MMA D HA R U N L E T

LET is to serve 11- month jail term and
to pay a penalty of Rp. 500.000.000
(fve hundred million) substituted by six
months in prison and return of state loss
a mounting to Rp. 9.262.500.000 (nine
billion two hundred sixty two million fve
hundred rupiahs) substituted by fve years
in prison. TARSISIUS WALA is to serve 8-
month jail term and pay a penalty of Rp.
200 million, substituted by three months
in prison and return the state loss a
mounting to Rp. 1 billion substituted by
one year in prison
3. The procurement of MI-2 Helicopter
made in Rostov-Rusia by the Regional
50
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
Putusan Hakim Pengadilan TIPIKOR
(Tidak Banding) : Dipidana penjara
selama 6 tahun dan denda Rp. 200
juta (dua ratus juta rupiah) subsider 4
(empat) bulan kurungan. Dan mengganti
kerugian Negara sebesar Rp. 3.678.000,-
(tiga milyar enam ratus delapan puluh
tujuh juta lima ratus ribu rupiah) subsider
3 (tiga) tahun penjara.
4. Perkara Penyuapan Anggota KPU- Sdr
Mulyana Wira Kusumah kepada pegawai
BPK Sdr. Khairiansyah Salman dengan
terdakwa Sdr MULYANA WIRA KUSUMAH
(Anggota KPU). Putusan Hakim
Pengadilan TIPIKOR (Tidak Banding) :
Dipidana penjara selama 2 (dua) tahun
dan 7 (tujuh) bulan, denda sebesar Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),
subsider 3 (tiga) bulan kurungan.
5. Perkara Penyuapan Anggota KPU Sdr
Mulayana Wira Kusumah kepada pegawai
BPK Sdr. Khairiansyah Salman dengan
Terdakwa DR. IR SUSSONGKO SUHARDJO,
M.Sc. (wakil Sekjen KPU). Putusan Hakim
Pengadilan TIPIKOR (Tidak Banding) :
Dipidana penjara selama 2 (dua) tahun
dan 6 bulan (enam) bulan, denda sebesar
Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),
subsider 3 (tiga) bulan kurungan. Uang
sebesar Rp. 179.800.000,- (seratus tujuh
puluh sembilan juta delapan ratus ribu
rupiah) dirampas untuk negara.
Government of NAD with BRAM H.D,
MANOPPO, MBA as the defendant. This
case is derived from the same case
where Ir. H. ABDULLAH PUTEH, MSi is
the defendant. The decision of the court
of appeal: a jail term of six years and a
penalty of Rp. 200 million (two hundred
million rupiahs) substituted by four years
in prison and return the state loss a
mounting to Rp. 3,687,500,000 (three
billion six hundred thousand rupiahs)
substituted by three years in prison
4. The bribery by KPU member, Mulyana
Wira Kusumah, to BPK staff,

Khairiansyah Salman, with Mulyana Wira
Kusumah as the defendant. Decision of
the court of appeal; a jail term of two (2)
years and seven (7) months, a penalty
of Rp. 50.000.000 (ffty million rupiahs)
substituted by three months in prison
5. Bribery by KPU member, Mulyana Wira
Kusumah to a BPK staff, Khairiansyah
Salman, with Dr. Ir. Susongko Suhardjo
MSc. (KPU Vice Secretary General). The
decision pf the court (no appeal) a jail
term of two(2) years and six (6) months
a penalty of Rp. 50.000.000 (ffty million
rupiahs) substituted by 3 months in
prison. An amount of Rp. 179.800.000
(one hundred seventy nine million eight
hundred thousand rupiahs) will be
forfeited for the state.
51
Pengembalian Kerugian Keuangan
Negara

Berdasarkan hasil penyelidikan/penyidikan
dan penuntutan dugaan tindak pidana korupsi
dalam periode Tahun 2005 yang dilakukan
oleh Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri,
terdapat potensi.
Penyelamatan keuangan Negara dalam
bentuk barang sitaan baik berupa uang tunai
maupun barang bergerak maupun tidak
bergerak senilai Rp. 220.248.275.100,-
(Dua ratus dua puluh milyar dua ratus empat
puluh delapan juta dua ratus tujuh puluh
lima ribu seratus rupiah).
Dari jumlah tersebut, harta/kekayaan
sejumlah Rp. 22.292.900.000,- (Dua puluh
dua milyar dua ratus sembiulan puluh dua juta
sembilan ratus ribu rupiah) telah mendapat
keputusan hukum tetap untuk dikembalikan
ke Negara dalam bentuk denda dan uang
pengganti serta perampasan harta/kekayaan
untuk negara.
Recovery of state Losses
Based on result investigations and
prosecutions of alleged corruptions directly
done by KPK in 2005, there is a potential
recovery of state losses in the form of fxed
asset and on fxed asset forfeitures worth +
Rp. 220,248,275,100 (two hundred twenty
billion two hundred fourty eight million two
rupiahs)
Of the above amount Rp. 22,292,900,000
(twenty two billion two hundred ninety
two million nine hundred thousand rupiah)
has been given fnal and binding decision
to be returned to the state in the form of
penalty repayment and asset forfeiture for
the state.
Pencegahan Tindak Pidana Korupsi
Preventive Action
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
54
Disadari bahwa pemberantasan korupsi
tidak bisa anya dilakukan melalui upaya
penindakan saja, melainkan harus dilakukan
bersama-sama dengan upaya pencegahan
terjadinya tindak pidana korupsi. Dalam
rangka percepatan pemberantasan tindak
pidana korupsi dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan antara lain terlibat aktif dalam
penyusunan dan pelaksanaan RAN-PK
(Rencana Aksi Nasional Pemberantasan
Korupsi), asistensi Pelaksanaan Inpres
Nomor 5 Tahun 2005, pengembangan
dan penerapan good governance melalui
promosi island of integrity, termasuk pada
Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Masyarakat Aceh dan Sumatera Utara
(R3MAS) pasca tsunami dan di lingkungan
Pemerintah Propinsi NAD dan Sumatera
Utara, sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi, pemasyarakatan budaya
anti korupsi (melalui serangkaian kegiatan
sosialiasasi dan pendidikan anti korupsi,
serta peningkatan jaringan kerjasama anti
korupsi.
Selain itu KPK juga melakukan kajian untuk
memperbaiki sistem pengelolaan administrasi
yang berpotensi korupsi, meningkatkan
instrumen pengawasan terhadap pegawai
negeri dan penyelenggara negara dengan
pendaftaran dan pemeriksaan atas LHKPN,
pemantauan atas gratifkasi, peningkatan
koordinasi dan supervisi terhadap institusi
yang bertugas dalam pencegahan korupsi
dan pelayanan publik
Preventive Actions
In eradicating corruptions it is not only the
repression efforts that were needed, instead
it must be support by the prevention efforts
that can be done collectively. To enhance
the acceleration for era dicating corruption,
therefore the prevention effrts will be carry
out in various activities such as being actively
involve in arraging and imple-menting RAN-
PK (National Action Plan for Eradicating
Corruption), assist the realization of Inpres
No. 5 of 2005, developing and implementing
good governance through island of integrity
promotion, it is also includes in Rehabilitation
and Reconstruction Plan for Aceh and north
Sumateras (R3MAS) after the tsunami and in
the NAD and North Sumateras, socialization
for eradicating corruption, build cultural
knowledge for anti-corruption (through anti
corruption socialization and education to
the society), anti-corruption campaign, also
increasing the anti-corruption cooperation
network.
KPK also perform study to develop the
administration mana-gement system that
could reduce potential corrupt practices,
increasing control to public offcer by registry
and examination of the Wealth Report of
Public and Government Offcials (LHKPN),
gratifcation monitoring, and coordination
and super-vision for institution and public
service.
Pencegahan Tindak Pidana Korupsi
Preventive Actions
55
Pendaftaran dan Pemeriksaan LHKPN
Selama tahun 2005 telah dilakukan
pengumuman LHKPN pada Tambahan Berita
Negara (TBN) sebanyak 9.070 LHKPN, serta
serangkaian kegiatan pemeriksaan yaitu
pemeriksaan khusus terhadap empat LHKPN,
pemeriksaan fsik dan veritifkasi data atas 21
LHKPN langsung ke instansi Penyelenggara
Negara (PN) yang bersangkutan, serta
pemeriksaan adanya grafkasi pada satu
LHKPN.
Sebanyak 25% dari isian LHKPN yang
dilaporkan tidak berisi data yang lengkap
dan sebagian daripadanya dikembalikan
kepada PN untuk dilengkapi. Kesalahan yang terjadi
pada umumnya adalah ketidaklengkapan
pengisian formulir dan dokumen pendukung.
Untuk meningkatkan pemahaman
penyeleng-gara negara terhadap tata cara
pengisian formulir LHKPN, selama tahun
2005 telah dilakukan 53 kali bimbingan
teknis pengisisan.
Selain itu untuk memperlancar proses
pendaftaran LHKPN, telah dibentuk kelompok
kerja (Pokja) LHKPN, telah dibentuk
kelompok kerja (Pokja) LHKPN di setiap
propinsi bekerja sama dengan pemerintah
Registry and Examination of LHKPN
During 2005, 9.070 LHKPN had been
announced in state gazette (TBN), and some
examination activitie, which are special
audit were perform for four LHKN, physical
observation and data verifcation for 21
LHKPN, and special audit to the gratifcation
item in one LHKPN.
25% of the LHKPN registration are not
complete and most of them were returned.
The major mistake are the incompleteness
flling up the form and the lack of supporting
documents. KPK conduct some activities to
increase the
understanding of the procedures for flling of
LHKPN registration form, during 2005 there
were held 53 times of technical guidance for
flling the LHKPN form.
KPK also formulate task force (Pokja) in
each provinces, to increase effectiveness
the registra-tion of LHKPN. KPK had given
training to the staff and hand over computer
to support the activities of the Pokja. The 3
days training for 33 provinces were held in 3
terms. The frst term were held in July 19Th
21Th, 2005
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
56
Daerah setempat. Untuk memperkuat
Pokja tersebut, KPK memberikan bantuan
computer untuk menunjang kegiatan
Pokja dan pelatihan kepada petugas Pokja.
Pelatihan diberikan kepada petugas Pokja
yang berasal dari 33 propinsi selama 3
hari yang dibagi menjadi tiga gelombang,
yaitu gelombang pertama 19-21 Juli 2005
dan gelombang kedua 25-27 Juli 2005 dan
gelombang ketiga pada tanggal 1-3 Agustus
2005.
Pemantauan dan Penetapan Status
Graftasi
Untuk memenuhi ketentuan dalam
pemantauan dan penetapan graftasi,
KPK telah menyiapkan formulir laporan
penerimaan graftasi yang memberi
kemudahan kepada penerimaan Graftikasi
yang memberi kemudahan kepada
penerima Graftikasi untuk mengisinya, serta
kemudahan bagi KPK dalam melakukan
pemasukan data, klarifkasi, dan veritifkasi
laporan tersebut.
Selama tahun 2005 KPK telah diterima
26 laporan penerimaan gratifkasi yang
disampaikan oleh satu pejabat Pemerintah
Pusat, 14 pejabat Pemerintah Daerah, dua
anggota Legislatif Daerah, serta 9 Pimpinan
dan pegawai KPK. Berdasarkan pemeriksaan
yang dilakukan, 10 penerimaan gratifkasi
telah ditetapkan sebagai milik penerima
dengan nilai Rp. 370.923.000,- lima menjadi
milik negara dengan nilai Rp. 24.740.000,-
dan 11 laporan masih dalam proses
pemeriksan dengan nilai Rp. 498.800.000,-
Penguatan jaringan kerjasama dalam
pemberantasan korupsi
Kegiatan pemberantasan korupsi tidak dapat
dilaksanakan sendiri oleh KPK. Kegiatan ini
memerlukan bantuan dan kerjasama dari
banyak pihak. Sepanjang tahun 2005, upaya
memperluas dan memperkuat jaringan
pemberantasan korupsi terus dilanjutkan.
the second term were held in July 25Th
27Th 2005 and the third terms were held in
August 1st-3rd 2005.
Monitoring and Deciding the Graft
Status
To fulfll the regulation in monitoring and
deciding of gratifcation, KPK has provide a
user friendly form for reforting the receipt
of gratifcation and for the KPK it selves it
is usefull for data base entry, clarify and
verifying the report.
During 2005 KPK received 26 gratifcation
report that were given by one of the
Government executive offcer, 14 reports
from the Province Legislative offcer, 9 reports
from KPK Chairman and offcer. Based from
the investigation, 10 reports had returned
to the receiver with the total amount of Rp.
24.370.923.000 5 reports had owned by the
Government with the total amount of Rp.
24.740.000 and 11 reports are still in process
for examination with the total amount of Rp.
498.800.000.
Strengthening The Cooperation
Network
The eradicating of corruption can not be done
only by KPK. This activities need support and
cooperation from many parties. In 2005 the
57
Kerjasama ini terbukti efektif untuk
mepercepat upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi. Beberapa kerjsama yang
telah dimanfaatkan antara lain :
Kerjasama pertukaran informasi dan
bantuan teknis penindakan dari instansi
terkait, seperti Kepolisian RI, Kejaksaan
Agung, BPK, BPKP, Tentara Nasional
Indonesia, PPATK, Direktorat Jenderal
Pajak, Badan Pertahanan Nasional,
Perusahaan Jasa Telekomunukasi,
Perbankan, Inspektorat Jenderal
Departemen Keuangan, Badan Pengawas
Pasar Modal dan Direktorat Jenderal
Lembaga Keuangan.
Bantuan pelaksanaan kegiatan sosialisasi
dan diseminasi informasi kebijakan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dari Departemen Komunikasi dan
Informasi, beberapa media cetak dan
elektronik.
Kerjasama dengan kementerian
pendayagunaan Aparatur Negara dalam
rangka mendorong upaya pencegahan
korupsi dengan perwujudkan
penyelenggaraan tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance).
and strengthening the network for eradicating
corruption were continued. This cooperation
provenly effective for accelerate the efforts
for eraditing corruption. Trough out 2005,
several cooperation that had been used,
such as.
Cooperation in exchange of information
and technical support for repression
acivities from counterpart institution, such
as Police, Attorney Generals Offce, BPK,
BPKP, National Forces (TNI), fnancial
Departement, National land Board (BPN),
Telekomucation Company, Banking,
Security exchange (Bapepam) and
Supporting from Departement of
Comunication in social-lizing corruption
eradina-tion policies in order to improve
coordination and performance of
the program, as well as to improve
dissemination of anticorruption policies.
Cooperation with Ministry Administrative
Reform (Men Pan) in order to promote
prevention activities by implementation
of good governance.
Cooperation with provincial governments
in prevention measures such as entry
database, distribution, information
enhancement and monitoring the LHKPN,
as well as socialization of anti-corruption
and distribution of gratifcation form.
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
5B
Kerjasama dengan Pemerintah Propinsi
dalam bidang pencegahan yang mencakup
antara lain pendataan, pendistribusian,
pemutakhiran data dan pemantauan data
LHKPN, serta pelaksanaan sosialisasi anti
korupsi dan penyebaran bantuan formulir
gratifkasi.
Sebagai tindak lanjut dari kerjasama regional
dalam pemberantasan korupsi dilakukan
penyusunan program pelatihan untuk
meningkatkan kapasitas SDM dan telah
dimulai upaya membangun kerjasama dalam
hal asset recovery dan ekstradisi yang terkait
dengan perkara tindak pidana korupsi. Dalam
rangka menjalin kerjasama internasional,
KPK aktif mengikuti worshop dan diskusi
internasional tentang pemberantasan
korupsi.
Sosialisasi dan pendidikan anti korupsi
Kegiatan ini ditujukan untuk menggalang
kesadaran dan kesamaan persepsi tentang
pemberantasan korupsi di Indonesia.
Kegiatan sosialisasi menjadi awal bagi upaya
pencengahan korupsi dan pembangunan
budaya anti korupsi dan pembangunan
budaya anti korupsi. Dalam tahun 2005
telah dilaksanakan serangkaian kegiatan
sosialisasi dalam bentuk antara lain :
Pengiriman personel KPK sebagai
narasumber dalam pelatihan kedinasan,
seminar, worshop dan diskusi tentang
pemberantasan korupsi dan pembangunan
tata pemerintahan yang baik.
Pengembangan muatan anti korupsi
dalam pendidikan yang dilakukan dalam
bentuk penyusunan modul pelatihan dan
kurikulum anti korupsi bagi pelajar sekolah
menengah. Proses penyusunannya
melibatkan para pakar di bidang ekonomi,
hukum, pendidikan, aktifs anti korupsi,
agamawan dan budayawan. Di tahun
mendatang
Socialization and Public Education
This activities main purpose are to gathered
the understanding and perception equality
about the eradication of corruption in
Indonesia. Apart from that the socialization
activities became the preliminary start of the
prevention effort for eradicating corruption
and the de-lopment of anti corruption
culture. In 2005 there has been socialization
activities in for of :
Assigning KPK personel as a speaker
in offcial training, seminar, work-shop
and discussion about the eradication of
corruption and good governance.
Enroll the anti corruption modul in
education system. This activities had
been delivered by arraging training
modul about anti corruption for high
school students, where the arrangement
involving the expertise in economics, law,
education, NGOs, religionist and cultural
observer. For the upcoming years there
will be a training for the trainers.
Anti corruption campaigh through posters,
leafets, banners, comic and media print
and electric media advestisement.
Increasing the society awareness
through newspaper, magazine, talkshow
in television and radio about anti
corruption.
59
direncanakan akan dimulai pelatihan bagi
calon pelatih (training for trainers).
Kampanye anti korupsi melalui poster,
lefet, spanduk, komik serta iklan pada
media cetak dan elektronik.
Program peningkatan kesadaran
masyarakat melalui penyampaian materi
anti korupsi pada kolom surat kabar dan
radio.
Pengkajian Sistem Pengelolaan
Administrasi yang Berpotensi Korupsi
Pengkajian sistem pengelolaan administrasi
bertujuan untuk mencegah terjadinya tindak
pidana korupsi dan meningkatkan efsiensi
dan efektiftas pelayanan publik. Pada tahun
2005 kegiatan ini disfokuskan pada sistem
yang terkait langsung dengan pelayanan
publik, antara lain :
Sistem pengelolaan administrasi
pertanahan pada Badan Pertanahan
Nasional. Kegiatan pengkajian dilakukan
di Kantor Pertanian Kotamadya Jakarta
Selatan.
Sistem pelayanan imigrasi. Kegiatan
pengkajian dilaksanakan di Kantor
Imigrasi Jakarta Barat, dan yang
dilengkapi observasi singkat di Kantor
Imigrasi Jakarta Selatan, Kantor Imigrasi
Waru dan Tanjung Perak, Surabaya, dan
Tempat Pemeriksaan Imigrasi di Bandara
Soekarno-Hatta, Cengkareng.
Studies of Administration Management
System
The studies on administration manage-ment
in state and govern-ment institution, specially
systems that related to public service, where
its purpose is to prevent the corruption and
increasing the public service effciency and
effectivity. The activities that had done are.
Studies the BPNs administration
management in Land Adminstration
Offce Region South Jakarta.
Studies the imigrations administration
system in West Jakarta Imigration Offce
in, with additional brief observation
in Imigration Offce in South Jakarta,
Imigration Offce in Waru and Tanjung
Perak, Surabaya and the Imigration
Examination Offce in Soekarno-Hatta
Airport.
There also has been studies related to the
effort to increase effectiveness of corruption
eradication, such as :
Studies about the Central Customer Data
base for supporting the law enforcer effort
in eradicating corruption in Indonesia
Series studies about international and
domestic best practices of local parlement
this activities were perform in order for
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
60
Selain itu beberapa kegiatan pengkajian
yang dilakukan dalam rangka peningkatan
efektiftas pemberantasan korupsi antara
lain :
Kajian mengenai Central Customer
Database untuk menunjang para
penegak hukum dalam upaya melakukan
pemberantasan korupsi di Indoensia.
Pengkajian atas penerapan terbaik
(best practices) baik di dalam negeri
dan luar negeri mengenai kinerja DPRD
Kabupaten/Kota dan parlemen local di
Amerika Serikat dan Malaysia. Kegiatan
ini bertujuan untuk mengembangkan
fungsi control dari lembaga legislative
dalam pemberantasan korupsi. Kegiatan
diseminasi model tersebut kepada 30
DPRD propinsi, kabupaten dan kota
direncanakan akan dilakukan di tahun
2006.
Implementasi good governance melalui
pelaksanaan island of integrity
Dalam rangka meningkatkan integritas dan
untuk membantu perkembangan budaya
anti korupsi, KPK mendorong terbentuknya
model-model percontohan wilayah yang
bebas korupsi (island of integrity) sebagai
wujud implementasi good governance pada
beberapa pemerintah daerah, bekerjasama
dengan Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara.
Dengan menggunakan beberapa daerah
sebagai model, antara lain : Kabupaten
Solok dan Jembrana, beberapa daerah lain,
seperti Propinsi Gorontalo, Kabupaten Tanah
Bumbu, Propinsi Riau telah mulai mengikuti
menerapkan island of integrity dengan
bimbingan KPK bersama dengan Kementerian
PAN. Perkembangan pelaksanaan kegiatan
ini dimonitor dan dievaluasi secara berkala.
developing the legislatives control
in eradicating corruption. The model
dissemination activities planning will
carry out to 30 DPRD Provices country
and city in 2006
Implementation of Good Government
Througth Island of Integrity
In order to increase integrity and support
development of anti-corruption culture, KPK
work along Menpan support the formulation
of island integrity models as sample of
implementation of good governance.
Using some district such as Solok and
Jembrana as a model some dictric such as
Provincial Government of Gorontalo sout
Klimantan Riau and district of Tanah Bumbu
start to implement this programe assisted by
KPK and MenPan. Progress of this Programme
subject to periodically review and evaluated
National Action Plan for Eradicating
Corruption (Ran-PK)
As a realization of commitment implement
the United nation Convention Againts
Corruption Indonesia beginning to develop a
National Action Plan for Eradicating
61
Rencana Aksi Nasional Pemberantasan
Korupsi (Ran-PK) dan Monitoring
pelaksanaan Inpres 5 Tahun 2004
Sebagai perwujudan komitmen untuk
melaksanakan Konvensi PBB Menentang
Korupsi, Indonesia mengembangkan sebuah
Rencana Aksi Nasional Pemberantasan
Korupsi (RAN-PK). RAN-PK ini dimaksudkan
sebagai acuan dalam menyusun program
pemberantasan korupsi di Indonesia. KPK
berperan-serta dan terlibat secara aktif
dalam tiap pembahasan dalam menyusun
program pemberantasan korupsi dan
mensinergikan berbagai upaya nasional
dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.
KPK berperan-serta dan terlibat secara aktif
dalam tiap pembahasan dalam penyusunan
RAN-PK, yang sampai dengan saat ini sedang
dikembangkan oleh tim yang beranggotakan
lintas departemen.
Dalam rangka mempercepat pemberantasan
tindak pidana korupsi, Presiden telah
mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No
5 Tahun 2004 yang ditujukan kepada pejabat
pemerintah yang termasuk dalam katagori
penyelenggara negara untuk melakukan
upaya percepatan pemberantasan korupsi
yang dikoornasikan dengan KPK. Untuk
menjamin keberhasilan pelaksanaan Inpres
ini, telah dibentuk Tim Koordinasi Monitoring
dan evaluasi dimana KPK terlibat aktif dalam
tim Inti Pokja tersebut.
Keterlibatan KPK dalam Rehabilitasi
dan Rekonstruksi Naggroe Aceh
Darussalam dan Nias
Keterlibatan KPK dalam penanganan
rehabilitasi dan rekonstruksi pasca Tsunami
di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD) dan Nias, Propinsi Sumatera Utara
telah dimulai dari proses yang dilakukan oleh
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) pada saat pembuatan RAN-PK,
serta pencanangan Rencana Rehabilitasi
dan
The national action plan become the national
standard for eradicating corruption in
Indonesia. KPK roles and actively involve in
each discussion for arranging RAN-PK, which
until now is still in development process by
team from various department.
In accordance to ace-larate eradication of
cor-ruption, the president has instructed in
inpres No. 5 of 2004 to government offcer
which includes ini government caretaker to
accelerate the eradication of corruption in
coor-dination with KPK. To guarantee the
success of the Inpres implementa-tion, it
has bee formed Coorination Monitoring And
Evaluation Team where KPK actively involve
in this Team.
Involvement in Rehabilitation and
Reconstuction of NAD and Nias
The KPK involment for handling fehabilitation
and reconstruction after the Tsunami ini
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pro-
vince and Nias, North Sumatera has started
from the process that proceed by National
Development Planning Institution (Bappenas)
in accordance with development of RAN-
PK, dan also launching the Rehabilitation
Plan and Reconstuction for Aceh and North
Sumatera People (R3MAS) in the beginning
of January 2005.
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
62
rekonstruksi Masyarakat Aceh dan Sumatera
Utara (R3MAS) pada awal Januari 2005.
KPK berperan aktif dalam penyusunan RAN-
PK dan R3MAS, khususnya di Kelompok Kerja
(Pokja IX) yang menangani Akuntabilitas dan
Tata Kepemerintahan yang Baik yang pada
intinya mempromosikan penerapan good
governance pada R3MAS dan di lingkungan
Perpropinsi NAD dan Sumut, penerapan
Qanun (Perda) di NAD, serta menyusun
mekanisme akuntabilitas pemerintah
daerah.
Beberapa upaya pencegahan korupsi yang
telah dilakukan KPK antara lain melalui
sosialisasi anti korupsi dan pertemuan
dengan LSM, civitas akademika, tokoh
masyarakat, perwakilan lembaga/negara
donor, dan unsur Pemerintah Propinsi NAD;
kampanye anti korupsi melalui pemasangan
spanduk dan talkshow di radio; penyebaran
formulir Laporan dan Pengaduan Masyarakat
dengan perangko berlangganan ke seluruh
kabupaten di Propinsi NAD; keterlibatan
pimpinan KPK dalam penandatanganan
Pakta Integritas oleh seluruh pegawai BRR.
KPK actively involve in the arrangement of
Ran-KPK and R3Mas, specially in Task Force
(pokja) IX which handling the Accountability
and Good Governance Where their purpose
are promoting the good governance
implementation in R3MAS and also in NAD
and North Sumatera province implementation
of Qanun (Perda) in NAD and Then KPk also
arranging the accountta bility mechanism for
the provincial government.
Several activities that had been done are
: anti corruption socialization and meeting
with NGO, academic, religionist, donor and
NAD provincial government anti corruption
campaigh though banner and Radio talkshow
distribution of Public Complaint country in
NAD province signing the Integrity Pact with
all BRR employee
Penggalangan Keikutsertaan
Masyarakat
Rallying the Public Participations
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
64
Kegiatan pemberantasan korupsi
membutuhkan partsipasi tiga pihak yaitu
sektor publik, swasta dan masyarakat.
Didasari bahwa penempatan korupsi sebagai
kejahatan yang luar biasa didasarkan karena
praktek korupsi merupakan pelanggaran
terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi
masyarakat yang dapat mengakibatkan
bencana tidak saja terhadap kehidupan
perekonomian nasional tetapi juga pada
kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena
itu partisipasi masyarakat sebagai pihak yang
dirugikan oleh praktek korupsi merupakan
hal yang mutlak diperlukan.
Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi
menjamin peran serta masyarakat dalam
upaya pencegahan dan penindakan dalam
pemberantasan korupsi, yang diwujudkan
dalam bentuk: hak mencari, memperoleh
dan memberikan informasi adanya dugaan
telah terjadi tindak pidana korupsi: hak untuk
memeperoleh pelayanan dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut : hak menyampaikan
saran dan pendapat secara bertanggung
jawab kepada penegak hukum dan hak
untuk memperoleh perlindungan hukum.
Pelaksanaan dari peran serta masyarakat
tersebut selanjutnya diatur lebih lanjut
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2000.
The corruption eradication need the
participation of three parties which are
government, private and society. It is
understand-able that corruption had been
classifed as extraordinary crime based from
violation of social and economic rights of the
society, this can lead not only to national
economic catastrophic but also the national
live. Therefore the parti-cipation of the
public, as the corruptions victim , is a must.
Law No. 31 of 1999 about the act of
corruptions eradication which guaran-tee
the public roles in preventing and repressing
the corruptions eradication, it realization
are : the rights to seek, obtain and provide
information on the allegation that a corrupt
act has taken place : the rights to obtain
services in viewing, obtaining and providing
information on the allegation that a corrupt
act has taken place, to the law enforcers
who handle the corruptions case: the rights
to conveys. Recommendations and opinions
responsibly to law enforces who handle the
corruptions case: the rights to obtain replies
to their questions to law enforces and the
rights to acquired legal protection. The
imple-mentation of the society roles is further
governed by Governmental Re-gulation No.
71 of 2000.
It is importance to remember how the
society play a role in creating a massive anti
corruption movement, one of KPKs strategy
in gathering the societys role as
Penggalangan Keikutsertaan Masyarakat
Rallying the Public Participations
65
Mengingat pentingnya peran serta
masyarakat dalam mewujudkan gerakan
anti korupsi yang massif, KPK menempatkan
strategi penggalangan keikutsertaan
masyarakat sebagai salah satu dari empat
pilar strategi utama dengan strategi ini
diharapkan dapat dibangun komunikasi yang
intensif dalam rangka penyampaian berbagai
informasi kepada masyarakat tentang upaya-
upaya pemberantasan korupsi yang telah
dilakukan serta membangun kerjasama
dengan mekanisme yang memungkinkan
masyarakat berperan serta secara aktif
dalam pemberantasan korupsi.
Strategi ini ditujukan untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap
penanganan pengaduan yang disampaikan
sehingga diharapkan dapat meningkatkan
peran serta aktif masyarakat dalam
pemberantasan TPK dan pembangunan sikap
anti korupsi. Untuk mewujudkan hal tersebut
dilaksanakan beberapa kegiatan antara
lain: peningkatan efektiftas dan efsiensi
penanganan pengaduan masyarakat,
peningkatan pemahaman masyarakat melalui
sosialisasi anti korupsi khususnya tentang
pengaduan masyarakat yang diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pengaduan
masyarakat yang disampaikan.
Penanganan Pengaduan Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan serta
masyarakat dalam pemberantasan korupsi,
KPK telah membuka akses seluas-luasnya
untuk masyarakat dalam
a part of 4 main strategy. The purpose of
this strategy is to developing an intensive
communication in transferring information
to the society about the effort for erdicating
corruption and also to developing a
relationship with a mechanism where the
society play its role in eradicating corruption.
The purpose of this strategy are to increase
the public trust in handling the public
complaint where it is expected to increase
the active role of the society to eraditing
corruption and building an anti corruption
culture. In order to create those activities
are necessarily need:the
increasing of effectiveness and effciency in
handling public complaint, increasing the
public knowledge through anti corruption so-
cialzation specially in increasing the quality
of public complaint.
Handling of The Public Complaint
For increasing the society role in eradicating
corruption, KPK opening a wide access for
the society to convey their complaint about
the act of corruptio, the activities provided
by KPK are direct complaint to KPK offce,
complaint through mail, e-mail, sms, fax and
telephone
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
66
menyampaikan pengaduan tentang
terjadinya tindak pidana korupsi, antara lain
melalui penyampaian pengaduan secara
langsung ke kantor KPK, pengiriman melalui
pos, elekronik (email), layanan pesan singkat
(sms) faksimili dan telepon.
Selama tahun 2005 KPK menerima 7.307
pengaduan tentang tindak pidana korupsi.
Jumlah ini meningkat 220, 34 % dibandingkan
jumlah yang diterima tahun 2004, sehingga
total jumlah pengaduan yang diterima
sampai dengan akhir tahun 2005 sejumlah
9.588. yang diterima sampai dengan akhir
tahun 2005 sejumlah 9.588. kurangnya
sumber daya manusia menjadi kendala dalam
menangani jumlah pengaduan masyarakat
tersebut. Dalam rangka mempercepat
penanganan laporan pengaduan masyarakat
dilakukan serangkaian upaya antara lain
melalui rekruitmen tambahan tenaga
kontrak penelaah dan penggunaan teknologi
informasi dalam penanganan pengaduan
masyarakat antara lain melalui system
informasi dan data base pengaduan
masyarakat yang telah diimplementasikan
secara penuh sejak awal Tahun 2005 dan
terus disempurnakan hingga saat ini.
Selain itu dilakukan pula review dan
penyempurnaan mekanisme penanganan
pengaduan masyarakat. Pada bulan Maret
2005 dibentuk tim verifkasi informasi
pengaduan masyarakat dengan tugas
selain melakukan verifkasi awal terhadap
pengaduan yang diterima juga memberikan
layanan konsultasi dan asistensi kepada
masyarakat dalam rangka peningkatan
kualitas pengaduan,
During 2005 KPK received 7.307 complaints
about the act of corruption. This number
increase 200,34 % compare from the
complaints received in 2004, bring the total
complaint received until the end of 2005
is 9.588 complaints. The limited human
resources is a constraint for handling public
complaint. In term for accelerate the handling
of public complaint, it needs a series of
effort such as recruiting an extra contractual
employees for reviewing the complaints and
using an information technology system
in handling public complaint, through
implementing information system and public
complaints data base in 2005 and it will
updating continually.
Apart from that it is also reviewing and
updating the handling of public complaint
mechanism. In March 2005, the public
complaints information verifcation team
are formed and its duties beside performing
preliminary complaints verifcations it is
also provide consulting and assisting society
for increasing the complaints quality, and
provide information for society to ask about
their complaints follow up.
The formation aiming to assisting the
reviewer to be more focus in the document
which consist of corruption act that from
preliminary review.
67
serta informasi perkembangan penanganan
atas pengaduan yang disampaikan.
Pembentukan ini dimaksudkan untuk
membantu penelaah sehingga dapat lebih
menfokuskan diri pada laporan pengaduan
yang berdasarkan review awal mengandung
materi dugaan tindak pidana korupsi.
Dalam tahun 2005 sebanyak 5.548
pengaduan telah selesai ditelaah dimana
35,63 % (1.977) pengaduan telah ditindak
lanjut dan 3.571. pengaduan tidak dapat
ditindak lanjut. Hal ini disebabkan antara
lain karena berdasarkan penelaahan bukan
merupakan TPK, kurangnya informasi dan
bukti atau pentunjuk awal dimana indentitas
dan alamat pelapor tidak jelas. Pengaduan
ini tetap disimpan dalam system informasi
pengaduan masyarakat dimana dapat
dipergunakan sebagai tambahan informasi
untuk materi pengaduan yang sama.
Berdasarkan materi pengaduan yang
disampaikan dapat difahami besarnya
harapan masyarakat kepada KPK untuk
dapat menangani langsung pengaduan
tersebut. Sesuai dengan kebijakan KPK
yang memposisikan diri sebagai pemicu dan
pemberdayaan institusi yang telah ada dalam
pemberantasan korupsi (trigger mechanism)
dan karena keterbatasan sumber daya yang
dimiliki maka tidak semua laporan pengaduan
masyarakat dapat ditangani langsung oleh
KPK sendiri.
Sampai dengan akhir tahun 2005 hanya
In the 2005 there are 5.546 complaints that
had been reviewed, where 35,63 % (1.977)
complaints had been follow up and 3.571
complaint can not be continue to follow
up. It caused from the reviewer where
the complaints had not show suffcient
information and evidence or the identifcation
of the reporters name and address are not
clear. The complaints document still kept in
a system where it can be used for additional
information for the similar complaints. Based
from the complaint received it is understand
dable the public expectation to KPK for
handling those complaints. According to
the KPK policy, where KPK positioning as
the trigger and institutional building for
eradicating corruption and the limited
resources, not all of the receiving reports are
handle by KPK it selves. At the end of 2005
only 2,77 % or 266 complaints, includes 16
allegation of corruptions act that being follow
up by KPK with gathering information and
evidence activities. The public complaints
plus additional information from gathering
evidence can resulted a conclusion whether
it has a strong accusation of the cor-ruption
act,
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
6B
2,77 % atau 266 pengaduan yang mencakup
16 kasus dugaan tindak pidana korupsi yang
dapat ditindak lanjut langsung oleh KPK melalui
kegiatan pengumpulan bahan keterangan.
Laporan pengaduan masyarakat ditambah
informasi Dari kegiatan pengumpulan bahan
keterangan yang menghasilkan kesimpulan
dugaan yang kuat telah terjadi tindak
pidana bagi kegiatan penyelidikan dalam
bidang penindakan. Dari 1.977 laporan
pengaduan yang ditindak lanjut, sebanyak
748 pengaduan dikomunikasikan kembali
dengan pelapor untuk mendapatkan
tambahan informasi/keterangan. Selebihnya
yaitu 1.229 pengaduan ditindaklanjut
dengan meneruskan kepada instansi lain
seperti Kejaksaan Agung, Kepolisian RI, BPK
RI, BPKP, Bawasda dan instansi pemerintah
lainnya.
Sosialisasi Tentang Pengaduan
Masyarakat
Dalam rangka menumbuhkan kepedulian
masyarakat tentang pemberantasan korupsi
perlu dilaksanakan serangkaian kegiatan
sosialisasi dan peningkatan pemahaman
masyarakat tentang pemberantasan korupsi
seperti
which it can be a strong foundation for the
Repression Division to investigate the case.
Gathering evidence can resulted a conclusion
whether it has a strong accusation of the
cor-ruption act, which it can be a strong
foundation fro the Repression Division to
investigate the case.
From 1.977 complaints that have a follow
up, 748 complaints are being communicated
to the reporter to obtain additional
information. 1.229 complaints then followed
by transferring it to the Attorney General,
National Police Force, the Audit Board, the
Audit and Development Supervising Agency.
Bawasda and other Government Institution.
Socialization of Public Complaint
Mechanism
For enhancing the public attention about
eradicating corruption it needs a series
of socialization activities and the public
understanding about eradicating corruption
such as a campaign and anti corruption
education through formal or non formal
education, coorperative with
69
kampanye dan pendidikan anti korupsi
baik melalui pendidikan formal maupun
non-formal, kerjasama dengan lembaga
kemasyarakatan, pertukaran informasi serta
penyediaan database profl korupsi. Dengan
kegiatan ini diharapkan dapat tercipta
perubahan perilaku, system kemasyarakatan,
pranata sosial serta nilai-nilai kehidupan
yang anti korupsi. Dengan tumbuhnya sikap
anti korupsi diharapkan masyarakat dapat
berperan lebih aktif dalam melaksanakan
kontrol sosial terhadap praktik-praktik tindak
pidana korupsi pada lingkungannya dan
lebih berani untuk melaporkannya kepada
instansi penegak hukum. Pengaduan yang
berkualitas akan meningkatkan efektiftas
penindakan tindak pidana korupsi.

Dalam rangka meningkatkan kualitas
pengaduan masyarakat dilaksanakan
berbagai kegiatan sosialisasi tentang
mekanisme pengaduan masyarakat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dimana dalam tahun 2005
telah dilaksanakan melalui seminar dan
workshop sebanyak 15 kali pada 12 propinsi
disertai penyebaran 40.000 leafet dengan
materi mekanisme pengaduan masyarakat.
Didasari bahwa upaya sosialisasi pengaduan
masyarakat belum dilaksanakan secara
optimal, terdapat beberapa kegiatan
sosialisasi pengaduan masyarakat yang
telah direncanakan pada awal tahun 2005
tidak dapat dilaksanakan diantaranya adalah
kegiatan sosialisasi tentang mekanisme
pengaduan masyarakat melalui media massa
baik cetak maupun elektronik, pemanfaatan
situs web dan pemberdayaan jaringan
pengaduan masyarakat.
public institutions, exchanging information
about the corruption profle. Database. This
activities purpose to change the attitude,
public system, social values and anti
corruption values in the society. With the
building of anti corruption attitude it expect
the public role actively performing a social
control over corruption in its neighbourhood
and more loud for reporting it to quality
complaints will increase the effectiveness of
repressing the corruption act. For increasing
the quality of public complaint, it perform
a socialization activities about he public
c o mp l a i n t me c h a n i s m r e f e r r i n g
to the regulation, where in 2005 it has
implemented by the organizing a 15 times
seminar and workshop in 12 provinces
and spreading 40.000 leafets with public
complaint mechanism as the main subject.
KPK also realized that this socialization is
not maximum, there are some socialization
activities that were planned in 2005 are not
realizable such as socialization about the
public complaint mechanism through mass
media, print or electronic, the website.
Application and public complaint network
development.
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
70
Perlindungan Saksi dan Pelapor
Undang-undang No. 30 Tahun 2000 pasal 15
huruf a mewajibkan KPK untuk melindungi
saksi atau pelapor yang menyampaikan
laporan ataupun memberikan keterangan
mengenai terjadinya tindak pidana korupsi.
Kendala yang dihadapi adalah belum
adanya peraturan perundang-undangan
yang menjadi landasan hukum dan teknis
pelaksanaan kewajiban tersebut. Namun
demikian KPK tetap berusaha memenuhi.
Kewajiban ini dengan berlandaskan pada
peraturan perundangan yang ada dan telah
diimplementasikan dalam penanganan kasus
selama ini.
Untuk mengatasi kendala yang tersebut
ditas, KPK terlibat aktif dalam mendorong
segera terbentuknya peraturan perundang-
undangan yang secara khusus mengatur
tentang perlindungan saksi dan pelapor.
Berbagai macam diskusi terkait dengan hal
ini telah diikuti baik diskusi terbatas dengan
koalisi LSM dan diskusi publik. Selain itu
dalam berbagai kesempatan sosialisasi
dalam seminar dan workshop, selalu
dikampanyekan pentingnya keberadaan UU
ini. Kegiatan ini direncanakan akan lebih
diintensifkan pada tahun 2006 dan beberapa
LSM dan lembaga donor menyambut baik
rencana ini dan telah memberikan komitmen
untuk membantu pelaksanaannya.
Witness Protection
The law No. 30 of 2000 article 15 letter a,
authorized KPK to protect witness or reporter
whom reporting or giving information about
a corruption act. The constraint that KPK
facing, there is not any exist basic regulation
for legal aspec. And it has implemented
before in handling cases. To overcome that
constraint, KPK actively involve in supporting
the formation of regulation for witness and reporter
protection. Various discussion related with this
matter had been performed, such a discussion
with LSM and public discussion . in every
socialization event in seminar and workshop,
its always campaigning the importance
of these regulations. This activities will be
more intensifed in 2006 and several LSM
and other isntitution had commited to help
the implementation.
Komitmen Masa Depan
Future Commitment
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
72
Dalam tahun 2006 direncanakan untuk
melanjutkan program kegiatan yang telah
dilaksanakan dalam tahun sebelumnya dan
program kegiatan yang belum dilaksanakan
berdasarkan kasil evaluasi pelaksanaan
kegiatan yang disesuaikan dengan sasaran
strategis yang telah ditetapkan. Kegiatan
pemberantasan korupsi akan difokuskan pada
pelaksanaan yang terpadu, dimana kegiatan
penindakan akan diikuti dengan pembenahan
dan perbaikan system sehingga dapat
mencegah berulangnya kejadian tersebut.
Program kegiatan pemberantasan korupsi
tersebut tetap dikelompokkan dalam empat
bidang utama yaitu bidang pembangunan
kelembagaan, penindakan, pencegahan dan
penggalangan keikutsertaan masyarakat.
Pembangunan Kelembagaan
Dalam rangka peningkatan profesionalisme
dan dukungan teknologi informasi dalam
pelaksanaan kegiatan KPK, dalam tahun
2006 direncanakan akan dilakukan beberapa
hal berikut :
Pengadaan hardwere dan peralatan serta
perekayasaan perangkat lunak yang
mendukung pelaksanaan kegiatan KPK
seperti: Perangkat lunak kesekretariatan
dan perkantoran, system manajemen
SDM, Manajemen perkara (Case
Management), Judical Management, Anti
Corruption Clearing House, Call Center,
LHKPN, gratifkasi dan pengaduan
masyarakat.
Penyiapan sarana TI untuk gedung KPK
yang berlokasi di daerah Kuningan yang
sedang dalam proses renovasi.
In 2006 KPK planning to continue the
activities that has been proceed from the
previous year and the activities that has
not been proceed based in the evaluation
result adjusting to she strategic target that
had been set. The corruption eradication
activities are focuss to the integrated
activities, where the repression activities
will followed by organizing and systems
development that could prevent and reduce
the potential corrupt act. The main activities
for eradicating corruption still focused in
four main sectors, that is the institutional /
capacity building, repression, prevention and
the relying the participation of the public.
Capacity Building
To improving the professionalism and
supporting the information technology in
KPKs activities, in 2006 the proceeding
plans are :
Procurement of Hard-ware and
equipment and software engineering
which supporting the KPKs activities such
as: secretariate and offcial software,
human resources management systems,
case management, judicial management,
anti corruption clearing house, call
center database and information systems
of LHKPN, gratifcation and public
complaints.
Preparation for IT network for KPK
building in Kuningan, that currently in
prosess of renovation
Preparation for implementation of
Information Security Management
System.
To support KPK work plan and to improve
competency and professionalism of human
resources, in 2006 the planning will be
Komitmen Masa Depan
Future Commitment
73
Persiapan implementasi Sistem
Manajemen Pengamanan Informasi
(Information Security Management
System) di lingkungan KPK.
Untuk menunjang kerja KPK serta
untuk meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme SDM KPK, dalam tahun 2006
direncanakan akan dilakukan kegiatan dalam
bidang penguatan peraturan kepegawaian,
penyempurnaan system organisasi dan
tata kerja serta pendidikan dan pelatihan.
Penguatan peraturan kepegawaian dalam
rangka implementasi peraturan pemerintah
No. 63 Tentang Sistem Kepegawaian KPK
termasuk Kode Etik.
Pegawai KPK dan penyelesaian Penerbitan
Peraturan Pemerintah Tentang Hak Keuangan
Pimpinan KPK. Dalam rangka meningkatkan
efsiensi dan efektiftas pelaksanaan
tugas KPK dilakukan kegiatan untuk
menyempurnakan struktur organisasi KPK,
pemenuhan jumlah SDM sesuai perencanaan
dan persyaratan, pengelolaan SDM
melalui suatu system manajemen sumber
daya manusia, serta upaya peningkatan
profesionalisme dan kompetensi pegawai
melalui penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan
proceeding activities in strengthening the
employee regulation, the improvement
of organizational system and working
procedures and also the education and
trainings. The streghthening of employee
regulation proceed in the arrangement of
employee Regulation based on Government
Regulation No. 63 of 2005 about includes
the KPKs Employee Ethics.

In term for increasing the effciency and
effectivity the KPK task, there will be an
improvement in organizational structure, the
human resources needed according to the
actual pl an and requi remens, human
resource management through human
resource management system, and improve
the human resource professionalism
and competence through education and
trainings.
To execute the corruption eradication working
plan in 2006, KPK received budget with the
total amount Rp. 222,18 Billion consist of
Rp. 56,96 Billion for Employee Expense, Rp.
77,13 Billion for Capital Expenditures and
Rp. 88,09 Billion for Material Expense.
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
74
untuk melaksanakan rencana kerja
pemberantasan korupsi untuk tahun 2006,
KPK mendapat pagu anggaran sebesar Rp.
222,18 Milyar yang terdiri dari Rp. 56,96
Milyar untuk Belanja Pegawai, Belanja Modal
sebesar Rp. 77,13 Milyar dan Belanja Barang
sebesar Rp. 88,09 Milyar.
Kegiatan Penindakan
Pada bidang Penindakan , KPK akan
melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan kasus/perkara tindak pidana
korupsi yang berskala besar dengan sasaran
aparatur penegak hukum dan penyelenggara
Negara yang memiliki fgure dan merugikan
Negara dalam jumlah besar dimana
penanganannya memberikan dampak yang
luas dalam membangun citra penegakan
hukum dan pemberantasan korupsi di
Indonesia.
Pelaksanaan kegiatan koordinasi dan
supervise dengan dan terhadap instansi
penegak hukum lain, yaitu kepolisian dan
kejaksaan akan lebih diintensifkan. Dalam
pelaksanaan supervise dimungkinkan
penanganan perkara. Koordinasi dengan
instansi terkait lainnya seperti BPK, BPKP,
Itjen akan terus dikembangkan antara lain
dalam bentuk bantuan tenaga dan bantuan
audit invertigasi.
Bidang Pencegahan
Dalam rangka mewujudkan Program kegiatan
pemberantasan korupsi yang terpadu,
kegiatan di bidang pencegahan diarahkan
untuk memberikan dukungan terhadap upaya
penindakan yang dilakukan, disamping tetap
fokus dalam upaya mencakup beberapa
kegiatan antara lain:
Repressive Actions
In Repression sector, KPK will proceed pre
investigation, investigation and prosecution
for upscale corruption case with the main
target of law enforcement offcer and public
offcer whom having signifcant fgures and
causing major loss for the state where as
the handling for such case will make a huge
impact for building image of the law enforcer
and eradicating corruption in Indonesia.

The coordination and supervision activities
with and to other law enforcerment
institution, such as the National Police and
the Attorney General will be more intensifed.
In proceeding supervision it is possible to
taking over the case. Coordination with other
related institution such as BPK, BPKP, Itjen
must be develop by giving audit investigation
and human resource assistance.
Preventive Actions
In term for creating the integrated program
for eradicating corruption activities, the
activities in preventive are targeting to
support to the investigation, a part from
that it must stay focus in building the anti
corruptions culture.

The prevention program will covers several
activities such as:
Strenghthening the LHKPN database,
increasing the examination activities and
Statuta Declaratory arrangement
Optimalizing the strategic alliance with
external relation to convey the education
program, socialization and campaigning
the corruption eradication.
75
Memperkuat database LHKPN,
meningkatkan aktiftas pemeriksaannya
serta perumusan Statuta Declaratory

Mengoptimalkan aliansi stratejik dengan
pihak luar untuk melanjutkan program
pendidikan, sosialisasi, dan kampanye
pemberantasan korupsi
Mendorong penerapan Good Governance
baik di lingkungan swasta maupun
instansi pemerintah dalam hal ini melalui
implementasi Island of Integrity

Meneruskan keterlibatan dalam
pengembangan RAN-PK termasuk upaya

pencegahan dalam kegiatan rehabilitasi
dan rekonstruksi NAD dan Nias, serta
monitoring dan evaluasi pelaksanaan
Inpres 5/2004.

Melakukan penelitian dan pengkajian
system dalam rangka reformasi Birokrasi
Yudiial: perbaikan pelayanan public serta
peningkatan peran dan fungsi control
legislative
Penggal angan Kei kutsertaan
Masyarakat
Untuk meningkatkan dukungan dan peran
serta masyarakat dalam pemberantasan
korupsi, maka dalam tahun mendatang akan
terus dilakukan kegiatan dalam rangka
To support the implementation of Good
Governance in private sectors and
government institution, in this case the
implementation of the Island of Integrity

Continuing the involvement in developing
RAN-PK that includes the prevention
efforts in the rehabilitation and the
reconstruction in NAD and Nias, and
the monitoring and evaluation of the
Instruction of President No. 5 of 2004
implementation.
Proceed reseach and the system in term
Judical Bureaucracy Reformation : public
service enhancement and improving the

legislative roles and control
Relying the Participation Of The Public

to increasing publics support and their role
in eradicating corruption, in the upcoming
years it will proceed activities for developing
public trust, such as increasing the reporting
respons by improving the quality and the
quantity of information depthness. Those will
be accomplish if we proceed these activites
they are :

Development and improvement of the
public complaint handling system
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
76
Socialization, dissemination and training
activities to the public to enhance the
quality of the public complaints.
Other activities in terms for building and
developing public complains network and
anti corruption culture.
membangun kepercayaan masyarakat, antara
lain dengan upaya untuk meningkatkan
respons terhadap laporan yang diterima
serta peningkatan kualitas dan kuantitas
kegiatan pendalaman terhadap informasi
tersebut. Untuk itu beberapa kegiatan yang
akan dilaksanakan antara lain:
Pengembangan dan penyempurnaan
terhadap system penanganan pengaduan
masyarakat
Kegiatan sosialisasi, diseminasi dan
untuk pelatihan kepada masyarakat
untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat, khususnya tentang peran
serta masyarakat dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi sehingga kualitas
pengaduan masyarakat diharapkan dapat
ditingkatkan
Berbagai kegiatan lain dalam rangka
membangun dan mengembangkan
jaringan pengaduan masyarakat dan anti
korupsi.
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
7B
Petikan Sumbang Saran Dalam Rangka Refeksi 2 Tahun KPK
Public Suggestions Quantitation at the 2 Years of KPKs Refection
Dipetik dari acara FORUM SARAN, yang diselenggarakan di Jakarta 23 Desember 2005,
yang dihadiri oleh tokoh-tokoh : Bambang Harymurti, Sabam Siagian, Jacob Oetama.,
Tumbu Saraswati, Denny Indrayana, Luhut Pengaribuan, Artidjo Alkostar, Antonius
Sujata, Farouk Muhammad, Zaim Ukhrowi, Indra J. Piliang, Adi Andojo, Emil Salim,
Kusnadi Hardjasoemantri, Mediatama, Suryopratomo, Toeti Adhirtama, Toriq Hadad,
Wisaksono Noeradi, Deddy NH, Parni Hadi, Zaenal Arifn, dan Niken Rachmad.
Quatation from public suggestions forum held in Jakarta, December 23, 2005, whom
participated : Bambang Harymurti, Sabam Siagian, Jacob Oetama., Tumbu Saraswati,
Denny Indrayana, Luhut Pengaribuan, Artidjo Alkostar, Antonius Sujata, Farouk Mu-
hammad, Zaim Ukhrowi, Indra J. Piliang, Adi Andojo, Emil Salim, Kusnadi Hardjasoe-
mantri, Mediatama, Suryopratomo, Toeti Adhirtama, Toriq Hadad, Wisaksono Noeradi,
Deddy NH, Parni Hadi, Zaenal Arifn, dan Niken Rachmad.
Media harus membantu UU wistle blower (perlindungan saksi), jadi tidak hanya den-
gan draft tapi juga kampanye social. Pentingnya wistle blower ibarat umpan saat
memancing. Kejadian korupsi menyangkut beberapa orang, karena pelakunya pelaku
greedy pasti pembagiannya tidak merata sehingga akan ada yang tidak puas. Wistle
blower act prinsipnya sederhana (insentif keuntungan material) swift.
Media must help the whistle law, not only draft but also social campaigning. The
importance of wistle blower are similar with fshing bait. The act corruption not only
relating to certaint people, because the corruptor must be greeby the division must
not equal so there will be unsatisfed person. The wistle blower principal are simple
swift (material advantage insentive).
Bagaimana media di Indonesia menggalang kekuatan melawan korupsi? Mungkin
pada gilirannya masyarakat menghendaki dan harus melihat peran media. Tahun 50-
an media yang dominant adalah Indonesia Raya pimpinan Moehtar Lubis. Dulu orang
sangat takut kalau mau diadukan ke Moehtar Lubis, hal semacam ini tidak terlihat lagi
sekarang. Salah satu program KPK bisa diarahkan bagaimana meningkatkan kemam-
puan media (kecuali Tempo) dalam investigative reporting.
How the media in Indonesia gathering power against corruption? The society require
and want to see the media role. In the 50s a media who play a dominant role is In-
donesia Raya directed by Mochtar Lubis . at that time People freightened if being to
Mochtar Lubis , but nowadays this situation no longer exist. On of the KPK program
can be directed in how to improving the this situation no longer exist. On of the KPK
program can be directed in how to improving the media ability in investigating report-
ing (except for Tempo).
79
Kita bangga dengan PKP, dan at the same time prihatin, karena kultur kita kalau ada
yang maju kita iri. KPK harus pandai-pandai bawa diri. Persoalan membawa diri ini
penting, kalau tidak kita hanya maju-mundur saja. System demokrasi sedang berubah,
tanpa melibatkan pelaku bisnis dalam konteks ekonomi pasar sosial kita, perjalanan
akan lebih sulit .
We are proud with KPK and at the same time also concern, because in our culture if
someone are more advance there are jealousy. KPK have to be able to Present it posi-
tion. The matters of presenting is very important, or it can make KPK back and forth.
Democratic system are changing, without involving businessman in our social market
perspectives, the journey will be more diffcult.
Selain itu, berdasarkan temuan-temuan di lapangan ataupun pengalaman, KPK harus
lebih memeprhatikan pendidikan untuk para penyidik, baik di lingkungan KPK atau di
lembaga penegak hukum lainnya.
Other than that, based from the fndings or experiencess, KPK should be consentraling
to the investigators education, wheter its in KPK environment itselves or the other law
enforcerss environment.
Berkaitan dengan penjebakan maka perlu partisipasi masyarakat dalam percepa-
tan pengungkapan tindak pidana korupsi, lalu juga sangatlah penting mendorong di-
percepatnya pengesahan UU Perlindungan Saksi/Pelapor. Dari pengalaman yang lalu,
yang kita utamakan ke depan adalah whistle blower yang betul-betul tersembunyi
tidak muncul. Karena jika tidak, akan ada serangan balik si wistle blower.
Connecting with a set up there for the public participation are necessarily to acceler-
ate to disclosure of the act of corruption, it is also important to support the legitima-
tion of the Law for Witness/Reporter. From the past Experience, the most importance
things are hiding the whistle blower. If not there be an attack for the whistle blower.
KPK luas biasa. Kalau seorang MWK yang baik saja bisa dibuktikan oleh KPK kalau
dia korupsi, artinya orang yang lebih jahat dari MWK akan lebih mudah dibuktikan
korupsinya oleh KPK.
Persoalannya adalah mengenai endurance: yaitu apakah sekali loncat tinggi sekali,
setelah itu KPK akan berhenti ?
KPK is extraordinary . if a good MWK can be proven by KPK that he is corrupted, it
means that a persons who worst than MWK can be easily proven corrupting by KPK.
The problem now is about endurance ather a high jump, will KPK stop ?
KPK harus mempunyai hukum acara yang luar biasa sesuai dengan madat hukumya
dan edealogi hukum perlu ditata, terutama ideology penegak hukum dan edeologi ha-
kim. Hakim perlu diaudit dasar-dasar pertimbangannya memutuskan suatu perkara
B0
KPK must have an extraordinary law system appropriated with its law mandatory and
the law ideology specially the law enforcer and the judge ideology. The judgess ver-
dict must audited what is the law foundation for the verdict.
Tidak ada UU di Indonesia yang secara tegas menyatakan bahwa institusi itu super-
body, akan tetapi UU yang mendasari eksistensi KPK, dan karena ada pernyataan itu
saya melihatnya sebagai bahaya. Karena hukum yang mengatakan power tend to
corrupt itu bersifat universal. Sekarang ini mungkin tidak tapi bagaimana dengan be-
berapa tahun yang akan datang. KPK diharapkan memperhatikan betul pengawasan,
pengawasan tersebut bisa datang dari mana saja bisa dari pengamat, pers, masyara-
kat, Ombudsman, karena itu akan mengerem tend to corrupt kita
There is no Law in Indonesia that strictedly stated that KPK is a superbody institution.
But the Law who support the existence of KPK, because of that statement, I saw it
as a danger. Because the law said power tend to corrupt is very universal. Maybe
not at this moment. But how about in the future. KPK expected to concern more in
surveillance, it can come from anywhere the aobservant, pers, public, Ombudsman, it
will repress the tense to corrupt.
Harapan masyarakat terhadap KPK sangat besar karena KPK merupakan banteng
terakhir dari kepercayaan publik pada supremasi hukum di Indonesia. Problemnya
Higt Expectation Public Vs. Organization Capability kalau tidak digarap secara baik,
nanti akan timbul distrust dan apapun kinerja KPk nanti akan kurang efektif. Kondisi
KPK yang masih kurangnya SDM, anggaran, peralatan yang ada dibandingkan dengan
pengharapan masyarakat terhadap KPK harus dikomunikasikan dengan masyarakat
agar tidak terjadi kontraproduktif.
Public expectation to KPK is enourmous since KPK are the last frontier of the public
trust the justice supremary in Indonesia. The problem are: Higt Expectation Public Vs.
Organization Capability if its not taken well, there will a disturst and KPK performance
will decrease and consider not effective. KPK condition with the lack of human re-
source , budget, equiptment compare to the public expectation must be communicate
it to the public so there will be no contraproductive.
Aspek moralitas, di Indonesia, pendidikan moral harus dibangkitkan kembali, dengan
pertama-tama mengubah pendidikan formal kita harus diubah, pendidikan agama di-
ubah dari pendidikan kognitif. Ceramah ceramah sekedar kognitif dan syariah tidak
dititikberatkan pada etos dan syariah . yang juga penting adalah pelatihan-pelatihan
moralitas terutama pada aparat penegak hukum. Training-training seperti sangat ban-
yak dan pada periode tertentu akan sangat bermanfaat kalau disampaikan ke sana.
The moral perspective, in Indonesia, moral education must be raise, frst thing to do
is changing the formal education religion education is changing from cognitive educa-
tion. Cognitive lectures and
B1
syariah are focusing in ethic and syariah. The most importance thing are the moral
trainings specially for the law enforcers. These trainings are very much needed and in
a certain periode it will a beneft.
Persoalan mendasar memang pada parpol. Political corruption ini sulit dikejar, prak-
tiknya kasar mata, tapi sulit dikejar karena aturan tidak ada. Parpol kita masih baru
tapi telah dipaksa berlari, dituntut menyusun UU, dan yang masukpun masih berpi-
jak dari ideology tempat mereka berasal. Kalau parlemen terbentuk, tidak ada acara
penyamaan persepsi dan yang kita lihat kesempitan dan kepicikan dibawa ke pang-
gung parlemen. Masyarakat juga terpengaruh, masyarakat yang ditemui parlemen
pun minta uang. Untuk itu pembenahan parpol ini perlu dilakukan.
The basic foundation came for political paries. Political corruptions is hard to catth,
the practices is invinsible, its hard to catch because regulations is not exist. Our politi-
cal parties had to be force to keep up, forced to arraging law and regulation and the
new members are still using the former idealism. If the parlement formed, there is not
any perception equality and what we see in parlement is a very narrow-mindedness
attitude. Society also infuenced and the public whom met parlement also asked for
money. So the political parties rearrangement must implemented.
Yang membuat kita kecewa adalah bahwa yang tertangkap korupsi hanya bawahan-
nya saja, tidak pernah mencapai yang petingginya. Mengapa ? karena mereka selalu
bilang buktikan saja kalau mereka korupsi tapi mencari bukti itu susah sekali, karena
tak ada kuitansi atau teman untuk saksi.
What makes us disappointed are the arresting of the lower employee not the main
corruptor, why? Because they always said just prove if they were corrupted but it is
diffcault to search for evidences, because there are no receipts or friendsa as a wit-
ness.
Penyalahgunaan kekuasaan adalah lebih berbahaya dibandingkan dengan kasus pen-
gadaan barang. KPK kurang berhasil dalam upaya ini. Biaya pemilu sangat mahal,
maka sasaran yang perlu dikaji lebih lanjut adalah pembiayaan presiden, gubernur,
bupati, dan walikota.
The abuse of power is more dangerous compares to procurement cases. KPK is not yet
success for this effort. The electionss cost can be very expensive , the futher targets
are hows the funding for President, Governor, Chief of Municipal/Regional District and
Mayor
Mengenai kajian-kajian yang dilakukan oleh KPK, hendaknya hasil kajian tersebut ha-
rus ditindaklanjuti, sejauh mana hasil kajian ini sudah menjadi perhatian MenPAN
yang bertanggung jawab tentang perubahan system. Dalam 2006 haru dicari muara
ke mana kajian itu.
The studies that KPK had undertaken, supposedly the result must be follow up, how
the result become MenpAns attention and MenPan responsible for the system chang-
es. In 2006 it must seek where the studies must conducted.
B2
Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2005
Financial Reports Year 2005
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
B4
B5
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2005
PENDAHULUAN
Laporan Keuangan Tahun 2005 kami sampaikan secara lengkap sebagai salah
satu upaya konrit untuk mewujudkan transportasi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan Negara, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No. 17
Tahun 2003. laporan Keuangan dimaksud meliputi Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.
1. DASAR HUKUM
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedo-
man Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 59/PMK.06/2005 ten-
tang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
NOTES TO FINANCIAL STATEMENT
INDONESIA CORRUPTION ERADICATION COMMISION FOR THE YEAR 2005
FOREWORD
We deliver The Financial Statement for the year 2005 completely as part of the ef-
forts to actualize transparency and accountability for managing state fnance, as the
mandatory according to law No. 17 of 2003. the fnancial statement consists of budget
realization Reports balance sheet and notes to dinacial statement.
1) CONSTITUTION BASIS
Law No. 17 of 2003 about The State Finance
Law No. 1 of 2004 about The State Treasury
Presidenns Ministers Regulation No. 59/PMK.06/2005 about The Accounting
System and Central Goverments fnancial reporting by the KPK,
B6
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
2. PROSEDUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan ini mencakup seluruh transaksi keuangan yang dikelola oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi dengan nilai Rp. 198.490.000 (seratus sembilan
puluh delapan milyar empat ratus sembilan puluh juta dua ratus empat puluh
sembilan ribu rupiah) yang berasal dari APBN Tahun 2005 dan Hibah yang berasal
dari Beberapa Negara/lembaga donor.
Jumlah satker yang ada pada Komisi Pemberantasan Korupsi adalah 1 unit yang
berada pada kantor pusat. Laporan Keuangan Tahunan Komisi Pemberantasan
Korupsi Tahun 2005 disusun dengan menggunakan Sistem Akuntansi Instansi
(SAI) yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Akuntansi
Barang Milik Negara (SABMN).
KEBIJAKAN AKUNTANSI
1. Dasar pencatatan Aktiva berupa Peralatan dan Mesin, jalan dan irigasi serta
Asset Tetap lainnya dicatat sebesar nilai yang dikeluarkan untuk memperoleh
Aktiva Tetap tersebut sampai aktiva tetap tersebut siap pakai dan wajar
2. Persediaan dicatat sebesar nilai persediaan pada akhir periode akuntansi, 30
Desember 2005
2. FINANCIAL STATEMENTS ARRANGEMENT PROCEDURES
This Financial Statement covered the entire fnancial transactions managed
by the KPK, originated from APBN 2005 and Grant in total amount of Rp.
198.490.249.000
The total unit KPK is 1 unit in the main offce. The annual fnancial statement is
prepared using the Institutional Accounting System (SAI). SAI Includes Financial
Accounting System (SAK) and State Owned Asets Accounting System (SABMN).
ACCOUNTING POLICY
1. The basic frmat of Fixed Asses recording is on the Equipment and machinery,
Roads and Irrigation and other Fixed Asets are recorder as the amount paid
for obtaiing the Fixed Asets until the fxed Asets ready to uase and appropriate
2. Supplies is reported at its value at the end accounting period December 30,
2005
B7
3. Kewajiban dicatat pada saat terjadi pengeluaran kas dari kas umum Negara
4. Dasar pencatatan penerimaan negera bukan pajak adalah dicatat pada saat
kas diterima (Cash Basis)
RINGKASAN LAPORAN
Selama periode Tahun Anggaran 2005 Komisi Pemberantasan Korupsi menerima
alokasi anggaran belanja sebesar Rp. 198.490.249.000 (Seratus Sembilan puluh
delapan milyar empat ratus sembilan puluh juta dua ratus empat puluh sembilan
ribu rupiah) yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional KPK yang
terdiri dari :
- Rupiah Murni Rp. 170.000.000.000, -RM
- Hibah Luar Negeri Rp. 28.490.249.000,- HLN
Anggaran tersebut dialokasikan ke dalam 2 (dua) dokumen anggaran, yaitu :
- SKO Rp. 15.000.000.000,-
- DIPA Rp. 183.490.249.000
3. Liabilities is reported at the cash disbursement from Kas Umum Negara
4. Non tax State revenues is reported on cash basis
SUMMARY
During the 2005 KPK received a total amount of Rp. 198.490.249.000,- budget al-
location that were used to fund the institution operasional activities consists of:
- Originated from APBN Rp. 170.000.000.000, -
- Grant from abroad Rp. 28.490.249.000,-
The budget is allocated into 2 (two) budget documents :
- SKO document Rp. 15.000.000.000,-
- DIPA document Rp. 28.490.249.000,-
BB
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
Dari total anggaran sebesar Rp. 198.490.249.000 telah direalisasikan sebesar
Rp. 53.725.377.192, dengan rincian:
- Realisasi Rupiah Murni Rp. 52.278.739.593 atau 30,75 %
- Realisasi Hibah Luar Negeri Rp. 1.446.637.599 atau 5,08 %
Realisasi pendapatan selama tahun anggaran 2005 sebesar Rp. 6.995.357.320, adalah
berasal dari penerimaan jasa giro penerimaan barang hasil sitaan, dan penerimaan
Hibah
The realization of total budget of Rp. 198.490.249.000
Is Rp. 53.725.377.192 detailed as follow :
- realization in Rupiahs originated form APBN Rp. 52.278.739.593 atau 30,75 %
- Realization of grant from abroad Rp. 1.446.637.599 atau 5,08 %
Revenue realization in 2005 amounred to Rp. 6.995.357.320, originated from the bank
account interest, seized asets, and grants.
B9
Ringkasan Neraca Komisi pemberantasan Korupsi periode akhir tahun 2004 dan akhir
tahun 2005
KPKs Summary of Balance Sheet ended Dec 31 2004 and 2005
PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN
1. Penjelasan atas Laporan Realisasi Anggaran Belanja
Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan dan
efsiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan sebagaimana
yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran Komisi Pemberantasan Ko-
rupsi
Realisasi Belanja Komisi Pemberantasan Korupsi sampai dengan tahun 2005
adalah sebesar Rp. 53.725.377.192 dengan rincian :
Realisasi membebani Rupiah Murni Rp. 52.278.739.593 atau 30,75 %
Realisasi membebani Hibah Luar Negeri Rp. 1. 446.637.599 atau 5,08 %
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
90
Realisasi Belanja berdasarkan Jenis Belanja adalah sebagai berikut :
Expenditures realization as per types of expenditures as follows :
BUDGET ACCOUNTS REALIZATONS IN DETAIL
Notes to Expenditures Realization Report
Expenditures is made under the principles of effciency while ascertaining that all
activities stated in the budget and work plan of the commission can be done
Total expenditures realization in 2005 is amounted to Rp 53.725.377.192 divided
into :
Realization of budget originated from APBN Rp. 52.278.739.593 atau 30,75 %
Realization of budget originated from grant Rp. 1. 446.637.599 atau 5,08 %

Notes Budget and Grant Realization Report
Revenue realization dirung 2005 amounted to Rp. 6.992.473.272, is originated
from sources as follows:
91
2. Penjelasan atas Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan
Hibah
Notes to Revenues and Grant Realization Report

Realisasi pendapatan selama tahun 2005 sebesar Rp. 6.992.631.155
adalah pendapatan yang berasal dari :
a. Pendapatan Hasil Sitaan
Total pendapatan yang diperoleh dari penerimaan Uang Sitaan Hasil Ko-
rupsi dan Pendapatan Graftasi selama tahun 2005 berjumlah sebesar Rp.
6.959.140.000 yang terdiri dari :
- Penerimaan Uang Sitaan Hasil Korupsi sebesar Rp. 6.943.800.000
- Pendapatan Gratifkasi yang telah ditetapkan
Menjadi milik Negara sebesar Rp. 15.340.000
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) lainnya sebesar
Rp. 33.491.355 dengan rincian :
- Pendapatan Jasa Giro Rp. 7.652.822
- Pendapatan Bunga Lainnya Rp. 25.322.533
- Pendapatan kejaksaan dan peradilan Rp. 20.000
- Pendapatan denda kelambatan penyelesaian
Pekerjaan Pemerintah Rp. 496.000
a. Revenues from assets seized
Total revenues from corrupted cash seized and grafts during 2005 is
Rp. 6.959.140.000 that consist of :
- corrupted cash seized Rp. 6.943.800.0000
- revenues from grafts decided to be owned
By state Rp. 15.340.000
b. Non Tax State Revenues
Non tax state revenues is amounted ro Rp. 33.491.355 consist of :
- Giro servive revenue Rp. 7.652.822
- Other interest revenue Rp. 25.322.533
- Atroney and court revenue Rp. 20.000
- Late job contract fne revenue Rp. 496.000
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
92
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
a. Hibah
Sejak tahun 2004 dan tahun 2005 Komisi Pemberantasan Korupsi telah me-
nerima hibah dari beberapa Negara/lembaga donor. Sesuai SE Dirjen Anggaran
No. 54 tahun 2001 hibah tersebut telah dimasukkan dalam dokumen anggaran
KPK TA 2005 dengan nilai sebesar Rp. 28.490.249.000 dan telah direalisasikan
sebesar Rp. 9.821.976.123
Dari realisasi tersebut, hanya sebesar Rp. 1.446.637.599 yang masuk dalam ap-
likasi laporan ini. Sedangkan sisanya sebesar Rp. 8.275.338.574 sampai laporan
ini disusun dokumen pengesahan atas realisasi (Surat Permintaan Pengesahan
Pembukuan /SP3) masih dalam proses di Departemen Keuangan. Hal tersebut
disebabkan karena pelaksanaan pencairan dana hibah tersebut tidak melalui
Departement Keuangan c.q Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Khusus
Khusus Jakarta VI, melainkan ditranfer langsung oleh Negara/lembaga donor
kepada project Manager masing-masing proyek tersebut.
C. Grant
During 2004 and 2005, the commission has received grants from several coun-
tries /donor organizations. According to Directorate General of Budget Letter
No. 54 year 2001, the grants are documented in the commssions budget for the
year 2005 amounted to. Rp. 28.490.249.000, and has been realized amounted
to Rp. 9.821.976.123
From the realized amount anly Rp. 1.446.637.599 is covered in this reports
application. The documents related to the rest realized grant amounted to Rp.
8.275.338.574 is still processed in the State Financial Departement. Its the re-
sult of grants directly transferred from the donor countries/organizations project
managers (not from the state Finacial Departement c.q. KPPN Khusus Jakarta
VI).
93
1. Penjelasan atas Laporan Realisasi Pengembalian Belanja
Selama tahun 2005 dari realisasi Rupiah Murni sebesar Rp. 52.278.739.593
terdapat pengembalian belanja sebesar Rp. 224.015.499 antara lain berupa
pengembalian belanja perjalanan dan pengembalian belanja atas persekot pega-
wai sehingga realisasi belanja secara rill adalah sebesar Rp. 52.054.724.094.
DAFTAR HIBAH DARI NEGARA / LEMBAGA DONOR YANG TELAH
MASUK DALAM DOKUMEN ANGGARAN (DIPA) TAHUN 2005
LIST OF GRANTS FROM COUNTRIES/DONOR ORGANIZATIONS ALREADY DOCUMENT-
ED IN DIPA 2005
3. Explanation of the Expense Returned Realization Report
During the year of 2005 from Rupiah Murni amounted Rp. 52.278.739.593 there
are excess return from expenses amounted Rp. 224.015.499, which consist of
expences returnes from traveling and expenses return from employees deposir.
The real expence realization are amounted Rp. 52.054.724.094.
94
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
4. Penjelasan atas Laporan Realisasi Pengembalian Pendapatan dan
Hibah
Terhadap pendapatan yeng telah diterima selama tahun 2005 seperti telah
dijelaskan pada point IV. 2 di atas tidak terdapat pengembalian atas pendapa-
tan dan Hibah.
PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA
Neraca Komisi Pemberantasan Korupsi menggambarkan posisi keuangan per tang-
gal 31 Desember 2005 yang terdiri dari :
1. Aset Assets
Posisi Aset per 30 Desember 2005 Rp. 11.430.626.695
terdiri dari :
- Aset Lancar Rp. 588.048.645
Terdiri dari :
Kas di Bendahara Rp. 433.279.120
Persediaan Rp. 154.769.525
- Aset Tetap Rp. 10.842.578.050
Terdiri dari :
Peralatan & Mesin Rp. 9.954.893.900
Jaringan Rp. 849.524.500
Aset Tetap Lainnya Rp. 38.159.600
4. Notes Returned Revenues and Grants Reports
Revenues acquired during 2005 is noted in point IV.2 there are no returned
revenues and grants
BALANCE SHEET ACCOUNT IN DETAIL
The Balanced Sheet of the commission states the fnancial positon as per De-
cember 31, 2005 as follows:
- Current assets
Consists of: Rp. 588.048.645
Cash in the hand of the treasurer Rp. 433.279.120
Supplies Rp. 154.769.525
- Fixed Assets Rp. 10.842.578.050
Consists of:
Equipments & machines Rp. 9.954.893.900
Network Rp. 849.524.500
Other fxed assets Rp. . 38.159.600
95
Kas di Bendaharawan Pengeluaran
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada Komisi Pemberantasan Korupsi per
31 Desember 2005 sebesar Rp. 433.279.120, merupakan saldo kas /bank dari
penerimaan uang persediaan pada bendahara pengeluaran yang belum diper-
tanggungjawabkan pada 31 Desember 2005
Persediaan
Nilai persediaan pada posisi 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp. 154.769.525.,
merupakan barang pakai habis dan barang tak pakai habis, yang diperoleh un-
tuk mendukung kegiatan operasional pemerintah Persediaan adalah hasil in-
ventarisasi oleh masyarakat umum. Nilai Aset Tetap Per 31 Desember 2005
sebesar Rp. 10.842.578.050 berupa peralatan IT, peralatan kantor, dan Aset
Tetap lainnya.
2. Kewajiban
Kewajiban adalah uang muka dari kas umum Negara sebagai akibat adanya
uang persediaan yang belum dipertanggungjawabkan oleh bendahara pengelu-
aran pada posisi 32 desember 2005 sebesar Rp. 433.279.120.
Cash in hand or the treasurer
Cash balance in the hand of the treasurer is amounted to Rp. 154.769.525. the
amount above is the balance of cash on hand/in the bank account originated
from money appropriated for supplies received by the treasurer that hasnt ac-
counted for on December 31, 2005
Supplies
Supplies value as of Dec 31, 2005 amounted to Rp. 154.769.525 is the amount
of consumer goods and durable goods acquired to support the commissions
activities. The supplies vakued atits acquisition cost
Fixed Asset
Fixed asets is the state net wealth in the from of tangible assets with morethan
12 months isefull period and is used for government or public activities. The
value as per Dec 31 2005 is amounted to Rp. 10.842.578.050 in IT equipments,
offce equipments and other fxed assets.
2. Liabilities
Liabilities is advances from Kas Umum Negara due to the existence of cash ap-
propriated for supplies not yet accounted for by the treasurer. The amount as
per Dec 31, 2005 is amounted Rp. 433.279.120.
96
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
1. Ekuitas Dana
Ekuitas dana posisi 31 Desember 2005 Rp. 10.997.347.575
Yang terdiri dari :
Ekuitas dana lancer (cadangan persediaan) Rp. 154.796.525
Ekuitas dana investasi (asset tetap) Rp. 10.842.578.050
Cadangan Persediaan

Adalah merupakan kontra pos dari perkiraan Persediaan sebesar
Rp. 154.769.525
Diivestasikan dalam asset tetap
Adalah merupakan kontra pos dari perkiraan asset tetap yang meliputi peralatan
dan mesin, jaringan, dan asset tetap lainnya, sebesar Rp. 10. 842.578.050.
PENGUNGKAPAN LAINNYA
Posisi kas di bendahara pengeluaran per 31 desember 2005 sebesar Rp.
433.279.120 merupakan sisa uang persediaan di bendahara pengeluaran yang
belum disetor ke Kas Negara. Jumlah tersebut di aats dipergunakan oleh benda-
hara untuk membiayai belanja operasional kantor awal tahun 2006 dan
Equity Funds
Equity funds as per per Dec 31, 2005 Rp. 10.997.347.575
Consists of:
- Currents equities (appropriation for supplies) Rp. 154.769.525
- investments equities (fxed assets) Rp. 10.842.578.050
Supply Stock
The appropriation for supplies is the contra account of supplies amounted to
Rp. 154.769.525.
Investment equipments in fxed assets
Investments equities in fxed assets is the contra account of fxed assets (cons-
sistes of equipments, machines, network and other fxed assets) a mounted to
Rp. 10.842570.050

ADDITIONAL DISLOSURE
Cash in the hand of the treasurer as per Dec 31 2005 amounted to Rp.
433.279.120, is the rest amount not yet deposited to Kas Negara. The money is
used to fund the commisionss operational activities in early 2006,

97
telah disetorkan ke kas Negara setelah tanggal neraca pada :
- tanggal 12 Januari 2006 sebesar Rp. 164.148.205
- tanggal 13 Januari 2006 sebesar Rp. 164.580
- tanggal 20 Januari 2006 sebesar Rp. 200.000.000
- tanggal 2 Februari 2006 sebesar Rp. 68.966.335
Total Rp. 433.279.120
2. Nilai Aset Tetap yang tercantum dalam Neraca dan laporan Barang Mi-
lik kekayaan Negara Tahun 2005 adalah nilai asset milik KPK. Sedangkan
Aset Tetap yang diperoleh dari pengadaan barang KPK eks KPKPN senilai
Rp. 11.232.730.987, belum masuk dalam Laporan Barang tersebut. Hal ini
disebabkan karena Biro Umum sebagai penanggung jawab Unit Pengelola
barang belum menggabungkan asset tersebut dengan asset eks KPKPN
3. Selama Tahun 2004 dan 2005 KPK telah menerima Hibah dari beberapa
Negara/lembaga donor untuk pengadaan peralatan IT, diantaranya adalah
dari
a. Partnership for Government Reform In Indonesia Rp. 365.116.154
Melalui proyek initial start Up support for KPK (Reg. No. 70537101)
And has been deposited to Kas Negara after balanced sheet date at :
- January 12, 2006 amounted Rp. 164.148.205
- January 13, 2006 amounted Rp. 164.580
- January 20, 2006-02-26 amounted Rp. 200.000.000
- Fenruary 2, 2006-02-26 amounted Rp. 68.966.335
Total Rp.433.279.120
2. The fxed assets value reported in the the Balanced Sheet and the State
Owned Assets Reports for the year 2005 is the value of assets owned by
the commission. On the other hand fxed assets acquired from the KPKPN
amounted to Rp. 11.232.730.987, is excluded from the reports. This is due
to the General Bureau as the responsible unit for the assets hasnt com-
bined both assets .
3. During 2004 and 2005 KPK has received granst from several countries/do-
nor organization for IT equipment procurement. Among them are from:
A. Partnership for Governance Reform in Indonesia Rp. 365.116.154,-
(Reg.No. 70537101)
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
9B
B. Danida Support for KPK Rp. 2.840.233.297,-
(Reg. No. 70605701)
Aset tersebut adalah diserahterimakan kepada KPK, namun belum masuk
dalam laporan barang Milik Negara Tahun 2005, karena dokumen penge-
sahan atas realisasi pengadaan asset tersebut masih dalam proses di De-
partement Keuangan.
4. Dari potensi penyelamatan keuangan negara dalam bentuk barang sitaan
baik berupa uang tunai maupun barang bergerak/barang tidak bergerak
senilai kurang lebih Rp. 220,25 Milyar, yang telah mendapat keputusan
hukum tetap untuk dikembalikan ke negara dalam bentuk denda dan uang
pengganti serta perampasan harta/kekayaan untuk negara atas harta/
kekayaan senilai Rp.22,29 Millyar. Sampai dengan 31 Desember 2005, har-
ta/kekayaan yang telah mendapat keputusan hukum tetap telah disetor ke
Kas Negara sebesar Rp. 6,94 Millyar (yang berupa uang tunai), sedangkan
sisanya yang berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak masih
dalam proses pelelangan.
Demikian Catatan atas Laporan Keuangan ini dibuat yang merupakan bagian
dari Laporan Keuangan Tahunan Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun 2005.
B. Danida Support KPK Rp 2.840.233.297,-
( Reg. No. 70605701 )
Those assets has been transfered to KPK, but not yet included in the state
owned Asset Report, for the related documents is still in the process in the
state Financial Separtment.
4. The potential recovery of state losses in term of confscated assets consist
of cash and moveable/unmoveable assets for the approximately amount of
Rp. 220,25 Billion, whom had been give fnal and binding decision to be re-
turned to the state in the from of fne and replacement cash and also seize
the assets/wealth for the state on behalf the assets/wealth are amounted
Rp. 22,29 Billion. Until December 31, 2005 the assets/wealth whom had
been given fnal and bingding decision had been transferred to the State
amounted Rp. 6,94 Billion (in form of cash), the left over in form of move-
able unmoveable assets are still on auction process.
This notes to Financial Statement is prepared as part of KPKs Annual Financial
Statement for the year 2005.
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
Data Organisasi
Organization Data
L
a
p
o
r
a
n

T
a
h
u
n
a
n

2
0
0
5

A
n
n
u
a
l

R
e
p
o
r
t
100
Taufequrachman Ruki Ketua, 59 tahun, purnawirawan Polisi dengan pan-
gkat terakhir Irjen Polisi. Sebelum terpilih sebagai Ketua KPK, alumnus Fakultus
Hukum Universitas 17 Agustus 1945 dan Sekolah Staf dan Komando ABRI Bagian
Kepolisian ini menjadi anggota DPR RI dan MPR RI, dan pernah pula menduduki
jabatan Deputi IV Bidang Keamanan Nasional Menko Polkam RI.
Taufequrachman Ruki Chief, 59 years, The National Police retirement
with his last offcial duty as The National Police Inspector General. Before elected
as the Chief of KPK, the alumni from 17 Agustus 1945 University majoring an Law
and the Army Chief and Commander Education Police Division, he was the mem-
ber of The Indonesian House of Representatives and the member of the People
Assembly, and he was also the Deputy IV National Security Division at the Ministry
of Politics and Security
Amien Sunaryadi Wakil Ketua; 46 tahun, Master of Proffessional Accoun-
tant pada Georgia State University, Atlanta, dengan pengalaman sebagai auditor
di BPKP dan Kantor Akuntan Publik dengan jabatan terakhir adalah Senior Man-
ager pada unit Dispute Analysis and Investigations Price Waterhouse Coopers.
Amien Sunaryadi Vice Commissioners; 46 years, Master of Proffessional
Accountant from Georgia State University, Atlanta, experienced as the auditor at
the Comptroller of Finance and Development (BPKP) and at the Price Waterhouse
Coopers, Public Accountant Offce as the Senior Manager at the Dispute Analysis
and Investigations unit.
Sjahruddin Rasul Wakil Ketua; 62 tahun, Doktor bidang hukum dari Uni-
versitas Padjadjaran, mengabdi lebih dari 36 tahun di BPKP dengan jabatan tera-
khir sebagai Deputi Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas.
Sjahruddin Rasul Vice Commissioners; 62 years, Doktor in Law from
Padjadjaran University, serving more than 36 years at the Comptroller of Finance
and Development (BPKP) with his last offcial duty as the Deputy of Supervision
and Accountability.
Tumpak Hatorang Panggabean Wakil Ketua; 62 tahun, sebelum men-
jabat pimpinan KPK sebagian besar karirnya selama 30 tahun dihabiskan di Kejak-
saan RI dengan jabatan terakhirnya adalah Sekretaris Jaksa Agung Muda Bidang
Pidana Khusus.
Tumpak Hatorang Panggabean Vice Commissioners; 62 years, be-
fore elected as the vice commissioners of KPK he spent most of his career for 30
years in the Indonesian Attorney General Offce with his last offcial duty as The
Secretary of The Deputy Attorney General of Special Crimes.
Erry Riyana Hardjapamekas Wakil Ketua; 56 tahun, Sarjana Akuntansi
lulusan Universitas Padjadjaran ini sarat dengan pengalaman di Korporasi, dengan
jabatan terakhir adalah Direktur Utama PT Timah Tbk. Terlibat aktif pada berbagai
organisasi profesi dan sosial diantaranya IAI, KADIN dan Transparansi Internasi-
onal Indonesia.
Erry Riyana Hardjapamekas Vice Commissioners; 56 years, Gradu-
ate from the Padjadjaran University majoring in Accounting, he experienced more
in the corporate area, his last duty was the Chief of PT Timah Tbk. Actively involve
in proffessional organizations and social activities such as IAI (Indonesian Ac-
countant Group), KADIN (Chamber of Commerce) and Transparancy International
Indonesia
Pimpinan KPK
The Commissioners
Penjelasan
Simbol berupa Burung Garuda dengan perisai Pancasila yang mencengkeram pita bertuliskan
Bhineka Tunggal Ika, melambangkan KPK merupakan instansi atau lembaga yang melayani
publik di Republik Indonesia, dengan Dasar Negara Pancasila memiliki wewenang yang
berkaitan dengan pemberantasan korupsi. Pemilihan huruf Helvetica Black untuk menan-
dai logotype yang memberikan kesan tegas, berwibawa, jujur, serta independen dalam
melakukan penagawan, penelitian atau penelaahan terhadap instansi atau perorangan yang
berkaitan dengan tindakan korupsi.
Description
The symbol of the Garuda bird, protected by the Pancasila shield and grasping a ribbon
stating Bhinneka Tunggal Ika - Unity in Diversity, symbolise the KPK as an agency that
serves the Indonesian people based on Pancasila as the core tenets of the state; as the
state authorized agency to eradicate corruptions in this country. The Helvetica Black logo-
type have been chosen in impress the sense of dignity, severity, thruth, and independency
of the monitoring, research, and studying of the instutitions and any individuals related to
the suspected corruption acts in this country.
Kantor Offce
Jl. Veteran III No. 2 Jakarta Pusat
Telp. : (62-21) 385 7579
Fax. : (62-21) 384 6122
Jl. Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta Pusat
Telp. : (62-21) 352 2550
Fax. : (62-21) 352 2551
Situs Web Web Site www.kpk.go.id
Informasi Pengaduan Masyarakat
Public Complaints
Direktorat Pengaduan Masyarakat
Gedung KPK Jl. Ir. H. Juanda No. 36, Jakarta Pusat
Telp. : 62-21-2350 8389
Fax. : 62-21-3522 663
Kotak Pos 575 Jakarta Pusat
email : pengaduan@kpk.go.id
Informasi Umum Lembaga
General Information
Sekretariat Jenderal KPK
Gedung KPK Jl. Ir. H. Juanda No. 36
Jakarta Pusat
Kotak Pos 575 Jakarta Pusat
email : pengaduan@kpk.go.id
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
REPUBLIK INDONESIA
Lambang Organisasi
Corporate Identity

You might also like