You are on page 1of 26

HAMBATAN KAPAL

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir









Disusun Oleh:
Andri Firardi Utama
L0G 007 010



PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK PERKAPALAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012


2 RESISTENCE OF SHIP

HAMBATAN KAPAL
Andri Firardi Utama
Jurusan Program Studi Diploma III Teknik Perkapalan
Universitas Diponegoro

Tahanan adalah gaya yang terjadi (dialami kapal), berbanding pangkat dua dengan kecepatan kapal.
Satuannya (SI) adalah Newton, lambang N. Dalam bidang penerbangan istilah tahanan disebut drag,
sementara di laut sebagai resistance. Dalam merancang kapal, bentuk badan kapal diusahakan
mempunyai tahanan kapal yang rendah bila kapal bergerak diatas air. Sistem propeller kapal
/pendorong, mesin penggerak dan lambung kapal harus dirancang yang paling efisien, yaitu jumlah
energi yang diperlukan untuk propulsi kapal harus sekecil mungkin tapi harus mampu memenuhi
kecepatan kapal rancang. Kecepatan kapal harus sesuai dengan daya mesin (penggerak) utama.
Perkiraan daya (besar)mesin adalah berdasarkan (gaya) tahanan kapal.

Rumus Tahanan Kapal

R=0,5.CT.A.v
2
.rho

Dimana : R = Hambatan Kapal (N)
CT = Koefisien Tahanan Total
A = Luas Bidang Basah
v = Velocity / Kecepatan Kapal (m/s)
rho = massa jenis air (kg/m
3
)

Hambatan Kapal di Laut Tenang
Hambatan badan kapal yang bergerak di fluida berpermukaan bebas. Badan kapal bila
bergerak di suatu fluida berpermukaan bebas pada kondisi tenang tidak terganggu, maka pada saat
bergerak akan menimbulkan gelombang sehingga badan kapal akan mengalami hambatan kapal/
tahanan kapal laut.

Gambar Pergerakan Kapal yang Memicu Gelombang


3 RESISTENCE OF SHIP

Fluida dalam ilmu fisika dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Fluida ideal adalah fluida anggapan (penyederhanaan), misalnya kekentalan diabaikan
untuk kemudahan dalam penyelesaian masalah. Sering juga aliran fluida dianggap
partikel air tidak mampu mampat (incompressible) dan tak berotasi (irrotational).
2. Fluida real adalah fluida yang sebenarnya, air laut dan air sungai memiliki kekentalan,
Dalam perhitungan gaya fluida terhadap benda, dengan memperhitungkan kekentalan
maka perhitungan (persamaan) lebih panjang / rumit, akan tetapi hasil akan lebih teliti
dibanding dengan fluida ideal.
Komponen Hambatan Kapal
- Hambatan Gesekan (RF) merupakan hambatan kapal yang ditimbulkan oleh media fluida
berviskositas yang ikut terseret badan kapal, sehingga terjadi frictional force.
- Hambatan Gelombang (RW) merupakan hambatan kapal yang timbul akibat bergeraknya
kapal. Dapat terjadi meskipun fluidanya ideal, gaya yang terlibat adalah potential force.
- Hambatan tekanan (RP) merupakan hambatan kapal yang timbul akibat gerakan kapal atau
benda pada fluida non-ideal (fluida yang berviskositas) akan menimbulkan gaya pressure
forces.
- Hambatan Udara (RA) merupakan hambatan kapal yang timbul akibat bangunan atas kapal
(superstructure) yang tinggi dengan bentuk tidak streamline.
- Hambatan Apendix (RAPP) merupakan hambatan kapal yang timbul akibat adanya
appendages pada lambung kapal di bawah garis air antara lain lunas sayap (bilge keels),
penumpu poros propeller, lubang Bow Thruster.
Hambatan Kapal dengan Beberapa Kondisi:
1. Bergerak di dalam fluida (Air Laut)
Fluida ideal hambatan total = 0
Fluida berviskositas hambatan total = hambatan gelombang + hambatan tekanan
2. Bergerak di permukaan bebas (Gelombang dan Udara)
Fluida ideal hambatan total = hambatan gelombang + hambatan udara
Fluida berviskositas hambatan total = hambatan gelombang + hambatan gesekan +
hambatan tekanan + hambatan udara
Hambatan Total (RT) dan Hambatan Sisa (RR)
- RT = RF + RR
- RR = RW+RP+RA+RAPP
Pengelompokan Tahanan
Tahanan kapal, sebagai kapal permukaan memiliki lebih banyak komponen dibandingkan
pesawat terbang maupun kapal selam karena kapal dipengaruhi oleh air (laut) dan udara. Dalam

4 RESISTENCE OF SHIP

perkiraan besarnya gaya tahanan, kapal lebih rumit dari pada pesawat terbang dan kapal selam.
Terkait ketelitian perhitungan, tingkat ketepatan tahanan kapal lebih rendah dari keduanya.
Gambar di bawah menunjukkan aliran sekitar kapal, turbulen dan laminar, yang ikut
dipertimbangkan dalam evaluasi komponen tahanan, karena kapal ukuran besar aliran
disekitarnya adalah turbulen.

Gambar Aliran Transisi Air Sekitar Kapal pada LWL
Secara umum dikenal dua komponen, yaitu komponen tahanan gesek, dan komponen tahanan
sisa. Komponen pertama adalah tunggal (tanpa sub komponen), sementara tahanan sisa yang
komponen utamanya adalah komponen tahan ombak, oleh gerak kapal (wave making resistance)
yang terjadi pada kecepatan tinggi, terdiri atas banyak subkomponen.
Tahanan total berdasarkan tahanan per displasemen dan kecepatan per akar dari panjang
kapal.

5 RESISTENCE OF SHIP


Gambar Komponen Tahanan Gesek dan Tahanan Sisa

6 RESISTENCE OF SHIP


Gambar Komponen Tahanan Kapal Lengkap

Kurva Koefisien Tahanan Kapal


7 RESISTENCE OF SHIP

Perkiraan Perhitungan Tahanan Kapal
1. Metode Koefisien Admiralty

2. Metode Froude
Pada tahun 1868, William Froude mengirim memorandum perihal Observation an
Suggestion on the Subyek of Determining by Experiment the Resistance of Ship (Pengamatan
dan Saran Mengenai Penentuan Tahanan Kapal Melalui Percobaan) Kapal Chief Constructor
Angkatan Laut Inggris ( Froude, 1955 ).
Tahanan suatu kapal terdiri dari tahanan gesek (RF) dan tahanan sisa (RR), dimana:
1. Tahanan gesek (RF) disebabkan karena pengaruh viskositas dan gaya inersia.
2. Tahanan sisa (RR) disebabkan karena pengaruh gaya grafitasi dan gaya inersia. Jadi
tahanan sisa tidak tergantung pada tahanan gesek.
Maka tahanan total kapal adalah:
RTs = RFs + RRs
Froude menganggap bahwa tahanan gesek benda berbentuk kapal sama dengan tahanan
gesek pelat segi empat yang mempunyai luas bidang basah dan panjang yang sama dengan
luas bidang basah dari kapal tersebut. Ini berarti permukaan basah kapal (S) dihitung
sebagai perkalian antara panjang kapal dengan panjang lengkung sisi badan kapal (girth)
rata-rata.

8 RESISTENCE OF SHIP


Gambar Sketsa Model Konversi Froude
Angka Froude (Froude Number)
- Angka Fr dapat menjadi tolak ukur dalam menentukan jenis kapal apakah dalam
kategori kapal cepat dan kapal non-cepat yang tentunya pemilihan koefisien bentuk
kapal dalam perancangan.
- Angka Fr tinggi akan masuk kategori kapal cepat, sedangkan bila nilai Fr rendah, maka
kapal tersebut masuk dalam kategori kapal non-cepat.
- Untuk kapal cepat, hambatan yang dominan adalah hambatan gelombang RW sehingga
RR > RF.
- Untuk kapal non-cepat hambatan yang dominan adalah hambatan gerekan RF
sehingga pada komposisi RT, RF > RR
- Angka Fr dan angka Rn juga terkait dengan komponen-komponen hambatan kapal,
yakni Rn terkait dengan komponen hambatan gesekan, sedangkan Fr terkait dengan
hambatan gelombang atau hambatan sisa.
L . g
V
Fr =
Dimana: Fr = Angka Froude
V = Kecepatan Kapal (m/s)
G = Percepatan Gravitasi (9,81 m/s2)
L = Panjang Kapal (m)

Foude Number Ideal
- 0 0.18 foude number untuk kapal noncepat
- 0.20 0.23 foude number untuk kapal sedang
- 0.30 0.35 foude number untuk kapal cepat
- > 0.5 foude number untuk kapal super cepat


9 RESISTENCE OF SHIP

Angka Reynold (Reynold Number)
v
L . V
Rn =

Dimana Rn = Angka Reynold
V = Kecepatan Kapal (m/s)
L = Panjang Kapal (m)
v = Viskositas Kinematis Fluida = 1,1883 x 10
-6
m
2
/s

3. Metode Tefler
Pada tahun 1972 E.V Tefler menerbitkan makalah mengenai tahanan kapal dan model,
gambar 28 yang kemudian menguraikan salah satu model yang diperkenalkanya untuk
menggabungkan hukum mengenai kesamaan tahanan total spesifik (resistance
similarity) diberikan oleh Froude dan Reynolds, dan merupakan fungsi serentak dari
angka Reynold dan angka Froude, yaitu :
( )
|
|
.
|

\
|
+ =
L . V
v
L . g
V
F
A .
R
2


Gambar Metode Menurut Tefler
Selanjutnya tahanan kapal dapat dihitung dengan rumus
|
.
|

\
|
=
s S s Ts Ts
S . V .
2
1
C R
Dimana : Vs = kecepatan kapal,
Ss = permukaan basah kapal
Ps = Massa jenis air laut.




10 RESISTENCE OF SHIP

4. MetodeYamagata
Metode perhitungan tahanan kapal ini diperkenalkan oleh Dr. Yamagata. Pada metode
ini banyak menggunakan diagram. Metode Yamagata hanya diperhitungkan tahanan
gesek dan tahanan sisa, Koefisien tahanan sisa kapal sesungguhnya kemudian
digambarkan pada diagram, dan merupakan koefisien tahanan sisa kapal dengan ratio
B/L = 0,1350 dan B/T + 2,25. Jika harga B/L dan B/T tidak sesuai maka rasio B/L dan
B/T harus dikoreksi.
Urutan perhitungan Metode Yamagata adalah sebagai berikut:
1. Koefisien tahanan sisa (Cro) ditentukan dari diagram yang merupakan fungsi dari
angka Froude (Fn) dan koefisien Blok (Cb).
2. Apabila rasio B/L tidak sama dengan rasio kapal standar (B/L=0,1350) , maka
koefisien resistance hasil pembacaan diagram harus dikoreksi dengan
menggunakan diagram.
3. Apabila rasio B/T tidak sama dengan rasio kapal standar (B/T = 2,25), maka
koefisien resistance hasil pembacaan diagram harus dikoreksi dengan
menggunakan diagram.

























11 RESISTENCE OF SHIP


Gambar Koefisien Tahanan Sisa Untuk Standar Hull






12 RESISTENCE OF SHIP



Gambar Koreksi Nilai B/L




Gambar Koreksi Nilai B/T






13 RESISTENCE OF SHIP

Koreksi Lain
Koreksi Appendages (C)
Pertambahan Resistance (%)


4. Residual resintance coefficient diperoleh dari penjumlahan point 1, 2, 3, dan 4 yaitu :
Cr = kr (Cro + ( Cr)B/L + ( Cr)B/T (1 +C%)
Dimana : kr = 1 untuk single screw
kr = 1,1 - 1,2 untuk twin screw
5. Tahanan sisa (Residual Resistance) diperoleh dengan persamaan:
R = Cr. .V
2/3
.V
2
.10
-3
(KN)
6. Koefisien tahanan gesek (Frictional Resistance Coeffisient) ditentukan dengan rumus
Schoenherr:
Cf = 0,463 (10 log Rn)
-2,6

Dimana : Rn = V.L/
Akibat kekasaran permukaan badan kapal, maka Cf
Cf = 1,04 Cf
Hambatan gesek diperoleh dari persamaan :
Rf = S V
2
10
-3
Cf (KN)
Dimana: S = Luas bidang basah kapal
= 1,053L B (1,22 T/B + 0,46) Cb + 0,765)
7. Tahanan total kapal
Rt = Rr + Rf (KN)
8. Daya efektif kapal (HP)
EHP = Rt V / 75 (HP)









14 RESISTENCE OF SHIP


Koefisien Tahanan Sisa Untuk Harga Koefisien Prismatik 4,0





15 RESISTENCE OF SHIP


Koefisien Tahanan Sisa Untuk Harga Koefisien Prismatik 4,5





16 RESISTENCE OF SHIP


Koefisien Tahanan Sisa Untuk Harga Koefisien Prismatik 5,0





17 RESISTENCE OF SHIP


Koefisien Tahanan Sisa Untuk Harga Koefisien Prismatik 5,5



18 RESISTENCE OF SHIP


Koefisien Tahanan Sisa Untuk Harga Koefisien Prismatik 6,0



19 RESISTENCE OF SHIP


Koefisien Tahanan Sisa Untuk Harga Koefisien Prismatik 6,5


20 RESISTENCE OF SHIP


Koefisien Tahanan Sisa Untuk Harga Koefisien Prismatik 7,0




21 RESISTENCE OF SHIP


Koefisien Tahanan Sisa Untuk Harga Koefisien Prismatik 7,5

22 RESISTENCE OF SHIP


Koefisien Tahanan Sisa Untuk Harga Koefisien Prismatik 8.0


5. Perhitungan Tahanan Dengan Metode Holtrop-Mennen

23 RESISTENCE OF SHIP

Pada beberapa metode perhitungan hambatan kapal terdapat peninjauan yang
berdasarkan suatu kesepakatan, seperti pada pengestimasian nilai hambatan haluan
gembung yang hanya meninjau haluan genbung tersebut secara terpisah. Atas dasar itulah
J.Holtrop dan G.G.J.Mennem membuat suatu metode yang mengandalkan ketepatan
perhitungan dengan pengambilan data dan pengolahannya secara statistic yang kemudian
dikenal dengan Metode Prediksi Daya Efektif Statistik atau disingkat Metode Tahanan
Kapal Statistik.
Berdasarkan buku resistance and propulsion of ship, tahanan total yang terjadi pada
sebuah kapal dapat dihitung dengan memakai rumus ;
RT = V
2
S CT (kg)
Dimana ; RT = tahanan total kapal (kg)
CT = koefisien tahanan total
f = massa jenis fluida (kg/m
3
)
V = kecepatan kapal (m/s)
S = luas bidang basah (m
2
)
Koefisien tahanan total sebuah kapal dapat diuraikan sebagai berikut ;
CT = CF + CR + CA
Dimana : CT = koefisien tahanan total
CF = koefisien tahanan gesek
CR = koefisien tahanan sisa
CA = koefisien tahanan tambahan
Langkah dalam perhitungan tahanan kapal dengan metode Holtrop adalah sebagai berikut :
1. Penentuan Tahanan Gesek (RF)
a. Penentuan harga koefisien gesek (CF)
Harga koefisien gesek ditentukan berdasarkan persamaan ITTC 1957 sebagai
berikut (Harvald, 1992) :
( )
2
10
F
2 Rn log
0.75
C

=

Dimana: CF = koefisien tahanan gesek
Rn = angka Reynolds
Vs = kecepatan kapal (m/s)
v = viskositas kinematis fluida
= 1,1883 x 10
-6
(m
2
/s)
b. Perhitungan panjang bagian kapal yang mengalami tahanan langsung (length of
run) ditentukan dengan persamaan:

( )
)
`

+
=
1 C 4
L C 0,06 C 1
L L
P
CB P P
PP R


Dimana : LR = panjang bagian kapal yang menngalami tahanan langsung (m)

24 RESISTENCE OF SHIP

LPP = panjang kapal (m)
CP = koefisien prismatic horizontal
%LCB = presentase letak titik tekan
c. Perhitungan harga faktor lambung (1 + K1)
Faktor lambung yang memperlihatkan hubungan tahanan viskositas bentuk
Lambung dengan tahanan gesek dapat dicari dengan persamaan:
( )
0,604247
P
0,36486
3
WL
0,121563
R
WL
0,46106
WL
1,06806
WL
R
C 1 /

L
L
L
L
T
L
B
0,487118 0,93 L

|
|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|
+ =

2. Perhitungan tahanan gesek (RF) ditentukan dengan persamaan :
) K (1 C S V
2

R
1 F
2
S F
+ =

Dimana : f = massa jenis fluida
= 104,51 kg/m
3
(air laut)
= 101,96 kg/m
3
(air tawar)
S = luas permukaan basah (m
2
)
(1+K1) = harga faktor lambung
3. Penentuan Tahanan Bagian Tambahan (RAP)
a. Perhitungan harga tahanan bagian tambahan (RAP) dapat ditentukan dengan rumus:
) K (1 C A V
2

R
2 F S
2
S AP
+ =

Dimana : As = luas bagian bagian tambahan (m
2
)
(1+K2) = harga faktor bagian tambahan
b. Perhitungan harga faktor bagian tambahan (1 + K2 ) dengan persamaan sebagai
berikut :
( )
1
2
2
E
E
K 1

= +


25 RESISTENCE OF SHIP


Tabel Penentuan Harga Faktor Bagian Tambahan

4. Penentuan Tahanan Akibat Gelombang (RW)
Perhitungan tahanan akibat gelombang (RW) dapat dihitung dengan persamaan:
( ) ( )

+
|
|
.
|

\
|
=
5 2
n
1
P Cos M
0,9 x F
M
f 5 2 1
e g P C C Rw

Dimana : RW = tahanan akibat gelombang (Ton)

( ) 90
B
T
L
B
2223105
C
1,07961
3,78613
WL
1

|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|

=

= sudut kemiringan (entrance)
= 125,67 x B/LWL 162,25 x (CP)
2
+ 234,3 x (CP)
3
+ 0,155x %LCB
( )
| |
10 1,89
2
e
1
C

=

M
C T B
TS
A 0,8
1
5
P


=


26 RESISTENCE OF SHIP

5. Perhitungan tahanan tekanan tambahan dari haluan gembung dekat permukaan air (RB)
dapat dihitung dengan persamaan:
( )
(

+
(
(
(

=

|
|
.
|

\
| 2
3
pb
3
3
2
B
Fn 1
Fni
e
ABT
g 0,11 R

6. Perhitungan tahanan tambahan akibat adanya transform yang terbenam(RTR), dapat
dihitung dengan persamaan:
( )
K TS
2
TR
C 0,2 1 A V f 0,5 R =

Dimana :
) C (B B
A g 2
V
C
WL
TS
S
K
+

=

7. Perhitungan tahanan akibat korelasi model kapal (RM)
Penentuan harga tahanan akibat korelasi model (RM) dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan:

a
2
s
f
M
C S V 2

R

=

Dimana : RM = tahanan korelasi model
f = massa jenis fluida (kg/m
3
)
Vs = kecepatan kapal (m/s
S = luas bidang basah kapal (m
2
)
Ca = koefisien korelasi model

8. Penentuan tahanan total (RT)
Setelah kesemua tahanan diatas sudah diperoleh maka harga tahanan total dapat
diperoleh dengan menjumlahkan keseluruhan tahanan yang sudah diperoleh dengan
persamaan:
RT=RF+RAP+RW+RB+RTR+ RM

You might also like