You are on page 1of 23

BAB I PENDAHULUAN Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh bakteri

terlokalisir atau difus dengan gejala telinga terasa sakit. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna ini dapat berupa kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %),strepokokus (22%), stafilokokus.aureus (15%) dan bakteroides (11%).1 Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada otitis eksterna furunkulosis melibatkan liang telinga sepertiga luar. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeks bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan proteus atau jamur.2 Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai, disamping penyakit telinga lainnya. Penyakit ini sering dijumpai pada daerahdaerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan banyak peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti berenang dan menimbulkan kekambuhan. Selain itu keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar juga merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna.3,4 Umumnya penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit pada telinga, terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila peradangan ini tidak diobati secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa sakit, gatal dan mungkin sekret yang berbau akan menetap.5 Dalam upaya menanggulangi Otitis eksterna, sejak dahulu telah dipergunakan larutan Burrowi, yang di kemukakan

pertama kali oleh dr.Karl August Von Burrow (1809-1874) seorang ahli bedah Jerman dari Koningsburg. Dia menggunakan larutan Burrowi sebagai obat untuk telinga sejak akhir abad ke-19. Larutan Burrowi (Burrows Solution), berisi larutan aluminium sulfat dan digunakan secara luas sebagai obat kompres yang sekaligus bekerja sebagai anti septik dan adstrigensia dan mempunyai pH 3,2.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI TELINGA Anatomi Telinga

Gambar 1. Anatomi Telinga 2.1.1 Telinga Luar Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 3cm. Sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut.Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.

2.1.2 Telinga tengah Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membran timpani yang merupakan membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara. Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut pars flaksida (membrane sharpnell) dimana lapisan luar merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars tensa merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin. Tulang pendengaran terdiri dari maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran ini dalam telinga tengah saling berhubungan. Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.

2.1.3 Telinga Dalam Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang dari koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani berisi perilimfa sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dimana cairan perilimfa tinggi akan natrium dan rendah kalium,sedangkan endolimfa tinggi akan kalium dan rendah natrium. Hal ini penting untuk pendengaran.

Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissners Membrane) sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3000) dan tiga baris sel rambut luar (12000). Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung diatasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular sehingga dikenal sebagai membrane tektoria. Membran tektoria disekresi dan disokong limbus yang terletak di medial. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti yang membentuk organ Corti.

2.2 DEFINISI Otitis eksterna, juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmers ear, adalah radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang melapisi saluran telinga luar menjadi merah dan bengkak karena infeksi oleh bakteri atau jamur dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga, dan kecenderungan untuk kambuh kembali. Pengobatan amat sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga. Infeksi ini sangat umum dan mempengaruhi semua kelompok umur. Saluran telinga luar adalah sebuah terowongan pendek yang berjalan dari lubang telinga hingga gendang telinga yang berada di dalam telinga. Secara normal bagian ini dilapisi kulit yang mengandung rambut dan kelenjar yang memproduksi lilin.

2.3 ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO 2.3.1 Etiologi Swimmers ear (otitis eksterna) sering dijumpai. Terdiri dari inflamasi, iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga. Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara terjadinya otitis eksterna (swimmers ear).3 Kebanyakan disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes telinga. Alergen yang paling sering adalah antibiotik, contohnya: neomycin, framycetyn, gentamicin, polimixin, dan anti histamin. Sensitifitas poten lainnya adalah metal dan khususnya nikel yang sering muncul pada kertas dan klip rambut yang mungkin digunakan untuk mengorek telinga.2 2.3.2 Faktor Risiko

Suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan cotton

buds, ujung jari atau alat lainnya

Kelembaban merupakan foktor yang penting untuk terjadinya otitis

eksterna.

Sering berenang, air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan

merupakan sumber kontaminasi yang sering dari bakteri

Penggunaan bahan kimia seperti hairsprays, shampoo dan pewarna

rambut yang bisa membuat iritasi dan mematahkan kulit rapuh, yang memungkinkan bakteri dan jamur untuk masuk

kondisi kulit seperti eksema atau dermatitis di mana kulit terkelupas

atau pecah, dan tidak bertindak sebagai penghalang atau pelindung dari kuman atau jamur kanal telinga sempit infeksi telinga tengah

diabetes.

2.4 EPIDEMIOLOGI Setiap tahun, otitis eksterna terjadi pada 4 dari setiap 1000 orang di Amerika Serikat. Kejadian lebih tinggi selama musim panas, mungkin karena partisipasi dalam kegiatan air lebih tinggi. Otitis eksterna akut, kronis, dan eczematous merupakan otitits yang umum di Amerika Serikat, namun otitis necrotizing jarang terjadi. Secara umum di dunia frekuensi otitis eksterna tidak diketahui, namun insidennya meningkat di Negara tropis seperti Indonesia. Tidak ada ras ataupun jenis kelamin yang berpengaruh terhadap angka kejadian otitis eksterna. Umumnya, tidak ada hubungan antara perkembangan otitis eksterna dan usia. Sebuah studi epidemiologi tunggal di Inggris menemukan prevalensi selama 12-bulan yang sama untuk individu yang berusia 5-64 tahun dan prevalensinya meningkat pada usia lebih dari 65 tahun.3,5 2.5 PATOFISIOLOGI Kanalis auditorius eksternal dilapisi dengan epitel skuamosa dan panjangnya sekitar 2,5 cm pada orang dewasa. Fungsi kanal auditori eksternal adalah untuk mengirimkan suara ke telinga tengah sekaligus melindungi struktur yang lebih proksimal dari benda asing dan setiap perubahan kondisi lingkungan. Sepertiga luar kanal adalah tulang rawan dan terorientasi di superior dan posterior, bagian dari kanal berisi serumen yang diproduksi oleh kelenjar apokrin. Dua pertiga dari bagian dalam kanal adalah osseus, ditutupi dengan kulit tipis yang melekat erat, dan berorientasi inferior dan anterior; bagian ini adalah kanal yang tidak memiliki kelenjar apokrin atau folikel rambut. Jumlah serumen yang dihasilkan bervariasi antara individu. Serumen umumnya bersifat asam (pH 4-5), sehingga menghambat pertumbuhan bakteri atau jamur. Sifat lilin dari serumen melindungi epitel yang mendasari dari maserasi atau kerusakan kulit.

Otitis eksterna mungkin berkembang pada atlet akuatik atau perenang sebagai akibat dari paparan air yang berlebihan yang mengakibatkan pengurangan secara keseluruhan dari serumen. Penurunan serumen ini kemudian dapat menyebabkan pengeringan dari kanalis auditorius eksternal dan pruritus. Pruritus kemudian dapat menyebabkan probing dari kanalis auditorius eksternal, mengakibatkan kerusakan kulit dan memudahkan kejadian untuk infeksi. Obstruksi saluran pendengaran eksternal dari serumen yang berlebihan, debris, exostosis peselancar, atau kanal yang sempit dan berliku-liku juga dapat menyebabkan infeksi dengan cara retensi kelembaban. Organisme yang paling umum dijumpai pada OE adalah P aeruginosa (50%), S aureus (23%), anaerob dan organisme gram negatif (12,5%), dan jamur seperti Aspergillus dan Candida spesies (12,5%). Otomikosis adalah infeksi di saluran pendengaran eksternal yang disebabkan oleh spesies Aspergillus sebanyak 80-90% dari kasus. Kondisi ini ditandai oleh adanya hifa yang panjang, putih, berbentuk benang yang tumbuh dari permukaan kulit. Dalam sebuah penelitian, 91% dari kasus otitis eksternal disebabkan oleh bakteri.

2.6 KLASIFIKASI 1. Penyebab tidak diketahui a. Malfungsi kulit : dermatitis seboroita, hiperseruminosis, asteotosis b. Eksema infantil : intertigo, dermatitis infantil. c. otitis eksterna membranaosa.
d. Miringitis kronik idiopatik

e. Lupus erimatosus, psoriasis 2. Penyebab infeksi a. Bakteri gram (+) : furunkulosis, impetigo, pioderma, ektima, sellulitis, erisipelas. b. Bakteri gram ( -) : Otitis eksterna diffusa, otitis eksterna bullosa, otitis eksterna granulosa, perikondritis.
c. Bakteri tahan asam : mikobakterium TBC

d. Jamur dan ragi (otomikosis) : saprofit atau patogen. e. Merringitis bullosa, herpes simplek, herpes zoster moluskum kontangiosum, variola dan varicella. f. Protozoa g. Parasit 3.Erupsi neurogenik : proritus simpek, neurodermatitis lokalisata/desiminata, ekskoriasi, neurogenik. 4.Dermatitis alergika, dermatitis kontakta ( venenat), dermatis atopik, erupsi karena obat, dermatitis eksamatoid infeksiosa, alergi fisik. 5.Lesi traumatika : kontusio dan laserasi, insisi bedah, hemorhagi ( hematom vesikel dan bulla), trauma ( terbakar, frosbite, radiasi dan kimiawi). 6.Perubahan senilitas. 7.Deskrasia vitamin
8. Diskrasia endokrin.7,38

Tabel 1: Klasifikasi Otitis Eksterna menurut G.G.Browning Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi : 1 Otitis Eksterna Ringan : Kulit liang telinga hiperemis dan eksudat Liang telinga menyempit 2. Otitis Eksterna Sedang : Liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif

3. Otitis Eksterna Komplikasi : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak 4. Otitis Eksterna Kronik : Kulit liang telinga/pina menebal, keriput. Eritema positif. Secara umum otitis eksterna akut ada 2, yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difus. Otitis eksterna sirkumskripta Oleh karena kulit di sepanjang sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu bisa terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebab biasanya Staphyloccoccus aureus atau Staphylococcus albus. Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga. Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal bisa diberikan salep atau tetes antibiotika. Jika dinding furunkel tebal, dilakukan insisi kemudian dipasang drainage untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotik sistemik, hanya diberikan obat simptomatik seperti analgetik dan obat penenang. Otitis eksterna difus Sering mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab ialah Staphylococcus albus, Escherichia coli dan sebagainya.

Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti secret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media. Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara kulit yang meradang dengan obatnya. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.

2.7 DIAGNOSIS Untuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meliputi: 2.7.1 ANAMNESIS Pasien mungkin melaporkan gejala berikut: Otalgia Rasa penuh ditelinga Gatal
Discharge (Awalnya, debit mungkin tidak jelas dan tidak berbau, tetapi

dengan cepat menjadi bernanah dan berbau busuk) penurunan pendengaran tinnitus Demam (jarang)
Gejala bilateral (jarang)

Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala mengelirukan. Rasa sakit bisa tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema

dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.7 Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta.7 Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis

eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat -obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.5,7 2.7.2 PEMERIKSAAN FISIK Temuan pemeriksaan fisik dapat mencakup sebagai berikut: Nyeri tekan tragus Eritematosa dan edema saluran auditori eksternal Discharge purulen
Eczema dari daun telinga

Adenopati Periauricular dan servikal


Demam (jarang)

Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak sekitarnya, termasuk kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke dalam tulang

mastoid, sendi temporomandibular, dan dasar tengkorak, dalam hal saraf kranial VII (wajah), IX (glossopharingeus), X (vagus), XI (aksesori), atau XII (hypoglossal) dapat terpengaruh.

2.8 PENATALAKSANAAN Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit, pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal untuk mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.

Dengan lembut membersihkan debris dari kanalis auditorius eksternal

dengan irigasi atau dengan menggunakan kuret plastik lembut atau kapas di bawah visualisasi langsung. Pembersihan kanal meningkatkan efektivitas dari obat topikal.
Obat topikal aural biasanya termasuk asam ringan (untuk mengubah pH dan

untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme), kortikosteroid (untuk mengurangi peradangan), agen antibiotik, dan / atau agen antijamur.

Infeksi ringan: otitis eksterna ringan biasanya merespon dengan penggunaan agen acidifying dan kortikosteroid. Sebagai alternatif, campuran perbandingan (2:1) antara alkohol isopropil 70% dan asam asetat dapat digunakan.

Infeksi sedang: Pertimbangkan penambahan antibiotik dan antijamur ke agen acidifying dan kortikosteroid.

Antibiotik oral digunakan pada pasien dengan demam, imunosupresi, diabetes, adenopati, atau pada individu-individu dengan ekstensi infeksi di luar saluran telinga.

Dalam beberapa kasus, kasa (dengan panjang 1/4 inci) dapat dimasukkan ke dalam kanal, dan obat ototopic dapat diterapkan secara langsung ke kasa (2-4 kali sehari tergantung pada frekuensi dosis yang dianjurkan dokter). Setelah kasa digunakan, harus dicabut kembali 24-72 jam setelah insersi.

Dalam kasus pasien dengan tympanostomy atau diketahui adanya perforasi, persiapan non-ototoxic topical (misalnya, fluorokuinolon, dengan atau tanpa steroid).

Dalam kasus otitis kronis, tidak menular, resisten terhadap terapi, krim

tacrolimus 0,1% (melalui kasa yang diganti setiap saat hingga hari ketiga) mengakibatkan tingginya tingkat resolusi setelah 9-12 hari terapi.
OTITIS EKSTERNA

Pertimbangkan mengambil sampel

TERAPI Edukasi+ analgetika+ tetes telinga topical+/menghilangkan debris

Evaluasi secara rutin dalam 5-7 hari jika imunocompromi zed atau diabetes, gejala memburuk, gejala tidak hilang dalam 1

Rujuk ke THT jika: Terapi gagal Gejala dan tanda yang berat Kemungkinan adanya otitis eksternal necrotizing

Gambar 2: Skema terapi otitis eksterna

2.9 PROGNOSIS Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan faktor pencetusnya dapat dihindari. Akan tetapi otitis eksterna sering kambuh jika kebersihan telinga tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti diabetes yang menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak menghindari faktor pencetus dengan baik.

BAB III LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Jenis Kelamin Bangsa Suku Agama Pendidikan Status perkawinan Alamat Tanggal pemeriksaan 3.2 ANAMNESIS Keluhan Utama : sakit pada telinga kanan Riwayat Penyakit Sekarang: Penderita datang dengan keluhan sakit di telinga kanan sejak 4 hari yang lalu. Sakitnya terasa hilang timbul makin lama semakin keras apalagi jika telinganya ditekan hingga penderita susah tidur. Dari heteroanamnesis, keluhan tersebut muncul setelah penderita mandi di sungai. Penderita merasa telinga kanannya gatal-gatal, lalu penderita mengorek-ngorek telinganya tersebut. Penderita merasa telinganya tersebut tidak pernah kemasukan sesuatu benda asing. Pendengaran dirasakan tidak ada perubahan dan tidak pernah : DLJ : 9 Tahun : Perempuan : Indonesia : Bali : Hindu : SD (Sekolah Dasar) : Belum menikah : Banjar negari, Klungkung : 19 Juni 2012

mengalami trauma di telinganya tersebut. Ibu pasien tidak mengeluhkan panas,batuk dan pilek Riwayat Penyakit Terdahulu : Ibu penderita mengatakan penderita tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya. Riwayat Pengobatan : Penderita sempat dibawa ke puskesmas oleh orang tuanya. Dari puskesmas dirujuk ke rumah sakit. Ibu penderita mengatakan pada telinga kanan penderita sempat ditetesi minyak (Bokasi) karena pasien tidak bisa tidur. Riwayat Alergi : Riwayat asma, alergi terhadap makanan tertentu, maupun terhadap obatobatan tertentu disangkal oleh ibu penderita. Riwayat Keluarga : Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita keluhan seperti yang dikeluhkan oleh penderita. Riwayat Lingkungan dan Sosial: Lingkungan tempat tinggal pasien cukup bersih, setiap hari penderita pergi ke sekolah dan sering menghabiskan waktu di rumah. Penderita mempunyai kebiasaan mengorek-ngorek telinga hingga menghabiskan banyak cotton buds dan sering mandi di sungai.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK Vital Sign Keadaan umum Kesadaran : Baik : Compos Mentis

Tekanan darah Nadi Respirasi Temperatur Berat badan Status General : Kepala Muka Mata THT Leher

: 120/80 mmHg : 80 x/menit : 20 x/menit : 36,8C : 21 kg

: Normocephali : Simetris, parese nervus fasialis -/ : Anemis -/-, ikterus -/: Sesuai status lokalis : Kaku kuduk (-) Pembesaran kelenjar limfe -/Pembesaran kelenjar parotis -/Kelenjar tiroid (-)

Thorak : Cor

: S1S2 tunggal, reguler, murmur

Po: Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wh -/Ekstremitas Status lokalis THT : Telinga Daun telinga Liang telinga Discharge : dalam batas normal

Kanan N, nyeri tekan tragus (+) Sempit Serumen (+) -

Kiri N lapang

Membran timpani Tumor Mastoid

sulit dievaluasi N

intak N

Hidung Hidung luar Cavum nasi Septum Discharge Mukosa Tumor Concha Sinus Choana Tenggorokan : Dispneu Sianosis Mukosa ::N

Kanan N Lapang deviasi tidak ada merah muda kongesti

Kiri N Lapang

merah muda kongesti nyeri tekan tidak ada N

: merah muda

Dinding belakang faring : normal Suara : tidak ada kelainan

Tonsil :

Kanan

Kiri

Pembesaran Hiperemis Permukaan mukosa Kripte Detritus Fiksasi

T1 rata N -

T1 rata N -

3.4 RESUME Pasien perempuan 9 tahun bernama Desak Lina Jayani, Hindhu, Klungkung dengan sakit pada telinga kanan sejak 4 hari yang lalu. Sakitnya terasa hilang timbul makin lama semakin keras apalagi jika telinga kanannya ditekan hingga penderita susah tidur. Dari heteroanamnesis, keluhan tersebut muncul setelah penderita mandi di sungai. Penderita merasa telinga kanannya gatal-gatal, lalu penderita mengorek-ngorek telinganya tersebut. pada telinga kanan penderita sempat ditetesi minyak (Bokasi) karena pasien tidak bisa tidur. Pemeriksaan fisik THT pada telinga kanan didapatkan nyeri tekan tragus, serumen keras dan banyak, liang telinga nampak sempit dan hiperemi, dan membran timpani sulit dievaluasi karena tertutup oleh serumen. 3.5 DIAGNOSIS Otitis Eksterna Difusa Dekstra

3.6 PENATALAKSANAAN Asam mefenamat 3x250gr Cefadroxyl 2x 250gr Chloramphenicol ear drop 3x2 tetes

Pembersihan liang telinga Kontrol 3 hari lagi

3.7 PROGNOSIS dubius ad bonam

BAB IV

PEMBAHASAN

1.Pasien ini didiagnosis otitis eksterna difusa dekstra karena sakit pada telinga kanan sejak 4 hari yang lalu. Sakitnya terasa hilang timbul makin lama semakin keras hingga penderita susah tidur. Dari heteroanamnesis, keluhan tersebut muncul setelah penderita mandi di sungai. Penderita merasa telinga kanannya gatal-gatal, lalu penderita mengorek-ngorek telinganya tersebut. pada telinga kanan penderita sempat ditetesi minyak (Bokasi) karena pasien tidak bisa tidur. Pemeriksaan fisik THT pada telinga kanan didapatkan nyeri tekan tragus, serumen keras dan banyak, liang telinga nampak sempit dan hiperemi, dan membran timpani sulit dievaluasi karena tertutup oleh serumen. Hal ini sesuai dengan gejala-gejala otitis eksterna yang akut yaitu OE difusa dekstra. 2.Prinsip penatalaksanaan pada pasien ini adalah konservatif dengan manajemen nyeri, menghilangkan infeksi kuman, dan pembersihan telinga dari debris. Asam mefenamat 3x 250 gr diberikan karena pasien mengeluh nyeri. Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi NonSteroid atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat mempunyai efek antiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan antipiretik. Cefadroxil 2x250 gr adalah antibiotika semisintetik golongan sefalosforin untuk pemakaian oral. Cefadroxil bersifat bakterisidal dengan jalan menghambat sintesa dinding sel bakteri. Cefadroxil aktif terhadap Streptococcus beta-hemolytic, Staphylococcus aureus (termasuk penghasil enzim penisilinase), Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Klebsiella sp, Moraxella catarrhalis. Dosis yang dianjurkan pada anak-anak adalah 25 50 mg/kg BB sehari dalam dua dosis terbagi.

Chloramphenicol tetes telinga 3x 2 tetes adalah antibiotika spektrum luas, bekerja sebagai bakteriostatik terhadap beberapa spesies, dan pada keadaan tertentu bekerja sebagai bakterisida. Indikasi pemberian Chloramphenicol tetes telinga adalah untuk infeksi superfisial pada telinga luar oleh bakteri gram positif atau gram negatif yang peka terhadap chloramphenicol. Pembersihan liang telinga bertujuan untuk mengangkat serumen agar tidak menumpuk sehingga tidak menyebabkan rasa penuh ditelinga dan penurunan pendengaran. 3.Prognosis Dubius ad bonam, karena pada penderita belum terjadi gejala-gejala yang begitu berat dan dengan menghindari faktor pencetus dan terapi yang adekuat mampu meringankan dan menghilangkan gejala.

You might also like