You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu materi penting dalam pelaksanaan pendidikan formal terutama yang berbasis umum. Hal tersebut dikarenakan materi pendidikan Agama Islam merupakan satu-satunya wahana untuk memberikan pengetahuan keagamaan, jika peserta didik tidak mengikuti kegiatan-kegiatan yang bernuansa religius selain disekolah, maka guru memegang peranan penting dalam mengelola dan mengambil tindakan bagaimana dan seberapa jauh tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pendidikan Agama Islam. Kegiatan belajar mengajar yang dapat melahirkan interaksiinteraksi antar potensi yang ada dalam diri peserta didik merupakan suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Salah satu cara untuk mendapatkan hasil yang maksimal diantaranya bagaimana guru dengan segenap pengalaman dan pengetahuannya mampu mengelola dengan menggunakan metodelogi yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik Dalam mencapai tujuan dari pada instrumen itu adalah metode dalam mengajar. Banyak metode yang bisa digunakan dalam pengajaran sehingga seorang guru harus selektif dalam memilih dan menggunakan metode

pembelajaran. Dalam pembentukan akhlaq peserta didik maka pembelajaran agama islam memegang peranan yang sangat penting. Mengingat dalam agama islam sudah tercantum tata cara berakhlaq, hukum agama islam, hukum ibadah dan lain sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari kita melihat pendidikan agama islam kurang begitu diminati oleh peserta didik. Banyak yang menganggap bahwa pendidikan agama islam sudah mereka dapat dalam sekolah-sekolah non formal yang ada di musholla atau dimasjid sehingga minat untuk belajar agama islam sangatlah kurang. Selain dari pada itu pembelajaran Aqidah Akhlak dirasa kurang menarik minat siswa karena tidak adanya metode yang tepat untuk menyampaikan materi pelajaran tersebut. Pelajaran Aqidah Akhlak akan selalu bersinggungan dengan kehidupan manusia sehari-hari, sebab sebagai insan yang beragama islam maka Aqidah dan

Akhlak yang sesuai dengen ajaran agama Islam akan selalu melekat pada kehidupan mereka. Untuk itu perlu adanya metode pembelajaran yang tepat untuk mengajar pendidikan agama terutama mata pelajaran Aqidah Akhlak disekolah. Seperti kita ketahui bahwa mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan mata pelajaran yang memuat tentang dasar keyakinan yang pokok atau Aqidah yakni yang menyangkut keimanan seseorang serta tata cara bersikap dan bermoral baik dalam hubungannya dengan Hablimminallah ataupun Hablumminannas dan lingkungan alam sekitar, sehingga mata pelajaran Aqidah Akhlak akan tetap digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat pentingnya materi agama dalam kehidupan manusia dan dengan semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat kita harus mampu menyajikan materi agama Islam secara lugas dan mudah dipahami serta dapat bersinggungan secara langsung dalam kehidupan siswa. Berangkat dari permasalahan tersebut diatas maka peneliti berusaha mengadakan penelitian tentang metode pembelajaran yang tepat dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak. Peneliti yang sekaligus guru pratikan berusaha menerapkan-menerapkan metode Cooperatif Learning dan metode Diskusi dalam meningkatkan keaktifan siswa dan lebih memahamkan siswa dalam mempelajari mata pelajaran Aqidah Akhlak. Metode cooperatif learning hampir sama dengan metode kelompok,

pembentukan kelompok untuk belajar salah satu alternatif dalam keberhasilan pendidikan. Pada dasarnya metode cooperatif learning guna membentuk kerjasama dalam belajar dengan proses yang bertanggung jawab sesama anggota kelompoknya. Sebagai tindak lanjut dalam pembelajaran maka peneliti menggunakan metode yang kedua yaitu diskusi kelas guna memperesentasikan hasil dari belajar kelompoknya. Suasana kelompok yang lebih mengutamakan kerjasama antar siswa tanpa membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang mampu untuk dapat menjadi penyeimbang dalam proses belajar mengajar. Suasana tolong menolong dalam kelompok diharapkan dapat menolong siswa yang kurang mampu untuk dapat memahami materi pelajaran dan dalam diskusi kelas.

Dengan menggunakan metode cooperatif learning dan metode diskusi yang diterapkan dalam kelas V MI Bustanul Ulum Sumberanyar bertujuan agar dapat meningkatkan munat belajar siswa terhadap materi pelajaran agama islam dan meningkatkan minat belajar siswa serta tercapainya hasil belajar yang baik. B. Rumusan Masalah 1. Apakah metode cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak V MI Bustanul Ulum Sumberanyar? 2. Bagaimana system evaluasi yang digunakan dalam menetapkan standar keberhasilan belajar siswa? 3. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode cooperative learning? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dilakukan peneliti di MI Bustanul Ulum Sumberanyar sebagai berikut: 1. Ingin mengetahui apakah metode cooperative learning dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Bustanul Ulum Sumberanyar? 2. Ingin mengetahui system evaluasi mana yang cocok digunakan dalam metode cooperative learning dalam standar keberhasilan belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Bustanul Ulum Sumberanyar? 3. Untuk Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode cooperative learning . D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil pada penggunaan metode cooperative learning pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Bustanul Ulum Sumberanyar adalah : 1. Lembaga. Memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Bustanul Ulum Sumberanyar guna pengembangan keilmuan.

2. Siswa

Dengan adanya penerapan metode cooperative learning siswa akan lebih mudah dalam mempelajari materi pelajaran agama islam sehingga dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru 3. Guru Dengan penerapan metode cooperative learning ini dapat digunakan para pengajar dalam menambah pengetahuan dan wawasan dalam menggunakan metode pembelajaran sehingga lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran. 4. Peneliti Sebagai bentuk kreatifitas dibidang penelitian dan sebagai wawasan dalam dunia pendidikan E. Hipotesis Tindakan Metode cooperative learning menjelaskan lebih mengutamakan

kerjasama kelompok dalam belajar antar siswa dalam satu kelas untuk dapat menguasai materi pelajaran dan mengerjakan tugas dari guru. Oleh karena itu apabila Metode cooperative learning dilaksanakan dapat : 1. Mempermudah siswa dalam menguasai materi pelajaran. 2. Meningkatkan minat belajar siswa baik dikelas maupun diluar kelas. 3. Meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Metode Pengajaran Metode berasal dari kata Bahasa Yunani (Greeka) Metha dan Hodos. Metha artinya melalui atau melewati dan Hodos berarti jalan atau cara. Methode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu (Zuhairini dkk:66). Sedangkan dalam kamus ilmiah populer : 461, metode berarti cara yang teratur dan sitematis untuk melaksanakan sesuatu (Dahlan Yacub A:46) Sedangkan kata pengajaran berarti proses penyajian atau bahan pelajaran yang akan disajikan. Jadi metode pengajaran yaitu suatu cara yang harus dilalui untuk mencapai bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran. Metedologi merupakan suatu proses yang tidak mungkin ditinggalkan dalam mencapai sesuatu, sebab mencapai sesuatu tanpa adanya metode yang tepat akan tetap mengalami kesulitan. Pelaksanaan metode pengajaran merupakan salah satu alat dalam pendidikan. Hasan Lalunggung mengemukakan tiga prinsip yang mendasari metode mengajar dalam islam yaitu : 1. Sifat metode dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan Al-Qur'an Hadist yaitu pembinaan manusia mukmin yang mengakui sebagai hamba Allah, membiasakan membaca Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. 2. Berkenaan dengan metode mengajar yang prinsip-prinsipnya terdapat dalam Al-Quran atau disimpulkan dari padanya. 3. Membangkitkan motifasi dan adanya kedisiplinan, yang dalam istilah AlQuran disebut dengan ganjaran (tsawab) dan hukuman (Iqab) Dalam menetukan metode pendidikan dalam haruslah memperhatikan kepentingan siswa, masyarakat, termasuk didalamnya guru yang ada didalamnya. Sebab dalam sebuah proses pendidikan menginginkan adanya pembentukan watak dan kepribadian anak didik yang berjalan sesuai dengan fitrahnya.

Agar metode mengajar dapat dilaksanakan secara efektif dalam proses belajar mengajar, maka perlu diperhatikan beberapa faktor dalam memilih metode. Beberapa hal yang perlu diterapkan antara lain: 1. Tujuan yang hendak dicapai Tujuan merupakan pengarah dari tindakan dalam menjalankan fungsinya sebagai guru serta kriteria pemilihan dan menentukan alat-alat yang akan digunakan dalam mengajar. 2. Peserta Didik Penggunaan metode yang tepat akan mempermudah siswa dalam menyerap materi belajar seperti belajar kelompok. 3. Bahan atau Materi yang akan diberikan Dalam hal ini metode yang akan digunakan harus sesuai dengan bobot, isi dan sifat mata pelajaran yang akan diajarkan. 4. Fasilitas Faktor fasilitas seperti alat peraga, ruang, waktu, kesempatan, buku dan lain sebagainnya turut menentukan mengajar yang akan disampaikan. 5. Guru Suatu metode akan berhasil atau tidak dalam pelaksanaanya tergantung kemampuan dan ketrampilan guru dalam mengelola metode. 6. Situasi Yang termasuk situasi disini yaitu keadaan para siswa yang nantinya akan sangat berpengaruh terhadap penerapan suatu metode. 7. Partisipasi Partisipasi yaitu turut aktif dalam suatu kegiatan. Agar guru ingin semua siswa turut aktif merata dalam suatu kegiatan, tentunya guru akan menggunakan metode kerja kelompok. Dari berbagai uraian tersebut jelaslah bahwa dalam memilih suatu metode dalam proses belajar mengajar tidaklah mudah dilaksanakan. Banyak hal yang harus diperhatikan namun yang paling utama adalah kemampuan seorang guru dalam memilih dan mengapikasikan metode yang dipilihnya.

B. Pengertian Cooperative Learning. Cooperative Learning berasal dari dua kata yaitu cooperative yang berarti kerjasama dan learning yang berarti mempelajari (John Echols 1995: 147,353). Jadi cooperative yaitu suatu metode belajar secara kelompok atau

kerjasama atau gotong royong. Falsafah yang mendasari adanya coopretif learning (pembelajaran

gotong royong) adalah homo homoni socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial, maka kerja sama merupakan kebutuhan akan orang lain inilah yang mendasari adanya cooperative learning. Menurut Imansjah Alipandie (1984: 93) cooperative learning adalah cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan jalan membentuk kelompok kerja dari kumpulan beberapa orang murid untuk mencapai suatu tujuan pelajaran tertentu secara gotong royong. Metode gotong royong ini sangat tepat digunakan dalam beberapa keadaan, yaitu apabila : 1. Kelas memiliki alat atau sarana yang sangat terbatas 2. Terdapat kemampuan individual yang berbeda bagi tiap-tiap anak dalam proses belajar. 3. Terdapat perbedaan kemampuan individual anak-anak dalam minat belajar 4. Beberapa unit pekerjaan perlu diselesaikan dalam waktu yang bersamaan atau apabila pekerjaan lebih tepat untuk diperinci sehingga kelas dapat dibagi dalam beberapa kelompok (Imansjah Alipandie: 1984:92) Penggunaan metode ini masih sangat kurang walaupun sifat dasar dari bangsa Indonesia adalah gotong royong. Alasannya adalah pertama kekhawatiran akan terjadi kekacauan dikelas dan siswa tidak akan belajar, kedua banyak siswa merasa tidak senang disuruh kerjasama dengan temannya yang lain (Anita Lea: 2002:27) Roger and Davidson (2002:28) menyatakan bahwa tidak semua belajar secara kelompok bisa dikatakan sebagai bentuk cooperatif learning. Ada lima pilar dalam pembelajaran cooperatif learning yaitu Saling ketergantungan positif 1. Tanggung jawab perseorangan 2. Tatap muka 3. Komunikasi antar anggota

4. Evaluasi proses kelompok. C. Metode Evaluasi Cooperative Learning Dalam setiap belajar mengajar perlu diadakan evaluasi sebagai

pengukuran hasil belajar. Hal ini juga melihat berhasil atau tidaknya seorang guru dalam mengajar dan juga kemampuan siswa. Yang dimaksud dengan evaluasi yaitu penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan dalam program ( Muhibbin Syah 2000:141). Adapun program yang dimaksudkan oleh peneliti adalah meningkatkan belajar siswa terhadap mata pelajaran Al-Qur'an Hadist meningkatkan kerjasama serta komunikasi antar siswa dalam kelas XI IPS: 1 Tujuan diadakannya evaluasi menurut Muhibbin Syah (200:141) yaitu untuk mengetahui : 1. Tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar. 2. Posisi siswa dalam kelompok belajarnya. 3. Tingkat usaha yang dilakukan oleh siswa dalam belajar 4. Sejauh mana siswa telah menggunakan kapasitas belajar untuk keperluan kognitifnya. 5. Tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Sedangkan fungsi dari evaluasi yaitu : 1. Fungsi Administratif 2. Fungsi promosi, untuk mendapatkan kenaikan dan kelulusan 3. Fungsi diagnostik, untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan) 4. Sumber data BK 5. Bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang, yang

meliputi pengembangan kurikulum, metode dan alat-alat mengajar. Dalam penerapan metode cooperative learning juga terdapat evaluasi untuk mengetahui efektifitas kerja gotong royong yang diterapkan. Menurut

Anita Lea terdapat tiga model evaluasi yang digunakan acuan untuk mengukur keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar yaitu :

1. Model Evaluasi Kompetisi Sistem perangkat yang ada disekolah selama ini menanamkan jiwa kompetitif. Sejak awal masa pendidikan formal, siswa dipacu agar bisa menjadi lebih baik dari teman-teman sekelasnya. Siswa yang melebihi kebanyakan siswa lainnya dianggap berprestasi, sedangkan kemampuannya dibawah rata-rata kelas dianggap gagal. Pada akhirnya sistem ini mengajarkan nilai-nilai survival. Of the test atau siapa yang kuat dialah yang menang. Homo homoni lupus merupakan prinsip dasar dalam dunia kompetesi, orang sangat sedikit sekali dibelaki kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain. Padahal dalam hidup bermasyarakat termasuk dalam dunia pekerjaan kemampuan untuk bersinergi merupakan kunci keberhasilan. 2. Model Evaluasi Individu Berbeda dengan sistem penilaian peringkat, dalam pengukuran individual guru menetapkan standart untuk setiap murid. Nilai seseorang tidak ditentukan oleh nilai rata-rata teman sekelas, melainkan oleh usahanya sendiri dan standart yang ditentukan oleh guru dan dianggap kemampuan maksimalnya. Setiap orang bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Tak ada orang lain yang bisa

membantu dan sebaliknya tidak perlu membantu orang lain. Dalam Evaluasi individual anak dituntut untuk dapat mengerkan sendiri tugasnya tanpa adanya ketergantungan terhadap orang lain. Namun semangat kebersamaanya kurang sehingga dapat menimbulkan dampak dalam kehidupan bermasyarakat nantinya juga kurang bisa untuk hidup bermasyarakat. 3. Model evaluasi Cooperative Learning Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting, sesuai dengan falsafah nenek moyang Indonesia yang lebih mengutamakan kerjasama yang ditunjukkan dengan adanya gotong-royong . Dalam penilaian cooperative

learning siswa mendapatkan nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa bekerja sama dengan metode gotong royong dengan saling membantu antar siswa yang kurang mampu dan siswa dengan teman-temannya. Nilai kelompok dapat dibentuk dengan beberapa cara, Pertama, nilai kelompok bisa diambil dari nilai terendah yang didapat oleh siswa dalam yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan

bentuk kelompok. Kedua, nilai kelompok bisa diambil dari rata-rata

semua

anggota kelompok dari sumbangan dari setiap anggota. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga rasa keadilan dalam kelompok serta menghilangkan rasa minder terhadap anggota yang mendapat nilai kurang bagus. Model evaluasi ini perlu diterapkan dalam dunia pendidikan, karena sistem pendidikan gotong royong ini merupakan alternatif menarik yang bisa mencegah tumbuhnya keagresifan dalam sistem kompetisi dan rasa keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif. E. Keberhasilan Belajar Mengajar 1. Pengertian Keberhasilan Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya namun utnuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksional khususnya dapat tercapai. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional kuhusus (TIK), guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan suetu bahasan pada siswa, penilaian formatif ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan instruksional kuhusus (TIK) yang harus dicapai. Fungsi penilaian ini adalah utnuk memberikan umpan balik ( feed back) kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan progam remedial bagi siswa yang berhasil. Karena itulah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan instruksional khusus dari bahan tersebut. 2. Indikator Keberhasilan Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut: Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara baik secara individual maupun kelompok

10

Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau intruksional khusus ( TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok Namun demikian, indicator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur

keberhasilan adalah daya serap. 3. Penilaian Keberhasilan Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasrkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan dalam jenis penilaian sebagai berikut: a. Tes Formatif Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam jangka waktu tertentu. b. Tes Sub sumatif Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam jangka waktu tertentu tujuannya adalah utnuk memperoleh gambaran daya serap siswa terhadap beberapa pokok bahasan. Hasil tes sub sumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai raport. c. Tes Sumatif Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu, hasi dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah. F. Kekurangan dan Kelebihan Metode Cooperative Learning Dalam suatu metode pasti ada kelebihan dan kekurangan, demikian juga pada metode ccoperative learning. Diantaranya kelebihannya adalah :

11

1.

Dapat meningkatkan

kualitas kepribadian anak-anak dalam hal ini

kerjasama, saling menghargai pendapat orang lain, toleransi, berpikir kritis, disiplin dan sebagainnya. 2. Menumbuhkan semangat persaingan yang positif dan kontruktif, karena dalam kelompoknya masing-masing anak akan lebih giat dan sungguhsungguh bekerja. 3. Menambahkan rasa persatuan dan solidaritas yang tinggi, sebab anak yang pandai dalam kelompoknya akan membantu teman yang memiliki

kemampuan kurang dari dia demi nama baik kelompoknya. Sedangkan kekurangan dari metode cooperative learning adalah : 1. Metode ini memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit bila

dibandingkan dengan metode-metode yang lain. 2. Bilamana terjadi persaingan yang negatif baik antara individu dalam

kelompok maupun antar kelompok, maka hasilnya akan lebih buruk. 3. Bila terdapat anak yang pemalas atau anak yang ingin berkuasa dalam kelompok besar kemungkinan akan mempengaruhi kelompok sehingga

usaha tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. ( imansjah Alipandie : 1984 : 94)

12

BAB III METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian 1. Lokasi Nama Madrasah Status Nomor Telp / Fax Alamat Kecamatan Kabupaten Kode Pos Alamat Website (jika ada) Email (jika ada) Tahun Berdiri Progam yang diselenggarakan Waktu Belajar : MI Bustanul Ulum Sumberanyar : Terakreditasi B : 085730204010 : Jalan Pesantren Sumberanyar : Rowokangkung : Lumajang : 67359 : http://www.mi-bu.co.cc : mibustanul.ulum2@gmail.com : 1946 : Akselerasi : Pagi

2. Sejarah singkat berdirinya MI Bustanul Ulum Sumberanyar B. Perencanaan Tindakan Rancangan penelitian tindakan kelas yang dipakai yaitu modus siklus dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan, artinya semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasilnya. Dalam perencanaan penelitian ini kami menggunakan sistem refleksi spiral diri yang dimulai dengan rencana tindakan pengamatan atau releksi sesuai model tersebut maka kegiatannya: 1. 2. Observasi dan wawancara. Identifikasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar.

13

3. 4.

Merumuskan metode yang disukai dengan pembelajaran Aqidah Akhlak Melakukan metode yang sesuai dengan pembelajaran Aqidah Akhlak yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa

5.

Melaksanakan tindakan kelas Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih satu setengah bulan. Adapun

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama kurang lebih satu setengah bulan tersebut adalah sebagai berikut: Pertemuan I (tanggal, 22 Juli 2011) a. Tahap Awal - Salam Pembuka Assalamualaiku Wr.Wb - Perkenalan antara peneliti Peneliti memperkenalkan diri dengan seluruh siswa dan dilanjutkan dengan siswa Memberikan penjelasan kepada siswa tentang keberadaan peneliti dikelas V MI Bustanul Ulum Sumberanyar. b. Tahap inti Orientasi bahan pelajaran Aqidah Akhlak dan membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Peneliti mengadakan pra test kepada siswa dengan tanya jawab langsung antara guru dan siswa. Peneliti menjelaskan sedikit tentang materi Iman Kepada Kitab-Kitab Allah. Peneliti memberikan instruksi kepada siswa membentuk dan memilih kelompok sendiri untuk mendiskusikan materi pelajaran Guru card dan masing-masing kelompok mencocokkan jawaban yang ada dengan pertanyaan yang telah ditempel dipapan tulis Siswa berdikusi dengan kelompoknya untuk mencocokkan jawaban siswa yang ditempel dipapan dengan jawaban yang ada dalam resource document yang telah diberikan oleh peneliti c. Tahap Akhir Peneliti menyimpulkan tentang pembahasan

14

Peneliti memberi tugas individu Peneliti menutup kegiatan dengan salam Pertemuan ke II (29 Juli 2011) a. Tahap Awal Salam pembuka Presensi Siswa Apersepsi

b. Tahap Inti Peneliti memberikan penjelasan tentang materi Iman Kepada Rasul Allah penjelasan singkat tentang metode cooperative Peneliti memberikan learning Peneliti memberikan instruksi kepada siswa membentuk dan memilih kelompok sendiri untuk mendiskusikannya. Peneliti mengajukan pertanyaan dimaksudkan untuk mengetahui

pemahaman siswa tentang materi Iman Kepada Rasul Allah c. Tahap Akhir Peneliti memberikan tugas untuk siswa. Salam penutup C. PENGUMPULAN DATA Data yang akurat dapat diperoleh jika pengumpulan data tersebut dipersiapkan dengan matang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data selama proses penelitian, antara lain : 1. Pengamatan Terbuka Penelitian dilakukan agar memperoleh data yang diinginkan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Maksud dari penelitian terbuka yaitu bahwa penelitian diketahui oleh subyek yang diteliti, dalam hal ini adalah siswa. 2. Observasi Aktivitas Kelas Observasi aktivitas ini dilaksanakan oleh peneliti mengajar dikelas dengan menggunakan metode cooperative learning. Observasi ini juga biasa disebut observasi secara langsung. Dengan demikian peneliti akan dapat memperoleh gambaran suasana kelas dan peneliti dapat menemukan salah satu

15

model pembelajaran dengan menggunakan cooperative learning yang lebih tepatnya diterapkan di kelas ( Lexy J. Moleong 2000:21). D. Perekaman Data Untuk memperoleh data yang lebih akurat dan agar data yang telah diperoleh tidak hilang, maka peneliti melakukan perekaman dengan cara membuat catatan catatan dari hasil yang telah diperoleh selama mengadakan proses penelitian. Teknik perekaman yang telah dilakukan adalah dengan membuat catatan berdasarkan perkembangan siswa setiap hari setelah pembelajaran dengan pengamatan dikelas yang dilakukan peneliti. E. Analisa dan Refleksi Dalam pelaksanaan peneliti ini ada beberapa hal yang menjadi catatan peneliti selama menjalani peneliti di MI Bustanul Ulum Sumberanyar. Diantara beberapa catatan peneliti adalah : 1. Rencana tindakan peneliti yang telah direncanakan sebelumnya telah dilaksanakan semaksimal mungkin walaupun hasilnya kurang begitu maksimal. 2. Kendala yang peneliti alami selama menjalankan penelitian adalah : - Ketidak lengkapan fasilitas yang harus dimiliki siswa seperti; buku pegangan, LKS yang tidak sesuai dengan silabus berdasarkan KTSP - Adanya siswa yang kurang antusias dan bekerja semuanya sendiri sehingga belajar secara kelompok masih dikerjakan oleh beberapa orang saja. - Kebiasaan siswa pada proses belajar mengajar yang menggunakan metode ceramah sehingga siswa kesulitan untuk menyesuaikan dengan sistem yang baru. 3. Kemajuan yang dialami siswa adalah siswa berani dalam mengemukakan pendapat dan lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. 4. Untuk pembelajaran selanjutnya metode cooperative learning hendaknya terus dilaksanakan.

16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PAPARAN DATA Dari hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan menunjukkan adanya kemajuan belajar pada diri siswa. Rencana tindakan yang kami laksanakan dalam kegiatan belajar mengajar dikelas dapat diaplikasikan dan membawa dampak yang positif pada siswa. Sebelum menggunakan metode cooperative learning nampaknya siswa kurang begitu aktif dan lebih bersikap ramai sendiri sehingga pembelajaran kurang beritu berjalan dengan baik. Setelah penerapan metode cooperative learning menunjukkan perbaikan sikap siswa dan rasa antusias siswa untuk belajar dikelas. Dari hasil belajar yang dilakukan dikelas menunjukkan bahwa rata-rata kelas menunjukkan hasil yang cukup baik. Hasil ini kami ambil setelah kami melaksanakan metode cooperative learning yang rata-rata dilaksanakan pada setiap kali pertemuan, baik itu berupa nilai tugas, maupun nilai ulangan harian pertama. Penilaian tidak hanya dilakukan secara tertulis, akan tetapi juga secara lisan yakni seberapa besar tingkat keaktifan siswa dikelas ketika proses belajar mengajar dilaksanakan.

Daftar Hasil Penilaian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas V MI Bustanul Ulum Sumberanyar Mata Pelajaran Kelas/ Semester No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. : Aqidah Akhlak : VIII A / Ganjil Nilai Nilai Hafalan Ulangan 70 70 75 85 75 65 70 75 60 65 60 70 60 65 75 70 70 70 70 75

Nama Siswa Abdul Hakim Afiful Ikhwan Ahmad Rizal Aminuddin Amin Thohari Andi Dwi Yuliawan Andi Mukti wibowo Ari Subiayanto Ahmad Syaiful Rohman Bisri Ahmadi Budi utomo

17

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.

Doris Sofi hisani Eli Mustofa Fakur rohman Moh. Ali fikri Firman Syah Heri Susanto Heri Eka Prayana Heri Wibowo Jehan Nuruddin Muslim Khoirul Anam Lanang farandi Erwin M.Agus fitroni M.Ali fauzi M.Nashohah M.Samsu Hartono Sutirsno Masda'in Rifai Moh.Roni Afandi Moh. Faisol Amir

75 60 70 80 70 60 60 75 80 60 70 70 60 65 80 60 70 65 75

70 75 70 65 75 65 70 80 80 70 65 70 70 70 80 70 65 65 75

Ket : Jumlah soal 30, terdiri dari pilihan ganda 25 dan soal esay jumlah total nilai 100

B. Pembahasan Dari pengamatan sehari-hari yang dilakukan oleh peneliti dalam proses belajar mengajar siswa mampaknya lebih aktif dan antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dapat dijadikan sebagai katagori keberhasilan dalam program yang direncanakan dan juga siswa nampaknya lebih bisa bekerja sama dengan teman-teman sekelasnya dalam proses belajar mengajar. Kegiatankegiatan tersebut tidak dapat ditemukan oleh peneliti sebelum menggunakan rencana tindakan yang direncanakan oleh peneliti.

18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Metode pembelajaran merupakan hal yang tidak bisa ditinggalkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Banyak sekali metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, salah satu diantaranya adalah cooperative learning. Cooperative learning adalah suatu metode belajar yang menggunakan sistem kelompok dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa penerapan cooperative learning pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Bustanul Ulum Sumberanyar menunjukkan adanya kemajuan dalam belajar siswa. Hal ini terlihat dengan adanya sikap siswa yang lebih tertarik dan antusias dalam belajar. Selain itu siswa juga nampak lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Semangat kebersamaan dan adanya tolong menolong diantara temanteman sekelas dalam belajar juga nampak sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif dan mempunyai hasil belajar yang baik.

B. Saran Dari hasil penelitian yang kami lakukan selama kami bertugas sebagai guru praktikan di MI Bustanul Ulum Sumberanyar dan juga demi perkembangan dan kemajuan proses belajar mengajar maka kami menyarankan hendaknya : 1. Sebagai seorang guru hendaknya menyiapkan materi pelajaran dengan matang dan menggunakan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar. 2. Adanya dukungan yang baik dari seluruh pihak yang ada disekolah untuk memajukan proses belajar mengajar. 3. Guru tidak hanya monoton menggunakan metode ceramah saja dalam menyampaikan materi yang berkenaan dengan pendidikan agama Islam, tetapi lebih baiknya diselingi dengan penggunaan metode cooperative learning atu metode active learning yang lain yang dapat merangsang minat siswa untuk blajar agama.

19

4.

Kepada guru pamong hendaknya dapat meneruskan metode cooperative learning guna mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

20

21

You might also like