You are on page 1of 16

MENEMUKAN INFORMAN

MPS Kualitatif S-1 Rabu 2 Maret 2011

Definisi Informan
Sesuai dengan kata yang digunakan, informan adalah orang yang memiliki informasi tentang subyek yang ingin diketahui oleh peneliti.
Secara teknis, informan adalah orang yang dapat memberikan penjelasan yang kaya warna, detil, dan komprehensif menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, bagaimana dan mengapa, misalnya, satu peristiwa terjadi atau justru tidak terjadi.

Lebih jauh, ia juga mungkin dapat membuat konseptualisasi atau induksi tentang apa yang selama ini diamatinya.

Informan Kunci & Parsial


Apa yang didefinisikan sebagai informan di atas sebenarnya merujuk kepada apa yang dalam sejumlah literatur disebut sebagai informan kunci (key informant). Ia adalah, seakanakan, orang yang maha tahu, mengetahui segala aspek yang ingin dikaji oleh peneliti.

Namun dalam banyak kasus, peneliti kemungkinan sulit untuk mengidentifikasi kehadiran orang semacam itu, kalau tidak dikatakan tidak ada sama sekali. Karena itu, yang peneliti sering temukan adalah, pada faktanya, hanya informan parsial. Ia mungkin hanya tahu, misalnya, tentang politik, tetapi kurang mengetahui tentang ekonomi, bahkan sama sekali tidak mengetahui tentang agama.

Hakikat Informan
Informan menempati kedudukan yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Sesuai dengan namanya, ia adalah sumber informasi bagi peneliti. Tanpa informan, tidak ada informasi, dan tanpa informasi jelas tidak akan ada studi. Seseorang yang membuat laporan tanpa informan sama saja dengan membuat tulisan fiksi bak cerpen atau novel, atau, maksimal kalau pun ia membuat laporan faktual, ia sebenarnya hanya sedang membuat cerita tentang dirinya sendiri, sebuah otobiografi. Informan juga adalah pemberi definisi tentang realitas sosial. Berbeda dengan kuantitatif, dalam penelitian kualitatif tidak ada realitas sosial yang berlaku tunggal & universal. Adalah tugas peneliti untuk mengekplorasi dan membentangkan realitas yang unik dan fragmental tersebut-- satu upaya yang hanya dapat dilakukan peneliti bila ia mampu mengerangkeng (mengurung) bias yang muncul dari perspektifnya.

KRITERIA PEMILIHAN INFORMAN (1)


Ada beberapa kriteria untuk mengetahui apakah seseorang memiliki kapasitas untuk dipilih sebagai informan. Peran dalam unit sosial Dalam banyak situasi, orang yang memiliki kedudukan strategis dalam komunitas, organisasi atau masyarakat jelas memplikasikan bahwa ia kemungkinan besar mengetahui banyak informasi. Dengan pertimbangan tertentu, peneliti harus menghindarkan informan yang memiliki posisi marginal atau terasing dari kultur dan struktur sosialnya sendiri. Namun tentu saja hal itu tidak sepenuhnya berlaku umum. Orang itu mungkin tidak berkedudukan, namun memiliki akses yang besar untuk mengetahui informasi mengingat ia adalah anggota keluarga, pasangan, anak atau keponakan, atau mungkin sekretaris, asisten, ajudan, bawahan pada umumnya, bahkan hanya pelayan. Berpengetahuan Ini adalah kriteria yang paling penting. Seorang informan harus memiliki pengetahuan, tanpa itu ia hanya sekedar orang awam, tidak memiliki sesuatu yang seorang peneliti dapat manfaatkan.

Kriteria Pemilihan Informan (2)


Kesediaan Informan hanya bermanfaat bila ia memiliki keinginan untuk menjalin kerjasama dengan peneliti. Bila ia menolak menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, betapa pun berharganya informasi yang dimilikinya, ia sama sekali tidak bermafaat bagi peneliti. Komunikatif Informan harus memiliki kemampuan untuk menyampaikan informasinya dalam suatu bahasa yang dapat dimengerti oleh peneliti. Tanpa itu, peneliti dapat memperoleh pemahaman yang keliru, bahkan salah sama sekali. Obyektifitas Informan adalah orang yang mampu membedakan pandangan dirinya dengan pihak lain, dan tidak memiliki tujuan tersendiri bagi kepentingannya.

Tentang Jumlah & Purposivitas


Pengetahuan yang mendalam tentang subyek yang ingin diteliti seringkali tidak tersebar secara merata dalam suatu unit sosial, entah itu komuniti, organisasi, atau pun masyarakat. Dalam banyak situasi, jumlah informan memang cenderung sangat sedikit, dan karena situasi itulah peneliti memang tidak perlu melakukan sampling atas informan.

Bila mampu memperoleh informan kunci, peneliti mungkin saja hanya cukup menggunakan satu orang, namun bila tidak, ia mungkin harus memiliki sejumlah informan untuk saling menengkapi. Perlu ditegaskan tidak ada patokan standar tentang berapa jumlah informan yang diperlukan dalam studi kualitatif, yang menjadi patokan adalah informasi itu sendiri: seberapa jauh informasi yang tersedia dapat menjawab pertanyaan atau permasalahan studi.
Ingat tidak belaku istilah populasi, sampel, signifikansi atau representasi

Mencari Informan 1
Langkah awal untuk mencari informan adalah menemukan penunjuk jalan atau kuncen (gate keeper), ia mungkin saja teman atau saudara dari kenalan anda, orang yang anda jumpai di tengah jalan, atau bahkan orang yang memiliki kedudukan penting dalam komunitas lokal. Tidak kriteria khusus tentang hal ini, kecuali bahwa orang itu mengenal orang-orang yang dianggap memiliki pengetahuan tentang aspek yang anda ingin teliti. Berdasarkan itu anda kemudian membuat catatan singkat tentang profil orang-orang tersebut (mulai dari nama lengkap (dan panggilannya), alamat, nomor telefon/hape, hingga pekerjaan, usia dan sebagainya. Jika dimungkinkan, ada baiknya bila anda juga menanyakan tentang biografi singkat tentang para calon informan tersebut. Menginat teknologi komputer sekarang ini, anda juga dapat melakukan pencarian data di internet.

Mencari Informan 2
Penunjuk jalan pertama mungkin hanya dapat menyebutkan satu atau beberapa orang, dalam kesempatan kemudian anda kemudian memperoleh penunjuk jalan kedua, ketiga dan seterusnya sehingga jumlah calon informan menjadi lebih banyak. Dalam proses yang berkembang, penunjuk jalan dapat saja berubah menjadi calon informan atau sebaliknya, apa yang ada sangka calon informan sebenarnya hanya merupakan penunjuk jalan atau mungkin juga informer.

Mencari Informan 3
Setelah memperoleh sejumlah nama calon, sebagai peneliti langkah selanjutnya adalah melakukan penelitian awal, untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan para calon informan. Guna keperluan itu, anda dapat menempuh dua cara sebagai berikut.

Pertama, melakukan pengecekan silang di antara para penunjuk jalan dan/atau para calon informan itu sendiri. Hal itu misalnya dapat dilakukan dengan, secara terpisah, meminta mereka untuk menilai siapa yang ia anggap orang yang paling mengetahui tetang subyek tertentu.

Mencari Informan 4
Kedua, melakukan wawancara umum dengan para calon informan, menguji hingga seberapa jauh mereka itu memenuhi kriteria pemilihan informan sebagaimana telah diterangkan di atas. Hal itu dilakukan peneliti dengan, misalnya, mengajukan pertanyaan tentang apakah ia mengetahui apa, siapa, dimana, kapan, bagaimana dan mengapa tentang suatu peristiwa terjadi atau tidak terjadi. Dalam proses ini, tidak seperti wawancara yang sesungguhnya, peneliti tidak perlu mengejar informan

Mengembangkan Hubungan Baik 1


Informasi adalah buah dari proses tanya-jawab antara peneliti dan informan. Sebagaimana dalam perbicangan sehari-hari, orang-orang yang terlibat harus saling mengenal siapa yang menjadi lawan bicaranya. Karena itu, walau pun belum memutuskan siapa yang menjadi informan, anda harus melakukan langkah-langkah berikut.

Memperkenalkan diri Sebutkan identitas anda (nama, asal institusi, asal domisili, suku, agama atau lainnya yang dianggap relevan). Namun tentu saja tidak perlu hingga mencapai satu titik dimana anda menampilkan diri seutuhnya. Berikan informasi seadanya, cukup hanya untuk memenuhi keingintahuan sekedarnya; jangan memberikan informasi yang berlebihan dan mengundang mereka untuk mengajukan pertanyaan lebih jauh sedemikian sehingga alih-alih anda yang mengajukan pertanyaan, justru yang menjadi sasaran pertanyaan.

Mengembangkan Hubungan Baik 2


Memberikan penjelasan umum tentang tujuan studi Berikan gambaran tentang apa yang ingin anda ketahui, tetapi rumuskan dengan bahasa yang kabur. Ini adalah satu cara untuk mencegah terjadinya rekayasa informasi atau konstruksi realitas sosial yang bias;

Merangsang informan untuk berbicara tentang dirinya sendiri Satu upaya untuk mengenal siapa diri informan sebenarnya, sekaligus memperoleh pemahaman yang utuh terhadap isi wawancara adalah mendorong informan untuk berbicara tentang dirinya sendiri. Biasanya orang, apalagi bila sudah berusia lanjut, cenderung senang bila ada orang lain yang mau mendengarkan kisah hidupnya yang menyangkut pendidikan, pekerjaan, pengalaman hidup, kehidupan keluarga, dan sebagainya.

Mengembangkan Hubungan Baik 3


Merangsang keingintahuan atau semangat informan Dari satu segi, wawancara adalah perbincangan yang berat sebelah: satu pihak hanya mengajukan pertanyaan, pihak lain hanya dapat bersikap pasif dengan memberikan jawaban. Dalam perjalanan waktu, fakta ini saja sudah membosankan, dan akan menjadi lebih membosankan karena peneliti cenderung (harus) menghindarkan pertanyaan balik informan. Dalam cukup banyak kasus, informan adalah orang yang sibuk dan/atau sering menjadi sasaran wawancara banyak pihak, karena itu anda harus mampu memberikan komentar singkat yang menarik perhatian informan. Melakukan pertukaran sosial Wawancara jelas menguntungkan anda sebagai peneliti, tapi mungkin merugikan bagi orang yang diwawancarainya. Informan bukan saja harus membuang waktu dan energinya, melainkan juga mungkin makanan & minuman serta tertutupnya peluang untuk menambah perhasilan. Dalam upaya untuk mengkompensasi hal itu, anda dapat melakukan berbagai hal. Misalnya saja, melakukan wawancara sesuai dengan jadual kegiatan rutinnya, memberikan sesuatu yang disukai informan seperti makanan, tanaman, peralatan olahraga, buku, membantu pekerjaannya, bahkan kalau perlu, uang sekali pun.

Masalah dlm Pemilihan Informan 1


Orang yang dipilih adalah responden Informan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk berbicara tentang realitas sosial, fakta sosial atau kebenaran yang mungkin tidak diketahui atau tidak disadari oleh banyak orang. Selain itu, ia bukan hanya dapat berbicara tentang dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang lain yang memiliki pandangan berbeda dengan dirinya. Sesuai dengan kata yang digunakan, responden adalah orang yang hanya dapat merespon, menanggapi apa yang ditanyakan peneliti. Dalam kapasitasnya, responden adalah orang yang hanya dapat berbicara atas nama dan/atau tentang dirinya sendiri. Secara teknis, mereka adalah orang awam yang jumlahnya banyak, dan hanya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bertalian tentang sikap seperti tahu-tidak tahu, suka-tidak suka, bersedia bertindak-atau-tidak.

Masalah dlm Pemilihan Informan 2


Orang yang dipilih adalah informer Baik informan dan informer mungkin sama-sama mengetahui berbagai aspek tentang satu subyek studi yang peneliti ingin ketahui, perbedaannya hanya terletak pada integritas mereka. Informan cenderung bersikap obyektif dan tidak memiliki kepentingan tertentu, sebaliknya informer hanya ingin mengarahkan peneliti untuk suatu kepentingan bagi dirinya sendiri. Karena itu, peneliti jelas harus bersikap waspada untuk menentukan pilihan.

You might also like