You are on page 1of 86

BUDIDAYA KELAPA SAWIT : PEMBIBITAN KELAPA SAWIT

JUNI 25, 2011 TINGGALKAN KOMENTAR

LAPORAN KEGIATAN KERJA LAPANGAN SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2009/2010 BUDIDAYA KELAPA SAWIT : PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI PT. SAMPOERNA AGRO TBK., SUMATERA SELATAN Disusun oleh: Nama : Puput Ninggariawan I NIM : 05/185946/PN/10358 Program Studi : Pemuliaan Tanaman Jurusan : Budidaya Pertanian Dosen Pembimbing : Ir. Budiastuti Kurniasih, M.Sc. JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2010 LAPORAN KEGIATAN KERJA LAPANGAN SEMESTER I TAHUN AKEDEMIK 2009/2010 I. LATAR BELAKANG Komoditi perkebunan memiliki peranan yang nyata dalam memajukan perekonomian dan pertanian di Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya taraf hidup petani, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan devisa negara. Salah satu komoditas perkebunan penting di Indonesia adalah kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan primadona ekspor non migas, oleh karena itu komoditi ini selalu menjadi pilihan banyak pengusaha untuk menanamkan modalnya. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dimulai sejak tahun 1911 di Sumatra Utara. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit mengalami banyak kemajuan sampai dengan pecahnya perang pasifik pada tahun 1940. Kemajuan perkebunan kelapa sawit ini didukung oleh lembaga-lembaga penelitian yang telah berdiri sampai dengan sekarang ini (Mangunsoekarjo dan Tojib, 2003). Ke1apa sawit bukan tanaman asli Indonesia namun saat ini kelapa sawit menjadi salah satu sumber daya pangan, pemasok kebutuhan minyak nabati nasional menggantikan ke1apa (Cocos nucifera). Di Indonesia minyak kelapa sawit mentah mulai dipergunakan sebagai bahan minyak goreng pada tahun 1980 ketika terjadi kelangkaan minyak goreng (Anonim, 1997). Produk utama kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan buahnya yang menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel (inti sawit). Industri olahan minyak kelapa sawit dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu dalam industri pangan (misalnya pembuatan minyak goreng, lemak pangan, margarin, kue, es krim, dan permen) dan dalam industri non pangan (misalnya pembuatan sabun, detergen, dan surfaktan, pelunak, pelapis, ramuan komponen karet, pelumas, dan kosmetik. Pada saat ini telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas-barietas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya (Setyawibawa dan Widyastuti, 1998). PT. Sampoerna Agro Tbk. merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri kelapa sawit. Pelaksanaan pembudidayaan yang telah bertahun-tahun ini membuat perusahaan telah berpengalaman dalam

pengembangan, pendekatan sosial dan lingkungan. Selain itu, luas areal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut membuktikan bahwa perusahaan tersebut terus berkembang seiring dengan waktu. Areal penanaman kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Sampoerna Agro tersebar di Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah (Anonim, 2006). II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kelapa sawit berasal dari Guinea (pantai barat Afrika). Tanaman kelapa sawit (Elaies guineensis Jacq) termasuk anggota famili Palmae yang merupakan golongan tanaman keras penghasil minyak nabati. Berdasarkan taksonominya, tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam divisi Tracheophita, kelas Angiospermeae, subkelas Monocotyledoneae, ordo Cocoideae, famili Palmae, subfamili Elaeis, spesies Elaies guineensis Jacq (Corley, 1976). Kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu (monocious) yaitu tanaman yang memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam satu tanaman. Kedua jenis bunga tersebut keluar dari ketiak pelepah daun dan berkembang secara terpisah. Bunga dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk bersilang. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan adalah bunga dan buah (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2003). Deli Dura merupakan induk bagi sebagian besar tanaman kelapa sawit komersial yang saat ini ditanam di dunia. Material genetik lain yang dimiliki PPKS merupakan hasil introduksi dari Afrika maupun Amerika Selatan. Salah satu material yang diintroduksi dari Zaire adalah Tenera/Pisifera Binga, dilakukan pada 1987 oleh Balai Penelitian Perkebunan Medan. Material ini akan menjadi fokus penelitian pada 2006 untuk tujuan karakterisasi dan eksploitasi, mengingat mempunyai prospek dan potensi untuk dikembangkan terutama dari karakter kandungan minyak yang tinggi dan pertumbuhan meninggi yang lambat (Purba et al., 2006). Kegiatan karakterisasi mengacu pada Descriptor for Oil Palm. Karakter yang diamati adalah seluruh bagian tanaman yang dapat diidentifikasi sebagai pembeda dengan tanaman kelapa sawit lain. Pembeda yang dimaksud harus mengacu pada kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan suatu varietas. Hal ini merupakan standar yang ditetapkan oleh Kantor Pusat PVT Jakarta untuk pengajuan koleksi yang akan dilindungi, sedangkan keragaan hasil silang balik antara Elaeis oleifera dan Elaeis guineensis antara lain laju pertumbuhan meninggi yang lambat pada beberapa persilangan yang terbaik, yaitu berkisar antara 3040 cm/thn, kemudian memiliki karakter tajuk kecil sehingga dapat ditanam dengan densitas tinggi per hektar, memiliki kualitas minyak yang cukup baik jika ditinjau dari kandungan oleat, asam lemak tidak jenuh, beta karoten yang lebih tinggi dibandingkan Elaeis guineensis, dan apabila ditinjau dari hasil analisis pada satu populasi silang balik generasi pertama maka dapat ditemukan rerata kandungan beta karoten lebih tinggi dari 1000 ppm, bahkan nilai tertinggi dapat mencapai 2118.63 ppm (Purba et al., 2006). Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada daerah tropikal basah di sekitar lintang utara-selatan 12 pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, suhu optimal adalah 24-28 C dengan suhu minimum 18C dan maksimal 32C, kelembaban udara 80%, penyinaran matahari 5-7 jam/hari dan kecepatan angin 5-6 km/jam. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit yaitu memiliki solum setebal 80 cm, tekstur ringan, memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-50%, kemudian memiliki perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang, pH tanah sekitar 5-5, dan memiliki kandungan unsur hara dalam tanah yang tinggi (Lubis, 1992). Benih kelapa sawit mengalami dormansi (keadaan sementara istirahat tanaman) yang cukup panjang. Diperlukan aerasi yang baik dan temperatur yang tinggi (400 C selama 80 hari) untuk memutuskan masa dormansi agar bibit dapat berkecambah. Pada proses perkecambahan diperlukan kelembaaban 60-80 % dengan temperatur 35 oC. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, optimal 2.000-3.000 mm/tahun. Kelapa sawit tumbuh

baik pada tanah dengan struktur gembur atau remah yang cukup tebal lapisannya dan banyak mengandung humus dan mineral. Permukaan air tanah harus cukup dalam, sebab perakaran kelapa sawit tidak berkembang baik pada air tanah yang dangkal (Heurn, 1985). Pengolahan tandan buah segar sampai diperoleh minyak sawit kasar (Crude Palm Oil, CPO) dan inti sawit dilaksanakan melalui proses yang cukup panjang. Secara ringkas urutan pengolahan kelapa sawit yang dimaksud adalah sebagai berikut (Setyawibawa, 1998) : a. Pengangkutan buah dari kebun ke pabrik b. Perebusan buah (sterilisasi) c. Pelepasan buah (stripping) dari tandan dan pelumatan (digesting) d. Pengeluaran minyak (ekstraksi) e. Pemurnian dan penjernihan minyak (klarifikasi) f. Pemisahan biji dari sisa-sisa daging buah g. Pengeringan dan pemecahan biji h. Pemisahan inti dari cangkang Pembibitan kelapa sawit biasanya memerlukan waktu selama 12 bulan sampai siap ditanam ke lapangan, yang terdiri dari 2 tahap yaitu 3 bulan pembibitan awal (pre-nursery) dan 9 bulan pembibitan utama (main-nursery). Terkadang pembibitan kelapa sawit ada yang lebih dari 12 bulan berhubung terlambat dipindah ke lapangan, karena beberapa pertimbangan (Siregar dan Purba, 1992). Perawatan tanaman merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Perawatan bukan hanya ditujukkan terhadap tanaman semata, tetapi juga pada media tumbuh (tanah). Perawatan tanaman kelapa sawit meliputi penyulaman, penanaman tanaman sela, pemberantasan gulma, pemangkasan, pemupukan, kastrasi dan penyerbukan buatan (Syamsulbahri, 1996). Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak sawit. Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan system panen, serta mutu panen (Fauzi et al., 2002). III. ISI A. Keadaan Umum Kebun Hikmah Dua 1. Sejarah Kebun Kebun Hikmah Dua (HD) merupakan bagian dari PT Telaga Hikmah yang menjadi anak perusahaan dari PT Sampoerna Agro Tbk. Sebelumnya PT Telaga Hikmah merupakan bagian dari PT Tania Selatan yang kemudian dijual kepada PT Selapan Jaya. Pada pertengahan 2007 PT Sampoerna Agro mengambil alih kepemilikan kelompok PT Selapan Jaya termasuk di dalamnya adalah PT Telaga Hikmah. Keadaan Fisik Kebun Kebun HD terletak di Desa Pulau Geronggang Kecamatan Pedamaran Timur Kabupaten Ogan Komering Ilir. Berikut batas-batas Kebun Hikmah Dua : - Utara : Desa Pulau Geronggang - Selatan : Desa Embacang (Kebun Hikmah Tiga) - Barat : Desa Maribaya - Timur : Desa Kayu Labu (Kebun Hikmah Lima) Jarak antara Kebun HD dengan ibukota kabupaten 3 jam, sedangkan dengan ibukota propinsi 7 jam dengan menggunakan roda empat pada keadaan lancar. Kebun HD memiliki kontur tanah yang bergelombang dengan

kemiringan hingga 15 dengan ketinggian 0-50 m dpl. Temperatur harian di kebun HD belum pernah dicatat sebelumnya, namun diperkirakan 25 C pada malam hari dan 36 C pada siang hari. Curah hujan di kebun HD sendiri cukup tinggi dengan 2000 mm per tahunnya. 2. Struktur Organisasi Kebun HD dipimpin oleh seorang senior manajer yang membawahi langsung asisten-asisten divisi dan KTU. Kebun HD terdapat 3 divisi inti, 2 plasma, serta 1 bibitan, sehingga ada 6 asisten divisi. Sedangkan untuk bagian administrasi dipimpin oleh seorang asisten kantor (KTU). Selain itu terdapat karyawan baik pegawai bulanan (PB), karyawan harian tetap (KHT), serta karyawan harian lepas (KHL). Pada bagian tata usaha kebun KTU dibantu oleh 9 orang kerani dengan pembagian 1 kerani pembukuan, 1 kerani administrasi, 1 kerani alat berat, 1 kerani produksi, 1 kerani divisi inti, 1 kerani divisi plasma, 1 kerani divisi bibitan, 2 kerani gudang. 3. Fasilitas Kebun Kebun HD memiliki fasilitas perumahan (kamp) karyawan baik G1, G2 maupun G6 yang secara keseluruhan berjumlah 250 pintu dengan lebih dari 200 kepala keluarga. G1 merupakan perumahan menejer, G2 untuk asisten lapangan, KTU, dan satpam. Sedangkan G6 untuk karyawan baik PB, KHT maupun KHL yang berasal dari kerani, pemanen, sopir, hingga pemuat. Kebun HD juga dilengkapi dengan sarana ibadah (mesjid), sarana olahraga (lapangan bola kaki, tenis meja, lapangan bulu tangkis, dan lapangan bola voli). Selain itu, Kebun HD menyediakan fasilitas air dan listrik gratis bagi masyarakat yang tinggal di kamp Kebun HD. Gambar A.3.1. Kiri: Perumahan Karyawan; Kanan: Mesjid Baitur Rahman. Kebun HD memiliki kantor yang terletak di sebelah timur kamp. Fasilitas yang terdapat di kantor terebut adalah 4 buah komputer (3 administrasi dan 1 KTU), 2 buah printer dot matrix (Epson LQ 2180), 1 buah mesin fotokopi, scan dan printer (Minolta), 2 buah pendingin udara / AC (ruang menejer dan ruang rapat), 5 set meja kerani, 6 set meja asisten, 1 set meja KTU dan 1 set meja menejer serta 1 set sofa tamu. Selain itu, juga terdapat 3 buah kipas angin, masing-masing di ruang kerani, ruang administrasi dan ruang KTU. Gambar A.3.2. Kiri: Gudang; Kanan: Ruang administrasi. B. Budidaya Kelapa Sawit 1. Persiapan dan Pengolahan lahan Persiapan lahan merupakan tahap awal dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Ruang lingkup dari tahap ini adalah pra survey, survey, merintis dan pengukuran lahan serta koordinasi ke instansi terkait. Kegiatan pra survey departemen GAL dan menejer kebun bersama dengan asisten melakukan peninjauan dan meneliti calon kebun secara langsung guna mendapatkan informasi data kesesuaian dan ketersediaan lahan, tenaga kerja, pra sarana, partisipasi masyarakat serta dukungan pemerintah setempat. Sedangkan kegiatan survey dilakukan oleh menejer kebun dan asisten bersama instansi pemerintah (Badan Pertanahan Nasional, Dinas Perkebunan, Dinas Kehutanan, Dinas Transmigrasi, Dinas Lingkungan Hidup / Bapedalda, Tokoh Masyarakat) untuk menilai status legalitas dan kesesuaian lahan. Maksud survey areal adalah untuk menentukan batas areal, luasan yang akan ditanami kelapa sawit, situasi vegetasi, topografi dan batas konsesi areal yang dicadangkan. Dari hasil survey ini dapat digunakan sebagai dasar penentuan sistem pengawetan tanah, air, penentuan sistem jaringan jalan, emplasmen, kantor, perumahan dan pabrik. Sedangkan merintis dan pengukuran lahan adalah kegiatan pengukuran keliling lahan yang akan dijadikan kebun sesuai dengan peta pencadangan lahan. Dalam pembukaan lahan perlu diperhatikan beberapa ketentuan yang harus dipatuhi, yaitu: - Cagar budaya atau situs - Flora dan fauna yang dilindungi - Kelerengan tanah - Pohon tempat sarang burung dan lebah - Sempadan pantai (minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi) - Sempada sungai (100 meter kanan kiri sungai besar, 50 meter kanan kiri anak sungai di luar pemukiman, dan 10-15 meter di daerah pemukiman)

- Kawasan sekitar danau atau waduk (50-100 meter dari titik pasang tertinggi) - Kawasan sekitar mata air (200 meter di sekitar mata air) Tahap selanjutnya adalah pengukuran blok. tahap ini meliputi kegiatan kerja pengukuran, pembuatan blok, pembuatan peringgan batas, dan penetapan areal konservasi. Blok adalah suatu kesatuan administrasi terkecil sesudah divisi. Sedangkan peringgan batas adalah batas antara kebun dengan areal hutan areal perkebunan lain. Pengukuran blok dilakukan dengan menggunakan Theodolit untuk menentukan arah rintisan garis batas blok utara selatan dan timur barat. Pengukuran dilakukan dengan mengikuti arah rintisan dan memasang pancang ukuran 2 meter pada setiap jarak 50 meter. Pada setiap jarak antara timur-barat 1.009,26 meter dan pada utara selatan dengan jarak 1.036 meter dipasang pancang dengan ukuran 4 meter yang ujungnya diberi cat berwarna merah. Pembuatan blok dilakukan setelah proses pengukuran dan pemetaan selesai dengan ukuran setiap blok masing-masing 100 (seratus) Ha dan setiap blok dibagi menjadi 4 (empat) petak yang luasnya 25 Ha. Untuk blok yang berbatasan langsung dengan hutan, perkebunan lain, atau pemukiman dilakukan pembuatan peringgan batas. Ketika melakukan pengukuran blok, perlu diperhatikan lingkungan sekitar sehingga dapat ditetapkan areal konservasi. Penetapan areal konservasi berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990. Setalah pengukuran blok selesai, maka dilanjutkan dengan penebangan dan pembersihan lahan. Dalam penebangan dan pembersihan ini meliputi kegiatan mengimas, menumbang, merumpuk, pancang stacking, mechanical stacking dan semprot alang-alang. Mengimas adalah kegiatan membabat semak belukar dan pohon kayu yang berdiameter kurang dari 10 cm. Mengimas dilakukan dengan tenaga manusia dengan menggunakan parang. Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah pekerjaan menumbang dengan traktor. Selain itu untuk membersihkan lalang juga dapat digunakan herbisida. Menumbang adalah kegiatan menebang pohon kayu yang berdiameter lebih dari 10 cm yang biasanya dilakukan dengan menggunakan traktor. Namun apabila tidak bisa ditumbangkan dengan traktor, dapat menggunakan gergaji rantai (chain saw). Kayu hasil tumbangan ditumpuk memanjang arah utara selatan yang berjaraj sekitar 50-100 meter. Penumbangan dimulai dari pinggir ke tengah berbentuk spiral dan pohon ditumbangkan ke arah luar agar tidak menghalangi jalannya traktor. Merumpuk adalah kegiatan memotong cabang serta ranting-ranting hasil imasan den tebangan kemudian dikumpulkan di gawangan. Cara pengumpulan kayu hasil merumpuk juga sama dengan menumbang. Apabila kegiatan merumpuk dilakukan dengan menggunakan alat berat, maka disebut dengan mechanical stacking. Pancang stacking / rumpukan adalah kegiatan pengukuran dan pemancangan letak rumpukan yang akan dikerjakan secara mekanis maupun manual. Dalam kegiatan menumbang terdapat beberapa aturan yang harus diperhatikan mengenai tinggi tebangan yang disesuaikan dengan diameter tanaman. - Diameter 10 20 cm tinggi maksimum 40 cm dari permukaan tanah. - Diameter 21 30 cm tinggi maksimum 60 cm dari permukaan tanah. - Diameter 31 75 cm tinggi maksimum 100 cm dari permukaan tanah. - Diameter > 75 cm tinggi maksimum 150 cm dari permukaan tanah. Setelah pembersihan lahan selesai dibuat dan pengukuran blok selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan pengelolaan tanah dan air. Pengelolaan ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya genangan air ketika musim hujan atau kekeringan ketika musim kemarau. Selain itu, juga dimanfaatkan untuk mencegah terjadinya erosi. Bagain-bagian dari konservasi tanah dan air seperti tapak kuda (suatu bentuk permukaan tanah yang ditinggikan dengan kemiringan sebesar 15), terasan (bentuk permukaan tanah yang dibuat berjenjang/bertingkat untuk membatasi aliran air dipermukaan tanah), benteng (bentuk permukaan tanah yang ditinggikan yang berasal dari galian tanah dan telah dipadatkan, rorak (lobang bekas galian tanah yang digunakan untuk benteng yang berbentuk trapesium terbalik) dan parit (saluran air yang dibentuk secara manual maupun mekanis). Gambar B.1.1. Benteng Tahap terakhir dari persiapan lahan adalah penanaman kacangan. Penanaman kacangan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi kerja, mengurangi biaya produksi serta meningkatkan produksi kelapa sawit. Penanaman kacangan dilakukan sebelum penanaman kelapa sawit dilaksanakan. Namun adakalanya penanaman kacangan

dilaksanakan setelah kelapa sawit ditanam. Hal ini karena perusahaan mengejar masa tanam yang singkat. Kacangan berfungsi sebagai penutup tanah sehingga diharapkan tidak ada gulma yang tumbuh disekitar tanaman kelapa sawit. Selain itu, kacangan juga mampu membantu mengikat N sehingga meningkatkan kandungan N di dalam tanah. Sebelum dilakukan penanaman kacangan terlebih dahulu areal disemprot dengan menggunakan herbisida sehingga areal bersih dari gulma. Gambar B.1.2. Pembibitan kacangan Penanaman kacangan dilaksanakan pada musim hujan untuk memastikan tanaman kacangan dapat tumbuh dengan baik. Kacangan yang ditanam merupakan pencampuran tiga jenis kacangan yang disertai pupuk dengan perbandingan kacangan Centrosema pubescens (CP), Calopogonium muconoides (CM), Pueraria javanica (PJ) dan pupuk RP ( 2 kg CP +2 kg CM + 1 kg PJ + 5 kg pupuk RP). Apabila penanaman kacangan telah selesai dilakukan, maka areal siap untuk ditanamai kelapa sawit. 2. Penanaman Kelapa Sawit Penanaman kelapa sawit baru dapat dilaksanakan setelah semua kegiatan persiapan lahan selesai. Sebelum dilakukan penanaman, terlebih dahulu dilakukan pemancangan bibit. Arah baris tanaman umumnya utara selatan dan pada keadaan tertentu dapat diubah dan disesuaikan dengan keadaan topografi. Jarak tanam 9.25 m x 9.25 m x 9.25 m dengan jarak dala baris 8.01 m dalam bentuk segitiga sama sisi dengan kerapatan 135 pkk/ha. Di daerah berbukit dan kontur arah barisan mengikuti arah kontur dan jarak antar kontur adalah proyeksi jarak antara baris. Pemancangan dimulai dengan membuat pancang kandang yang berukuran 101.75 m x 96.120 m (11 x 9.25) x (6 x 16.02) m. Gambar B.2.1. Kiri: Pemancangan; Kanan: Pancang yang telah selesai dibuat Pancang tanam yang tepat mengenai tunggul kayu keras dapat dipindahkan dalam barisan tanaman maksimal 100 cm. Setelah dilakukan pemancangan, maka dilakukan pembuatan lobang tanam. Ukuran lobang minimal 50 x 50 x 40 cm sehingga bibit tertanam sampai batas leher akar. Sebelum lobang dibuat lebih dahulu sampah dan tunggul dibersihkan dan permukaan tanah diratakan. Lobang tanam dibuat 10 cm di sebelah selatan pancang. Pancang tidak boleh dicabut pada saat pembuatan lobang. Gambar B.2.2. Kiri: Pembukaan polibag; Kanan: Penanaman kelapa sawit Setelah pembuatan lobang tanam selesai dilakukan, maka bibit yang telah dipesan sebelumnya didistribusikan ke areal. Bibit yang dibawa oleh truk diturunkan ditempat yang telah diberi pancang. Setiap tumpukan bibit berjumlah 27 pokok untuk 2 baris atau pada areal yang tidak penuh (abnormal) pancang tanam harus terlebih dahulu dihitung sehingga dapat disesuaikan jumlah bibit yang akan diturunkan. Penerimaan bibit diselesaikan perpetak dalam kelompok varietas yang sama sehingga diperoleh penanaman yang seragam untuk setiap blok. Bibit yang telah disebar tadi kemudian diangkat dengan cara dipanggul dan ditempatkan pada pancang terjauh (pancang ke-14). Setelah itu secara berurutan bibit diangkat sampai ke pinggir jalan (pancang ke-1). Untuk areal tanaman yang sulit ditempuh dengan menggunakan truk, dapat digunakan samapat atau tongkang. Posisi bibit ditempatkan dengan berdiri tegak disamping lobang tanam. Penanaman kelapa sawit dilaksanakan dengan memotong plastik dasar polybag pada lobang tanam kemudian mengangkat plastik tersebut ke atas dan mengikatnya pada daun bibit kelapa sawit untuk memudahkan penutupan lobang. 3-4 hari setelah penanaman dilakukan konsolidasi untuk memastikan bahwa bibit kelapa sawit tersebut tertanam dengan benar (tidak miring atau tumbang). 3. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dimulai dengan pembuatan jalan setapak. Jalan setapak ini nantinya akan digunakan sebagai jalannya pekerja ketika melakukan perawatan (merumput, semprot hama dan penyakit, serta gulma), sensus pokok, penyisipan, hingga akhirnya nanti menjadi jalan ketika panen dilaksanakan. Jalan setapak dibuat secara berkala, dimulai dengan jalan setapak 1 : 16 (3-6 bulan), jalan setapak 1 : 8 (12-16 bulan), jalan setapak 1 : 4 (18-24 bulan), jalan setapak 1 : 2 (28-32 bulan). Sedangkan untuk jalan tengah atau jalan 13 dibuat bersamaan dengan pembuatan jalan setapak 1 : 16. Jalan setapak dibuat arah

utaraselatan sepanjang baris tanaman dengan ukuran panjang 250 meter dan lebar 1,25 meter, sedangkan jalan tengah / jalan 13 dibuat arah timurbarat dengan panjang 1.000 m dengan lebar 1,25 m. Perawatan jalan setapak dilakukan dengan melakukan penyemprotan yang dimulai pada saat tanaman kelapa sawit berumur 12 bulan. Rotasi penyemprotan dilakukan sebanyak 3 kali setahun. Penyemprotan jalan setapak disesuaikan dengan dosis yang direkomendasikan sesuai dengan anggaran biaya tahunan. Gambar B.3.1. Dongkel Anak kayu (DAK) pada TBM. Selain pembuatan jalan setapak, juga dilakukan kegiatan perawatan seperti perawatan gawangan. Perawatan gawangan ini dapat dilaksanakan secara manual ataupun kemis. Perawatan gawangan manual dilakukan dengan cara mencabut, mendongkel anak kayu, pengupasan kulit kayu dilakukan pada tunggul kayu yang masih hidup atau anak kayu yang tidak bisa didongkel dari bawah sampai keatas berkeliling. Hasil dongkel anak kayu (DAK) ditempatkan di atas tunggul yang mati atau para-para. Sedangkan rotasi rawat gawangan manual pada TBM 1 dengan interval 2 bulan sekali, TBM 2 dengan interval 3 bulan sekali, dan TBM 3 dengan interval 4 bulan sekali. Perawatan gawangan secara kemis dilaksanakan apabila gulma di areal lebih dominan. Gulma disemprot menggunakan alat Knapsack Sprayer dengan larutan herbisida pada gawangan sawit. Rotasi semprot gawangan pada TBM 1 dengan interval 2 bulan sekali, TBM 2 dengan interval 3 bulan sekali, TBM 3 dengan interval 4 bulan sekali. Selain rawat gawangan, juga dilakukan garuk piringan pada tanaman kelapa sawit. Garuk piringan ini dilakukan supaya area piringan tanaman kelapa sawit bebas dari gulma sehingga tingkat persaingan tanaman dalam mendapatkan unsure hara, mineral dan air dapat diminimalkan. Garuk piringan dilaksanakan dengan cara membersihkan rumput/gulma yang tumbuh di piringan pokok. Diameter piringan disesuaikan dengan lebar tajuk tanaman. Kacangan yang menjalar diatas pokok sawit harus diturunkan. Rotasi garuk piringan dilakukan dengan ketentuan TBM 1 dengan interval 2 bulan sekali, TBM 2 dengan interval 3 bulan sekali. Selain dilakukan perawatan garuk piringan, juga dilakukan semprot piringan. Pelaksanaan semprot piringan dilakukan dengan cara menyemprot rumput di piringan pokok dengan menggunakan Knapsack Sprayer. Jenis rumput yang disemprot adalah seluruh jenisjenis rumput/gulma yang ada dipiringan dengan herbisida. Penyemprotan tidak dilakukan bila cuaca hujan/mendung untuk menghindari pencucian herbisida oleh air hujan. Penyemprotan piringan dilakukan pada TBM 3 dengan rotasi 4 bulan sekali. Gambar B.3.2. Kiri: Semprot lalang; Kanan: Piringan yang telah dibersihkan Selain merumput juga terdapat kegiatan perawatan semprot lalang. Lalang menjadi perhatian besar karena daur hidupnya sangat singkat dan sangat mudah tumbuh walaupun lingkungannya kurang mendukung. Terdapat dua cara untuk menanggulangi lalang yang tumbuh disekitar pertanaman kelapa sawit, yaitu spot spraying (kemis) dan lap lalang (manual). Pada spot sprayer lalang disemprot menggunakan Knapsack Sprayer yang berisi campuran bahan herbisida secara sporadic dan dilakukan 1 (satu) tahun sekali. Pada lap lalang digunakan kain yang telah dicampur bahan herbisida dengan konsentrasi 1% kemudian dilapkan pada lalang dari pangkal batang sampai pucuk daun. Lalang yang sudah dilap pucuk daunnya dipotong. Rotasi lap lalang dilakukan dengan ketentuan TBM 1 dengan interval 2 bulan sekali, TBM 2 dengan interval 3 bulan sekali, TBM 3 dengan interval 4 bulan sekali, dan pada TM dilakukan dengan interval 6 bulan sekali. Untuk mengetahui jumlah kelapa sawit yang telah ditanam dan belum ditanam, maka dilakukan sensus pokok. Sensus pokok dilakukan satu bulan setelah penanaman dan sensus berikutnya satu kali setahun.apabila terdapat tanaman yang mati atau belum ditanam, maka dilakukan penyisipan. Penyisipan dilakukan berdasarkan laporan dari sensus pokok yang telah dilakukan sebelumnya. Pada masa TBM, selain dilakukan perawatanperawatan rutin, juga dilakukan persiapan untuk panen. Sebagai contoh adalah pembuata tempat pengumpulan hasil (TPH). Pembuatan TPH dilakukan pada saat tanaman berumur 3 tahun (TBM 3) dengan cara meratakan tanah, membersihkan rumput, tunggul dan kayu dengan ukuran 4 x 7 m. Pencegahan hama dilakukan sedini mungkin untuk menghidari kerugian yang besar akibat serangan hama. Untuk itu, di kebun HD dilakukan sensus hama, baik itu hama daun, hama tikus ataupun tirathaba. Sensus hama daun dilaksanakan minimal satu kali sebulan. Bila terjadi ledakan serangan hama (out break) maka dilakukan

sensus setiap dua minggu sekali pada areal yang terserang berat. Pengamatan dilakukan pada pokok yang terdapat dalam baris sensus (titik sensus tetap) yang telah dibuat terlebih. Sedangkan untuk hama tikus dilakukan sensus hama tikus yang dilaksanakan satu kali sebulan. Cara pengamatan serangan hama tikus dibedakan antara TBM TM 3 dan TM 4 ke atas. Sensus hama Tirathaba dilaksanakan di areal tanaman yang sudah selesai kastrasi dan dilaksanakan satu kali sebulan. Sensus ini tidak perlu dilakukan bila persentase serangan sudah dibawah 2 %. Pada masa TBM, kelapa sawit diarahkan untuk memaksimalkan pertumbuhan vegetatif sehingga ketika bunga muncul, maka bunga tersebut langsung di musnahkan (kastrasi). Kastrasi dilakukan pada tanaman yang telah berumur 13, 15 dan 17 bulan. Sedangkan untuk pemupukan pada TBM dilakukan berdasarkan rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh tim agronomy research unit (ARU) berdasarkan hasil analisa kebutuhan pupuk dan rekomendasi ini diberikan setiap tahun. 4. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Pada tanaman menghasilkan (TM), perawatan atau pemeliharaan tanaman kelapa sawit tidak seintensif ketika tanaman masih di TBM. Perawatan hanya meliputi merumput, merawat jalan serta pemupukan. Merumput di TM sendiri tidak berbeda jauh dengan merumput di TBM, karena pada prinsipnya adalah menghilangkan rumput yang mengganggu pertanaman kelapa sawit. Begitu juga dengan semprot piringan, gawangan dan TPH. Kegiatan merumput dapat dilakukan dengan cara merawat gawangan dengan herbisida (kemis) atau dengan mendongkel anak kayu/anak sawit (manual). Gulma disemprot dengan menggunakan alat Knapsack Sprayer dengan larutan herbisida pada gawangan sawit. Rotasi semprot gawangan dan dongkel anak kayu adalah 1 kali setahun. Semprot piringan/jalan setapak/TPH merupakan pekerjaan yang sama, hanya tempatnya saja yang berbeda. Pelaksanaan semprot piringan/jalan setapak/TPH dilakukan dengan cara menyemprot rumput dipiringan/jalan setapak/TPH pokok menggunakan Knapsack Sprayer dengan menggunakan nozlle yang sesuai dengan populasi gulma. Jenis rumput yang disemprot adalah seluruh jenisjenis rumput/gulma yang ada di piringan , jalan setapak dan TPH. Penyemprotan tidak dilakukan bila cuaca hujan atau mendung. Rotasi semprot gawangan, piringan, jalan setapak, dan TPH 2 kali setahun. Keadaan jalan menjadi faktor penting terutama ketika musim hujan. Kebun HD memiliki tekstur tanah yang didominasi lempung sehingga sangat licin ketika hujan dan lengket ketika hujan reda. Hal ini menyebabkan banyak truk menjadi sering macet/mogok karena tidak dapat berjalan di jalan rusak. Selain itu jembatan juga memerlukan perawatan khusus.Oleh karena itu, diperlukan perawatan jalan, baik itu jalan utama (poros), jalan produksi, dan jembatan. Perawatan jalan utama,jalan luar kebun, produksi dan jalan alternatif dilakukan dengan Road Grader. Road Grader berfungsi sebagai sebagai perata jalan yang bergelombang. Gambar B.4.1. Kiri: Road Grader; Kanan: Compactor. Bentuk badan jalan utama dan jalan produksi tetap dipertahankan seperti batok tengkurap. Badan jalan produksi dan jalan alternatif yang telah ditumbuhi rumput tidak perlu degrading. Badan jalan tidak terlindung oleh kanopi daun atau pelepah tanaman. Selain itu, perlu dilakukan perawatan saluran air di kanan dan kiri jalan secara manual pada saat musim hujan. Perawatan jalan utama, produksi dan jalan alternatif pada topografi rendah dibadan jalan dibuat saluran air berbentuk V untuk mencegah genangan air di badan jalan saat musim hujan, dilakukan secara manual dengan menggunakan dodos modifikasi berbentuk cangkul. Jalan yang berlobang ditimbun dan dipadatkan dengan Compactor. Rotasi perawatan jalan dilakukan dua kali setahun dan dalam kondisi tertentu dapat ditambah rotasi perawatannya. Untuk perawatan jembatan permanen dilakukan dengan membersihkan potongan kayu, sampah yang tertahan di tiang/pondasi jembatan. Penambahan tanah pada pangkal jembatan sehingga permukaan jalan sama tinggi dengan lantai jembatan. Tanah pada kiri kanan pondasi jembatan yang longsor ditimbun kembali dan dipasang cerucuk. Perawatan jembatan darurat dilakukan dengan membersihkan sampah, potongan kayu, melancarkan aliran air. Susunan batang kayu yang terlalu merenggang dirapatkan kembali dan mengganti kayu yang patah, lapuk pada jembatan darurat serta pangkal jembatan di timbun tanah sehingga permukaan jalan sama tinggi dengan permukaan batang kayu jembatan.

Perawatan gorong-gorong dilakukan dengan membersihkan sampah, potongan kayu, tanah, melancarkan aliran air. Tanah timbunan gorong gorong dipertahankan rata dengan permukaan jalan. Untuk jalan yang ternaungi oleh pelepah dapat dilakukan perawatan rempes pelepah dengan menggunakan egrek dan bambu. Terkadang kerusakan jalan tidak terlalu parah sehingga hanya memerlukan beberapa orang untuk memperbaikinya. Perawatan manual ini termasuk di antaranya membuang air yang menggenang di jalan dengan membuat saluran pembuangan, membuang lumpur yang ada di badan jalan dengan menggunakan cangkul serta menimbunnya dengan tanah. Pada TM terkadang pelepah yang ada di pohon sangat banyak dan terkadang pelepah yang matipun masih menempel pada pohon tersebut. Untuk itu, dilakukan pemangkasan (pruning) dan pembersihan (debris). Pemangkasan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: Umur tanaman (tahun) Pelepah yang dipertahankan di pokok 2.5 3 58 64 3.5 7 48 56 8 14 40 48 15 tahun ke atas 32 40 Tabel B.4.1. Jumlah pelepah yang dipertahankan di pokok berdasarkan umur tanaman. Pemangkasan pelepah harus mepet, agar berondolan tidak sangkut dan di rotasi setiap 9 bulan sekali. Setelah dilakukan pemangkasan dilanjutkan pembersihan dengan membuang seludang buah, bunga jantan, brondolan kering yang terdapat di piringan dan ketiak pelepah pada tanaman menghasilkan dengan rotasi 1 kali setahun. Aplikasi pemupukan pada TM mengikuti rekomendasi dari tim ARU yang keluar setiap tahun. Rekomendasi ini didapatkan dari hasil analisa Leaf Sampling Unit (LSU) yang pada masing-masing kebun berbeda. 5. Pemanenan Hasil Pemanenan hasil merupakan tahap terakhir pada budidaya kelapa sawit. Sebelum dilaksanakan kegiatan pemanenan, terlebih dahulu dilakukan sensus buah. Hal ini untuk mengetahui jumlah tanaman kelapa sawit yang siap panen sehingga dapat diperkirakan hasil panen yang akan di dapat dan jumlah tenaga yang diperlukan. Sensus buah dimulai dengan pembuatan tanda yang pokok kelapa sawit yang akan di sensus. Sensus dilaksanakan diseluruh areal TM pada setiap petak ditentukan baris sensus (kelipatan 10 baris) yang mewakili areal tersebut (biasanya 25 Ha) dengan persentase 10% terhadap jumlah pokok. Pada baris sensus pokok pertama dan pokok terakhir diberi tanda cat berwarna merah dan diberi nomor baris berwarna putih. Sensus dilaksanakan setelah rotasi panen terakhir pada bulan Maret, Juni, September dan Desember. Penandaan baris pokok sensus dimulai dari arah barat ke timur yang terletak dipinggir jalan produksi. Sensus dilakukan dengan mengamati dan menghitung jumlah tandan buah hitam yang terdapat di pokok dalam barisan sensus. Gambar B.5.1. Kiri: Pemanenan dengan menggunakan egrek; Kanan: Pengangkutan ke TPH. Setelah diketahui perkiraan hasil panen, maka ditentukan jumlah tenaga yang akan digunakan pada hari itu. Sistem pembagian tenaga kerja terdapat 2 macam dan tergantung pada ketersediaan tenaga dan perkiraan hasil panenan. Ancak tetap adalah ancak panen yang luasan, lokasi dan pemanennya telah ditetapkan, sedangkan ancak giring merupakan ancak panen yang luasannya disesuaikan dengan kondisi buah dan produktivitas pemanen. Pemanenan biasanya dilakukan 2 orang sekaligus dengan pembagian tugas sebagai pemanen dan sebagai pengangkut. Kriteria buah yang siap di panen adalah warna buah pada tandan berubah dari hitam/hijau menjadi merah mengkilat/orange dan minimal sudah membrondol 5 brondolan per 1 tandan buah segar (TBS). pemanenan dilakukan dengan menggunakan dodos pada tanaman yang masih pendek, sedangkan pada tanaman yang sudah tinggi, pemanenan menggunakan egrek. Egrek yang digunakan di kebun HD sering disebut dengan fiber. Fiber tersebut dapat dipanjangkan hingga mencapai 6 m. hasil panen tadi kemudian diangkut ke TPH dengan menggunakan gerobak dorong (angkong). TBS yang telah terkumpul di TPH di sortasi terlebih dahulu oleh pemanen dan apabila terdapat tandan yang terlalu panjang dipotong hingga tersisa 2 cm dari buah.

Setelah itu, pemanen memberikan tanda pada ujung tandan berupa nomor pemanen. Apabila pemanenan selesai dilakukan, kerani buah melakukan sortasi pada saat TBS dimuat ke truk pengangkutan. Gambar B.5.2. Kiri : Sortasi TBS; Kanan: Buah yang telah didop oleh kerani panen. Setelah TBS tersebut disortasi, kemudian kerani panen memberikan tanda di ujung tandan berupa nomor divisi dan nomor mandor. Apabila dalam 1 TPH telah selesai di sortasi, maka TBS tersebut siap dimuat ke truk pengangkut. Setiap truk yang akan mengangkut TBS disertai oleh 3 orang pemuat. TBS yang telah dimuat tadi kemudian dibawa ke PKS untuk proses selanjutnya. Truk yang digunakan adalah jenis dump truck yang mampu membawa TBS hingga 6 ton. Gambar B.5.3. Kiri: Muat TBS; Kanan: Muat brondolan C. Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan kelapa sawit dimulai bersamaan ketika pembukaan lahan dimulai. Hal ini dikarenakan bibit kelapa sawit baru akan siap tanam setelah berumur lebih dari 10 bulan, sehingga diperkirakan waktu yang dibutuhkan sama dengan pembukaan lahan. Oleh karena itu, perencanaan pembukaan kebun dan pembibitan harus direncanakan secara matang sehingga tidak terjadi tumpang tindih atau keterlambatan dalam pelaksanaan di lapangan. Perkiraan kebutuhan bibit juga mesti dihitung secara cermat dan tepat sehingga tidak terjadi kelebihan bibit, atau bahkan kekurangan bibit yang dapat menyebabkan perbedaan masa tanam yang kemudian tanaman dalam satu blok tidak lagi seragam. Menurut Soepadiyo Mangoensoekarjo dan A. T. Tojib (2003), pada dasarnya terdapat dua jenis pembibitan kelapa sawit, yaitu pembibitan satu tahap (single stage) dan pembibitan dua tahap (double stage). Dengan memperhatikan alasan efisiensi biaya dan kemudahan dalam perawatan kebun HD memilih menggunakan metode dua tahap (double stage), yaitu pre-nursery dan main-nursery walaupun ketika pemindahan bibit dari pre-nursery ke main-nursery membutuhkan biaya ekstra. Pembibitan memerlukan areal khusus yang benar-benar strategis baik dilihat dari efisiensi ataupun hal-hal pendukung lainnya. Berikut dipaparkan mengenai pembibitan yang dimulai dengan pembukaan lahan hingga transportasi menuju tempat penanaman bibit: 1. Tahap Persiapan a. Penentuan Lokasi Bibitan Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tempat pembibitan haruslah benar-benar strategis. Hal ini dilakukan antara lain untuk menekan biaya serta mengurangi kerusakan bibit. Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dijadikan areal pembibitan, antara lain: 1) Areal rata dengan kemiringan maksimal 5%. Lokasi yang akan dijadikan areal pembibitan memang harus rata, dan kalaupun miring, tidak boleh terlalu miring. Hal ini disebabkan apabila areal yang digunakan miring, maka langsung ataupun tidak langsung, tanaman akan miring karena polibagnya juga miring, walaupun nanti bisa dimodifikasi dengan pembuatan tapak kuda. Apabila dipaksakan, maka akan ada biaya tambahan yang muncul akibat pembuatan tapak kuda atau konsolidasi. Selain itu, jika areal pembibitan miring, sedangkan sistem pengairan menggunakan pompa air, dikhawatirkan akan ada perbedaan pembagian air antara areal yang tinggi dengan areal yang rendah. 2) Tidak banjir pada saat musim hujan. Lokasi yang digunakan bukanlah rawa-rawa atau dataran rendah yang memiliki potensi banjir ketika musim hujan. Apabila tetap dipaksakan, maka harus dibuat tanggul yang mampu menahan air dari luar serta pompa air yang khusus untuk mengeluarkan air yang tergenang di dalam pembibitan apabila tinggi air di dalam lebih rendah dibandingkan di luar areal pembibitan. Tentu saja ini akan mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi, mengingat daerah Sumatera Selatan merupakan daerah tropis yang tingkat curah hujannya cukup tinggi. Oleh karena itu disarankan areal pembibitan merupakan areal yang rata dan bukan daerah rawa. Kebun HD memiliki areal bibitan yang relative aman dari kebanjiran, walaupun ada beberapa tempat yang tetap kebanjiran ketika hujan deras berturut-turut selama beberapa hari.

Gambar C.1.a. Kiri: Dataran rendah menyebabkan tergenang; Kanan: Kemiringan tanah tinggi. 3) Dekat dengan sumber air dan tersedia dalam jumlah yang cukup ketika musim kemarau. Air merupakan kebutuhan utama di dalam pembibitan kelapa sawit. Tanpa adanya air yang cukup, maka bibit tidak akan tumbuh optimal. Di kebun HD, sumber air yang tersedia berasal dari air sungai yang terhubung langsung oleh kanal sehingga potensi kekeringan pada musim kemarau sangat kecil. Selain itu, sumber air yang dipersiapkan tidak hanya terpusat pada satu tempat saja, sehingga apabila salah satu sumber kering, masih ada sumber air yang lainnya. 4) Aman baik dari gangguan pencurian maupun gangguan binatang liar. Pencurian merupakan gangguan yang paling berbahaya karena kerugian yang ditimbulkan sangat besar. Di kebun HD disediakan penjaga bibitan baik siang maupun malam yang berasal dari penduduk setempat dengan harapan tingkat pencurian dapat ditekan. Selain itu, gangguan binatang liar seperti babi ataupun tikus perlu diperhatikan, walaupun dampaknya tidak terlalu besar. Sapi penduduk asli merupakan hewan pengganggu utama di pembibitan kebun HD. Sapi-sapi yang jumlahnya mencapai 50 ekor tersebut dibiarkan bebas sehingga terkadang masuk ke areal pembibitan. Untuk mencegah masuknya sapi tersebut, disediakan tenaga khusus untuk menjaga sapi tersebut tetap berada di luar areal pembibitan. 5) Dekat dengan lokasi penanaman. Pada awal penetapan areal yang akan digunakan sebagai pembibitan, perlu dipertimbangkan jarak antara pembibitan dengan calon areal yang akan ditanami kelak. Biasanya dalam satu PT terdapat satu pembibitan yang kurang lebih terdapat 4-6 kebun. Dengan demikian, areal pembibitan sebisa mungkin diposisikan setepat mungkin dengan mempertimbangkan sarana jalan yang dilewati dan jarak yang ditempuh. Kebun HD sendiri menyuplai bibit ke empat kebun lain serta kebun sendiri. 6) Lokasi tidak tertutup oleh bayang-bayang dari pohon-pohon hutan atau pohon-pohonan lainnya sehingga dapat menerima sinar matahari penuh. Jarak terdekat dari hutan atau tanaman kelapa sawit yang sudah besar yang ada di sekitar tempat tersebut minimal 20 m. 7) Bentuk area pembibitan sebaiknya persegi panjang atau bujur sangkar. Hal ini akan memudahkan perhitungan kebutuhan pipa untuk pembuatan jaringan air penyiraman. Selain itu juga dapat memudahkan perhitungan kebutuhan dan kontrol penggunanaan herbisida, insektisida dan lain-lain. b. Pengukuran Areal Bibitan Pengukuran areal yang akan digunakan sebagai pembibitan dilakukan oleh juru ukur. Juru ukur melakukan pengukuran areal yang ditetapkan sebagai tempat pembibitan, yang meliputi luas areal, jalan, dan waduk penampungan air. Setalh hasil pengukuran diperoleh, manajer kebun dan asisten bibitan membuat tata letak (lay out) pembibitan yang mencakup posisi pre-nursery dan main-nursery, jalan, parit keliling, waduk penampungan air, rumah mesin, rumah hujan dan kantor divisi. Areal yang digunakan haruslah tepat dengan kebutuhan bibit yang akan ditanam nantinya. Kebun HD memiliki luas areal 80 ha yang dibagi menjadi 4 blok besar pembibitan. Pembibitan kebun HD sendiri berada di empat blok divisi inti yang berbeda dengan 75% berada pada divisi Inti Hikmah Dua Tiga (IHDT) blok 20, 17 dan 18. Sedangkan sisa 25% berada pada divisi Inti Hikmah Dua Satu (IHDS) di blok 16. c. Pembersihan Areal Pembersihan areal bibitan meliputi pekerjaan imas tumbang, mencabut dan membuang tunggul kayu serta akar kayu, penyemprotan lalang. Pembersihan areal ini dapat menggunakan cara mekanis maupun manual. Untuk cara mekanis dapat menggunakan alat berat baik itu bulldozer,excavator, maupun traktor bajak. Sedangkan cara manual adalah dengan menggunakan cangkil, sabit, parang dan dodos yang telah dimodifikasi. d. Pembuatan Jalan dan Parit Keliling Jalan pada pembibitan merupakan hal yang penting untuk distribusi bibit. Pembuatan jalan ini menggunakan alat berat, seperti bulldozer, road grader, compactor, dan excavator. Jalan di bibitan dibuat keliling dengan memperhatikan rencana disain blok yang akan dibuat. Selain jalan, dibutuhkan juga parit keliling. Parit keliling ini

dibuat di samping-samping jalan untuk menghindari genangan di jalan yang dapat menyebabkan jalan cepat rusak. Gambar C.1.d.1. Pembuatan parit e. Pembuatan waduk penampungan air Untuk menghindari kekurangan air pada musim kemarau, setiap pembibitan harus memiliki waduk yang mampu menyangga kebutuhan air bibit selama musim kemarau. Ukuran waduk penampungan air berdasarkan kebutuhan air yang harus tersedia sesuai dengan jumlah bibit. Waduk dibuat dengan menggunakan excavator dengan ukuran 50 m x 30 m dan dengan kedalaman 5 m. Kebun HD memiliki 2 waduk yang mampu memenuhi kebutuhan air hingga 120 ha. Namun karena saat ini luas areal bibitan hanya 80 ha, maka pompa air yang ada tidak digunakan secara maksimal. Dengan demikian, setiap waduk digunakan untuk menyediakan kebutuhan air bibit seluas 40 ha. Tiap-tiap waduk dilengkapi dengan 2 mesin pompa air yang menggunakan mesin truk fuso 5 silinder. Dengan mesin ini, air mampu didistribusikan hingga jarak 500 m. Masing-masing mesin digunakan untuk menyiram bibit seluas 20 ha. Gambar C.1.e.1. Kiri: Waduk penampungan air; Kanan: Rumah mesin. Waduk tersebut haruslah berasal dari sumber air yang bebas polutan, baik sisa pestisida, fungisida, pupuk maupun limbah lainnya. Debit air yang terdapat di waduk buatan tersebut menentukan besar kecilnya pembibitan dan jumlah bibit yang akan dihasilkan. Waduk buatan tersebut sebaiknya dikeruk lapisan bawahnya setiap beberapa tahun supaya tidak terjadi pendangkalan, namun hal ini belum dilakukan oleh kebun HD karena debit air yang terdapat di waduk buatan masih mencukupi untuk kebutuhan penyiraman bibit. f. Pembuatan Instalasi Penyiraman Bibit Instalasi penyiraman bibit di kebun HD menggunakan sistem selang dengan merek kirico sehingga lebih sering disebut selang kirico. Selang tersebut lebih efisien dan efektif untuk menyiram bibit kelapa sawit dalam jumlah besar dibandingkan dengan sistem sprinkler. Sistem sprinkler memang pernah digunakan di pembibitan kebun HD, hanya saja penggunaan sistem ini rawan pencurian (terutama pipa besi) dan rawan patah pada pipa penyangga sprinkler serta biaya perawatannya tinggi sehingga dirasa kurang efisien. Instalasi kirico memanfaatkan selang yang terbuat dari karet yang memiliki lubang kecil yang menyebar ke tiga arah dengan jarak antar lubang antara 5 7 cm serta sangat fleksibel dan alot. Selang kirico ini mampu bertahan hingga 3 kali tanam atau kurang lebih selama 3 tahun. Dengan menggunakan instalasi selang kirico, biaya perawatan dapat diminimalkan. Selain itu, selang kirico tersebut terbukti awet dan tahan terhadap cuaca panas ataupun dingin serta mudah dalam aplikasinya. Satu-satunya kekurangan instalasi kirico ini adalah selang tersebut sangat mudah sobek oleh benda tajam, terutama ketika perawatan bibit sedang dilakukan seperti merumput atau konsolidasi. Gambar C.1.f.1. Kiri: Pengukuran tekanan; Kanan: Mesin pompa air. Instalasi penyiraman bibit ini dilaksanakan sebelum bibit di tanam, sehingga ketika bibit telah ditanam, tidak terjadi keterlambatan penyiraman air yang dapat menyebabkan bibit menjadi kekeringan. Urutan pemasangan instalasi penyiraman ini adalah dari waduk kemudian disedot menggunakan pompa air melalui pipa PVC 6. Setelah itu, air tersebut di dorong melalui pipa PVC 6 yang kemudian didistribusikan ke beberapa pipa PVC 4. Dari pipa PVC 4 tadi kemudian didistribusikan lagi ke pipa PVC 2. Panjang pipa PVC 2 tersebut 18 m. Setiap 3 m terdapat 1 selang kirico sehingga dalam 1 pipa PVC 2 terdapat 7 selang kirico yang dilengkapi dengan kran (gate valve). Panjang selang kirico tersebut 100 m sehingga diperkirakan mampu menyiram bibit sepanjang 100 110 pokok bibit sawit di main-nursery dan 9 bedeng bibit sawit di pre-nursery. Sebelum bibit ditanam, kekuatan selang kirico tersebut harus dikalibrasi dengan menggunakan alat pengukur tekanan (Pressure Gauge). Tekanan yang dianjurkan adalah 0.8-1.0 atm dengan perkiraan semburan air hingga 160 cm. Dengan demikian tiap-tiap selang kirico memiliki jangkauan siraman hingga 320 cm atau sekitar 4 pokok bibit lebih. Untuk menjaga agar mesin tetap berjalan dengan baik dan benar, maka setiap satu mesin pompa air di kelola oleh satu orang operator mesin. Dengan demikian kebun HD memiliki 4 orang operator mesin yang mulai bekerja

pukul 06.00 dan berakhir pada pukul 18.00 tergantung kepada keadaan cuaca. Kendala-kendala yang dihadapi dalam menjaga mesin air adalah radiator yang sering bocor sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Akibat yang akan muncul apabila radiator kehabisan air adalah overheat yang tentunya akan menyebabkan umur mesin menjadi pendek. Belum lagi masalah aki yang sering tekor karena memang jumlah aki yang tersedia terbatas sehingga mesin hanya bisa dihidupkan secara berurutan. Jika dibanding dengan sistem sprinkler, pemakaian sistem selang kirico untuk penyiraman di pembibitan membutuhkan biaya yang lebih murah. Percikan/butiran air yang dihasilkan lebih cocok untuk pertumbuhan bibit karena pupuk dalam polibag tidak terganggu dengan adanya percikan air penyiraman. Selain itu tanah dalam polibag tidak menjadi keras atau membentuk lapisan atas yang keras. g. Pembuatan Pagar Kawat untuk Areal Pre-Nursery. Pembuatan pagar kawat di areal pre-nursery bertujuan untuk melindungi bibit-bibit tersebut dari gangguan binatang liar misalnya babi. Areal yang dipagari oleh pagar kawat tersebut sering disebut dengan istilah kandangan, karena memang bentuknya seperti sebuah kandang sapi atau kuda. Kawat yang digunakan adalah kawat duri yang dipaku pada tiang kayu dengan tinggi pagar kawat tersebut sekitar 1.5 m dan jarak antar tiang 2 m. Kayu yang biasa digunakan adalah kayu gelam. Kayu tersebut ditancapkan sedalam 30 cm dan diberikan penopang di tiap 3 tiang. Jarak antar kawat satu dengan kawat lainnya 25 cm sehingga terdapat 6 baris kawat. Setiap 25 m diberikan pintu gerbang dengan lebar 2 m untuk mempermudah keluar masuk ketika melakukan perawatan ataupun pemindahan bibit. Pagar dirawat sedemikian rupa sehingga tetap kokoh. Curah hujan yang tinggi pada musim hujan dan suhu udara yang tinggi pada musim kemarau menyebabkan pagar menjadi rapuh. Terutama pada tiang pagar, sebaiknya diberikan pelapis sebagi pelindung dari panas dan hujan, termasuk juga rayap yang sering menggerogoti tiang pagar. Pagar juga harus bersih dari gulma sehingga memudahkan dalam pemeriksaan. Di sekeliling tiang pagar dibuatkan parit yang dapat mengalirkan air untuk menghidari tergenangnya air disekitar tiang pagar yang dapat menyebabkan tiang pagar semakin cepat keropos. Kawat duri juga harus diperiksa ketegangannya. Kawat yang kurang kencang akan menyebabkan tiang pagar menjadi miring dan akhirnya roboh. Gambar C.1.g.1. Pagar kawat. h. Pembuatan Rumah Mesin, Kantor Divisi dan Gubuk Berteduh Pembuatan rumah mesin seharusnya dibuat bersamaan dengan pembuatan waduk. Tetapi mengingat daerah kebun HD masih rawan terhadap pencurian, maka pembuatan rumah mesih dilaksanakan ketika penanaman kecambah akan dilaksanakan. Rumah mesin terdapat di tiap-tiap waduk sehingga pembibitan kebun HD memiliki 2 rumah mesin. Rumah mesin dibangun sedemikian rupa sehingga dapat menampung 2 buah mesin beserta jaringan pipanya. Lantai rumah mesin tersebut haruslah terbuat dari beton cor untuk menjaga mesin agar tidak mudah goyang serta menahan getaran. Selain rumah mesin, juga dibangun kantor divisi yang digunakan untuk mengatur pembagian kerja dan memeriksa pekerja yang telah diabsen. Kantor divisi terletak tepat ditengah kebun dan dekat dengan kandangan sehingga memudahkan pekerja dalam mengontrol bibit di kandangan. Gubuk tempat berteduh juga perlu dibangun untuk tempat berteduh ketika pekerja sedang beristirahat. Hal ini disebabkan ukuran bibit yang rendah sehingga tidak ada tempat berteduh bagi para pekerja, terutama ketika turun hujan. Gambar C.1.h.1. Kiri: Gubuk; Kanan: Kantor divisi. 2. Tahap Pre-Nursery a. Persiapan Media Tanah Media tanah yang digunakan adalah tanah lapisan atas (topsoil) yang biasanya dilakukan dengan bantuan alat berat baik excavator ataupun backhoe loader. Tanah yang digunakan tidak boleh kedap air, lempung gembur, atau kadar pasir < 60%. Untuk kebun HD sendiri tanah topsoil didapatkan dari divisi inti dan diangkut dengan menggunakan truk yang kemudian dikumpulkan menjadi 1 gunungan tanah.

Gambar C.2.a.1. Kiri: Tanah topsoil yang telah dikumpulkan; Kanan: Pengangkutan tanah. Setelah tanah tersebut dikumpulkan, tanah kemudian diayak sehingga terbebas dari sampah organik (batang kayu dan pelepah) ataupun dari sampah anorganik (plastik dan karung). Tanah yang telah diayak tadi kemudian dicampur dengan menggunakan pupuk Rock Phospate (RP) dengan takaran 10 kg tiap 4.5 m3 tanah. Sebagai perkiraan, setiap truk mampu mengangkut sekitar 3-4 m3 tanah dan setelah di ayak akan didapatkan tanah 2-3.5 m3 tanah sehingga setiap tanah hasil ayakan dari 2 truk dapat dicampur dengan 10 kg pupuk RP. Tanah yang telah dicampur dengan pupuk dikeringanginkan selama 4 minggu. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara P di dalam tanah sebelum dipergunakan sebagai media pembibitan. b. Pengisian Polibag Tanah yang telah di ayak dan dicampur dengan pupuk RP tadi kemudian dimasukkan ke dalam polibag yang berukuran 22 cm x 15 cm dengan ketebalan 0.22 mm. Pengisian polibag dapat menggunakan piring, sekop kecil ataupun tangan kosong. Selama pengisian polibag, pekerja juga harus memeriksa kembali tanah yang dimasukkan ke dalam polibag jika terdapat sampah. Polibag tersebut harus di isi sampai penuh untuk mengurangi resiko memadatnya tanah ketika disiram air. Gambar C.2.b.1. Pengisian polibag kecil Polibag kecil yang akan digunakan adalah polibag yang berkualitas baik. Kualitas yang jelek akan menyebabkan polibag mudah robek dan nantinya akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Jumlah polibag kecil yang dipesan sebanyak 110% kebutuhan yang akan digunakan untuk penanaman. Jumlah polibag kecil per kg sekitar 80-90 polibag sehingga ada baiknya ketika melakukan pemesanan, jumlahnya dilebihkan karena jika kekurangan cukup sulit untuk memesan ke kantor pusat dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Polibag kecil yang dipakai haruslah memiliki lubang pengeluaran air berdiameter 3 mm. Hal ini untuk menanggulangi kemungkinan tergenang ketika hujan. Berat per polibag kecil sekitar 1-2 kg tergantung jenis tanah dan kelembaban tanah yang digunakan. c. Penyusunan Polibag Polibag kecil yang telah di isi kemudian disusun per bedeng. Bedeng tersebut berisi 1000 polibag dengan panjang 125 polibag dan lebar 8 polibag dengan perkiraan panjang bedengan 10 m dan lebar bedengan 1 m. Pada pinggir bedengan diberikan tanah timbunan (guludan) untuk menjaga agar polibag tidak mudah berubah dari posisi semula. Namun sebaiknya hal ini dihindari karena dengan menggunakan guludan, drainase air menjadi terhambat dan air menjadi menggenang disekitar polibag. Guludan tersebut sebaiknya diganti dengan menggunakan kayu sehingga drainase air dapat mengalir dengan lancer. Setiap 2 bedeng polibag kecil tersebut diapit oleh 2 selang kirico sehingga setiap selang kirico mampu menyuplai 2 bedengan sekaligus (kanan dan kiri). Gambar C.2.c.1. Polibag yang telah selesai disusun di dalam bedengan. Beberapa buku menyebutkan bahwa pada pre-nursery, bibit memerlukan naungan. Tetapi di kebun HD tidak menggunakan naungan karena beberapa tahun yang lalu pembibitan kebun HD pernah menggunakan naungan, dan ternyata bibit tersebut menjadi gosong. Kemungkinan besar hal tersebut disebabkan oleh pembukaan naungan yang tiba-tiba sehingga bibit tersebut kaget. Rekomendasi pemberian naungan di pre-nursery kemungkinan dibuat sewaktu belum ditemukan sistem penyiraman di pembibitan yang baik. Pemberian naungan di pembibitan baik dengan menggunakan pelepah kelapa sawit maupun dengan menggunakan bahan lainnya mulanya dimaksudkan untuk melindungi bibit dari penyiraman yang kurang sempurna terutama pada saat bibit dalam masa-masa pertumbuhan kritis. Setelah sistem penyiraman dapat dilaksanakan dengan baik, misalnya dengan sistem selang kirico, maka naungan pada pembibitan tidak direkomendasikan lagi. Apabila kebutuhan air peyiraman cukup maka pemberian naungan pada pembibitan tidak memberikan dampak positif pada pertumbuhan bibit. Penghilangan naungan akan memberikan dampak berkurangnya penyakit daun pada bibit. Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa naungan berupa daun kelapa sawit akan menimbulkan (menularkan) penyakit daun pada bibit kelapa sawit. Apabila karena alasan-alasan tertentu naungan tetap dipasang dapat

menyebabkan etiolasi (pertumbuhan memanjang akibat kekurangan intensitas cahaya) pada bibit yang tidak diharapkan. d. Penerimaan Kecambah Ketika transaksi penerimaan kecambah dilakukan, harus diperiksa kecocokan antara packing list dengan kecambah yang diterima. Packing list merupakan daftar kecambah yang diberikan pada saat transaksi yang berisi informasi mengenai jumlah kecambah, varietas, dan tanggal pengiriman dari Seed Proccesing Unit (SPU). Pada kardus kemasan kecambah juga terdapat segel untuk memastikan bahwa kardus tersebut tidak pernah dibuka sebelumnya. Apabila segel tersebut rusak atau hilang, dapat dipastikan bahwa kardus tersebut telah dibuka sebelumnya dan dapat dilaporkan kepada pihak SPU untuk menindaklanjuti temuan tersebut. Gambar C.2.d.1. Kiri: Segel pada kardus; Kanan: Seed Label yang terdapat pada kantong. Setiap kardus mampu menampung 2.500-2.600 butir kecambah. Pada waktu kardus tersebut dibuka, akan didapatkan kantong plastik berisi kecambah yang dilampiri dengan seed label untuk menunjukkan informasi mengenai kecambah yang terdapat pada kantong plastik tersebut. Informasi yang diberikan meliputi varietas, nomor referensi, nomor male dan female, isi kantong plastik tersebut serta tanggal pengiriman. Untuk memastikan bahwa kecambah tersebut telah melewati tahap pemeriksaan, maka di seed label tersebut disertai cap quality control. Isi dari tiap-tiap seed label tersebut dikumpulkan menjadi satu lembar terpisah yang disebut dengan packing list. Packing List tersebut harus disimpan sebagai bukti bahwa bibit yang ditanam berasal dari kecambah yang telah bersertifikat. Waktu pengiriman kecambah yang diperlukan dari SPU ke kebun HD hanya 1 hari yang artinya kecambah dapat di seleksi pagi hari, di kemas siang hari, dan langsung di antar ke kebun HD pada sore hari. Kecambah yang telah diterima harus segera ditanam untuk menghindari kerusakan kecambah. Kecambah yang dikirimkan dalam sekali pengiriman dapat mencapai 25.000 butir kecambah sehingga diperlukan manajemen yang baik untuk dapat menanam kecambah tersebut dalam waktu singkat dengan mengatur kebutuhan tenaga dan pembagian tugas yang jelas. Kebun HD menerima seluruh varietas yang dikirim oleh SPU, mulai dari SJ 1 (Nigeria), SJ 2 (Ghana), SJ 3 (Ekona), SJ 4 (Avros), SJ 5 (Dami Komposit), dan SJ 6 (Yangambi). Oleh karena itu, penanaman dilakukan berdasarkan varietas sehingga memudahkan dalam pengawasan dan penjualan. Kecambah yang dikirimkan merupakan hasil dari perkiraan penanaman tanaman kelapa sawit yang akan di tanam tahun berikutnya ataupun yang akan di jual kepada pihak luar. Secara sederhana, kebutuhan kecambah dapat diperkirakan sebelumnya dengan menetapkan jumlah-jumlah kecambah yang dapat hidup ataupun yang abnormal. Kebun HD menerapkan rumusan pada kerapatan 135 pokok per ha sebagai berikut: - Seleksi penerimaan kecambah 2,5 % atau 5 butir - Seleksi bibit di Pre Nursery 10 % atau 20 butir - Seleksi bibit Main Nurser 15 % atau 30 butir - Disisipan 5 % atau 10 butir Jumlah diatas merupakan perkiraan untuk mengatasi kekurangan kecambah. Jumlah kebutuhan kecambah sebenarnya tidak dapat diduga dengan pasti. Namun dengan menggunakan kecambah bermutu tinggi, diharapkan pengurangan kecambah akibat seleksi dapat diminimalkan. e. Seleksi Kecambah Sebelum dilakukan penanaman kecambah, trelebih dahulu dilakukan seleksi kecambah untuk menghindari tertanamnya kecambah yang tidak layak tanam. Beberapa kriteria kecambah yang digunakan di kebun HD adalah sebagai berikut: 1) Kecambah normal - Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) dapat dibedakan dengan jelas, - Akar berwarna putih gading dengan panjang 8 20 mm, - Pucuk meruncing, berwarna kuning keputihan, - Posisi Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) bertolak belakang (T-shape).

Gambar C.2.e.1. Kecambah normal dengan panjang radikula < 20 mm. 2) Kecambah abnormal - Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) yang tidak berkembang, - Kecambah lecet atau patah, berwarna coklat dan busuk, - Tanpa akar atau pucuk dan atau salah satu akar atau pucuk tidak tumbuh, - Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) bengkok/berputar atau bentuk U, - Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) tidak dapat dibedakan. - Tunas (Plumula) dan akar (Radikula) bersatu yang ujungnya membengkok seperti bentuk geraham. Gambar C.2.e.2. Kecambah abnormal. Kecambah yang telah ditetapkan termasuk kedalam kecambah abnormal kemudian diafkir atau dimusnahkan dengan cara dipatahkan. Seharusnya pemusnahan kecambah dilakukan dengan menggunakan alat nut cracker, namun berhubung alat yang dimaksud tidak tersedia, pematahan tunas atau akar adalah solusi terbaik yang dapat dilakukan. Terkadang didalam 1 kantong kecambah tersebut terdapat beberapa kecambah yang memiliki 2 atau 3 tunas. Kecambah tersebut sering disebut dengan kecambah kembar. Kecambah ini tetap ditanam dan dipelihara. Namun setelah bibit tersebut berumur 1,5 bulan, maka bibit tersebut dibelah, dan dipilih yang bagus untuk ditinggal dalam polibag. Bibit kedua yang dipisah selanjutnya ditanam pada polibag kecil yang lain, dan ditempatkan tersendiri untuk diberi perawatan khusus. Jika bibit kedua tidak baik maka langsung dimusnahkan. f. Penanaman Kecambah Penanaman kecambah dilaksanakan sesegera mungkin untuk mengungai resiko kerusakan kecambah. Biasanya kerusakan kecambah yang muncul ketika kecambah terlambat ditanam adalah adanya kecambah yang patah bagian tunas ataupun akarnya. Selain itu, terkadang kecambah yang disimpan terlalu lama akan memunculkan jamur walaupun pada kemasan kantong telah dilengkapi dengan busa serpih yang disemprot dengan fungisida, sehingga jamur tersebut kemungkinan besar tidak akan tumbuh. Ketika paket kecambah sampai ke bibitan, kardus tersebut dibuka kemudian diperiksa lagi dan dicocokkan dengan packing list yang menyertainya. Apabila sama, dilanjutkan dengan membuka kantong plastik dan memisahkan antara busa serpih dengan kecambah. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memisahkan busa serpih dengan kecambah ini. Pertama dengan mengangin-anginkan busa serpih tersebut sehingga busa serpih terbang dari kumpulan kecambah. Namun cara ini dirasa kurang baik karena busa serpih yang tertiup angin menjadi berterbangan dan menyebar di areal pre-nursery sehingga kandangan menjadi tampak kotor. Sedangkan cara kedua adalah dengan menggunakan ember berisi air. Isi yang terdapat di kantong kecambah tersebut ditumpahkan ke dalam ember sehingga busa serpih yang massanya lebih ringan akan mengapung, sedangkan kecambah yang massanya lebih berat akan tenggelam. Apabila sudah demikian, busa serpih tersebut dapat di angkat dengan mudah dari ember. Kecambah yang berada di dalam ember juga dapat di angkat dan diletakkan di piring. Gambar C.2.f.1. Kiri: Menugal; Kanan: Pemisahan busa serpih dengan kecambah. Penanaman kecambah dilakukan oleh tim yang biasa menanam kecambah, karena selain membutuhkan ketelitian yang tinggi, kebiasaan menanam kecambah juga akan mempengaruhi proses penanaman. Satu tim terdiri dari 3 orang yang memiliki tugas masing-masing. Orang pertama bertugas menugal tanah di polibag, orang kedua bertugas menanam kecambah, sedangkan orang ketiga bertugas menutup lubang yang telah berisi kecambah. Namun terkadang tim ini tidak berjalan seperti apa yang diharapkan. Beberapa orang lebih suka untuk mengerjakan semuanya secara bersama-sama, seperti menugal bersama, menanam bersama dan menutup bersama. Tapi hal ini bukan merupakan suatu masalah karena waktu dan hasilnya tidaklah berbeda. Gambar C.2.f.2. Kiri: Aplikasi pupuk RP; Kanan: Penanaman kecambah. Terkadang beberapa hari sebelum penanaman kecambah, dilakukan aplikasi pupuk RP. Hal ini dikarenakan jika aplikasi pupuk RP dilakukan ketika tanah belum di isikan ke dalam polibag, dikhawatirkan pupuk RP tersebut tidak tersebar merata diseluruh polibag. Dengan dilakukannya aplikasi pemupukan per polibag diharapkan

terdapat pemerataan penggunaan pupuk RP tersebut. Dosis yang digunakan adalah 2 g/polibag dengan menggunakan takaran Ally. g. Penyiraman Bibit Curah hujan menjadi penentu utama dalam penyiraman bibit. Jumlah curah yang turun dapat diketahui dari ombrometer yang terdapat di halaman depan kantor. Apabila curah hujan di kebun HD di antara 8 mm dengan 18 mm, maka bibit disiram sekali dalam sehari. Apabila curah hujan pada hari itu lebih dari 18 mm, maka bibit tidak lagi memerlukan penyiraman. Tetapi apabila curah hujan kurang dari 8 mm, maka bibit disiram dua kali sehari (pagi dan sore). Kebun HD tidak menerapkan penyiraman 2 kali, namun hanya 1 kali walaupun curah hujan kurang dari 8 mm. hal ini dikarenakan untuk 1 mesin pompa air membutuhkan 10 liter dalam 1 jam, sehingga apabila dipaksakan 2 kali penyiraman dalam sehari akan menyebabkan kenaikan biaya yang sangat besar. Kebutuhan minyak solar setiap hari ketika musim kemarau dapat mencapai lebih dari 400 liter. Terkadang penyiraman juga tidak mengikuti aturan yang ada, tetapi lebih mengandalkan insting dan pengalaman operator siram. Apabila ketika operator siram mengecek tingkat kelembaban tanah dan dinyatakan bahwa tanah tersebut cukup lembab dan tidak perlu disiram, maka pada hari itu tidak disiram. Hal ini disebabkan karena ombrometer berada di halaman depan kantor, sedangkan hujan yang turun belum tentu merata di seluruh kebun sehingga apabila ombrometer menunjukkan curah hujan tinggi, belum tentu kadar air di pembibitan juga tinggi, begitu juga sebaliknya apabila ombrometer di kantor rendah, belum tentu kadar air di pembibitan juga rendah. Gambar C.2.g.1. Penyiraman bibit di pre-nursery. h. Merumput dan Melumut Kegiatan merumput dilakukan 2 minggu sekali dan hanya dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan cara mencabut atau memotong rumput yang ada di sekitar polibag ataupun yang ada di dalam polibag. Rumput hasil cabutan tadi kemudian dikumpulkan dan ditempatkan di luar areal bibitan yang nantinya akan dimanfaatkan sebagai mulsa. Namun sangat jarang rumput hasil cabutan tersebut digunakan sebagai mulsa, karena umur prenursery yang relatif pendek. Selain itu memang telah disediakan mulsa khusus yang didatangkan dari PKS berupa serat (fiber) kelapa sawit atau cangkang kelapa sawit. Selain itu memang di kebun HD tidak pernah mengaplikasikan mulsa pada masa pre-nursery. Selain rumput, lumut juga patut diperhatikan. Hal ini menyebabkan tanah menjadi kedap air sehingga air dan pupuk tidak mampu diserap oleh tanah. Pekerjaan melumut ini dapat dilakukan bersamaan denga kegiatan merumput di atas polibag. i. Konsolidasi Konsolidasi merupakan kegiatan memperbaiki posisi polibag yang kurang benar seperti miring ataupun roboh. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga bibit tetap tumbuh pada posisi yang normal baik letak maupun arah pertumbuhan. Kegiatan konsolidasi ini dilakukan seminggu sekali. Selain memperbaiki posisi bibit, dalam konsolidsasi juga terdapat kegiatan menambah tanah pada polibag yang kekurangan tanah, menutup akar yang terbuka dan memperbaiki arah bibit yang tidak tegak lurus. Terkadang sewaktu dilakukan penanaman, kecambah ditanam kurang dalam sehingga ketika dilakukan penyiraman, kecambah muncul dari tanah sehingga perlu dilakukan penimbunan tanah kembali. Selain itu, untuk bibit yang miring akan lebih mudah diperbaiki ketika masih muda. Gambar C.2.i.1. Konsolidasi. j. Pemupukan Pemupukan pada pre-nursery dilakukan dengan mengikuti rekomendasi yang diberikan oleh ARU. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea dan pupuk NPK 15.15.6.4. yang mengandung N-P-K-Mg. pupuk yang digunakan terlebih dahulu dianalisa kesesuaian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk tersebut. Untuk saat ini, rekomendasi yang digunakan oleh pembibitan kebun HD adalah sebagai berikut: Gambar C.2.j.1. Pemupukan di pre-nursery. Pemupukan dilakukan dengan melarutkan pupuk tersebut ke dalam 45 cc air. Untuk mempermudah dalam pelaksanaan, pelarutan pupuk dilakukan dalam jumlah yang besar sehingga cukup untuk jumlah bibit yang

banyak. Sebagai contoh apabila ingin melarutkan pupuk urea untuk 10,000 polibag, maka diperlukan 750 gram pupuk urea dan 450 liter air. Dengan demikian, tidak perlu menggunakan timbangan digital untuk menimbang berat pupuk yang akan di aplikasikan. Dalam pelaksanaan pemupukan, pekerja menggunakan takaran yang telah disediakan oleh perusahaan sehingga setiap polibag mendapatkan jumlah pupuk yang sama. Minggu ke- Jenis Pupuk Dosis/polibag Keterangan (gram) 4 Urea 0.075 5 NPK 15.15.6.4 0.15 6 NPK 15.15.6.4 0.15 7 NPK 15.15.6.4 0.1875 8 NPK 15.15.6.4 0.225 9 NPK 15.15.6.4 3.5 dibagi dalam 2 kali aplikasi 10 NPK 15.15.6.4 3.5 dibagi dalam 2 kali aplikasi 12 NPK 15.15.6.4 7 dibagi dalam 4 kali aplikasi Tabel C.2.j.1. Tabel pemupukan pada pre-nursery. k. Pengendalian Hama dan Penyakit Dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman, kebun HD lebih bertindak preventif, hal ini untuk mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit yang berat. Pencegahan dilakukan dengan menggunakan cara kemis, yaitu dengan menyemprot bibit setiap 2 minggu sekali. Walaupun begitu, pemeriksaan terhadap bibit dilakukan setiap hari untuk mengetahui ada atau tidak serangan hama dan penyakit. Penggunaan bahan insektisida ataupun fungisida sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh ARU. Namun saat ini dosis yang digunakan oleh pembibitan kebun HD adalah decis 2 cc/liter dan dithane 2 g/liter yang diaplikasikan secara bersamaan. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya sehingga bibit tersebut dalam sekali penyemprotan sekaligus mengaplikasikan insektisida dan fungisida sekaligus. Terkadang juga ditambahkan dengan Bayfolan (penghijau daun) dan Agristik (perekat). Dalam pelaksanaannya pekerja menggunakan knapsack sprayer yang mampu menampung air hingga 15 liter. Decis yang dibutuhkan untuk satu knapsack sprayer adalah 15 cc, sedangkan dithane yang dibutuhkan adalah 15 cc. Walaupun di areal pembibitan telah dikelilingi oleh parit dan tanggul dan pada pre-nursery telah dilengkapi dengan pagar kawat, namun pencegahan terhadap serangan hama mamalia seperti sapi harus tetap dilakukan. Hama sapi dapat dicegah dengan menggunakan tenaga jaga yang bertugas mengawasi sapi sehingga tidak masuk ke areal pembibitan. Hama ini datang terutama ketika musim hujan tiba. l. Seleksi Bibit di Pre-Nursery Kemungkinan nasihat terbaik yang dapat diberikan kepada pekerja yang bertanggung jawab terhadap seleksi bibit adalah aturan dasar bila ragu-ragu terhadap kondisi suatu bibit maka bibit tersebut diafkir saja. Seringkali bibit yang kondisinya meragukan namun masih tetap dipertahankan atau tetap ditanam adalah karena adanya pemikiran bahwa bibit tersebut dapat dipulihkan dalam waktu tidak lama dan membutuhkan sedikit perhatian. Pemikiran tersebut salah, seharusnya seleksi bibit didasarkan pada pertimbangan yang realistis dan mematuhi standar-standar seleksi yang telah ditetapkan. Akibat dari kesalahan pelaksanaan seleksi bibit adalah produksi dari buah sawit yang ditanam akan memberikan hasil yang jelek. Pembibitan kebun HD sangat menjaga kualitas bibit yang dihasilkan, sehingga diperlukan seleksi bibit yang ketat untuk mencegah keluarnya bibit yang bermutu rendah. Pelaksanaan seleksi bibit di pre-nursery dilakukan setiap satu bulan sekali. Hal ini juga dilakukan untuk mengurangi pengeluaran biaya perawatan yang tidak diperlukan. Seleksi ini dilakukan sampai bibit dipindahkan ke main-nursery. Bibit yang telah dinyatakan abnormal kemudian dipisahkan dan dimusnahkan dengan cara di cincang. Sedangkan kriteria bibit normal atau abnormal dapa ditentukan dengan melihat penampilan bibit, seperti: a) Bibit normal:

- Bentuk daun tumbuh sempurna dengan memiliki 3 sampai 4 helai daun, - Daun yang tumbuh terakhir harus lebih besar dari daun yang tumbuh terdahulu. Gambar C.2.l.1. Kiri: Kecambah normal; Kanan: Kecambah abnormal (twisted leaf) b) Bibit abnormal - Berdaun tegak lurus seperti lalang (Narrow Leaf or Grass Leaf), - Daun berkerut (Crincled Leaf), - Daun berpilin (Twisted Leaf), - Daun bersatu (Collante), - Helai daun bergulung (Rolled Leaf), - Bibit sakit (Diseased Seedlings), - Bibit kerdil (Runtseedling), - Bulai/Albino (Chimera). Abnormalitas bibit di pre-nursery yang paling sering terjadi adalah daun berpilin (twisted leaf). Hal ini disebabkan karena ketika dilakukan penanaman, posisi plumula dan radikula terbalik, sehingga tunas berkembang memutar dan menjadi berpilin. Untuk abnormalitas lainnya sangat jarang ditemui di pembibitian kebun HD. 3. Tahap Main-Nursery a. Persiapan Media Tanah Langkah-langkah dalam persiapan media tanah di main-nursery ini tidak berbeda dengan langkah-langkah yang dilakukan pada persiapan media tanah di pre-nursery. Tanah yang digunakan adalah tanah topsoil yang berada di divisi inti. Setelah itu, tanah di pindahkan ke areal pembibitan dengan menggunakan truk. Setiap truk mampu mengangkut 3-4 bucket excavator atau setara dengan 3-4 m3 tanah yang mencukupi kebutuhan untuk 80-100 polibag besar. Oleh karena itu, perlu diperhitungkan kembali kebutuhan tanah sesuai dengan rencana penanaman di main-nursery. Tanah yang telah dikumpulkan tadi kemudian di ayak untuk membersihkan tanah dari sampah-sampah organik maupun anorganik. Aplikasi pupuk RP baru dilaksanakan pada saat akan dilakukan pindah tanam. Gambar C.3.a.1. Kiri: Pembuatan ayakan; Kanan: Pengayakan tanah. Ayakan dibuat dengan menggunakan kawat berlubang dengan ukuran lubang 1.5 cm x 1.5 cm dengan panjang 1.5 m dan lebar 1 m. Untuk rangka ayakan dibuat dari kayu gelam sepanjang 2 m yang diberi penguat bambu. Ketika melakukan kegiatan tersebut, ayakan dimiringkan 60 sehingga mempercepat menurunnya tanah. Sebelum melakukan pengayakan tanah, harus dipastikan tanah tersebut kering. Hal ini disebabkan supaya pekerjaan menjadi lebih cepat dan mudah karena jika tanah dalam keadaan basah tanah tersebut menjadi sulit untuk di ayak, selain tanah menjadi lebih berat, ketika basah tanah menjadi menggumpal. b. Pengisian Polibag Polibag yang digunakan di main-nursery kebun HD adalah polibag yang berukuran 40 cm x 50 cm dengan ketebalan sekitar 0.22 mm. Polibag tersebut haruslah memiliki lubang pengeluaran air yang berguna untuk mencegah terjadinya genangan air di dalam polibag yang berdiameter 3 mm. Berbeda dengan polibag kecil yang dipesan 110% dari kebutuhan, polibag besar dipesan 100% dari kebutuhan sebenarnya. Setiap kg polibag besar terdapat 10-14 lembar polibag. Polibag yang digunakan adalah polibag yang memiliki kualitas baik dengan melihat ketahanannya terhadap panas, dingin ataupun robek. Terkadang terdapat polibag yang memiliki warna hampir transparan yang dikarenakan zat warna yang digunakan sedikit, namun hal ini tidak mempengaruhi kualitas polibag. Gambar C.3.b.1. Kiri: pengisian polibag; Kanan: Polibag terisi penuh. Polibag di isi penuh supaya tidak terjadi penurunan ketinggian tanah dalam polibag akibat tersiram air. Pengisian polibag untuk main-nursery dilakukan secara bersama-sama yang beranggotakan 3 orang. Orang pertama bertugas mencangkul, orang kedua bertugas membersihkan ayakan, dan orang ketiga bertugas mengisikan

tanah ke dalam polibag. Berat satu polibag besar berkisar antara 15 kg hingga 20 kg tergantung kepada jenis tanah dan kadar air tanah. c. Penyusunan Polibag Polibag yang telah terisi penuh kemudian di distribusikan (langsir) ke tempat penanaman yang telah direncanakan. Kegiatan langsir bibit ini dapat menggunakan angkong, dapat juga dengan cara dipanggul tergantung jarak yang ditempuh dan jumlah tenaga. Kegiatan langsir polibag besar ini langsung dilanjutkan dengan penyusunan (spacing) polibag. Pembibitan di kebun HD menggunakan jarak tanam polibag 90 cm x 90 cm x 90 cm, kegiatan spacing ini sama dengan kegiatan spacing ketika penanaman bibit di areal, hanya saja skalanya lebih kecil. Spacing dilakukan untuk membuat jarak tanam yang seragam, sehingga setiap bibit kelapa sawit mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh sinar matahari. Spacing polibag ini dilakukan dengan menggunakan kawat panjang yang telah diberi tanda berupa karet yang digulung. Terdapat dua macam kawat yang digunakan dalam kegiatan spacing ini. Pertama adalah kawat yang digunakan untuk posisi antar baris (90 cm) dengan panjang 11.7 m yang dapat memuat 13 titik spacing. Sedangkan yang kedua adalah untuk menentukan titik dalam baris polibag (78 cm) dengan panjang 10.14 m yang dapat memuat 13 titik spacing. Kegiatan spacing dimulai dengan memubuat kandangan, yaitu polibag pada posisi terpinggir dari suatu blok pembibitan tersebut. Gambar C.3.c.1. Kiri: Langsir bibit; Kanan: Spacing bibit. Perlu diperhatikan ketika kegiatan langsir polibag dilakukan. Ketika mengangkat polibag, yang diangkat adalah bagian dasar polibag, bukan pangkal polibag. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko polibag robek. Selain itu perlu diperhatikan juga ketika menurunkan polibag baik dari panggulan ataupun dari angkong, polibag tidak boleh dibanting untuk menghindari pecahnya polibag akibat tekanan yang berlebihan ketika polibag diturunkan. d. Pemasangan Instalasi Kirico Instalasi kirico dipasang segera setelah seluruh polibag telah selesai di spacing. Setiap satu gulung selang kirico memiliki panjang 100 m yang cukup untuk 1 baris blok. Selang kirico tersebut disambung ke pipa dengan cara mengikatnya dengan kawat. Harus dipastikan bahwa lubang yang ada pada selang tersebut berada di atas. Setelah semua selang dipasang, selang tersebut di uji coba dengan mengalirkan air dan melakukan kalibrasi tekanan dengan menggunakan Pressure Gauge. Gambar C.3.d.1. Pemasangan instalasi kirico. e. Pemindahan dan Penanaman Bibit Bibit kelapa sawit yang telah berumur 3 bulan di pre-nursery harus dipindah ke polibag besar (main-nursery). Pemindahan bibit dari pre-nursery ke main-nursery dilakukan berdasarkan tanggal tanam, varietas dan nomor male serta penempatan di lokasi main-nursery. Pindah tanam dilakukan dengan menggunakan angkong yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menampung maksimal 150 polibag kecil. Jumlah bibit yang dipindahkan harus dihitung untuk menghindari perbedaan catatan yang ada di kantor dengan jumlah di lapangan. Bibit yang telah dilangsir langsung didistribusikan ke setiap polibag besar dengan meletakkannya di samping polibag besar. Dengan demikian pekerja yang memiliki tugas menanam tidak lagi kesulitan untuk membawa bibit kecil ke tempat penanaman. f. Penanaman Bibit Sebelum dilakukan penanaman bibit kecil ke polibag besar, terlebih dahulu tanah yang ada di polibag dibor dengan menggunakan alat khusus yang telah disediakan. Tanah di bor dengan kedalaman sekitar 20 cm, sesuai dengan tinggi polibag kecil sehingga ketika penanaman tidak ada bagian tanaman yang menyembul keluar. Cara mengebornya adalah dengan menekan bor tersebut kedalam tanah, kemudian diputar hingga 90 dan kemudian diangkat dan bor tersebut diayunkan di sela-sela antar polibag. Untuk mempermudah dalam pengeboran, sebelum dilakukan pekerjaan ini sebaiknya tanah disiram terlebih dahulu sekitar 15 menit, baru kemudian di bor. Hal ini dikarenakan jika tanah kering cenderung keras dan mempersulit masuknya bor ke dalam tanah, begitu juga sebaliknya. Bor yang digunakan di pembibitan kebun HD terbuat dari pipa PVC 4 dengan ujung pipa

diruncingkan dan pangkalnya diberi pegangan yang terbuat dari kayu. Panjang bor sekitar 60 cm dengan pegangan berada 10 cm dibawah pangkal bor yang terbuat dari kayu gelam. Gambar C.3.f.1. Kiri: Bor pembuat lubang tanam; Kanan: Pembuatan lubang tanam. Polibag besar yang telah dibor kemudian biberi pupuk RP untuk meningkatkan kadar P di dalam tanah. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian persiapan media tanah bahwa aplikasi pupuk RP ketika tanah masih dalam bentuk gundukan sangat sulit sehingga lebih mudah apabila diaplikasikan ketika tanah telah di isikan ke polibag besar. Selain itu, apabila pupuk dicampur bersama dengan tanah yang belum di bor, ketika pengeboran secara langsung maupun tidak langsung akan ada pupuk RP yang terbuang bersama tanah yang terbawa bor tersebut. Dosis yang digunakan untuk setiap polibag adalah 30 gram yang aplikasinya menggunakan takaran yang telah disediakan oleh perusahaan. Pupuk RP tersebut ditaburkan tepat didalam lubang hasil pengeboran sebelumnya. Gambar C.3.f.2. Penanaman bibit main-nursery. Polibag yang telah di bor dan di beri pupuk RP siap untuk ditanami. Polibag kecil yang telah berada di samping polibag besar kemudian di angkat untuk dipindah tanam. Polibag kecil berisi bibit pre-nursery di angkat, kemudian dimiringkan dan dipukul-pukul sehingga tanah memadat dan mudah untuk dikeluarkan dari polibag kecil. Bibit kecil tadi kemudian di masukkan ke dalam lubang yang telah diberi pupuk, dan di tekan sedikit sehingga permukaan tanah menjadi rata. Harus dipastikan bahwa posisi bibit tersebut tegak lurus. Apabila kegiatan penanaman telah selesai dilakukan, sisa polibag kecil dikumpulkan dan dipilah-pilah antara polibag kecil yang masih dapat digunakan dan polibag kecil yang tidak dapat lagi digunakan. Polibag yang telah dipisahkan tadi kemudian dimasukkan ke karung. Untuk polibag yang masih dapat digunakan di simpan di dalam gudang, sedangkan untuk polibag yang tidak dapat lagi digunakan di letakkan di samping gudang. g. Aplikasi Mulsa Sekitar 2 minggu setelah penanaman di polibag besar, bibit kelapa sawit tersebut diberi mulsa. Hal ini bertujuan untuk mengurangi biaya perawatan dan efisiensi kerja. Dengan diberikannya mulsa pada bibit kelapa sawit tersebut maka pertumbuhan gulma dapat ditekan sehingga kegiatan merumput dapat dikurangi dan persaingan antar tanaman juga menurun. Selain itu, mulsa juga bermanfaat untuk mengurangi penguapan air tanah sehingga tanah tidak mudah kering. Mulsa dapat berasal dari serat (fiber) ataupun cangkang kelapa sawit. Tetapi belakangan ini penggunaan mulsa cangakang sangat jarang dilakukan, selain harganya mahal, cangkang juga digunakan sebagai bahan bakar di PKS sehingga jumlahnya sangat terbatas. Yang perlu di ingat adalah fiber yang baru dating dari PKS haruslah dibiarkan selama minimal 2 minggu, karena fiber yang baru dating tersebut masih panas sehingga apabila dipaksakan untuk langsung diaplikasikan dikhawatirkan akan membuat bibit tersebut gosong karena kepanasan. Cara aplikasi mulsa ini adalah dengan membawa mulsa dalam karung kemudian dibawa ke polibag besar yang akan di beri mulsa. Setelah itu mulsa tersebut disebar merata di atas tanah hingga mulsa menutup seluruh permukaan tanah. Gambar C.3.g.1. Kiri: Polibag yang telah diberi mulsa; Kanan: Rumput di sela-sela mulsa. h. Penyiraman Salah satu kebutuhan utama bibit kelapa sawit adalah air, sehingga sebisa mungkin tanah yang berada dalam polibag dalam keadaan lembab atau basah. Penyiraman bertujuan memberikan seluruh bibit untuk memperoleh kelembaban yang cukup dan menghindari bibit kurang air. Kebutuhan air setiap polibag 2 liter per hari. Bibit disiram dua kali sehari (pagi dan sore), jika curah hujan lebih dari 8 mm, penyiraman cukup dilakukan satu kali. Jika curah hujan lebih dari 18 mm maka tidak perlu dilakukan penyiraman. Namun untuk mencapai tingkat efisiensi maksimum, pelaksanaan penyiraman dilakukan hanya 1 kali sehari walaupun hari sebelumnya tidak turun hujan. selain itu, keputusan dilakukan kegiatan penyiraman atau tidak juga ditentukan oleh operator siram dengan mengandalkan pengalaman yang dimiliki. Apabila dirasa tanah masih lembab, maka penyiraman ditunda pada hari berikutnya. Apalagi pada bibit main-nursery yang telah berumur lebih dari 9 bulan, penyiraman tidak lagi menjadi suatu kegiatan yang harus dilakukan. Hal ini dikarenakan pada bibit yang berumur 9 bulan ke atas, akar bibit telah menembus polibag dan sumber air serta unsur hara tidak lagi terfokus pada kandungan yang ada

di polibag. Penyiraman dapat dilakukan 2 atau 3 harus sekali. Yang terpenting adalah bibit main-nursery yang berumur < 9 bulan tidak boleh kekeringan karena bibit berumur 10 bulan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1997. Studi Tentang Perkebunan dan Pemasukan Minyak Kelapa Sawit Indonesia. International Contect Bussines System, Jakarta. ______. 2003. Pedoman Teknis Pembibitan Kelapa Sawit. Makin Group. (tidak dipublikasikan). ______. 2006. Plantation Location. http://www.sampoernaagro.com/plantation location.html. Diakses 10 Oktober 2008. Corley, R. H. V. 1976. Oil Palm Research, The Genus Elaies. Elsevier, Amsterdam. Fauzi, Y, YE. Widiastuti, I. Setyawibawa dan R. Hartono. 2002. Kelapa Sawit, Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis dan Pemasaran, Penebar Swadaya. Jakarta. Hartoyo. 2009. Pengenalan Perkebunan Kelapa Sawit. Presentasi Asisten Training 2009 PT Sampoerna Agro, Tbk. Ogan Komering Ilir. (tidak dipublikasikan) Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, Pematangsiantar. Mangoensoekarjo, S. dan A.T. Tojib. 2003. Manajemen Budidaya Kelapa Sawit (dalam : Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit, Penyunting : S. Mangoensoekarjo dan H. Semangun). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Murfiah, S. 2009. Pembibitan Kelapa Sawit. Presentasi Asisten Training 2009 PT Sampoerna Agro, Tbk. Ogan Komering Ilir. (tidak dipublikasikan) Purba, A. R., D. Asmono, E. Supriyanto, Y. Yenni, Sujadi, dan N. Supena. 2006. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Pemuliaan Tanaman. http://www.iopri.org/ index.php?option=com_content&task=section&id =8&Itemid=31&lang=id. Diakses tanggal 1 September 2008. Setyawibawa, I. dan Y.E. Widyastuti. 1998. Kelapa Sawit : Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta. Siregar, K. dan P. Purba. 1992. Pupuk tunggal sebagai pengganti pupuk majemuk dan pengurangan frekuensi aplikasi pada pembibitan klon kelapa sawit. Buletin Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. 12(1):25-34. Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

http://puputwawan.wordpress.com/2011/06/25/budidaya-kelapa-sawit-pembibitan-kelapa-sawit/

BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT PROSPEK YANG CERAH DI KETAPANG KALIMANTAN BARAT
26OKT
I. BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT Didalam budidaya tanaman kelapa sawit, kegiatannya meliputi pembukaan lahan/ kebun atau Land Clearing(LC), teknik pembibitan dan pemeliharaannya, kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit di TBM (tanaman belum menghasilkan) dan TM (tanaman menghasilkan) hingga pemanenan TBS (tandan buah sawit.

1.1 Pembukaan Kebun Baru Untuk pembukaan perkebunan baru ada beberapa usaha yang harus dilakukan mulai dari bagaimana cara perolehan lahan, perencanan tata ruang sampai dengan pembukaan lahan secara fisik. 1.2 Perolehan Lahan Proses perolehan lahan baru dan pengembangannya ditetapkan oleh Manajemen sebagai langkah ekspansifperusahaan menuju terwujudnya luasan area yang ditetapkan. Didalan pelaksanannnya pihak Manajemen mendapatkan usulan/masukan dari public affair departemen (PAD) atau sebaliknya. Adapun Tahapan-tahapan dalam perolehan antara lain: A. Perizinan Area Baru Public affair departemen (PAD) bertugas untuk menyelesaikan proses perizinan area baru yang dimulai dari tahap proses perolehan area sampai perolehan hak guna usaha (HGU). Apabila dijumpai okupasi atau permasalahan dalam area yang akan diurus perizinannya maka pimpinan Proyek/ manajemen Kebun diwajibkan membantu PAD untuk menyelesaikan permasalahan tersebut sampai tuntas. B. Penilaian Kelayakan Lahan Setelah mendapatkan izin untuk pembukaan lahan maka selanjutnya adalah penilaian kelayakan lahan atau survey pendahuluan (desk study) yang dilakukan oleh Riset dan GIS (geografic information system) untuk mendapatkan informasi yang mencakup: Kelayakan area baru untuk dilakukan penanaman Kelapa Sawit Alternatif jalan masuk ( Acces Road) menuju area baru Sumber air yang cukup untuk rencana pembibitan, Emplasemen/Pondok dan pabrik Potensi masalah sosial Apabila dari hasil survey pendahuluan menunjukan prospek bisnis yang menguntungkan, menejemen akan menugaskan Riset dan GIS (geografic information system) untuk melakukan survey lanjutan tentang kelayakan area yang mencakup: Teknis, ekonomi, pemasaran, sosial dan lingkungan. Dan beberapa informasi yanag lebih mendetail, mencakup: Luas area berdasarkan kelas tanah. Luas kerangka berdasarkan tahapan penanaman disertai tanda batas dilapangan.

Kondisi dan taksiran luas hutan primer, skunder, semak belukar, dan lalang. Jaringan outlet beserta ukurannya untuk area rendahan dan gambut. Lokasi Sunber material pada area baru. Lokasi prasarana (rencana: dermaga, bulking, Gudang sentral. dll)

Hasil survey semi detail manajemen menetapkan rencana penyelesaian dan jangka waktu pembangunan kebun baru, dengan menugaskan departeman agronomi dibantu tim yang terdiri dari finance, dan engineering untuk menyusun rencana kerja proyek (RKP) dan master plan kebun dan pabrik. Rencana Kerja Proyek (RKP) merupakan rencana detail yang berisi informasi. 1 2 3 4 5 Jangka waktu pembangunan kebun Tahapan tahapan pembukaan kebun Kebutuhan SDM Keuangan Alat berat dan kendaraan

Sedangkan, Penyusunan Master Plan kebun, disusun berdasarkan hasil survey lahan yang mencakup informasi : 1 2 3 4 5 6 7 8 Batas kebun dan batas wilayah kebun Kondisi lahan : darat, rawa, bukit dan sungai ( termasuk renca outlet) Jaringan jalan, untuk penghubung keluar masuk lokasi dermaga Penentuan Main Road (jalan utama) dan Collection Road (jalan koleksi) Rencana pembagian blok dan luas blok Lokasi bibitan Rencana Lokasi pemukiman karyawan dan bangunan lain Rencana lokasi pabrik dan perkantoran

9 10

Lokasi sumber material penimbun dan pengeras jalan Lokasi hutan konservasi / penyangga

1.3 Perencanaan lokasi Sarana Penunjang Untuk kelancaran dalam pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit maka harus segera dibangun beberapa sarana penunjang antara lain: lokasi kantor, bibitan, lokasi jalan masuk, lokasi pabrik dan lokasiemplasemen. Untuk menentukan lokasi kantor dan tempat tinggal pengurus. Pimpinan proyek / manajer kebun segera mengidentifikasi lokasi yang sesuai untuk bangunan kantor dan tempat tinggal sementara. Lokasi yang sudah ditetapkan tersebt diupayakan akan menjadi tempat pembangunan kantor permanen, Gudang dan Emplasemenkebun memasuki masa stabil. Penetapan lokasi harus mendapat persetujuan dari KAWIL (kepala wiayah) dan GM (general manager) Plantation. Setelah penentuan lokasi untuk perkantoran, Pimpinan proyek manajer kebun pjuga mengidentifikasi area yang akan digunakan untuk pembibitan dengan mempertimbangkan persyaratan lokasi bibitan yang ideal. Setelah lokasi bibitan disetujui oleh KAWIL ( kepala wilayah) dan GM (general manager) Plantation, pimpinan proyek / Manager kebun segera menyusun Rencana Kerja dan Anggaran untuk pelaksanaan oprasional pekerja bibitan. Menentukan lokasi jalan masuk dengan mempertimbangkna hasil survey semi detail. Dalam hal ini Pimpinan proyek / manajer kebun bersama-sama dengan Lahan untuk jalan masuk harus dibebaskan dari kepemilikan masyarakat minimal 50 meter dari kiri kanan jalan. Guna menjaga keamanan dari berbagai gangguan maka perlu dibuat parit 2 x 2 x 1,5 m sebagai pembatas sepanjang sisi kiri dan kanan jalan. Kemudian untuk selanjutnya penentuan lokasi pabrik kelapa sawit (PKS) dan Emplasemen, Pimpinan Proyek / Manager kebun, GIS, dan Enginering malakukan survey untuk menentukan kelayakan tata letak rencana pembangunan PKS serta Emplasemen pada tempat yang ditunjuk. Berdasarkan hasil survey tersebut, managemen memutuskan lokasi terbaik yang akan dibangun. Untuk menghindari kesalahan penanaman pada lokasi yang di rencanakan akan di bangun PKS maupun Emplasemen maka harus segera dibuat tanda di lapangan dengan pemasangan papan nama sekaligus patok batas lokasinya. Pimpinan Proyek/Manajer kebun segera menginformasikan kepada Asisten Pengembangan untuk menghindari penanaman pada lokasi yang sudah dicadangkan tersebut. 1.4 Pembukaan Lahan lokasi

Pembukaan lahan adalah merupakan kelanjutan tahapan setelah mendapat izin hak guna usaha (HGU) dan telah dilakukan uji kelayakan lahan. Adapun Tahapan tahapan dalam pembukaan lahan antara lain: Survey Lahan dan evaluasi lahan Kegiatan survey lahan dan evaluasi lahan dilakukan oleh para ahli PMNP, kegiatan ini bertujuan mengetahui layak atau tidak dan sesuai atau tidak lahan tersebut dinyatakan untuk dijadikan lahan untuk tanaman BudidayaTanaman Kelapa Sawit. Rintis-Bloking Kegiatan rintis bloking bertujuan untuk menentukan tata batas / kerangka kebun, menentukan desain blok yang akan dikerjakan dan menentukan tata batas jalan utama ataupun jalan koleksi. Pembuatan rintis bloking dan jalan di areal datar, didasarkan pada peta rencana blok, kemudian dilakukan kegiatan rintis jalan Main Road dan Collection Road, penentuan arah jalan mempertimbangkan bentangan luasan kebun dengan menggunakan kompas / Theodolite. Jarak titik pancang antar jalan utama (MR) adalah 1.009 m dan antar jalan koleksi (CR) 307 m, dengan lebar blok 300 m dan panajang blok 1.000 m. Sedangkkan untuk areal berbukit dilikaukan imas tumbang terlebih dahulu sebelum rintis-bloking maupun pembuatan jalan. Untuk luasan blok pada areal berbukit tidak meski 30 ha tetapi dapat disesuaikan dengan kondisi jaln kontur. Pancang Rintis Penentuan jarak titik pancang antar jalan utama (MR) adalah 1009 M, dan antar jalan koleksi (CR) 309 M, dengan lebar blok 300 M, dan panjang blok 1000 M, dengan lebar MR 9 M dan CR 7 M. sedangkan jarak antar MR disesuaikan dengan kelipatan jarak tanaman. Imas Imas merupakan kegiatan memotong anak kayu dan tanaman yang merambat berdiameter kurang dari 10 cm dengan menggunakan parang dan kapak. Tujuan imas ialah untuk mempermudah penumbangan pohon dan pelaksaan perun mekanis, diusahakan serendah mungkin dengan permukaan tanah.

Tumbang Penumbangan pohon dengan menggunakan gergaji mesin / cheinsaw dilakukan setelah di imas. Penumbangan dilahan gambut dilakukan setelah minimal 6 bulan selesai pembuatan parit outlet dan parit utama. Ketentuan dalam penumbangan kayu:

Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang diareal jalur air dan jalan Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbangkan sampai dilakukan perun mekanis.

Perun Mekanis Perun mekanis dengan menggunakan alat berat buldozer atau excavator. Perun mekanis merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar dengan baris tanaman mengarah timur dan barat. Lebar rumpukan untuk areal mineral 2 M dengan jarak antar rumpukan 32 M sedangkan pada areal gambut 4M dengan jarak antar rumpukan 16M. Posisi Buldozer berada pad gawangan hidup dan kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu-kayu diatur pada gawangan mati sejauh 2,5 m dari radius pohon sawit. Pancang Jalur Rumpukan (pancang staking) Pancang rumpukan dipasang pada jalur utama rumpukan dan berada di gawangan mati. Tinggi pancang 4M dan diberi bendera warna merah atau putih agar mudah dilihat oleh operator excavator atau buldozer. Setiap jarak 50 m diberi pancang pembantu sehingga ada 6-8 pancang dalam satu jaluran. 1.5 Pembuatan Prasarana Jalan Jalan merupakan urat nadi perkebunan karena fungsi jalan sangat vital, Yakni: sebagai penghubung dari dan keluar kebun/ pabrik, jalur transaportasi TBS, jalur trasportasi pemupukan, karyawan, material bangunan serta sebagai pembatas blok. Putusnya jalan akan menghambat semua aktivitas sehingga dapat mengganggu. Jenis -jenis Jalan: 1. Main Road (MR) dibangun dari timur kebarat dengan jarak antar jalan utama 1000M dan lebar badan jalan 9 m. Untuk areal gambut atau rawa jalan dibuat dengan sistem tanggulan dan pembuatan parit pada salah satu sisi badan jalan. Ukuran parit lebar atas 4 m, bawah 3 m, dalam 4 m.

2. Collection Road (CR) dibangun searah utara selatan, jarak antar koleksi 300 m dan lebar badan jalan 7 m. 3. Jalan kontur, jalan yang dibangun padaareal berbukit, dibuat dengn memotong jalur kontur dngn lebar 5-7 m. 1.6 Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan kelapa sawit merupakan kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit secara generatif. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain genetic tanaman (innate), perlakuan (induce)dan factor lingkungan atau kondisi alam (enforce). Faktor innate adalah factor yang terkait dengan genetic tanaman yang bersifat mutlak dan sudah ada sejak terbentuknya embrio dalam biji. Untuk jaminan yang dikeluarkan oleh institusi resmi salah satunya adapun jenis bibit yang digunakan di BGA yaitu mengelola factor innate ini yaitu dengan memilih jenis kecambah dan membeli yang mendapat seperti PT. Socfindo, PT. Socfindo dan Lonsum

yang keduanya merupakan hasil persilangan bibit Dura dan Pisifera. Faktor induce adalah factor yang mengimbas (mempengaruhi) ekspresi sifat genetic sebagai manifestasifactor lingkungan yang terkait dengan perlakuan manusia. Faktor induce ini berperan mulai dari bibitan sampai pemeliharaan dilapangan, seperti pemupukan. Faktor enforce adalah factor lingkungan (alam) yang bersifat merangsang atau menghambat pertumbuhan produksi tanaman, seperti iklim, temperatur, curah hujan, keadaan tanah dll. Kualitas bibit merupakan faktor penting untuk mendapatkan minyak kelapa sawit (mks) yang tinggi dan diharapkan bibit tersebut sudah mulai panen pada umur 30 bulan. Untuk Kualitas bibit dilapangan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu : 1 2 3 4 Potensi genetik dan asal usul persilangannya Kultur teknis dalam penanaman dan pemeliharaan bibit Seleksi bibit Umur bibit saat ditanam kelapangan

Pemilihan sumber kecambah merupakan faktor terpenting karena setelah ditanam kelapangan maka selama 25 sampai 30 tahun kedepan potensi produksi tidak dapat diperbaiki.

1.6.1 Penentuan Lokasi Bibitan Penentuan lokasi bibitan akan menentukan sistem pembibitan yang digunakan oleh perusahaan dengan melihat untung dan rugi terkait biaya yang harus dikeluarkan selama masa bibitan. Adapun faktor faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi bibitan yaitu : 1 2 3 4 Lokasi harus datar dan lapang Tersedia air yang cukup minimal 40.000 liter/Ha per hari. Aman dari gangguan hama penyakit Dekat dengan Emplasmen sehingga pengawasan lebih intensif

1.6.2 Persiapan Lahan Bibitan Lahan bibitan harus sudah dalam kondisi bersih lengkap dengan instalasi air dan jaringan jalan. Tahapan persiapan lahan bibitan: 1 2 3 4 5 Memilih lokasi potensial. Membuat jalan tetap menuju bibitan. Membersihkan areal penyemaian PN (pre nursery) dan MN (main nursery) Membuat drainase dengan baik sehingga air hujan tidak tergenang. Membuat irigasi

secara mekanis.

1.6.3 Sistem Irigasi/ Pengairan Tujuan penerapan sistem irigasi yang tepat adalah untuk menjamin bahwa masing masing bibit memperoleh air yang cukup setiap hari untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal.

Adapun sistem penyiraman yang digunakan di BGA yaitu sistem pengairan berkabut atau Mist Irrigation. Air yang digunakan harus bersih dan baik dengan Ph minimum 4. Pembuatan sarana irigasi harus sudah selesai sebelum dimulainya kegiatan pembibitan baik di Pre Nursery maupun Main Nursery. Ada beberapa macam sistem irigasi yang biasa digunakan dalam pembibitan kelapa sawit, diantaranya : 1 2 3 Sistim irigasi manual Sistim irigasi semi manual Sistem irigasi tabung dengan selang plastik berlubang (kirico) yang

bertekanan. Sistem irigasi yang digunakan di perusahaan BGA yaitu sistm irigasi tabung dengan menggunakan selang plastik (kirico). Sistem kirico ini banyak memiliki kelebihan dan mudah dalam pengaplikasiannya, sehingga selain biaya yang murah juga efektif terhadap sistem penyiraman bibit karna jumlah air yang keluar merata. Bagian bagian instalasi pada irigasi tabung terdiri dari mesin pompa, waduk sumber air, bagian pemancar yang dilengkapi dengan keran, selang plastik berlubang (kirico) dan sambungan sambungan pipa keran. Pipa yang digunakan dalam sistem irigasi adalah pipa PVC 6, 4 dan 2 serta selang kirico. Jenis mesin 20 hp @1,250 RPM.

1.6.4 Macam-macam tahapan Pembibitan Ada dua macam cara yang umum dilakukan dalam tahap bibitan yaitu cara langsung atau satu tahap (single stage) dan cara tidak langsung atau dua tahap (double stage) a). Pembibitan satu tahap Pada perkebunana yang sudah mapan ( established ) atau yang mempunyai topografi area datar cukup luas, dapat digunakan pembibitan satu tahap (single stage). Pada pembibitan ini kecambah langsung ditanam dalam largebag di main nursery yang sudah dilakukan penjarangan (spacing) dengan jarak tanam 70cm segitiga sama sisi (dalam 1 ha bisa menampung 17.000 sd 20.000 bibit). Sebelum dilakukan penanaman kecambah maka instalasi air harus sudah terpasang pada seluruh areal pembibitan yang sudah direncanakan. b). Pembibitan Dua Tahap

1). Pre Nursery Tujuan pre nursery adalah memberi waktu lebih longgar untuk membuat persiapan area bibitan dan mempersempit tempat pemeliharaan bibit selama 3 bulan pertama atau setelah bibit memiliki 4-5 helai daun.Pre Nursery juga bertujuan untuk mengoptimalkan dalam pemeliharaan. 2). Main Nursery Transplanting ke Main Nursery dilakukan pada bibit yang berumur 3 4 bulan atau setelah bibit memiliki 4 5 helai daun. Tata cara pelaksanaan transplanting dari pre nursery ke main nursery sebagai berikut : 1. Pastikan Largebag sudah tersusun benar dengan posisi tegak dan telah diisi tanah. 2. Satu hari sebelum transplanting dilakukan penyiraman guna memudahkan pembuatan lubang tanam 3. Buat lubang ditengah largebag dengan menggunakan alat pelubang dengan kedalaman lubang disesuaikan dengan tinggi bibit (potrey) 4. Siram bibit di PN (pre nursery) sebelum dipindahkan 5. Angkat bibit PN (prenursery) hati-hati dan disusun keatas masing-masing kotak kayu sebagai tempat pengangkutan dari lokasi PN ke MN menggunakan mobil atau jonder. 6. Bibit ditanam ke largebag dan padatkan tanahnya 7. Lakukan penyiraman secukupnya segera sesudah transplanting Untuk pembibitan tahap awal PN (prenursery) di BGA tidak menggunakan babybag tetapi menggunakan potraykhusus berlogo BGA, ukurannya tinggi 10cm, diameter 5cm, berbentuk kerucut. System bibitan dengan mengguankan potray ini memiliki kelebihan diantaranya menghemat tempat atau lokasi bibitan, mudah dalam proses perawatan, Pada saat transplanting atau pemindahan bibit dari PN ke MN dibarengi dengan pemberian pupuk guano dan agroblen sebagai pupuk dasar yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar. Dosis untuk pupuk guano ialah 15gr/pokok, sedangkan pupuk agroblen 50gr/pokok. 1.6.5 Kerapatan Tanam Terdapat perbedaan Kerapatan tanam antara area datar dengan area berbukit, hal tersebut terkait dengan teknik penanaman dan pertimbangan saat panen. Penentuan kerapatan tanaman pada area datar sangat dipengaruhi oleh jenis bibit yang akan ditanam. Untuk jenis bibt yang memiliki diameter daun cukup lebar (contoh ; Marihat) maka jarak tanam harus lebih dijarangkan agar pelepah daun tidak saling menutupi (bisa terjadi kompetensi sinar matahari), sedangkan untuk bibit

yang memiliki diameter daun yang lebih sempit (contoh: PPKS Dumpy, Socpindo) maka dapat ditanam lebih rapat. Tabel 1.1 Kerapatan Tanam. Kerapatan tanam (pohon/Ha) 128 Jarrak tanam anatara pohon (segitiga sama sisi) 9.5 m

Jarak tegak lurus antar bar 8.23 m

130

9.4 m

8.14 m

136

9.2 m

7.97 m

148

8.8 m

7.62 m

160

8.5 m

7.36 m

Sumber : Pedoman Teknis Kelapa Sawit 1.6.6 Kegiatan Perawatan Bibitan Kegiatan yang dilakukan di Pre Nursery (PN) antara lain pengairan atau penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, konsolidasi bibit, pengendalian hama dan penyakit (PHPT) dan seleksi bibit. Penyiraman di Pre Nursery (PN) dilakukan 2x dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari, kecuali bila hujan dengan curahan 8 mm maka penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan. Kebutuhan air untuk setiap bibit adalah 0,2 0,3 Liter/potre per hari. Pengendalian gulma dilakukan 2 minggu sekali atau bisa kurang dari seminggu sesuai kebutuhan, dilakukan dengan cara manual dan tidak dianjurkan menggunakan herbisida. 1.6.7. Transplanting Bibit Kegiatan transplanting yaitu kegiatan pemindahan bibit dari pembibitan awal ke pembibitan utama. Adapun kegiatan kegiatannya antara lain : 1 Persiapan lokasi bibitan utama, yaitu instalasi irigasi

2 3 4

Pengisisan media tanam berupa tanah mineral ke dalam largebag Penyusunan largebag Pembuatan lubang tanah.

1.6.8 Kegiatan di Main Nursery a). Penyiraman Penyiraman memerlukan 2 3 liter air per hari dengan sistem mist irigation : sumisamsui / kirico. Kebutuhan air ini dapat dipenuhi dengan penyiraman selama 60 menit. Penyiraman dilakukan 2x dalam sehari, pagi dan sore. b). Pemberian Mulsa Mulsa diberikan segera setelah penanaman, mulsa yang dipakai di perusahaan BGA adalah daun lalang kering yang dipotong potong. c). Pemupukan Pengaplikasian pupuk dilakukan 1 minggu setelah transplanting dan disebar merata pada permukaan polybag. d). Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan secara manual (weding) dan dengan cara herbisida kontak, bahan aktif parakuat untuk pengendalian gulma diluar polybag, rotasinya 1 bulan 1x dengan menggunakan alat semprot. Untuk efektifitas penyemprotan agar tidak terkena bibit biasanya menggunak sunggup bulat yang dipasang pada ujung semprot. e). Pengendalian Hama Hama yang biasa terjadi pada bibit adalah gejala kulvlaria dengan ciri bercak spot spot coklat. Cara penaggulangannya adalah dengan memperbaiki sitem pengairan, pemupukan dan media tanah. Pengendalian dengan cara aplikasi sistemik dan non mistemik. Apabila gejala makin parah bibit harus di isolasi dan diberikan perlakuan pestisida. f). Konsolidasi Bibit

Yaitu kegiatan menegakkan bibit atau polybag yang condong serta meratakan tanah dan memadatkan. Konsolidasi bertujuan agar bibit dapat tumbuh dengan baik dan sempurna. 1.7 Penanaman Kelapa Sawit 1.7.1 Pancang Tanam Pancang titik tanam dilakukan sesudah dibuat jalan utama dan jalan koleksi agar barisan tanaman dapat rapi. Pembuatan pancang tanam diawali dengan pemasangan pancang kepala menggunakan kompas / GPS. Jarak pancang tanam disesuaikan dengan kerapatan tanam, kondisi lahan dan jenis bibit. 1.7.2 Lubang Tanam Pembuatan lubang tanam ukuran 60 x 60 x 40 cm disiapkan sebelum penanaman dilakukan. Tanah galian dipisahkan antara topsoil dan subsoil. 1.7.3 Lansir Bibit Lansir bibit adalah pengeceran bibit yang sudah siap tanam dari bibitan utama dan diecerkan kelokasi tanam dijalur CR sesuai dengan jumlah tanam menggunakan zonder. 1,7.4 Penanaman Sebelum bibit ditanam kelapangan lubang tanam diberikan pupuk guano sebanyak 35ogr dan pupuk RP 500gr diberikan secara bersamaan. Kemudian, polybag disobek dan bibit dimasukkan kedalam lobang tanam dengan posisi tegak, tanah yang bekas galian ditimbunkan kembali. 1.7.5 Konsolidasi Adalah tindakan rehabilitasi terhadap tanaman yang baru ditanam. Persiapan dan penanaman kelapa sawit diperkebunan pada umumnya dilaksanakan dengan cukup baik, walaupun demikian karena penenman biasanya dalam skala luas maka masih selalu terjadi penanaman yang tidak sesuai denagn syarat syarat kultur teknis. Kesalahan tanam yang disebabkan oleh penanaman yang terburu-buru atau karena kurangnya pengawasan dari mandor tanam, yang mengakibatkan kerusakan pada Kelapa Sawit, maupun kelambatan atau kelainan pertumbuhan. Oleh karena itu untuk untuk memperbaiki kesalahn tersebut perlu dilakukan konsolidasi. Kegiatan konsolidasi harus sudah selesai 2 bulan setelah penanaman, biasanyan tanaman yang doyong atau roboh maka harus ditegakkan atau dipadatkan bagian tanahnya. 1.8 Kegiatan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 1.8.1 Penomoran Blok Penomoran blok dilakukan setelah penanaman, penomoran blok menggunakan kayu blok yang berukuran 10 x 30 cm, tinggi 1 meter. Nomor blok tersebut dipasang pada

4 titik antara persingpangan CR dan MR. Penomoran blok ini harus sudah selesai setelah penanaman. 1.8.2 Pembuatan Piringan dan Pasar Rintis Tujuan pembuiatan piringan, pasar rintis dan perawatan gawangan adalah : 1. Mengurangi kopetisi gulma terhadap tanaman dalam penyerapan hara, air dan sinar matahari 2. Mempermudah pekerja untuk melakukan pekerjaan selama periode TBM 3. Mempermudah pengawasan dilapangan 4. Efektivitas pemupukan 1.8.3 Sensus Pokok Kerapatan tanaman yang ideal harus sudah dicapai pada bulan ke dua belas setelah penanaman, guna memastikan kerapatan yang ideal maka perlu dilakukan kerapatan tanam. Ada dua kategori sensus, yakni sensus pokok mati ( pada TBM 1) dan sensus produktif ( pada TBM 2 dan 3). a). Sensus TBM 1 Pada TBM 1 bertujuan untuk mengetahui tanaman yang mati, titik kosong pohon yang diserang hama maupun abnormal. Sensus tanaman dilakukan sebanyak 3x, pada umur 2 bulan setelah tanam, pada umur 6 bulan dan umur 10 bulan. b). Sensus TBM 2 dan 3 ( Tanaman Non produktif) Sensus ini bertujuan untuk mengetahui tanaman yang tidak produktif, dimulai pada saat kastrasi pada bulan ke 14 dan 18. 1.8.4 Pemeliharaan Jalan Kegiatan yang diklakukan dalam pemeliharaan jalan a.l: 1 2 3 Perataan Jalan Memperbaiki saluran air ditepi jalan Pengerasan jalan Penimbunan.

1.8.5 Pengendalian Gulma

Gulma merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami dengan menjadi pesaing bagi tananaman kerena dapat mengganggu dan merugikan pertumbuhan serta produksi dpat terhambat. Oleh kaerna itu gulma yang ada di lokasi gawangan, pasar pikul, piringan harus dibersihkan. Gulma terdiri dari berbagai macam kelompok, yaitu gulma berdaun pita (grasses), gulma berdaun lebar(Broadleaves), Gulma berkayu ( Brush weede), gulma pakisan ( Ferns). Ada beberapa cara yang biasa digunakan dalam penanggulangan gulma antara lain: 1 2 3 Memusnahkan gulma berbahaya Mengembangkan/ melestarikan tanaman berguna / inang secara terkendali Menerapkan konsep pengelolaan gulma terpadu dengan memberdayakan

seluruh komponan pengendalian yang meliputi: kulur teknis, tindakan frepentif, Biologis, mekanis, kimiawi. Standar dan tindakan pengendalian gulma pada TBM di BGA Group Kendawangan dimulai tanaman baru sampai dimulai tanaman baru sampai tanaman menghasilkan dilakukan dengan 3 cara, yaitu secara prevensif, secara mekanis dan kimia. a. Pengendalian secara preventif dan kultur teknis

Cara penanggulangan gulma dengan cara preventif yaitu dengan penanaman kacangan sebagai penutup tanah yang dapat menekan pertumbuhan gulma. b. Secara mekanis

Pengendalian gulma dengan mekanis menggunakan parang, sabit, cangkul dan kait. Gulma langsung ditebas dimulai dari pangkal batang hingga daun terluar pokok kelapa sawit. Untuk gulma berkayu, didongkel menggunakan cangkul. 1). Secara kimia Salah satu cara penanggulangn gulma dengna cara kimia adalah dengan menggunakan herbisida. Jenis herbisida yang digunakan untuk tanaman berumur >12 bulan menggunakn herbisida kontak, sedangkan untuk tanaman berumur 12

bulan yaitu herbisida sistemic. Untuk pembersihan jalan rintis dan gawangan disesuaikan dengan jenis gulma yang menjadi sasaran. Alat yang digunakan dalam pengendalian gulma secara kimia yaitu alat semprot (Knap Sack). Alat ini yang memiliki ujung semprot yang disebut nozel, berikut ini merupakan spesifikasi jenis nozel. Tabel. 1.2 Jenis Nozzle dan Spesifikasinya Volume Lebar semprot NO 1 Nozzle Polyjet merah (meter) 2 semprot (liter/ha) 1000 Rata

semp

Kg

247

polyjet biru

1,5

600 800

165

polyjet hijau

1.0 1.2

400

90

polyjet kuning

1.0 1.2

400 -600

68

polyjet hitam

1.2 2.0

800 1000

256

VLV 200

1.2 2.0

200

97

VLV100

1.2 2.0

100

42

VLV 50

50

30

No drif Nozzle

1.2

225

10

CDA

0.5 1.0

25 50

11

Cone Nozle

500

Sumber : Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit 1.8.6 Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Biologi: Organisme yang mengganggu tanaman secara Biologi karena merusak bagian tanaman tertentu yang mengakibatkan terganggunya proses biologi dari tanaman. Misalnya, jika yang diserang adalah bagian daun maka akan mengganggu proses foto sintesa dari tanaman. Secara Ekonomi: organisme pengganggu tanaman (OPT) yang merusak tanaman inang (tanaman utama) sehingga merugikan secara ekonomi karena mengakibatkan kehilangan hasil yang diharapkan. Misalnya, Akibat Serangan hama tikus, akan membuat gagal panen sehingga para petani akan merugi secara ekonomi. 1.9 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

1.9.1 Pengendalian Gulma Pemeliharaan Gawangan Tujuan pengendalian gulma di gawangan : 1. Mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari 2. Mempermudah pengawasan dari satu gawangan ke gawangan lain 3. Mengurangi sarang / inang hama sehingga populasi hama bisa ditekan. Tidak semua gulma harus diberantas misalnya rumput-rumput dan tanaman lain yang lunak, berakar dangkal dan tidak tinggi (pakis) masih dapat ditoleransi. Alasannya karena jika diberantas akan dapat mendorong terjadinya erosi. Pemberantasan Lalang Kondisi TM harus bebas dari lalang. Apabila masih ditemukan lalang dalam jumlah sedikit, tindakan yang dilakukan berupa spot spraying dan wiping. Pemeliharaan piringan, Pasar Rintis, Pasar Tengah dan TPH Pemeliharaan akses kedalam blok dan kepohon untuk mempermudah aktivitas panen, pemupukan, penunasan dan pengawasan serta mengurangi kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara, air dan sinar matahari. Fungsi dari piringan, Pasar Rintis, Pasar Tengah dan TPH adalah:

1. Piringan, yakni sebagai tempat penyimpanan pupuk dan daerah jatuhnya tandan buah dan brondolan 2. Pasar Rintis dan Pasar Tengah, yakni sebagai jalan untuk mengangkut buah ke TPH dan menjalankan aktivitas operasional lainnya. 3. TPH, yakni sebagai tempat pengumpulan hasil panen sebelum diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS) 1.9.2 Penunasan (prunning)

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempermudah aktivitas panen dan memperlancar penyerbukan. Pada waktu penunasan pelepah yang tidak berfungsi lagi, serta pelepah yang tidak memiliki daun harus dibuang. Ketentuan dalam penunasan, pelepah dipotong serapat mungkin ke pohon kurang lebih 15 cm agar brondolan tidak tersangkut. 1.9.3 Pemupukan

Pemupukan tanaman menghasilkan (TM) dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman guna menunjang pertumbuhan untuk mecapai produksi yang optimal, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan memerlukan biaya yang sangat besar, oleh karna itu dalam pelaksanaannya harus memperhatikan 5 tepat yaitu tepat jenis, dosis, waktu, cara dan administrasi. Dasar penentuan dosis pemupuka untuk TM berdasarkan hasil analisa daun dan analisa tanah. 1.10 Perisapan Panen

Pada masa peralihan TBM ke TM untuk mendapatkan semua potensi pada tahap awal produksi diperlukan perencanaan dan persiapan yang baik terhadap sarana dan prasarana yang berhubungan dengan proses panen. Adapun kegiatan menjelang produksi anatara lain: 1.10.1Kastrasi

Pada kondisi normal, kastrasi mulai dilakukan untuk tanah kelas I umur 14 bulan, dan kelas II atau seterusnya umur 18 bulan. Kegiatan katrasi : 1. Membuang bunga betina dengan dodos ukuran maks. 8cm dan disusun rapi digawangan mati 2. Pada saat dimulai kastrasi di bulan 14 dan 18, maka untuk kegiatan kastrasi bunga betina dipohon non produktif (St1 s/d St4) tidak dibuang. 3. Pada kastrasi rotasi terakhir bunga jantan jangan dibuang, karena akan digunakan sebagai media pengembangan elaidobius camerunicus 4. Pada tanah kelas 1 rotasi kastrasi dimulai umur 14 dan diakhiri pada umur 20 bulan sedangkan tanah kelas II/III rotasi dimuali pada umur 18 dan diakhiri pada 24 bulan. 5. Tidak ada pemotongan pelepah pada saat kastrasi. 1.10.2 Sanitasi

Untuk mempermudah proses panen dan mendapatka kondisi buah yang baik pada saat panen, maka diperlukan sanitasi pad 3-4 bulan sebelum panen pertama dimulai, kegiatan sanitasi: 1. Membuang tandan yang terkena penyakit tirathaba dan disusun digawangan mati 2. Membuang semua pelepah kering 3. Membersihkan semua sampah disekitar pohon untuk mempermuah mengutip brondolan. 1.10.3 Pembuatan Titi panen

Titi panen harus dibuat setiap jalan rintis yang melewati parit maupun saluran air, agar jalan rintis dapat dilewati tanpa hambatan. 1.10.4 Pembuatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)

TPH diperlukan sebagai tempat untuk mengumpulkan hasil produksi panen atau TBS (tandan buah segar) kelapa sawit. TPH yang standar dan biasa digunakan dalam perkebunan kelapa sawit adalah sebagai berikut:

1. TPH dibuat setiap 3 jalan rintis untuk areal datar, sedangkan untuk areal berbukit atau bergelombang disesuaikan dengan kondisi lapangan. 2. Ukuran TPH: TM I dan II ukuarannya 2x3m, TM II dst ukutrannya 34 m 3. Permukaan tanah di TPH harus rata sehingga memudahkan untuk penempatan TBS. 4. Pemberian nomor TPH terdiri dari nomor blok dan nomor TPH 1.10.5 Perlatan panen

Peralatan panen yan perlu disiapkan pada penen perdana : dodos ukuran 8cm, angkong, gancu, pengaruk berondol, kapak buah, Persiapan tenaga berondol. 1.10.6 Seksi Potong Buah

Seksi potong buah adalah pembagian wilayah atau areal panen dalam luasan tertentu yang merupakan petak-petak lokasi (terdiri dari beberap blok) yang menggambarkan tempat dilakukan panen. Jika menggunakan sistem 6/7, artinya dalam satu munggu dilakukan 6 hari panen, maka areal panen yang ada dibagi 6 seksi. Tujuan pembuatan seksi panen adalah ; 1. Wilayah panen terkonsentrasi/mengumpul yang bertujuan untuk memudahkan pengontrolan dan meningkatkan output karyawan diarenakan tidak terlalu jauh untuk pindah hancak. 2. Memudahkan pengontrolan, dengan pembagian seksi potong buah, maka arah panen dapat ditentukan secara berurutandari blok yang satu ke blok yang lain, sehingga pengontrolan lebih sistematis. 3. Memberikan target/ sasaran yang jelas. 4. Distribusi buah mengumpul, ddengan demikian maka transportasi TBS akan lebih efektif, buah lebih cepat masuk ke PKS. 1.10.7 Mandoran Panen Mandoran panen yaitu mandor yang bertugas mengontrol dan mengawasi karyawan panen yang terdiri dari 15 orang atua lebih. Adapun tugas-tugas mandoran: 1. Menghancakan karyawan 2. Membagi buku notes potong buah

3. 4. 5. 6. 7.

Mengontrol kerja karyawan Memeriksamutu buah dan hancak karyawan Melakukan taksasi poong buah Megisi administrasi, seperti BKM dan pusingan potong buah Memeriksa alat kerja karyawan.

1.10.8 Sistem penghancakan Sistem penghancakan adalah suatu metode atau cara menempatkan karyawan (pemanen) pad suatu daerah (jalur) tertentu. Hancak artinya daerah kerja atau jalur tempat karyawan melaksanakan pekerjaan. Cara/sistem pengacakan yang dikenal di BGA ada tiga cara: Hancak Giring murni Yaitu sebuah sistem penghancakan dimana antara mandor dan karyawan sensntiasa digiring atau tidak memiliki hancak tetap. Oleh karena itu seorang mandor harus aktif dalam menghancakan karyawan dan mengawasi pekerjaannya, karena sistem ini memungkinkan seorang karyawan tidak punya ras tanggung jawab terhadap hncaknya dan butuh waktu yang lebuh lama untuk pindah hancak. Hancak ini biasa diterapkan pada areal yang baru panen. Hancak Giring tetap permandoran Yaitu sistem penghancakan dimana antara mandor dan karyawan dalam mandoran tersebut telah memiliki hancak tetap, sementara pemanen dalam mandoran tersebut selalu dilakukan giring sesuai dengan kebutuhan, misalnya berdasarkan karepatan panen, output pemenen dsb. Bedanya dengan sistem giring murni adalah bahwa sistem giring ini yang memiliki han cak tetap hanya sebatas permandoran sedangkan karyawan tidak memiliki hancak tetap. Akan tetapai mandor harus tetap akatif mengawasi hasil pekerjaan karyawan maupun menghancakan pemanen ke hancak baru. Hancak Tetap Yaitu sistem hancakan diamana mandor dan karyawan telah memiliki daerah yang telah ditentukan (hancak tetap), tidak boleh pemanen lain memasukinya kecuali sepengatahuan mandor. Dengan sistem ini rasa tanggung jawab pemanen akan

lebih tinggi dan mandor panen akan lebih mudah dalam melakukan kontrol terhadap hasil pekerjaan karyawan. 1.11 Kegiatan Panen Untuk menjadi sebuah perkebunan, di mulai dari urutan-urutan kegiatan pekerjaan dilapangan yang dimulai dari kondisi hutan yang dibloking, imas, tumbang, perun/rumpuk, dst hingga tanaman mulai menghasilkan/ produksi. Untuk mengambil produksi tersebut maka perlu cara yang dianamakan panen, maka dalam pemanenan ini diupayakan semaksimal mungkin dengan menekan biaya yang seminimal mungkin dan mengambil produksi semaksimal mungkin, yaitu dengan cara menekan kehilangan prouksi (losses) hingga O %. Adapaun factor-faktor yang menyebabkan terjadinya losses, yaitu: 1. Buah mentah 2. Buah masak tinggal dipokok 3. Buah/Brondolan tidak dikutip 4. Buah/Brondolan dicuri 5. Janjangan buah busuk 6. Gagang panjang (GP) 7. Administrasi yang tidak akurat Selain itu untuk mengendalikan kehilangan produksi tersebut dapat juga dengan mengendalikan pusingan/rotasi panen agar tetap normal. Langkah-langkah pengendalian pusingan panen adlah dengan mengetahui informasi mengenai: 1. 2. 3. 4. 5. Kerapatan buah masak Jumlah tenaga potong buah Umur tanaman Jumlah brondolan dan persentase siap borong Curah hujan

1.11.1 Sensus Produksi Sensus produksi adlah pencacahan/ penghitungan/ padatan terhadp tanaman ks yeng bertujuan untuk mengetahui / memperkirakan produksi selama satu semester (enem bulan memdatang). Para meter yang digunakan untuk mengetahui produksi semester tersebut adalah jumlah janjang yang ada dipokok dan berat janjang ratarata (BJR). Dasar pemikirannya adalah apabila diketahui jumlah janjangannya dan berat janjangannya, maka akan dapat diketahui berapa kira-kira tonase yang akan didapat

selama satu semester. Yang maksud dengan jumlah dan berat janjang adalah janjang dan berat janjang sampel/contoh dari satu blok yang akan ditaksir produksinya. Kamudian dari pokok-pokok sampel ini akn diketahui jumlah rata-rata janjang per pokoknya. Semakin banyak sempel maka data yang didapat semakin akurat. Sensus pokok ini dilakukan setiap 6 bulan yang disebut dengn semester. Semester 1 adlah bulan januari s/d juni, dan sensus produksinya dilaksanakan pada tangal 20 s/d 31 desember tahun lalu. Sedangkan semester II ialah bulan juni s/d desember tahun ini dan sensus produksinya dilaksanakan pada tanggal 20 s/d 30 juni tahun ini, Proses input data hasil sensus produksi dilaksanakan dalam waktu 5 hari setelah sensus. Data harus diterima oleh Departemen pusat yang berada jakarta paling lambat 7 hari setelah sensus. Sensus produksi terdiri dari 3 macam pekerjaan; 1. Persiapan tanda-tanda sensus (pembuatan dan perbaikan) dan kelengkapan alat sensus. 2. Penghitungan janjang yang dilaksanakan pada titik sensus dan pokok sensus, yang bertujuan untuk mendapatkan jumlah janjang yang akan dipanen dalm suatu blok. 3. Menentukan BJR, dapat ditentukan dengan 2 cara: pertama penimbangan dilapangan TPH, kedua dengan penimbangan di PKS. 1.11.2 Taksasi Potong Buah Taksasi potong buah adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkirakan produksi pada esok hari. Dengan mengetahui perkiraaan produksi esok hari maka dapat menentukan jumlah tenaga kerja atau HK yang dibutuhkan dan jumlah alat transportasi (Truk/trailer) yang digunakan. Taksasi ini didasarkan pada prsentase kerapatan panen yang ditentukan dari hasil sensus panen. Sensus dilakukan sebesar 10 % dari pokok produktif pada areal yang akan dipanen esok hari (semakin banyak semakin akurat data yang diperoleh).Sebagai contoh, seksi (areal panen besok) terdiri dari 6 blok, dengan 3 mandoran, maka tiap mandoran memdapat 2 blok, tiap mandoran harus melakukan taksasi sebesar 10% dari tiap total pokok produktif pada 2 blok tsb. Jadi jika 1 blok =33Ha, maka panen besok -66Ha. Sensus dilakukan 10% dari 66Ha = 7Ha . jika kerapatan /populasi tanaman =136pokok/ Ha, maka akan melakukan sensus pada 882 pokok. 1.11.3 Kriteria Panen

Adalah pedoman yang digunakan untuk menetuakn apakah buah itu dinyatakan matang, mentah atau busuk. Pedoman yang digunakan untuk kematangan tersebut didasarkan pada jumlah brondolan yang lepas secara normal, yaitu 1 brondolan per Kg TBS. Menetukan kematangan buah juga ditentukan berdasarkan warna buah, yaitu buah masak biasanya berwarna merah jingga. Akan tetapi cara ini kurang efektif, terutama pada kondisi pokok tanaman yang sudah tinggi. Tabel 1.3 Pedoman umum yang digunakan untuk menentukan kriteria buah masak adalah sebagaiberikut: Umur tanaman Jumlah brondolan 0-4 brondolan >5 brondolan Gagang busuk 3-7 tahun 0-10 brondolan >15 brondolan Gagang busuk 8-20 tahun 0-20 brondolan >20 brondolan Gagang busuk >20 tahun Sumber : PT. BGA Group Tabel 1.4 Istilah dan Simbol-simbol yang berkaitan dengan kematangan buah: Istilah Simbol Tindakan Mentah (BM) Normal (BN) Buah Busuk (BB) Mentah (BM) Normal (BN) Buah Busuk (BB) Mentah (BM) Normal (BN) Buah Busuk (BB) Keterangan

Un Ripe atauMentah Hitam Under Ripe atauKurang

Buah BM -

Buah yang tidak membrondol, apabila terpotong maka karywan dikenakan denda. Jika tidak sengaja maka buah diantrikan dan ditandai pada gagang buah dengan huruf berwarna merah.

Buah yang telah membrondol akan tetapi belum sesuai d kriteria yang telah ditetapkan. Karyawan yang memoton

masak atau Mentah merah Ripe atau Masak/ Normal

buah ini harus diperingatkan, jika berkali-kali diingatkan masih tetap menurunkannya maka dikenakan denda buah mentah Buah BN

Buah denagn kriteria yang tepat, yaitu 1 brondol /Kg TB lebih.

Over ripe atauKelewat masak Empety Bunchatau buah busuk Sumber : PT. BGA Group 1.11.4 Transportasi

Buah BB

Buah yang membrondol lebih dari 75 % brondolan yang pada janjang buah tsb. Buah ini biasanya diakibatkan ka keterlambatan pusingan, atau buah yang tertinggal pada pusingan yang lalu.

Buah yang membusuk sehingga hanya janjangan kosong (empty bunch/B) yang tertinggal. Dan harus diturunkan.

Setelah buah dipanen kemudian disusun di tempat pengumpul hasil (TPH), maka tugas krani panen adalah mencatat hasil TBS yang ada di TPH. Buah yang telah dipanen sebaiknya segera di angkut ke Pabrik untuk diproduksi menjadi CPO dan TBS jangan dibiarkan dilapangan lebih dari 7-8 jam. Karena akan meningkatkan ALB yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas CPO yang tentunya akan merugikan pihak perusahaan itu sendiri. Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke dalam mesin pelepas buah, dilumatkan di dalam buah, digaster, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya. Di perusahaan BGA kendawangan, TBS diangkut ke Poliplen atau ke Kalteng, dikarenakan PKS belum jadi, masih dalam proses pengerjaan. Oleh karena itu pengiriman TBS masih belum maksimal dan terkadang terlambat.
http://anthosusantho.wordpress.com/2011/10/26/budidaya-tanaman-kelapa-sawit-prospek-yangcerah-di-ketapang-kalimantan-barat/

perkebunan kelapa sawit

jumat, 26 februari 2010

Hama dan Penyakit pada Kelapa Sawit


Hama dan Penyakit pada Kelapa Sawit
Mengenal, memahami dan upaya mendeteksi siklus hidup hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit secara dini mutlak harus dilaksanakan karena akan memudahkan tindakan mencegah terjadinya ledakan serangan hama dan penyakit yang tak terkendali. Secara ekonomis, biaya pengendalian melalui deteksi dini dipastikan akan jauh lebih murah daripada pengendalian serangan hama dan penyakit yang sudah menyebar luas. Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa sawit yang ditanam saat ini, baru akan dipanem hasilnya setelah 2-3 tahun ditanam di lapangan. Sebagai tanaman tahunan, pada kelapa sawit dikenal periode Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) yang lamanya bervariasi 2-3 tahun tergantung pada beberapa faktor yang terjadi di sekitarnya, seperti ada / tidaknya serangan hama dan penyakit. Dalam keadaan normal, terjadi mutasi dari TBM menjadi Tanaman Menghasilkan (TM) terjadi pada tahun ketiga setelah tanam. Mutasi tersebut mutlak dilakukan dan perlu mendapat perhatian baik dari segi lamanya masa TBM maupun persiapan yang perlu dikerjakan sebelum tanaman dikerjakan. Pekerjaan awal ini sangat mempengaruhi kualitas hasil buah yaitu kastersi / tunas pasir. Hal ini sesuai dengan tujuan penanaman kelapa sawit yaitu untuk menghasilkan produksi yang optimal. Untuk mendapatkan produksi yang optimal, karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi yang dapat menghambat produktifitas harus dipahami dan diupayakan solusinya. Salah satu faktor penghambat yang perlu dipertimbangkan selain benih yang baik adalah serangan hama dan penyakit. Untuk mengantisipasi serangan hama dan penyakit, sebelumnya harus mengenal dan memahami jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit. Selanjutnya segera deteksi siklus hidup hama dan penyakit agar mudah dalam melakukan pencegahan dan pengendaliannya. Pendekteksiasi tersebut dapat menyelamatkan tanaman kelapa sawit dari serangan hama dan penyakit yang merugikan sehingga produksi dapat dipertahankan.

Secara ekonomis biaya pengendalian melalui deteksi dini terhadap hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit dipastikan akan jauh lebih rendah daripada pengendalian serangan hama dan penyakit yang sudah menyebar luas. Jadi sudah seyogyanya jika ingin sukses dalam usaha perkebunan kelapa sawit, pengelola harus mengetahui hama dan penyakit serta cara pengendaliannya. Hama dan Penyakit Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit diantaranya ulat api, ulat kantong, tikus, rayap, kumbang Adorektus dan Apogonia, serta babi hutan. Sedangkan penyakit yang menjadi masalah pada tanaman kelapa sawit diantaranya penyakit daun pada pembibitan, penyakit busuk pangkal batang (ganoderma), penyakit busuk tandan buah (marasimius), dan penyakit busuk pucuk (spear rot). 1. Ulat Api dan Ulat Kantong Serangan hama ulat api dan ulat kantong (ulat pemakan daun kelapa sawit) telah banyak menimbulkan masalah yang berkepanjangan dengan terjadinya eksplosi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan kehilangan daun (defoliasi) tanaman yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi. diposkan oleh perkebunan di 11:36 1 komentar

ARA-CARA MENANAM KELAPA SAWIT


ARA-CARA MENANAM KELAPA SAWIT
PENDAHULUAN

Kelapa sawit sesuai ditanam di kawasan tanah yang gembur, tanah liat gembur dan tanah gambut (kurang dari satu meter dalam).

Tanah gambut (lebih satu meter dalam), tanah masam dan tanah paya adalah kurang sesuai bagi tanaman kelapa sawit. Walau bagaimanapun dengan pengurusan sistem pengairan dan pembajaan yang sempurna, jenis-jenis tanah ini boleh juga ditanam dengan kelapa sawit dengan jayanya.

PERLAKSANAAN KERJA

Kerja-kerja pembersihan, pembarisan dan penanaman kacang penutup bumi dikawasan ladang hendaklah disempurnakan sebelum menanam anak-anak pokok kelapa sawit.

Pembersihan: Kerja-kerja membersih ladang hendaklah mengambilkira kos bunuh dan jentera, keadaan tanah (curam atau rata), hutan atau kawasan tanam semula.

Adalah penting operasi pembersihan ladang dijalankan serentak dengan masa anak benih dapat diperolehi dari pembekal. Jika mempunyai tapak semaian sendiri, masa penyediaan ladang hendaklah disesuaikan dengan masa mengeluarkan anak benih yang telah cukup matang untuk ditanam diladang. Perancangan jadual kerja adalah amat mustahak untuk kejayaan penanaman diladang.

Pembarisan: Barisan tanaman dibuat mengikut arah Utara-Selatan supaya pokok-pokok mendapat cahaya matahari yang maksima.

Kekacang penutup bumi: Menanam kekacang penutup bumi dilakukan setelah kerja-kerja pembarisan selesai dilaksanakan. (Kawasan gambut tidak perlu tanam kekacang).

Penutup bumi adalah untuk:

Mengawal hakisan Memperbaiki status zat pemakanan dalam tanah, khususnya Nitrogen Memelihara kelembapan tanah

Tiga jenis kekacang penutup bumi yang biasa ditanam adalah:

Centrosema pubescens Pueraria phaseoloides Calopogonium mucunoides/caeruleum

Benih kekacang boleh dibeli dari pembekal-pembekal swasta manakala kompos rhizobium boleh dibeli di Institut Penyelidikan Getah Malaysia (RRIM). Kaedah ringkas menanam kekacang penutup bumi adalah seperti berikut:

Umumnya campuran 10g kompos rhizobium dengan 10kg biji benih kekacang digunakan. Campuran tersebut ditabur didalam jalur yang selari diantara 2 barisan pokok kelapa sawit. Jarak diantara jalur-jalur adalah 2 meter. Contoh kadar campuran biji benih kekacang adalah seperti berikut:-

Kekacang Kg/ha Centrocema pubescens 4.0 Pueraria phaseoloides 1.1 Calopogonium caeruleum 0.6

Baja campuran N:P:K:Mg (15:15:6:4) digunakan sebagai baja asas dengan kadar 56 kg/hektar. Tabur baja debu Fosfat (seperti CIRP) pada kadar 560 kg sehektar mengikut jadual berikut:

Umur Kekacang Semasa menanam (sepanjang jalur-jalur) 2 bulan 6 bulan 8 bulan 12 bulan

Kadar Baja Debu Fosfat (kg/ha)

112

112 112 112 112

Pengawalan rumpai dan serangga perosak diperlukan dengan mengguna racun-racun yang sesuai jika hendak memperolehi tanaman kacang yang baik.

PenanamanPenanaman: Anak benih sawit yang telah berumur 12-15 bulan ditapak semaian adalah sesuai untuk ditanam. Kaedah ringkas penanaman adalah seperti berikut:-

Lubang Tanaman disediakan 2-3 minggu sebelum menanam. Ukuran lubang mesti dilebihkan dari ukuran polibeg supaya penanaman mudah dijalankan. Tanah lapisan bawah dan lapisan atas diasingkan.

Taburkan 150g - 200g baja Fosfat didalam lubang. Buangkan/Tanggalkan polibeg sebelum anak benih ditanam. Masukkan anak benih kedalam lubang yang telah disediakan. Lubang dikambus dengan tanah lapisan atas dahulu dan diikuti dengan tanah lapisan bawah supaya buku-pangkal pokok berkeadaan sama rata dengan permukaan tanah.

Anak benih hendaklah berkeadaan tegak selepas ditanam. Mampatkan tanah disekeliling pokok dengan tidak merosakan akarnya. Masa menanam hendaklah pada musim hujan dan elakkan dari menanam pada musim kemarau. Lazimnya, jarak tanaman yang dipilih adalah 9 meter tiga segi yang memberi 136 pokok pada 1 hektar. Kepadatan pokok sehektar dengan jarak tanaman yang berbeza adalah seperti jadual dibawah:

Jarak

Jumlah Pokok

Meter (Kaki) 8.5 (28) 8.7 (29)

Hektar (Ekar) 160 (65) 148 (60)

9.0 (30)

136 (55)

Sulam pokok-pokok yang mati apabila menjalani pemeriksaan sekurang-kurangnya 6 bulan selepas menanam.

Tanaman selinganTanaman selingan:

Kacang tanah, jagong dan lain-lain tanaman kontan atau sayur-sayuran boleh ditanam sebagai selingan dalam masa tiga tahun pertama selepas pokok sawit ditanam.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tanaman selingan ialah:

Tanaman itu memberi keuntungan dalam masa tiga tahun. Tanaman itu tidak memberi persaingan yang boleh menjejaskan kesuburan pokok kelapa sawit dari segi zat-zat pemakanan, air dan cahaya matahari.

Ada pasaran atau mudah memasarkan hasil tanaman selingan itu.

diposkan oleh perkebunan di 11:34 0 komentar

BUDIDAYA KELAPA SAWIT BUDIDAYA KELAPA SAWIT


I. PENDAHULUAN Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi. PT. Natural Nusantara berusaha berperan dalam peningkatan produksi budidaya kelapa sawit secara Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN 2.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. 2.2. Media Tanam Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan 3.1.1. Penyemaian Kecambah dimasukkan polibag 12x23 atau 15x23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan. Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40x50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90x90 cm.

3.1.2. Pemeliharaan Pembibitan Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan. Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut :

Pupuk Makro Minggu ke 2 & 3 (2 gram); minggu ke 4 & 5 > 15-15-6-4 (4gr); minggu ke 6 & 8 (6gr); minggu ke 10 & 12 (8gr) Mingu ke 14, 15, 16 & 20 (8 gr); Minggu ke > 12-12-17-2 22, 24, 26 & 28 (12gr), minggu ke 30, 32, 34 & 36 (17gr), minggu ke 38 & 40 (20gr). > 12-12-17-2 Minggu ke 19 & 21 (4gr); minggu ke 23 & 25 (6gr); minggu ke 27, 29 & 31 (8gr) Mulai minggu ke 1 40 (1-2cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali).

> POC NASA

Catatan : Akan Lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPER NASA 1-3 kali dengan dosis 1 botol untuk + 400 bibit. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman 3.2. Teknik Penanaman 3.2.1. Penentuan Pola Tanaman Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena

dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai. 3.2.2. Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50x40 cm sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jarak 9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng. 3.2.3. Cara Penanaman Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Adapun cara penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon. 3.3. Pemeliharaan Tanaman 3.3.1. Penyulaman dan Penjarangan Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari. 3.3.2. Penyiangan Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma. 3.3.3. Pemupukan Anjuran pemupukan sebagai berikut : Pupuk Makro

Urea

1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 225 kg/ha 2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 1000 kg/ha 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 115 kg/ha 2. Bulan ke 48 & 60 750 kg/ha 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 200 kg/ha 2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 1200 kg/ha 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 75 kg/ha 2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 600 kg/ha 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 20 kg/ha 2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 40 kg/ha

TSP

MOP/KCl

Kieserite

Borax

NB. : Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret- April). POC NASA a. Dosis POC NASA mulai awal tanam :

0-36 bln 2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan


sekitar pangkal batang, setiap 4 - 5 bulan sekali

>36 bln 3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan


sekitar pangkal batang, setiap 3 4 bulan sekali

b. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal memakai POC NASA Tahap 1 : Aplikasikan 3 - 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. Cara lihat Teknik Penanaman (Point 3.2.3.)

3.3.4. Pemangkasan Daun Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu: a. Pemangkasan pasir Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan. b. Pemangkasan produksi Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan. c. Pemangkasan pemeliharaan Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai. 3.3.5. Kastrasi Bunga Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman berumur 12-20 bulan. 3.3.6. Penyerbukan Buatan Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dibantu penyerbukan buatan oleh manusia atau serangga. a. Penyerbukan oleh manusia Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir. Cara penyerbukan: 1. Bak seludang bunga. 2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni ( 1:2 ). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium, semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer. b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dilepas saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti (minyak inti) meningkat sampai 30%.

3.4. Hama dan Penyakit 3.4.1. Hama a. Hama Tungau Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR. b. Ulat Setora Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona. 3.4.2. Penyakit a. Root Blast Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO. b. Garis Kuning Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal. c. Dry Basal Rot Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit. Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

3.5. Panen 3.5.1. Umur Panen Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. diposkan oleh perkebunan di 11:33 0 komentar

B U D I D AYA KELAPA SAWIT


B U D I D AYA KELAPA SAWIT Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No. 112/92 Diterbitkan oleh : Balai Informasi Irian Jaya Jl. Yahim Sentani Jayapura Oktober 1992 Agdex: 161/20 Kelapa sawit ( Elaeis guinensis jacg ) adalah salah satu dari beberapa palma yang menghasilkan minyak untuk tujuan komersil. Minyak sawit selain digunakan sebagai minyak makanan margarine, dapat juga digunakan untuk industri sabun, lilin dan dalam pembuatan lembaran-lembaran timah serta industri kosmetik . SYARAT -SYARAT TUMBUH . - Curah hujan minimum 1000-1500 mm /tahun, terbagi merata sepanjang tahun. - Suhu optimal 26C. - Kelembaban rata-rata 75 %. - Dapat tumbuh pada bermacam-macam tanah, asalkan gembur, aerasi dan draenasenya baik, kaya akan humus dan tidak mempunyai lapisan padas. - pH tanah antara 5,5 - 7,0. PEMBIBITAN a. Pengecambahan Biji. - Biji dipanaskan dalam germinator selama 60 hari dengan suhu tetap 39oC dan kadar air 18%. - Kemudian biji direndam dalam air mengalir selama 6 hari, hingga kadar air naik menjadi 24%.

- Selanjutnya biji dikeringkan selama 3 jam dalam ruangan yang teduh. - Biji dimasukkan dalam kantong plastik ukuran 38 x 39 cm sebanyak 500 biji, kemudian ditutup rapat - Setelah 10-14 hari, biji mulai berkecambah. - Biji yang belum berkecambah pada umur 30 hari dibuang saja. - Kecambah yang tumbuh normal dan sehat, warnanya kekuning-kuningan, tumbuhnya lurus serta bakal daun dan bakal akarnya berlawanan arah. b. Persemaian dan Pembibitan - Kecambah dipindahkan kekantong plastik ukuran 14 x 22 cm dengan tebal 0,08 mm. - Isilah polybag dengan tanah lapisan atas yang dibersihkan dari kotoran dan dihancurkan sebelumnya. - Lakukan penyiraman polybag sebelum penanaman kecambah dan selanjutnya pada setiap pagi dan sore setelah penanaman. - Buatlah lobang tanam sedalam 3 cm. - Buatlah naungan persemaian setinggi 2,5 m - Setelah bibit berumur 3 bulan dipindahkan kedalam polybag yang besar dengan ukuran 40 x 50 cm, tebal 0,2 mm. PERSIAPAN LAHAN - Lahan diolah sebaik mungkin, dibersihkan dari semak-semak dan rumput-rumput liar. - Buatlah lobang tanam dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm atau 60 x 60 x 60 cm, 2 minggu sebelum tanam dengan jarak 9 x 9 x 9 m membentuk segitiga sama sisi. - Tanah galian bagian atas dicampur dengan pupuk fosfat sebanyak 1 kg/lobang. - Lobang tanam ditutup kembali dan jangan dipadatkan. PENANAMAN - Masukkan bibit ke dalam lobang dengan hati-hati dan kantong plastik dibuka. - Lobang ditimbun dengan tanah, tidak boleh diinjak-injak agar tidak terjadi kerusakan. - Bibit yang tingginya lebih dari 150 cm, daunnya dipotong untuk mengurangi penquapan. - Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan. PEMELIHARAAN TANAMAN - Lakukan penyulaman untuk mengganti tanaman yang mati dengan tanaman

baru yang seumur dengan tanaman yang mati. - Cadangan bibit untuk penyulaman terus dipelihara sampai dengan umur 3 tahun dan selalu dipindahkan ke kantong plastik yang lebih besar. - Penyiangan gulma dilakukan 1bulan sekali. - Lakukan perawatan dan perbaikan parit drainage. - Anjuran pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) seperti pada tabel 1. - Sedangkan pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM), kebutuhan pupuk berkisar antara 400 - 1000 kg N, P, K, Mg, Bo per Ha/tahun. - Lakukan pemupukan 2 kali dalam satu tahun; pada awal dan akhir musim penghujan dengan cara menyebar merata di sekitar piringan tanaman. - Hama-hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah Ulat Kantong; Metisaplama, Mahasena Coubessi dan Ulat Api; Thosea asigna, Setora nitens, Dasna trina. Sedangkan penyakitnya busuk tandan Marasmius sp. Hama ulat kantong dikendalikan dengan insektisida yang mengandung bahan aktif metamidofos 200/liter atau 600 g/liter, hama ulat api dengan insektisida yang mengandung bahan aktif permetrin 20 g/liter dan monokrotofos 600 g/lite. - Potonglah daun yang sudah tua, agar penyebaran cahaya matahari lebih merata, mempermudah penyerbukan alami, memudahkan panen dan mengurangi penguapan. PANEN - Telah dapat menghasilkan pada umur 30 bulan setelah tanam. - Jumlah pohon yang dapat dipanen per hektar sebanyak 60%. - Dipilih tandan yang buahnya sudah masak dengan tanda adanya sejumlah buah merah yang jatuh (brondol ). - Cara panen dengan memotong tandan buah. - Pemanenan dilakukan 1 kali seminggu. Sumber : Dinas Perkebunan Dati I Propinsi Irian Jaya diposkan oleh perkebunan di 11:31 0 komentar

Kelapa sawit
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).Perkebunannya menghasilkan

keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelahMalaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timurSumatra, Jawa, dan Sulawesi. == Pemerian botani ==

African Oil Palm (Elaeis guineensis) Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter.Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi. Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol

dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.Buah terdiri dari tiga lapisan:*Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.*Mesoskarp, serabut buah *Endoskarp, cangkang pelindung intiInti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).=== Syarat hidup ===Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujanstabil, 20002500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku pembungaan dan produksi

Tipe kelapa sawit


Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis danE. oleifera. Jenis pertama adalah yang pertama kali dan terluas dibudidayakan orang. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik. Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalancangkang, yang terdiri dari

Dura, Pisifera, dan Tenera.

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-

masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%. Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.

[sunting] Hasil tanaman


Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin,sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keuunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.[1] Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin. Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur. Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.

[sunting] Sejarah perkebunan kelapa sawit


Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belandapada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industripertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura". Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) danAceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS),Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1911. Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.[2] Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruhmiliter) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia). Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif. Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dariAfrika.

diposkan oleh perkebunan di 11:24 0 komentar

kelapa sawit
kelapa sawit

Evaluasi Lahan
* Tahap awal dari pembukaan perkebunan kelapa sawit adalah melakukan evaluasi lahan. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan terhadap satuan lahan yang telah ditetapkan berdasarkan hasil survei tanah. Evaluasi kesesuaian lahan didahului oleh kegiatan survei dan pemetaan tanah untuk mendeskripsikan satuan-satuan lahan. Evaluasi kesesuaian lahan didasarkan pada penilaian beberapa karakteristik lahan yang disesuaikan dengan syarat tumbuh tanaman kelapa sawit. Pembangunan kebun kelapa sawit yang tidak didahului dengan evaluasi kesesuaian lahan akan menimbulkan banyak masalah pada waktu mendatang, khususnya yang berkaitan dengan kultur teknis, sehingga akan meningkatkan biaya pengelolaan kebun. Apabila evaluasi kesesuaian lahan dilakukan, maka berbagai faktor pembatas lahan dapat diatasi secara dini. Hasil evaluasi kesesuaian lahan bermanfaat dalam pengelolaan kebun kelapa sawit, khususnya untuk mencapai produktivitas tanaman sesuai dengan potensi lahannya.

Pengendalian Hama Tikus dengan Burung Hantu


* Burung hantu (Tyto alba) merupakan predator tikus yang sangat potensial pada perkebunan kelapa sawit. Predator ini mampu menurunkan serangan tikus pada tanaman muda hingga di bawah 5%. Sementara itu, ambang kritis serangan tikus di perkebunan kelapa sawit sebesar 10%. Burung hantu mampu bertelur 2-3 kali dalam setahun, kemudian menjadi dewasa setelah berumur 8 bulan. Telur yang dihasilkan bervariasi antara 419 butir, bergantung pada ketersediaan makanan. Seekor burung hantu mampu memangsa tikus 25 ekor sehari. Pada umumnya penanggulangan serangan tikus di perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan racun tikus (rodentisida). Namun cara ini dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan dan dianggap tidak ekonomis. Penggunaan burung hantu sebagai musuh alami merupakan satu alternatif penanggulangan hama tikus di perkebunan kelapa sawit yang sangat efektif dan efisien. Biaya pengendalian serangan tikus dengan burung hantu hanya berkisar 50% dibandingkan penanggulangan tikus secara kimiawi.

Pengendalian Hayati Ulat Api Menggunakan Entomopatogenik * Pengendalian hayati ulat api Setothosea asigna pada kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme entomopatogenik, yaitu virus Nudaurelia, multi plenucleopolyhedrovirus (MNPV), dan jamur Cordyceps aff. militaris. Mikroorganisme entomopatogenik tersebut merupakan sarana pengendalian hayati yang efektif, efisien, dan aman terhadap lingkungan. Virus Nudaurelia dan MNPV efektif mengendalikan ulat, sedangkan jamur Cordyceps aff. militaris efektif untuk kepompong hama tersebut. Pemanfaatan mikroorganisme entomopatogenik dapat mengurangi atau bahkan menggantikan insektisida kimia sintetis (semua jenis insektisida golongan piretroid sintetis, misalnya Decis 2,5 DC dan Matador 25 EC) dalam pengendalian ulat api di perkebunan kelapa sawit. Penggunaan insektisida kimia sintetis selama ini justru seringkali menyebabkan dampak negatif bagi lingkungan, sehingga permasalahan hama menjadi lebih rumit, seperti munculnya resistensi dan resurgensi hama. Pengendalian ulat api menggunakan bahan alami terbukti lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan menggunakan insektisida kimia sintetis, dengan biaya pengendalian hanya 7% dari biaya pengendalian secara kimiawi.

Feromon untuk Pengendalian Kumbang Tanduk * Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) umumnya menyerang tanaman kelapa sawit muda dan dapat menurunkan produksi tandan buah segar (TBS) pada tahun pertama menghasilkan hingga 69%. Di samping itu, kumbang tanduk juga mematikan tanaman muda sampai 25%. Penggunaan feromon sebagai insektisida alami sangat efektif, ramah lingkungan, dan lebih murah dibandingkan teknik pengendalian konvensional. Feromon merupakan bahan yang mengantarkan serangga pada pasangan seksualnya, mangsanya, tanaman inang, dan tempat berkembang biaknya. Komponen utama feromon sintetis kumbang tanduk adalah etil-4 metil oktanoat. Feromon tersebut dikemas dalam kantong plastik. Biaya pemanfaatan feromon hanya 20% dari biaya aplikasi insektisida dan pengutipan kumbang secara manual. Hal itu disebabkan harga feromon yang murah dan cara aplikasi di lapangan

tidak banyak membutuhkan tenaga kerja. Harga satu sachet feromon sebesar Rp75.000. Biofungisida Marfu Pengendali Jamur Ganoderma boninense Penyebab busuk pangkal batang (BPB) pada tanaman kelapa sawit adalah Ganoderma boninense yang merupakan jamur tanah hutan hujan tropis. Jamur G. boninense bersifat saprofit (dapat hidup pada sisa tanaman) dan akan berubah menjadi patogenik apabila bertemu dengan akar tanaman kelapa sawit yang tumbuh di dekatnya. Serangan BPB dapat terjadi sejak bibit sampai tanaman tua, tetapi gejala penyakit biasanya baru terlihat setelah bibit ditanam di lapangan. Busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit dapat dikendalikan dengan menggunakan biofungisida Marfu-P. Hasil uji aplikasi Marfu-P menunjukkan bahwa satu bulan setelah perlakuan masih dijumpai adanya Ganoderma dan Trichoderma pada potongan akar yang sama. Ganoderma pada akar kelapa sawit dan pada potongan akar karet sudah melapuk setelah 3 bulan perlakuan Trichoderma. Bahan aktif yang digunakan untuk biofungisida Marfu-P adalah sporakonidia dan klamidospora jamur Trichoderma koningii (isolat MR 14). Harga biofungisida Marfu-P hanya sebesar Rp4.000/kg. Biofungisida Marfu-P banyak digunakan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit milik negara dan swasta. Manfaat yang diperoleh dengan adanya aplikasi biofungisida Marfu-P adalah pengendalian BPB bersifat ramah lingkungan, sehingga bahaya pencemaran lingkungan oleh insektisida kimiawi dapat dihindari.

Tanaman kelapa sawit yang terserang busuk pangkal (Ganoderma boninense) (a), dan tanaman kelapa sawit yang teraplikasi dengan biofungisida Marfu-P selama 6 bulan (b).

Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit pada Perkebunan Kelapa Sawit * Limbah cair pabrik kelapa sawit dapat digunakan sebagai pupuk. Aplikasi limbah cair memiliki keuntungan antara lain dapat mengurangi biaya pengolahan limbah cair dan sekaligus

berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit. * Kualifikasi limbah cair yang digunakan mempunyai kandungan BOD 3.5005.000 mg/l yang berasal dari kolam anaerobik primer.

Kolam anaerobik primer

Metode aplikasi limbah cair yang umum digunakan adalah Pengaliran limbah cair PKS dengan sistem flatbed sistem flatbed, yaitu dengan mengalirkan limbah melalui pipa ke bak-bak distribusi dan selanjutnya ke parit primer dan sekunder (flatbed). Ukuran flatbed adalah 2,5 m x 1,5 m x 0,25 m. Dosis pengaliran limbah cair adalah 12,6 mm ekuivalen curah hujan (ECH)/ha/bulan atau 126 m3/ha/bulan. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36, 3,0 kg MOP, dan 1,2 kg kieserit. Pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton/jam akan menghasilkan sekitar 480 m3 limbah cair per hari, sehingga areal yang dapat diaplikasi sekitar 100-120 ha. Pembangunan instalasi aplikasi limbah cair membutuhkan biaya yang relatif mahal. Namun investasi ini diikuti dengan peningkatan produksi TBS dan penghematan biaya pupuk sehingga penerimaan juga meningkat. Aplikasi limbah cair 12,6 mm ECH/ha/bulan dapat menghemat biaya pemupukan hingga 46%/ha. Di samping itu, aplikasi limbah cair juga akan mengurangi biaya pengolahan limbah. Limbah cair pabrik kelapa sawit telah banyak digunakan di perkebunan kelapa sawit baik perkebunan negara maupun perkebunan swasta. Penggunaan limbah cair mampu meningkatkan produksi TBS 16-60%. Limbah cair tidak menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap kualitas air tanah di sekitar areal aplikasinya.

Parit sekunder pada aplikasi limbah cair sistem flatbed

Pabrik Kelapa Sawit Mini * Pabrik kelapa sawit (PKS) mini merupakan salah satu teknologi alternatif pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 0,5-1 ton TBS/jam. PKS mini dirancang khusus untuk perkebunan kelapa sawit dengan luas 160-300 ha. PKS mini sangat mudah dioperasikan, hanya memerlukan tenaga kerja 6 orang/shift, menggunakan limbah sawit sebagai bahan bakar, dan hanya memerlukan lahan 2.500 m2. PKS M-1000 terdiri atas delapan unit peralatan pengolahan, yaitu satu unit boiler yang mampu menghasilkan 600 kg uap/jam dengan tekanan 3 kg/cm, dua unit steriliser, satu unit thresher dengankapasitas 1.000 kg TBS/jam, satu unit double screw press mini, satu unit tangki

klarifikasi dengan kapasitas 1.200 liter, satu unit tangki penampung minyak, satu unit deperikarper dengan kapasitas 200 kg biji+serat/jam, serta satu unit nut cracker dengan kapasitas 500 kg biji/jam. * Dengan biaya investasi PKS M-1000 sebesar Rp1,5 miliar, biaya pengolahan TBS menjadi crude palm oil (CPO) adalah Rp368,23/kg TBS dengan asumsi harga CPO Rp3.150/kg, inti Rp1.675/kg dan harga beli TBS Rp567,4/kg. PKS Mi-1000 secara ekonomis layak diusahakan dengan parameter ekonomi sebagai berikut: IRR= 24,78%; B/C= 1,18; NPV= Rp708.305.000; payback period= 3 tahun. Sasaran pengembangan PKS M-1000 adalah kelompok pekebun kecil kelapa sawit swadana, usaha perkebunan besar skala kecil, dan usaha perkebunan skala menengah yang ongkos angkut TBS ke PKS lebih dari Rp75/kg TBS. Manfaat yang diperoleh petani kelapa sawit dengan adanya PKS M-1000 adalah petani lebih mudah melakukan pemasaran TBS, harga TBS yang dihasilkan petani menjadi bersaing sehingga pendapatanpetani bertambah. Selain itu, tandang kosong sawit (TKS) yang merupakan limbah padat PKS dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik.

Unit pengolahan pabrik kelapa sawit mini: boiler (a), sterilizer (b), thresher (c), screw press (d), clarification tank (e), digester (f), fruit elevator (g), ripple mill (h), fibrating screen (i), dan tangki penampungan (j)

Palm Baking Shortening * Shortening dari fraksi minyak sawit merupakan suatu formula yang mempunyai karakteristik mirip dengan produk shortening komersial Shortening dari minyak sawit (a), dan aplikasi shortening pada roti dan kue (b) yang dibuat dengan bahan baku minyak kedelai dan minyak biji kapas yang terhidrogenasi parsial, dan forula lain yang mempunyai karakteristik mirip dengan shortening yang dibuat dari lemak hewani. Teknik pendekatan formulasi dilakukan berdasarkan sifat fisika dan kimia produk komersial yang digunakan sebagai acuan.

Produk shortening yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) tanpa melalui proses hidrogenasi, sehingga bebas dari lemak trans yang dapat memicu terjadinya penyakit kanker (karsinogenik). Produk juga tidak menggunakan campuran bahan baku lemak hewani sehingga bebas dari kolesterol. Palm baking shortening dari minyak sawit dapat memberikan alternatif baru bagi produsen shortening dalam memilih bahan baku. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan minyak sawit untuk industri shortening dalam dan luar negeri.

Shortening dari minyak sawit (a), dan aplikasi shortening pada roti dan kue (b)

Minyak Makan Merah * Minyak makan merah adalah minyak alami hasil pengolahan lanjut CPO, tanpa pewarna dan tanpa pengawet buatan. Minyak makan merah kaya akan karoten ( 440 ppm) dan vitamin E ( 500 ppm) yang sangat esensial untuk kesehatan, yaitu sebagai sistem kekebalan tubuh, antioksidasi, penundaan penuaan, dan pencegahan kanker. Teknologi proses minyak makan merah yang dikembangkan oleh PPKS tanpa menggunakan bahan kimia berbahaya, sehingga aman dikonsumsi dan mudah dikembangkan pada skala industri kecil. Minyak makan merah dapat diaplikasikan pada minyak salad dan bahan nutrifikan pangan (margarin, mi instan, selai kacang). Harga minyak makan merah di Malaysia berkisar RM10/liter setara dengan Rp25.000/liter. Biaya produksi minyak makan merah yang dikembangkan PPKS sekitar Rp5.000/liter. Minyak makan merah dapat digunakan sebagai sumber vitamin A dan E.. Tingkat konsumsi

Minyak makan merah(a), dan aplikasi minyakmakan merah pada produk margarin (b)

minyak di Indonesia per kapita per tahun adalah 15 kg atau setara dengan 41 g/hari. Kebutuhan vitamin A untuk orang dewasa sekitar 800-1.000 RE (retinol equivalent). Dengan demikian, mengkonsumsi minyak makan merah 12 g/hari atau 29,2% dari konsumsi minyak per hari, sudah dapat memenuhi kebutuhan vitamin A untuk orang dewasa. Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit * Teknologi produksi kompos dari tandan kosong sawit (TKS) merupakan satu teknologi pengolahan limbah yang sekaligus dapat mengatasi masalah limbah padat dan limbah cair di PKS. Penerapan teknologi ini memungkinkan PKS untuk menerapkan konsep zero waste yang berarti tidak ada lagi limbah padat dan cair yang dibuang. Proses pengomposan TKS dimulai dengan pencacahan TKS dengan mesin pencacah. TKS yang telah dicacah ditumpuk di atas lantai semen pada udara terbuka atau di bawah atap. Tumpukan dibalik 3- 5 kali seminggu dengan mesin pembalik BAKHUS dan disiram dengan limbah cair PKS. Pada akhir pengomposan yang berlangsung selama 6-8 minggu, kompos diayak dan dikemas.

Proses pembalikan kompos tandan kosong sawit (a) dan kompos tandan kosong sawit kering (b).

Total biaya investasi produksi kompos dari TKS berkisar Rp4 miliar untuk PKS dengan kapasita 30 ton TBS/jam. Dengan asumsi produksi kompos per hari 60 ton, maka biaya produksi kompos adalah Rp150/kg. Dengan harga jal kompos bulk Rp400/kg, keuntungan langsung yang diperoleh sebesar Rp366/kg atau sekitar Rp2,28 miliar/tahun sebelum pajak.

diposkan oleh perkebunan di 11:19 0 komentar

CARA-CARA MENANAM KELAPA SAWIT


CARA-CARA MENANAM KELAPA SAWIT
PENDAHULUAN

Kelapa sawit sesuai ditanam di kawasan tanah yang gembur, tanah liat gembur dan tanah gambut (kurang dari satu meter dalam).

Tanah gambut (lebih satu meter dalam), tanah masam dan tanah paya adalah kurang sesuai bagi tanaman kelapa sawit. Walau bagaimanapun dengan pengurusan sistem pengairan dan pembajaan yang sempurna, jenis-jenis tanah ini boleh juga ditanam dengan kelapa sawit dengan jayanya.

PERLAKSANAAN KERJA

Kerja-kerja pembersihan, pembarisan dan penanaman kacang penutup bumi dikawasan ladang hendaklah disempurnakan sebelum menanam anak-anak pokok kelapa sawit.

Pembersihan: Kerja-kerja membersih ladang hendaklah mengambilkira kos bunuh dan jentera, keadaan tanah (curam atau rata), hutan atau kawasan tanam semula.

Adalah penting operasi pembersihan ladang dijalankan serentak dengan masa anak benih dapat diperolehi dari pembekal. Jika mempunyai tapak semaian sendiri, masa penyediaan ladang hendaklah disesuaikan dengan masa mengeluarkan anak benih yang telah cukup matang untuk ditanam diladang. Perancangan jadual kerja adalah amat mustahak untuk kejayaan penanaman diladang.

Pembarisan: Barisan tanaman dibuat mengikut arah Utara-Selatan supaya pokok-pokok mendapat cahaya matahari yang maksima.

Kekacang penutup bumi: Menanam kekacang penutup bumi dilakukan setelah kerja-kerja pembarisan selesai dilaksanakan. (Kawasan gambut tidak perlu tanam kekacang).

Penutup bumi adalah untuk:

Mengawal hakisan Memperbaiki status zat pemakanan dalam tanah, khususnya Nitrogen Memelihara kelembapan tanah

Tiga jenis kekacang penutup bumi yang biasa ditanam adalah:

Centrosema pubescens Pueraria phaseoloides Calopogonium mucunoides/caeruleum

Benih kekacang boleh dibeli dari pembekal-pembekal swasta manakala kompos rhizobium boleh dibeli di Institut Penyelidikan Getah Malaysia (RRIM). Kaedah ringkas menanam kekacang penutup bumi adalah seperti berikut:

Umumnya campuran 10g kompos rhizobium dengan 10kg biji benih kekacang digunakan.

Campuran tersebut ditabur didalam jalur yang selari diantara 2 barisan pokok kelapa sawit. Jarak diantara jalur-jalur adalah 2 meter. Contoh kadar campuran biji benih kekacang adalah seperti berikut:-

Kekacang Kg/ha Centrocema pubescens 4.0 Pueraria phaseoloides 1.1 Calopogonium caeruleum 0.6

Baja campuran N:P:K:Mg (15:15:6:4) digunakan sebagai baja asas dengan kadar 56 kg/hektar. Tabur baja debu Fosfat (seperti CIRP) pada kadar 560 kg sehektar mengikut jadual berikut:

Umur Kekacang Semasa menanam (sepanjang jalur-jalur) 2 bulan 6 bulan 8 bulan 12 bulan

Kadar Baja Debu Fosfat (kg/ha)

112

112 112 112 112

Pengawalan rumpai dan serangga perosak diperlukan dengan mengguna racun-racun yang sesuai jika hendak memperolehi tanaman kacang yang baik.

PenanamanPenanaman: Anak benih sawit yang telah berumur 12-15 bulan ditapak semaian adalah sesuai untuk ditanam. Kaedah ringkas penanaman adalah seperti berikut:-

Lubang Tanaman disediakan 2-3 minggu sebelum menanam. Ukuran lubang mesti dilebihkan dari ukuran polibeg supaya penanaman mudah dijalankan. Tanah lapisan bawah dan lapisan atas diasingkan.

Taburkan 150g - 200g baja Fosfat didalam lubang. Buangkan/Tanggalkan polibeg sebelum anak benih ditanam. Masukkan anak benih kedalam lubang yang telah disediakan. Lubang dikambus dengan tanah lapisan atas dahulu dan diikuti dengan tanah lapisan bawah supaya buku-pangkal pokok berkeadaan sama rata dengan permukaan tanah.

Anak benih hendaklah berkeadaan tegak selepas ditanam. Mampatkan tanah disekeliling pokok dengan tidak merosakan akarnya. Masa menanam hendaklah pada musim hujan dan elakkan dari menanam pada musim kemarau.

Lazimnya, jarak tanaman yang dipilih adalah 9 meter tiga segi yang memberi 136 pokok pada 1 hektar. Kepadatan pokok sehektar dengan jarak tanaman yang berbeza adalah seperti jadual dibawah:

Jarak Meter (Kaki) 8.5 (28) 8.7 (29) 9.0 (30)

Jumlah Pokok Hektar (Ekar) 160 (65) 148 (60) 136 (55)

Sulam pokok-pokok yang mati apabila menjalani pemeriksaan sekurang-kurangnya 6 bulan selepas menanam.

Tanaman selinganTanaman selingan:

Kacang tanah, jagong dan lain-lain tanaman kontan atau sayur-sayuran boleh ditanam sebagai selingan dalam masa tiga tahun pertama selepas pokok sawit ditanam.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tanaman selingan ialah:

Tanaman itu memberi keuntungan dalam masa tiga tahun. Tanaman itu tidak memberi persaingan yang boleh menjejaskan kesuburan pokok kelapa sawit dari segi zat-zat pemakanan, air dan cahaya matahari.

Ada pasaran atau mudah memasarkan hasil tanaman selingan itu.

diposkan oleh perkebunan di 11:09 0 komentar

http://teguhpranoto1991.blogspot.com/

Pengelolaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dalam usaha Budidaya Tanaman Karet
Apr.25, 2010 in Aspek Teknis Usaha, Pengetahuan Umum, Usaha Perkebunan

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan dipusatkan di sekitar barisan tanaman. Pada tahap awal, daerah di sekitar pangkal batang dibebaskan dari gulma. Dengan bertambahnya umur tanaman pada daerah yang dibebaskan dari gulma adalah daerah 1 meter sebelah kiri dan kanan barisan tanaman. Dengan cara demikian maka kegiatan pemeliharaan selanjutnya dan penyadapan dapat dilakukan dengan mudah. Pada masa TBM, pengendalian gulma lebih banyak menggunakan cara manual yaitu dengan mencabut/membersihkan gulma secara langsung dengan tangan/kored. Pada saat yang bersamaan juga dilakukan pengaturan tanaman penutup tanah yang melilit batang karet. Cara pengendalian dengan menggunakan herbisida hanya dilakukan secukupnya saja.

1. 2.

1. 2.

3. 4. 5. 6.

Pemupukan. Pemupukan pada TBM berfungsi untuk mempercepat tanaman mencapai matang sadap. Pada umumnya unsur yang diberikan adalah N, P, K dan Mg dengan dosis sesuai anjuran daerah setempat. Pupuk ini diberikan dua kali dalam setahun yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Jika dirasa perlu, penggunaan pupuk daun juga dapat dilaksanakan. Dosis pupuk bagi TB, TBM, maupun TM disajikan pada Tabel di bawah ini. Kebutuhan Pokok SPUmur Urea SP-36 KCl Urea KCl 36 Tanaman (gram/pohon). (gram/pohon) TB 50 100 25 50 TBM 1 236 100 100 118 50 50 TBM 2 333 267 150 160 123 75 TBM 3 381 267 200 175 128 92 TBM 4 429 333 200 188 147 88 TBM 5 476 333 200 200 140 84 TM 1 524 333 350 265 170 175 25 Irigasi dan pemberian mulsa. Pemberian irigasi pada tanaman belum menghasilkan jarang sekali dilakukan. Untuk mengurangi tingkat evapotranspirasi di sekitar pertanaman, maka pada daerah perakaran tanaman diberikan mulsa jerami. Dari beberapa penelitian perlakuan ini akan mengurangi evapotranspirasi, menurunkan suhu tanah dan meningkatkan ketersediaan air dalam tanah. Pemberian mulsa ini dapat dilakukan sejak awal tanaman ditanam di lapang sampai tajuk tanaman sudah saling menutup. Pembentukan bidang sadap. Pembentukan bidang sadap dilakukan dengan dua cara di bawah ini. Untuk klon yang cenderung membentuk cabang digunakan cara pembuangan tunas. Semua tunas yang tumbuh di bawah ketinggian 2,5 m dipotong/dibuang sehingga batang tanaman akan tumbuh dengan baik (tinggi dan lurus). Untuk klon yang sulit membentuk cabang/tunas maka dilakukan pemenggalan (topping) pada ketinggian 2,5 m atau penguncupan (pengikatan daun-daun dalam satu payung) pada ketinggian 2,5 m. Dengan cara demikian diharapkan akan tumbuh tunas dan menghasilkan bidang sadap yang baik. Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara rutin dengan memperhatikan tingkat serangan yang terjadi. Untuk mengetahui akan terjadinya serangan hama/penyakit sejak awal maka perlu dilakukan pengontrolan tanaman secara rutin (early warning system). Pada cara ini terdapat tim yang bertugas mengidentifikasi tingkat serangan dan tim pengendalian serangan hama/penyakit. Pada tanaman belum menghasilkan lebih banyak mengalami serangan penyakit dari pada hama. Penyakit yang sering menyerang tanaman karet pada umumnya adalah rayap (Coptotermes sp), yang dapat diberantas dengan menggunakan Chlordane 8 EC atau Basudin 6 0 EC dengan konsentrasi 0,3%. Sementara itu hama Kuuk (Exopholis hypoleuca) dapat diberantas dengan Basudin 10 G. Penyakit tanaman karet lainnya yang seringpula ditemukan pada antara lain. Cendawan akar merah (Ganoderma pseudoferrum) dapat diberantas dengan collar protectant. Penyakit daun Gloesporium pada TBM, dapat diberantas penyemprotan larutan KOC, misalnya Cabak dengan konsentrasi 0,1% atau Daconil 75 wp dengan konsentrasi 0,1 sampai 0,2%. Sementara itu, jika menyerang TM, dapat diberantas dengan sistem fogging menggunakan Daconil atau fungisida lainnya. Cendawan akar putih (Rigidonporus lignosus), dapat diberantas dengan Fomac 2 atau Shell Collar Protectant atau Calixin Collar Protectant. Penyakit jamur upas (Corticum salmonikolor) dapat diberantas dengan Calixin Ready Mix 2%. Penyakit bidang sadapan Mouldyrot dapat diberantas dengan Benlate konsentrasi 0,1 0,2 % atau Difolan 4F konsentrasi 1 2 %. Penyakit bidang sadapan kanker garis (Phytophora palmivora) diberantas dengan Difolatan 4 F konsentrasi 2 4 %. Sensus dan konsolidasi tanaman. Sensus tanaman bertujuan untuk mengetahui jumlah dan kondisi tanaman yang ada di lapang. Dengan demikian dapat diketahui berapa jumlah tanaman yang harus disulam (konsolidasi tanaman). Kegiatan sensus tanaman akan terus dilakukan sampai tanaman menghasilkan, sedangkan penyulaman hanya dilakukan sampai tanaman berumur 4 tahun. Pemeliharaan jalan produksi. Pemeliharaan jalan secara rutin dilaksanakan dengan selang/rotasi pemeliharaan 6 bulan sekali. Pada kondisi khusus (curah hujan tinggi) dapat saja

perbaikan/peningkatan mutu jalan dilakukan di luar jadwal yang telah ditentukan. Pemeliharaan jalan ini dapat berupa penimbunan/pemadatan, pemeliharaan saluran dan perbaikan badan jalan. Pengukuran lilit batang. Pengukuran lilit batang dilakukan untuk melihat perkembangan pertumbuhan tanaman dan terutama untuk menentukan waktu matang sadap. Pengukuran ini secara rutin dilakukan 6 bulan sekali pada semua tanaman yang ada di lapangan. Dengan dilakukannya pengukuran lilit batang ini dapat dipersiapkan jumlah peralatan dan tenaga kerja penyadap yang diperlukan. Secara umum setiap tahun lilit batang tanaman karet akan bertambah antara 10 sampai 12 cm. Tanaman karet baru dapat disadap jika (1) lilit batangnya pada ketinggian 1 m dari pertautan lebih besar atau sama dengan 45 cm dan (2) 60% dari populasi. Technorati : Pengelolaan Tanaman, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), usaha Budidaya Tanaman Karet Del.icio.us : Pengelolaan Tanaman, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), usaha Budidaya Tanaman Karet Zooomr : Pengelolaan Tanaman, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), usaha Budidaya Tanaman Karet Flickr : Pengelolaan Tanaman, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), usaha Budidaya Tanaman Karet

FOREDI UTK TAHAN LAMA SEX REKOMENDASI BOYKE!

INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ?

MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA GASA REKOM BOYKE UNTUK EREKSI KERAS LEBIH 95RIBU KENCENG! INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ? METODE ALAMIAH TAMBAH UKURAN VITAL FOREDI ANTI EJAKULASI DINI BIKIN ISTRI KETAGIHAN! FOREDI ATASI EJAKULASI DINI REKOMENDASI BOYKE www.indikator-forex.com BISNIS ONLINE UNTUK PEMULA MODAL HANYA 25RIBU 1X SEUMUR HIDUP

GASA HERBAL UNTUK EREKSI KERAS ISTRI KETAGIHAN! Foredi Utk Tahan Lama Sex,Rekom Boyke,BPOM. MAU GAJI 20 JUTA ? KERJA 2 JAM MODAL CUMA 95RIBU KumpulBlogger.com

Hasil Pencarian Anda di http://BinaUKM.com :

pemupukan karet tbm (89), pemeliharaan TBM karet (38), tanaman belum menghasilkan (35), sensus tanaman (25), pemupukan tbm karet (23), pupuk karet (16), TBM karet (13), sensus tanaman karet (12), pemeliharaan karet TBM (11), sensus tanaman perkebunan (10), pemeliharaan tanaman karet belum menghasilkan (10), pemeliharaan tbm (8), budidaya pengolahan tanaman sawit dan karet (8), TBM TANAMAN KARET (7), sensus tanaman kopi(7), pemeliharaan tanaman sawit (5), Tanaman belum menghasilkan karet(5), perawatan tbm (4), pengendalian gulma pada tanaman belum

menghasilkan dan tanaman menghasilkan (2), Pemupukan dan Merawat pohon karet (2), binaukm com/2010/04/pengelolaan-tanaman-belummenghasilkan-tbm-dalam-usaha-budidaya-tanaman-karet/ (2), kesimpulan makalah karet(2), www cara mengatasi hama rayap pd karet com (1), peraturan tanaman belum menghasilkan (1), Upaya mempersingkat tanaman belum menghasilkan tanaman karet (1), umur pemenggalan karet (1), perlakuan akuntansi untuk tanaman yang belum menghasilkan (1), toping tanaman teh (1), teknik toping pada pohon karet (1), Teknik pempercepat lilit batang karet (1), tbm (tanaman karet) (1), tanaman belum menghasilkan pelakuannya secara akuntansi (1), Tanaman belum menggasil kan (1), sensus tanaman manghasilkan (1), pupuk sawit tbm (1), Rekomendasi pemupukan karet TBM(1), sensus pada tanaman teh (1), Penyakit pada karet TBM (1), penyakit batang pada TBM 3 tanaman karet (1), Penjelasan tentang pemberian Perlakuan khusus pada tanaman (1), karet belum menghasikan (1), jurnal pada akuntansi tanaman belum menghasilkan (1), gulma terdapat di tm apa di tbm (1), Dosis pemupukan tanaman karet TM dan TBM (1), Dosis anjuran umum pemupukan tanaman karet tbm dan tm (1), cara topping tanaman durian (1), cara sensus tanaman (1), Cara perawatan tanaman karet TBM (1),Cara pemeliharaan dan pemupukan pohon karet (1), Cara pembasmi rayap pd tanaman karet (1), Cara mempercepat lilit batang karet (1), kebutuhan pupuk karet tbm (1), Mengapa mulsa jerami di berikan pada daerah perakaran (1), pengendalian gulma dengan cara irigasi (1), pengendali hama rayap putih di tanaman karet (1), pemupukan tbm (1), pemupukan pohon karet (1), Pemeliharaan karet tanaman belum menghasilkan (1), pembentuka cabang pada tanaman karet (1), Obat rayapuntuk tanaman sawit usia lima tahun (1), metode sensus pohon (1), metode pengolahan tanaman sawit (1),mengatasi rayap dipohon sawit (1), mengatasi hama rayap durian (1), Cara memberantas rayap pada tanaman karet (1)
1. 2. 3. 4. 5. Artikel Terkait: Pengelolaan Tanaman Menghasilkan (TM) dalam Usaha Budidaya Tanaman Karet Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dalam Budidaya Tanaman Kopi KARAKTERISTIK TANAMAN KARET DALAM BUDIDAYA TANAMAN KARET Teknik Budidaya Tanaman Karet dalam Usaha Budidaya Tanaman Karet (tahap pembangunan kebun) PERSYARATAN TUMBUH TANAMAN KARET DALAM BUDIDAYA TANAMAN KARET

http://binaukm.com/2010/04/pengelolaan-tanaman-belum-menghasilkan-tbm-dalam-usahabudidaya-tanaman-karet/

PERAWATAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN

A. Pengertian TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) Masa sebelum panen ( dari saat panen pertama ), berlangsung 30 36 bulan. Terdiri atas : TBM 0: menyatakan keadaan lahan sudah selesai dibuka, ditanami penutup tanah dan kelapa sawit sudah ditanam pada titik pancang.

kacangan

TBM 1 : tanaman pada tahun ke I ( 0-12 bulan ) TBM 2 : tanaman pada tahun ke II (13-24 bulan ) TBM 3 : tanaman pada tahun ke III (25-30 atau 36 bulan )

B. Penyiangan Areal 1. Penutup Tanah (M/P/W) Klasifikasi penutup tanah :


W0 : belum ada tanaman penutup tanah W1 : 100% penutup tanah kacangan W2 : 85% kacangan + 15% gulma lunak, bebas lalang W3 : 70% kacangan + 30% gulma lunak, bebas lalang W4 : 50% kacangan + 50% gulma lunak, bebas lalang P = penyiangan W = weeding

W = menyiang

Beberapa jenis gulma di perkebunan : Kategori Jahat/sangat mengganggu Nama Latin Imperata cylindrica Mikania micrantha Nama Indonesia/Daerah Lalang Sembung rambat

Mikania cordata Mimosa pudica Mimosa invisa Eupatorium odoratum Lantana camara Clidemia hirta Melastoma affine Axonopus compressus Paspalum konjugatum Cyperus rotundus Gleichenia linearis Dryopterus arida Sedang dan lunak Ageratum conyzoides Borreira latifolia Borreira laevicaulis Phyllanthus niruri

Mikania Putri malu, kucingan Pls kucingan Putihan Tahi ayam, tembelekan Harendong Senduduk Rumput pahit/pahitan Rumput pahit/buffalo grass Teki Pakis kawat Pakis kadal

Wedusan, babandotan Kentangan Rumput kancing ungu Meniran

Kriteria pekerjaan :

TBM 1 : W1 penutup tanah seluruhnya (100%) kacangan. Rumput-rumput dan gulma lain dibersihkan semua. TBM 2 : W1, seperti pada TBM 1 TBM 3 : W3 Penutup tanah terdiri dari 70% kacangan + 30% gulma lunak Yang diberantas adalah gulma jahat, lalang, mikania, pahitan, pakis, teki (lihat daftar gulma) Kacangan yang merambat ke pohon kelapa sawit diturunkan Gulma lunak tidak perlu diberantas, wedusan, sintrong Penyiangan :

Bulan 1-4 Bulan 5-7 Bulan 8-22 Gawangan

: intensif jarak 2-2-2-3-3-4-mg , 4 6 HK/ha : 1x/2 bulan , 8 HK/ha : 1x/bulan , 4 HK/ha

2.

Cara dengan menggaruk/mencabut gulma. Bila vegetasi > 70 cm dengan dibabat. 1 kali/bulan . 0,5-1 HK/ha

TBM 1 s/d TBM 2 = 1 x/bulan TBM 3 = 1 x/2bulan

Secara khemis : Round up 0,6 l/ha+0,5 l/ha, 2,4 D-Amien. 1 kali/2 bulan. 0,5-1 HK/ha.

TBM 1, 2 = 1 HK/ha TBM 3 = 0,75 HK/ha Piringan

3.

Secara manual : digaruk dengan arah keluar dan kedalam piringan secara bergantian. 1x/bulan

TBM 1 : jarak dari pohon 1,0 m. 4-5 HK/ha. TBM 2 : jarak dari pohon 1,5 m. 3-4 HK/ha.

TBM 3 : jarak dari pohon 2,0 m. 3-4 HK/ha.

Secara khemis disemprot dengan herbisida. Herbisida jangan sampai mengenai tajuk kelapa sawit. 1x/3 bln. 0,5 l/ha. 0,5-1 HK/ha

Gramoxone (parakuat) 0,5% = 0,5 l/100 l air/ha Round up (gliphosate) 0,5% = 0,5 l/100 l air/ha Pengendaliaan Lalang TBM 1,2 : dengan garuk/ garpu lalang TBM 3 : dengan wiping. 1x/2-3 bln. 1 HK/ha

4.

Kain lap dicelupkan kedalam larutan herbisida. 1x/2 bln Round up. 25 cc/ltr air/ha. 0,3 0,5 HK/ha. Pangkal lalang dibersihkan dulu dengan arit, kemudian di lap dari bawah ke atas sampai basah. Sebagai tanda sudah di lap ujung daun lalang dipotong/diputuskan. Dongkel Anak Kayu

5.

Membuang / mendongkel anak semak anak kayu yang ada di areal dengan cangkul. 1x/2-3 bln. 0,6 HK/ha. C. Jalan Pikul

Membuat jalan pikul sebagai jalan untuk pemeliharaan tanaman. Lebar : 80 100 cm. Alat : cangkul, parang babat.

Cara : Tanaman penutup tanah yang berada ditengah gawangan dibuka bersih menjadi jalan kontrol/pasar pikul.

TBM 1 : 1 jalan pikul untuk 8 baris tanaman. 400 m/HK. TBM 2 : 1 jalan pikul untuk 4 baris tanaman. 400 m/HK. TBM 3 : 1 jalan pikul untuk 2 baris tanaman. 400 m/HK.

Pemeliharaannya dengan cara manual/garuk atau dengan khemis di semprot dengan herbisida + 2.4 D.Amine 0,5% + Round up 0,6%. 1x/2bln. 2 HK/ha

Ketentuan dalam penggunaan nozzel untuk penyemprotan. NOZZEL Merah Biru VLV 200 VLV 100 Vol semprot / ha 600 1000 ltr 400 600 ltr 200 ltr 100 ltr Lebar Sapuan 2,0 m 1,3 m 2,0 m 2,0 m

D. Pemeliharaan Jalan.

Pengerasan jalan pada lokasi yang perlu dengan standart 10 m/ha/th. Bahan 30 m padas dan 1,5 m sirtu (pasir batu). 0,2 JKT/ha Pemeliharaan rutin dengan cara membabat rumput rumputnya. 1x3 bln.100 m/HK.

E. Parit Drainase

Mencuci parit ( C ) Bersihkan parit-parit yang ada dari hilir ke hulu. 1x/6 bln. Rumput-rumput di tebing parit dibabat. Mendalamkan Parit ( D ) Ukuran dan bentuk dipertahankan seperti semula.

C (m/HK ) P 25

D (m/HK ) 15

S 40 T 60 K 90 Parit : P (primer) F. Tapak Kuda

20 30 40 S (sekunder) T (tertier) K (kuarter)

Tapak kuda dipelihara, dipertahankan pada bentuk semula. Pemeliharaan tiap 1 tahun sebanyak 25% dari jumlah yang ada. Dilakukan secara manual dengan cangkul. 10 sat/HK. G. Teras Kontur Teras kontur dipelihara pada bentuk dan ukuran semula. Pemeliharaan 1 tahun sebanyak 25% (rotasi 1x/4 th ). 30 m/HK. H. Benteng dan Rorak Secara manual, dipelihara seperti bentuk semula, 25% per tahun. 30 m/HK. I. Penyisipan

Pohon yang mati/tidak normal diganti dengan bibit yang baru.10 pk/ha. Jumlah sisipan yang normal : TBM 1 = 5% TBM 2 = 2,5% TBM 3 =1% Penyisipan dilaksanakan pada musim hujan. Cara-caranya seperti pada tanaman kelapa sawit.

J. Konsolidasi Dilakukan pada TBM 1. Pohon yang miring atau kurang tegak diluruskan, caranya dengan sedikit menimbun tanah kemudian dipadatkan. Saat mendapatkan diperhatikan lurus/mata lima dengan tanaman yang lainnya. Bila perlu ditopang dengan bambu atau kayu. K. Titi Panen

Untuk mempermudah pemanen mengambil/mengangkut buah. Memasang 10 15 m/HK. Dibuat pada tempat-tempat yang di perlukan atau jumlahnya tergantung dari jumlah parit dan saluran air. Panjang titi panen bergantung pada lebar parit dan saluran air. Penentuan jumlah dan panjang titi panen harus didasarkan data sensus yang benar Lebar titi panen bergantung kepada kebutuhan dan harus dapat dilalui angkong dengan ketentuan lebar titi panen sekitar 20 cm. Bahan : Jembatan/titi Kayu/beton. Pemasangan : pada TBM 1= 25 % TBM 2 = 25 % TBM 3 = 50 %

L. Tempat Pengumpulan Hasil


Dibuat 3 6 bulan sebelum panen. Ukuran 2 x 2 meter. Jarak antar TPH + 50 m ( tiap 6 gawangan ). Penutup tanah/rumput dibersihkan dengan cangkul.

M. Inventarisasi Pohon Dilakukan 1x/tahun dengan memetakan dan menghitung jumlah pohon yang ada di lapangan. 1x/th N. Pemupukan Jenis dan dosis pupuk TBM mengikuti pedoman pada Bab Pemupukan. Standart tenaga tenega kerja 0,5 0,8 HK/ha, dengan rincian umum:

Membuat administrasi persiapan Mengangkat pupuk Menabur pupuk Mengumpul goni Jumlah

: 0,04 HK/ha. : 0,18 HK/ha. : 0,30 HK/ha. : 0,04 HK/ha. : 0,56 HK/ha.

2x/th. 0,5 0,8 HK/ha tiap jenis pupuk.

Kacangan penutup tanah dipupuk sebagai berikut :


3-4 minggu setelah tanam majemuk Rustika 15-15-64 sebanyak 40 kg/ha. 3 bulan setelah tanam : 80 kg RP/ha. 6 bulan setelah tanam : 120 kg RP/ha. 1 tahun setelah tanam : 150 kg RP/ha. 2 tahun setelah tanam : 200 kg RP/ha.

O. Analisa Daun

Contoh daun mulai diambil pada masa TBM 3. 1x/bln. 0,04 -0,06 HK/ha. 1 KCD (Kesatuan Contoh Daun) diambil dari setiap blok (16-25 ha). Pohon contoh dan cara pengambilan contoh daun dapat dilihat pada bab pemupukan.

P. Hama dan Penyakit


Lihat pada bab Hama dan penyakit. 1x/bln. 0,04 HK/ha. 1x/2 mg. 0,5 HK/ha Sensus global. Sensus efektif dilakukan bila terdapat petunjuk adanya kenaikan tingkat serangan hama/penyakit.

Q. Monitoring Pembungaan

Mencatat pohon-pohon yang telah mengeluarkan bunga. 1x/ bulan. Cara : dengan mengamati tiap pohon dan hasilnya digambarkan pada peta sensus. 1 HK/ha.

R. Kastrasi. Membuang bunga jantan dan betina, karena :


Buah yang jadi belum ekonomis di panen karena belum merata. Energi agar dimaksimalkan untuk pertumbuhan vegetatifnya. 1x/bln. 0,5 HK/ha. Dilaksanakan mulai saat tanaman berbunga (14 18 ) bulan sampai 26-30 bulan atau bila jumlah bunga hasil monitoring pada suatu blok sudah mencapai 50%.

Cara : Semua bunga jantan dan betina sampai ketinggian 30 cm di atas tanah dibuang, pelepah jangan terpotong. Bunga yang masih kecil dipatahkan dengan mata pengait sedangkan bunga yang sudah besar dengan alat dodos. Bunga-bunga tersebut dikumpulkan kejalan pikul dan kalau sudah kering dibakar.

S. Tunas Pasir

Dilakukan 1 kali saja pada saat umur tanaman 18 atau 24 bulan. 1 HK/ha Semua cabang kering dipotong mepet ke pangkal batang dengan alat dodos.

Standard Kebutuhan HK dan Material 1. http://www.ziddu.com/download/10567585/STANDARKEBUTUH


ANHKMATERIALTBM.pdf.html
Biaya Estimasi Budget Perawatan dapat di download disini

1. http://www.ziddu.com/download/10565666/Budgetperawatanpe
rTahuntbm0-1.pdf.html

2. http://www.ziddu.com/download/10565774/Budgetperawatanpe
rTahuntbm2.pdf.html

3. http://www.ziddu.com/download/10565838/Budgetperawatanpe
rTahuntbm3.pdf.html

Biaya Running Cost Versi Lain nya dapat di download disini 1. http://www.ziddu.com/download/10565885/RunningCostTBMI.
pdf.html

2. http://www.ziddu.com/download/10565949/RunningCostTBMII.pdf.html

3. http://www.ziddu.com/download/10565968/RunningCostTBMIII
.pdf.html

Biaya Investasi Alat dan Perawatan Alat 1. http://www.ziddu.com/download/10566002/InvestasiAlat.pdf.ht


m

2. http://www.ziddu.com/download/10566035/EstimasiRuningcost
Alat.pdf.html

Tata Cara Kastrasi dapat di donlod disini 1. http://www.ziddu.com/download/10617556/KASTRASIDANPENYERBUKA NBANTUAN.pdf.html

You might also like