You are on page 1of 7

TUGAS PATOFISIOLOGI

HIPERPLASIA, HIPERTROFI, DISPLASIA, METAPLASIA

Disusun oleh: Nama: Ida Ayu Purnama NIM: 1111102000036 Prodi/semester: Farmasi/III-B

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012

HIPERPLASIA
Hiperplasia endometrium adalah suatu masalah dimana terjadi penebalan/pertumbuhan berlebihan dari lapisan dinding dalam rahim (endometrium), yang biasanya mengelupas pada saat menstruasi. Hiperplasia endometrium biasa terjadi akibat rangsangan / stimulasi hormon estrogen yang tidak diimbangi oleh progesteron. Pada masa remaja dan beberapa tahun sebelum menopause sering terjadi siklus yang tidak berovulasi sehingga pada masa ini estrogen tidak diimbangi oleh progesteron dan terjadilah hiperplasia. Kejadian ini juga sering terjadi pada ovarium polikistik yang ditandai dengan kurangnya kesubur (sulit hamil). Gejala dari hiperplasia endometrium antara lain : siklus menstruasi tak teratur, tidak haid dalam jangka waktu lama (amenore) ataupun menstruasi terus-menerus dan banyak. Selain itu, akan sering mengalami plek bahkan muncul gangguan sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Dampak berkelanjutan dari penyakit ini, adalah penderita bisa mengalami kesulitan hamil dan terserang anemia. Hubungan suami-istri pun terganggu karena biasanya terjadi perdarahan yang cukup parah. Penebalan pada lapisan dinding dalam rahim terjadi karena kerja hormon estrogen. Makanya, jika terjadi penebalan berlebih itu menunjukkan adanya peningkatan berlebih dari kadar hormon estrogen itu sendiri. Pada kasus umum, peningkatan hormon estrogen bisa terjadi akibat dipicu oleh tumbuhnya kista. Pada kasus lain, penebalan dinding rahim juga terjadi karena faktor ketidakseimbangan hormonal dimana peningkatan hormon estrogen tak diimbangi oleh peningkatan progesteron. Kondisi ini juga biasanya dialami oleh wanita yang tergolong berbadan gemuk karena produksi estrogennya berlebihan. Jadi, hiperplasia endometrium sebenarnya bisa dialami siapa pun, baik yang sudah memiliki anak maupun belum. Terjadinya penebalan dinding rahim bisa diketahui dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Namun untuk memastikannya perlu dilakukan kuratase. Hasil kuretan dinding rahim akan dikirim ke bagian Patologi Anatomi untuk didiagnosa lebih lanjut. Berdasarkan kajian medis, gangguan penebalan dinding rahim ini bisa dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu: 1. Simplek : kategori ringan dan tak akan berakhir dengan keganasan sehingga penderita tetap masih bisa hamil. 2. Kistik / Kelenjar / Adenomatous: juga tergolong tidak berbahaya. 3. Atipik : kategori berbahaya, biasanya merupakan cikal bakal terjadinya kanker. Ini yang perlu diwaspadai. Terapi atau pengobatan bagi penderita hiperplasia, antara lain sebagai berikut: 1.) Tindakan kuratase selain untuk menegakkan diagnosa sekaligus sebagai terapi untuk menghentikan perdarahan.

2.) Selanjutnya adalah terapi progesteron untuk menyeimbangkan kadar hormon di dalam tubuh. Namun perlu diketahui kemungkinan efek samping yang bisa terjadi, di antaranya mual, muntah, pusing, dan sebagainya. Rata-rata dengan pengobatan hormonal sekitar 3-4 bulan, gangguan penebalan dinding rahim sudah bisa diatasi. 3.) Jika pengobatan hormonal yang dijalani tak juga menghasilkan perbaikan, biasanya akan diganti dengan obat-obatan lain. Tanda kesembuhan penyakit hiperplasia endometrium yaitu siklus haid kembali normal. Jika sudah dinyatakan sembuh, ibu sudah bisa mempersiapkan diri untuk kembali menjalani kehamilan. Namun alangkah baiknya jika terlebih dahulu memeriksakan diri pada dokter. Terutama pemeriksaan bagaimana fungsi endometrium, apakah salurannya baik, apakah memiliki sel telur dan sebagainya. 4.) Khusus bagi penderita hiperplasia kategori atipik, jika memang terdeteksi ada kanker, maka jalan satu-satunya adalah menjalani operasi pengangkatan rahim. Penyakit hiperplasia endometrium cukup merupakan momok bagi kaum perempuan dan kasus seperti ini cukup dibilang kasus yang sering terjadi, maka dari itu akan lebih baik jika bisa dilakukan pencegahan yang efektif. Langkah-langkah bisa yang disarankan untuk pencegahan, seperti: * Melakukan pemeriksaan USG dan / atau pemeriksaan rahim secara rutin, untuk deteksi dini ada kista yang bisa menyebabkan terjadinya penebalan dinding rahim. * Melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami gangguan seputar menstruasi apakah itu haid yang tak teratur, jumlah mestruasi yang banyak ataupun tak kunjung haid dalam jangka waktu lama.

HIPERTROFI

Hipertrofi kardiomiopati adalah sekumpulan penyakit jantung yang ditandai dengan adanya penebalan pada dinding ventrikel. Penyebab: kardiomiopati hipertofik bisa terjadi sebagai suatu kelainan bawaan. penyakit ini juga dapat terjadi pada orang dewasa dengan akromegali (terjadi akibat kelebihan hormon pertumbuhan di dalam darah) atau pada penderita hemokromositoma (suatu tumor yang menghasilkan adrenalin). Penderita neurofibromatosis juga bisa mengalami kardiomiopati hipertrofik. Biasanya setiap penebalan pada dinding otot jantung mencerminkan reaksi otot terhadap peningkatan beban kerja jantung dan penyebab yang khas dari keadaan ini adalah: a. tekanan darah tinggi b. penyempitan katup stenosis (stenosis katup aorta) c. keadaan lainnya yang menyebabkan meningkatnya tekanan aliran darah dari jantung tetapi penderita kardiomiopati hipertrofik tidak memiliki keadaan tersebut. bahkan penebalan pada kardiomiopati hipertrofik biasanya merupakan akibat dari kelainan genetic yang diturunkan. Jantung lebih kaku dari normal dan lebih tahan terisi oleh darah dari paru-paru. sebagai akibatnya terjadi tekanan balik ke dalam vena paru-paru, yang dapat menyebabkan terkumpulnya cairan di dalam paru-paru, sehingga penderita mengalami sesak nafas yang sifatnya menahun. penebalan dinding ventrikel juga bisa menyebabkan terhalangnya aliran darah, sehingga mencegah pengisian jantung yang sempurna. gejala-gejalanya berupa: pingsan nyeri dada palpitasi yang disebabkan oleh denyut jantung yang tidak beraturan gagal jantung yang disertai sesak nafas denyut jantung yang tidak beraturan bisa menyebabkan kematian mendadak

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, seperti terdengarnya suara jantung yang khas pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop. Diagnosis biasanya diperkuat dengan pemeriksaan EKG, ekokardiogram, atau rontgen dada. jika akan dilakukan pembedahan mungkin perlu dilakukan kateterisasi jantung untuk mengukur tekanan di dalam jantung jika memungkinkan, dokter mengobati penyebab yang mendasari. pengobatan kardiomiopati hipertrofi ditujukan terutama untuk mengurangi resistensi jantung untuk mengisi darah di antara detak jantung. Beta-blocker (metoprolol, atenolol, sotalol, propanolol, bisoprolol, carvedilol) dan penghambat saluran kalsium (verapamil, diltiazem) diminum secara terpisah atau bersama-sama dalah pengobatan utama. kedua jenis obat tersebut mengurangi sejuh mungkin kontraksi otot jantung, sehingga jantung berkontraksi kurang tegas. akibatnya, jantung dapat mengisi lebih baik, dan jika otot menebal menghalangi aliran darah, darah bisa mengalir keluar dari jantung lebih mudah. juga beta-blocker dan verapamil memperlambat denyut jantung, sehingga jantung memilik lebih banyak waktu untuk mengisi.

Kadang-kadang, disopyramide dan amiodarone, obat yang menurunkan kekuatan kontraksi jantung, juga digunakan. pada orang yang diduga memiliki peningkatan resiko kematian mendadak, dokter mungkin merekomendasikan implant cardioverter-defibrilator. Pembedahan untuk mengangkat beberapa dari otot jantung yang menebal (myectomi) dapat meningkatkan aliran darah dari jantung, namun hal itu dilakukan hanya ketika gejala melumpuhkan meskipun sudah terapi obat. pembedahan dapat meredakan gejala, tetapi tidak mengurangi resiko kematian. Alkohol ablasi (penghancuran terkendali area kecil dari otot jantung) semakin banyak digunakan oleh orang tertentu untuk meningkatkan aliran darah dari jantung karena dapat dilakukan dengan menggunakan kateterisasi jantung. Meskipun kateterisasi jantung merupakan prosedur invasif dimana kateter dimasukkan ke dalam hati, ia memiliki resiko yang lebih sedikit daripada operasi.

DISPLASIA BRONKOPULMONER
Displasia Bronkopulmoner adalah cedera pada paru-paru akibat terapi oksigen konsentrasi tinggi dan pemakaian ventilator. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada bayi prematur. Displasia bronkopulmoner terjadi pada bayi yang telah menerima terapi oksigen konsentrasi tinggi dalam jangka panjang dan menggunakan ventilator dalam jangka panjang (biasanya lebih dari 1 minggu), untuk mengobati sindroma gawat pernafasan pada bayi baru lahir. Cedera paru-paru yang menyebabkan terjadinya displasia bronkopulmoner bisa disebabkan oleh meningkatnya tekanan di dalam paru-paru karena ventilator mekanik atau karena keracunan oksigen yang terjadi akibat pemaparan oksigen konsentrasi tinggi dalam jangka panjang. Faktor resiko terjadinya displasia bronkopulmoner: # Prematuritas # Infeksi saluran pernafasan # Penyakit jantung bawaan # Penyakit berat lainnya pada bayi baru lahir yang memerlukan terapi oksigen atau ventilator. Gejalanya berupa: - Pernafasan yang cepat - Warna kulit kebiruan - Sesak nafas. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan: - rontgen dada - gas darah arteri - CT scan dada - oksimetri. Ventilator biasanya diperlukan untuk memberikan tekanan pada paru-paru agar jaringan paru-paru mengembang dan untuk memberikan oksigen tambahan. Jika bayi sudah dapat menyesuaikan diri, maka tekanan dan konsentrasi oksigen secara berangsurangsur dikurangi. Ketika ventilator dilepas, oksigen bisa terus diberikan melalui masker atau selang kecil yang dimasukkan ke lubang hidung, selama beberapa minggu atau beberapa bulan.

Makanan biasanya diberikan melalui selang yang dimasukkan ke lambung. Diperlukan ekstra kalori karena bayi memerlukan kalori yang lebih untuk bisa bernafas. Cairan cenderung tertimbun di dalam paru-paru yang meradang, sehingga asupan cairan agak dibatasi dan kadang diberikan diuretik untuk meningkatkan pembuangan cairan dari tubuh. Setelah dirawat beberapa bulan, kadang bayi meninggal. Pada bayi yang selamat, gangguan pernafasan secara berangsur-angsur akan menghilang. Tetapi pada tahun-tahun pertama, bayi ini memiliki resiko tinggi menderita pneumonia (terutama yang disebabkan oleh virus). Bisa diberikan imunisasi dengan antibodi untuk RSV (respiratory syncytial virus). PENCEGAHAN Untuk mencegah terjadinya displasia bronkopulmoner, sebaiknya alat bantu pernafasan dilepaskan secepat mungkin atau pemakaiannya dipersingkat.

METAPLASIA
Metaplasia,adalah perubahan yang reversible dari satu jenis sel dewasa menjadi sel dewasa yang lain. 1. Metaplasia miloid adalah terdapatnya jaringan miloid pada temepat ekstramedularis;secra spesifik, sindroma karakteristik dengan splenomegali, anemia, dan adanya eritrosit berinti dan granulosit imatur dalam sirkulasi darah, dan hematopotisis ekstramedularis dalam hepar dan lien 2. Metaplasia pseudopilorik adalah metaplasia gastric dimana kelenjar gaster hilang dan digantikan oleh tubulus yang snagta menyerupai glandula pilorik normal 3. Metaplasia pulp adalah keadaan dari jaringan dimana terjadi keadaan memburuk dari jaringan pulpa gigi bentuk dentin ke keadaan jaringan ikat 4. Metaplasia squamous adalah transformasi dari epiteliyum bersilia pseudotratifikasi menjadi epithelium skuamosa sratifikasi

DAFTAR PUSTAKA
www.mediasehat.com www.medicastore.com

You might also like