Professional Documents
Culture Documents
Perkembangan Kasus Kehutanan di
Kalimantan Tengah
1. Kasus DA (Seruyan)
Korupsi Pemberian Ijin Perkebunan di kawasan Hutan Oleh DA (Seruyan, Kalimantan Tengah)
Kasus Posisi
• Dalam kurun waktu bulan Februari 2004 – akhir tahun 2005, DA dalam kewenangannya selaku
Bupati Seruyan telah mengeluarkan 43 Surat Keputusan untuk kegiatan operasional usaha
perkebunan kepada 23 Perusahaan perkebunan di Kabupaten Seruyan. Dalam 43 Surat
Keputusan Bupati Seruyan tersebut, DA telah memberikan persetujuan prinsip usaha kegiatan
operasional di lapangan dan menyelesaikan proses HGU pada BPN tanpa adanya ijin/ keputusan
Menteri Kehutanan, sebagaimana dimaksud dan diatur Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun
2004 tentang perencanaan kehutanan.
• Setidak‐tidaknya ke 23 Perusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut telah menggunakan
kawasan hutan produksi seluas 274.188 hektare. Dari 23 Perusahaan yang mendapat
persetujuan prinsip usaha kegiatan operasional perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan
produksi, 16 perusahaan diantaranya adalah milik keluarga DA – Bupati Seruyan. DA melanggar
ketentuan Menteri Kehutanan R.I. yang pada pokoknya menyatakan agar Bupati Seruyan tidak
memberikan izin kepada 23 Perusahaan perkebunan tersebut untuk melakukan aktivitas
dilapangan sebelum ada Keputusan Menteri Kehutanan yang didasarkan atas penelitian terpadu
dan tidak melakukan proses pengukuran kadastral/ perolehan hak atas tanah (HGU) dari Badan
Pertanahan nasional (BPN) sebelum ada SK pelepasan dari Menteri Kehutanan.
• Hal ini dibuktikan Surat Keputusan Bupati Seruyan No. 147 Tahun 2004 tanggal 23 Desember
2004 tentang pemberian ijin lokasi untuk keperluan pembangunan perkebunan kelapa sawit
atas nama PT. Gawi Bahandep Sawit Mekar di Desa Empa, Tanjung Baru, Jahitan dan Muara Dua
Kecamatan seruyan Hilir – Kabupaten Seruyan. Dalam Keputusan Bupati Seruyan No. 147 Tahun
2004 tersebut secara jelas dan tegas menyebutkan alamat PT. Gawi Bahandep Sawit Mekar
beralamat di Jalan Tidar 1 No. 1 Sampit. Faktanya alamat tersebut adalah alamat tempat tinggal
anak dari DA.
Kertas Kerja No.3/AH‐2/05/2008 ELSDA Institute Page 1
• Penerbitan Surat Keputusan tersebut juga melanggar Surat Menteri Kehutanan No.
S.590/Menhut‐VII/2005 tanggal 10 Oktober 2005 tentang kegiatan usaha perkebunan serta
Surat Menteri Kehutanan No. S.255/Menhut‐II/07 tanggal 13 April 2007 tentang pemanfaatan
Areal Kawasan Hutan. Penerbitan SK Bupati Seruyan tersebut jelas dan terang melanggar
ketentuan Menteri Kehutanan yang pada pokoknya menyatakan agar Bupati Seruyan tidak
memberikan izin kepada 23 Perusahaan perkebunan tersebut untuk melakukan aktivitas di
lapangan sebelum ada Keputusan Menteri Kehutanan yang didasarkan atas penelitian terpadu
dan tidak melakukan proses pengukuran kadastral/ perolehan hak atas tanah (HGU) dari Badan
Pertanahan nasional (BPN) sebelum ada SK pelepasan dari Menteri Kehutanan.
• Di samping itu, DA melakukan lobi untuk pelepasan kawasan hutan lindung di Kabupaten
Seruyan pada bulan juni 2005, dalam suratnya kepada gubernur Kalimantan Tengah , Darwan Ali
mengajukan permohonan kepada gubernur Kalimatan Tengah pada tanggal 10 Juni 2005 untuk
memfasilitsi pelepasan 357,710 hektar hutan produksi dan hutan produksi terbatas
diperuntukkan bagi 23 perusahaan perkebunan sawit melalui penyesuain rencana penggunaan
lahan propinsi.
• Menurut Data BPN Seruyan ada sekitar 8 perusahaan perkebunan yang kawasannya tumpang
tindih dengan hutan lindung. Ke‐8 perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan atau
berafiliasi dengan perusahaan PPB Oil Palm Group milik Malaysia.
Luas Tumpang tindih
Pembeli atas Saham
No. Nama Perusahaan Kab. area dengan hutan
nama PPB PPB
(ha) lindung (ha)
Bajenta Ptd Ltd
Permai Ltd
Kertas Kerja No.3/AH‐2/05/2008 ELSDA Institute Page 2
Sawit Eka Malan Ltd
Plantations Ltd
Sumber: Laporan LIRA, Save Our Borneo, WALHI
Tipologi Kejahatan
Memberikan ijin perkebunanan di kawasan hutan dengan melanggar peraturan perundang‐undangan.
Tipologi kasus ini mirip dengan kasus yang menimpa Suwarna AF.
Indikator
• Pemberian ijin perkebunan diberikan di kawasan hutan produksi dan hutan lindung
• Belum ada pelepasan kawasan yang dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan
• Berdasarkan pencitraan satelit, terjadi kerusakan hutan di kawasan tersebut
• Berdasarkan informasi di lapangan, menurut LIRA Seruyan, setidak‐tidaknya untuk mendapatkan
1 (satu) ijin lokasi, Pengusaha perkebunan dipungut biaya ± Rp 4.000.000.000,‐ (empat milyar
rupiah).
Kertas Kerja No.3/AH‐2/05/2008 ELSDA Institute Page 3
Perkembangan Penegakan Hukum
1. Laporan Masyarakat tanggal 18 Juni 2007 ke KPK
Pada tanggal 18 Juni 2007, Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) melaporkan dugaan korupsi yang dilakukan
DA kepada Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam suratnya, LIRA Seruyan, Kalimantan Tengah, meminta
KPK segera turun tangan menangani kasus tersebut. Dalam laporannya, LIRA menyertakan bundel data
dugaan korupsi. LIRA menyebutnya ini merupakan dugaan korupsi kelas kakap yang patut segera
mendapatkan penanganan semestinya karena data‐data yang ada sudah cukup untuk menyeret yang
bersangkutan ke pengadilan.Menurut LIRA dugaan korupsi yang dilaporkan itu adalah menyangkut kasus
konversi Lahan Terlarang Kawasan Hutan Produksi Kabupaten Seruyan menjadi Perkebunan Kelapa
Sawit.
2. Kasus HJ (Katingan)
Kasus Perusahaan HJ Menampung Kayu Illegal untuk Industri (Katingan, Kalteng)
Kasus Posisi
• HJ merupakan pemilik UD Noor Hidayat, salah satu industri pengolahan kayu dengan kapasitas
3.000 m3 di Kabupaten Katingan. Perusahaan tersebut memiliki Izin Usaha Industri dengan SK
Kepala Dinas Kehutanan No. 522/2/459/IPUI‐17.07/XII/2004.
• Menurut Data Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI) yang disampaikan Dinas
Kehutanan Kalimantan Tengah, kapasitas produksi kayu adalah sebagai berikut:
Kertas Kerja No.3/AH‐2/05/2008 ELSDA Institute Page 4
2008 ‐ ‐ ‐
• Berdasarkan pemantauan dari udara dan laporan masyarakat, pada tahun 2008 UD Noor
Hidayat melakukan kegiatan pengolahan kayu besar‐besaran. Untuk menghindari pemeriksaan
polisi, kegiatan tersebut dilakukan malam hari.
• Setelah kegiatannya terendus oleh polisi, HJ berusaha menyuap aparat Kepolisian Resort
Katingan. Pada tanggal 25 Maret 2008, HJ tertangkap tangan melakukan penyuapan kepada Iptu
Didid Imawan di salah satu rumah makan di Palangka Raya dengan barang bukti uang Rp 100
juta.
Tipologi Kejahatan
Industri kayu menampung kayu illegal dari pembalakan liar.
Indikator
• Berdasarkan pencitraan satelit, di sekitar lokasi industri milik HJ banyak tutupan lahan yang
berkurang
• Menurut data Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI) UD Noor Hidayat Tahun 2008,
tidak ada bahan baku kayu bulat yang diperoleh dari pihak lain. Di samping itu, tidak ada
produksi kayu dari UD Noor Hidayat.
• HJ tertangkap tangan melakukan penyuapan sebesar 100 juta kepada Iptu Didid Imawan
Data Spasial
Kertas Kerja No.3/AH‐2/05/2008 ELSDA Institute Page 5
Perkembangan Penegakan Hukum
1. Pada Tanggal 25 Maret 2008, Tertangkap Tangan Menyuap Aparat
Nama HJ sangat dikenal di kalangan para pemain kayu di Kabupaten Katingan. Salah satu cukong kelas
kakap ini berhasil dibekuk aparat kepolisian dari Polres Katingan dari sebuah rumah makan di Palangka
Raya, Selasa (25/3). Dalam drama penangkapan yang dipimpin langsung oleh Kasat Reskrim Polres
Katingan Iptu Didid Imawan ini, aktor di balik kegiatan pembalakan liar di kawasan Sungai Kaki ini
sempat mencoba menyuap anggota polisi, dengan uang sejumlah ratusan juta rupiah.
Namun laki‐laki yang dalam setahun belakangan ini lebih banyak mengendalikan usahanya dari
Banjarmasin Kalsel langsung dibekuk petugas beserta satu koper uang tunai sejumlah Rp 100 juta
sebagai barang bukti.
Kapolres Katingan AKPB Nuryadi Purtono SIK MSi melalui Kasat Reskrim Iptu Didid Imawan
mengungkapkan, penangkapan H Jaya ini sebenarnya merupakan pengembangan dari operasi illegal
logging di Sungai Kaki Pegatan Kecamatan Katingan Kuala.
Berdasarkan keterangan Syamsul Bahri tersangkanya bahwa cokong yang memodali kegiatan di
bandsaw‐bandsaw di wilayah Sei Kaki itu adalah H Jaya. Selanjutnya, jajaran reskrim yang telah
mempumyai bukti‐bukti lengkap tentang keterlibatan H Jaya ini, berupaya menghubunginya melalui
bantuan tangan kanannya yang terlebih dahulu mendekam di Hotel Prodeo.
“Semula yang bersangkutan bersedia menemui kita di Hotel Dandang Tingan Palangka Raya. Namun
waktu itu sempat gagal lantaran kehadiaran anggota yang telah menyebar di kawasan hotel sempat
terendus. Sehingga tempat pertemuan dialihkan ke sebuah rumah makan, tetapi dengan persyaratan
bahwa saya tidak diperbolehkan membawa anggota,” ujar Didid.
Saat pertemuan di Rumah Makan Family itu Iptu Didid Imawan berpura‐pura datang seorang diri. H Jaya
merasa yakin bahwa tidak ada anggota lain selain perwira pertama ini segera saja menemuinya.
Begitu bertemu H Jaya langsung menyerahkan koper berisi isi uang. Tanpa ba‐bi bu, anggota lain yang
menyamar menjadi salah seorang pengunjung lansung diperintahkan oleh Iptu Didid membekuk dan
menggelandangnya.
Di tempat terpisah Kapolres AKBP Nuryadi Purtono SIK MSi mengatakan, proses hukum tertangkap
tangannya H Jaya ini yang mencoba menyuap anggota polisi dikenakan dengan UU gratifikasi atau
penyuapan. Untuk proses penyidikannya dilakukan lansung oleh Bagian Timtas Tipikor Polda Kalteng.
“Adapun proses hukum terhadap tindak pidana dalam bidang kehutanan yang melibatkan H Jaya, tetap
kita proses di Mapolres Katingan, tukas Kapolres seraya menambahkan sehubungan dengan kegiatan
pembalakan liar di Sei Kaki Pegatan ini tidak menutup kemungkinan akan ada tersangka lain yang
mempunyai keterkaitan.
Kepada Kalteng Pos, AKBP Nuryadi Purtono mengatakan, operasi illegal logging yang dilakukan pihaknya
dalam sepekan belakangan ini menindaklanjuti hasil monitoring Kapolda Kalteng Brgjen Pol HM Dinar SH
Kertas Kerja No.3/AH‐2/05/2008 ELSDA Institute Page 6
MBA ke wilayah Selatan Katingan. “Kapolda yang melakukan monitoring dengan mempergunakan
helikopter, sempat mencurigai dengan keberadaan bandsaw‐bandsaw di kawasan Sei Kaki yang
berhadapan dengan perairan lepas di Pegatan,” ungkap Kapolres. (tur/cak)
Sumber: Radar Sampit, 27 Maret 2008
Kertas Kerja No.3/AH‐2/05/2008 ELSDA Institute Page 7