You are on page 1of 38

ASKEP TONSILITIS

03 Jun 2011 Tinggalkan Sebuah Komentar by abdus sukkur in Uncategorized 1. PENGERTIAN

Tonsilitis adalah suatu radang pada tonsil, pada umumnya disebabkan oleh infeksi kuman golongan streptokokus atau virus. 2. PATOFISIOLOGI

Merupakan kelanjutan dari infeksi subklinik pada tonsil. Biasanya terjadi pembesaran tonsil sebagai akibat hypertropi folikel folikel getah bening. Pada anak-anak disertai hypertropi adenoid sehingga sering disebut adeno tonsilitis kronik. 3. TANDA DAN GEJALA

a. Nyeri tenggorokan atau nyeri telan ringan bersifat kronik, menghebat bila terjadi serangan akut. b. c. d. e. f. g. Rasa mengganjal di tenggorokan. Mulut berbau. Badan lesu, nafsu makan berkurang, sakit kepala. Pada adenoiditis kronik terjadi hidung buntu, tidur mendengkur. Tonsil umumnya membesar, pada serangan akut tonsil hyperemi. Arkus anterior posterior merah

h. Pada rinoskopi anterior, fenomena palatum mole negative, kadang tertutup sekret mukopurulen. 4. a. TERAPI Pada serangan akut Istirahat, makan lunak, minum air hangat. Obat kumur. Analgesik / antipiretik

b.

Antibiotik Bila diperlukan tindakan tonsilektomy dan adenotonsilektomy

Indikasi umum operasi : Bila tonsil menjadi sumber infeksi yang memberi resiko yang lebih besar dari pada resiko operasi. Indikasi khusus operasi : 5. a. b. c. d. Tonsilitis akut residivans ( kambuh > 5 kali setahun ) Tonsilitis kronis yang sering mengalami eksaserbasi akut lebih dari 5 kali setahun Tonsil sebagai sumber infeksi Tonsilitis dengan penyulit abses peri tonsil Tonsil besar dengan gangguan menelan / bernapas Tonsil sebagai karier difteri Tumor tonsil KOMPLIKASI Peritonsilitis sampai abses peritonsil Otitis media Sinus para nasal Sistemik ( glomerulonefritis akut, demam rematoidartritis, endokarditis bacterial subakut.

Sumber : Lab UPF Ilmu THT, 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.

TONSILITIS AKUT Tonsilitis akut paling sering dijumpai pada anak anak, terbanyak pada usia 5 tahun 10 tahun. Tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang disebut folikel. Diantara folikel

folikel terdapat saluran saluran yang bermuara di permukaan tonsil sebagai kripte. Saluran tersebut merupakan jalan untuk penyaluran eksudat dari folikel. Di permukaan tonsil kripte terlihat sebagai lekukan lekukan memenuhi hampir seluruh permukaan tonsil. Dari kripte ini sering keluar eksudat yang merupakan kumpulan dari epitel yang lepas, limfosit, leukosit dinamakan detritus. Gambaran kliniknya, pada awalnya tenggorok dirasakan kering, kemudian terasa nyeri hebat saat menelan. Rasa nyeri menyebabkan anak tidak mau makan. Kadang kadang nyeri dirasakan sampai ke telinga dinamakan reffered pain. Panas badan sangat tinggi, kejang kejang terutama pada bayi, sakit kepala, badan lesu dan nafsu makan berkurang. Pada saat bicara suara terdengar seperti mulut penuh makanan panas, disebut plummy voice. Bau mulut busuk ( foetor ex ore ), ludah menumpuk dalam mulut ( ptialismus ). Pada pemeriksaan terlihat tonsil merah, membengkak disertai detritus pada permukaannya, ismus fausium tampak menyempit, oedem dan hiperemi dapat meluas ke palatum mole, arkus anterior, arkus posterior. Terdapat pembesaran kelenjar regional leher disertai nyeri tekan. Dari suatu tonsilitis akut dapat timbul komplikasi berupa abses peritonsil, abses parafaring, otitis media. Dapat pula terjadi komplikasi glomerulonefritis akut, rematik, endokarditis. Pengobatannya, dapat sembuh sendiri pada umumnya. Penderita cukup dianjurkan untuk beristirahat, makan makanan lunak. Diberikan obat obatan simtomatik berupa analgesic, antipiretik dan gargarisma.

TONSILITIS KRONIK Penyakit ini seringkali merupakan kelanjutan dari tonsilitis akut yang sering kambuh. Keluhan yang dirasakan tidak khas, kecuali bila sedang terkena serangan akut. Keluhan berupa buntu hidung, rasa sakit di tenggorok tetapi tidak sehebat tonsilitis akut, rasa ngganjel atau gatal pada tenggorok dan kadang kadang disertai mulut berbau. Badan panas subfebris, malaise, nafsu makan kurang. Pada pemeriksaan tampak kripte melebar, permukaan tonsil tidak rata, banyak terdapat detritus. Arkus anterior dan posterior lebih merah dari jaringan sekitarnya. Pembesaran kelenjar leher yang tidak nyeri. Apabila penyakit ini sering kambuh ( minimal 5 kali setahun ) perlu dianjurkan untuk operasi tonsilektomi. Tetapi bila keluhan ringan ( jarang kambuh ) pada penderita cukup dianjurkan untuk cukup istirahat, jangan terlalu sering minum es, makanan pedas dan lain lain yang dapat merangsang tenggorok.

Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, 2001. Surabaya

TINJAUAN KASUS

RIWAYAT PERAWATAN A. 1. PENGKAJIAN Pengumpulan Data

1.1 Identitas Penderita Nama Umur Jenis kelamin Suku / bangsa Alamat Diagnosa Medis Post Adenotonsilektomy MRS Ruang Tanggal pengkajian : 9 September 2004 Pk. 20.45 WIB : Anggrek 3-1 : 10 September 2004 Pk. 15.00 WIB : An. V : 4 tahun : Perempuan : Jawa / Indonesia : Singkalan Sidoarjo : Adenotonsilitis kronis

1.2 Riwayat Penyakit Sekarang Alasan utama MRS : Klien dirawat di RS karena mengalami sakit untuk menelan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan utama : Klien mengatakan sakit pada daerah ( leher ) tenggorokan tepatnya pada daerah luka setelah dilakukan operasi pengangkatan amandel, sakit dirasa bertambah bila untuk menelan.

Riwayat Penyakit Dahulu : Klien tidak pernah menderita penyakit menular / menahun. Riwayat penyakit keluarga : Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular/menahun. Riwayat kehamilan dan kelahiran : Prenatal : Tidak terkaji. Natal : Tidak terkaji. Postnatal : Tidak terkaji.

Riwayat Tumbuh Kembang : Adaptasi social : Klien dapat mengerti / mengenal orang sekelilingnya. Bahasa : Klien dapat berkomunikasi dengan orang sekelilingnya. Motorik halus : Tidak terkaji Motorik kasar : Klien sudah dapat berjalan dan duduk ( sesuai tingkat usia ).

Tingkat perkembangan lain tidak terkaji karena keadaan umum klien lemah dan keterbatasan waktu. 1.3 Pola Fungsi Kesehatan a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Sebelum MRS : perawatan diri dilakukan orang tua. Saat MRS : perawatan diri dan kebutuhan klien dibantu oleh keluarga dan perawat. b. Pola nutrisi dan metabolisme

Sebelum MRS : kebiasaan makan 3x sehari dengan porsi nasi, lauk dan sayur. Pola makan teratur. Klien tidak mempunyai riwayat alergi, kebiasaan minum di rumah menggunakan air putih ( 5 gelas/hari ). Saat MRS : selama pengkajian klien masih belum mendapat diit kecuali ice cream. Wajah klien tampak menahan sakit waktu menelan. Terpasang infuse D5 1/2Ns 16 tts/mt ditangan kiri. c. Pola eliminasi

Sebelum MRS : tidak terkaji.

Saat MRS : selama pengkajian klien belum BAB. BAK 2x urine warna kuning jernih, bau khas dan tidak ada gangguan miksi. d. Pola tidur dan istirahat

Sebelum MRS : tidak terkaji Saat MRS : Klien istirahat di tempat tidur, Klien terbangun kalau lehernya nyeri. e. Pola aktivitas dan latihan

Sebelum MRS : klien sehari hari bermain dengan teman sebayanya. Saat MRS : Klien hanya tiduran di atas tempat tidur. f. Pola hubungan dan peran

Interaksi dengan keluarga baik, dengan adanya keluarga yang menunggu. g. 2. a. Pola persepsi dan konsep diri Self esteem : Klien menangis setiap dilakukan tindakan oleh perawat Peran : klien sebagai seorang anak. Pemeriksaan Fisik Status kesehatan umum : Lemah : Composmentis : 100 x/menit : 37 C : 22 x/menit

Keadaan umum Kesadaran Nadi Suhu RR b. Kepala

Rambut penyebaran rata, bersih, warna hitam, konjungtiva tidak anemis, sklera putih, mata tampak sayu, hidung tidak terdapat secret, tidak ada polip, mukosa bibir lembab, ada karies gigi, tenggorokan : terdapat luka bekas operasi, warna merah, keluar darah ( merembes ). c. Leher

Tidak kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar limphe dan kelenjar thyroid. d. Dada

Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi intercostal. Paru wheezing/ronchi -/- , suara perkusi sonor. Jantung tak tampak ictus cordis, suara S1/S2 tunggal. e. Perut

Perut supel, bising usus ( + ), tidak ada pembesaran hepar dan limpa. f. Genetalia

Tidak terkaji g. Ekstremitas

Akral hangat, tidak ada oedem, tidak ada atropi dan kontraktur, turgor baik.

3.

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium tanggal 8 September 2004 HB Hematokrit LED Lekosit Hitung jenis Trombosit Eritrosit Waktu perdarahan Waktu pembekuan : 11 gr/dl : 34% : 50 mm/jam : 8.500 mm3 : 1/0/4/39/56/0 : 438.000 /mm3 : 4,33 juta/mm3 : 1.00 menit : 8,45 menit

PPT KPTT 4. Therapi

: 26,4 Kontrol 29,1 detik : 16,1 Kontrol 12,4 detik

Infuse D1/4 NS 16 tts/mt Ampicillin 3X500 mg Kalmetashon 3X1/2 amp Nolvalgin 3X1/2 amp

ANALISA DATA

PENGELOMPOKAN DATA DS : klien mengatakan sakit pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan DO : ekspresi wajah tampak menahan sakit

KEMUNGKINAN PENYEBAB Terputusnya kontinuitas jaringan Nyeri telan Rapuhnya jaringan post op MASALAH Gangguan Rasa Nyaman ( Nyeri ) Pola nutrisi Resiko perdarahan

N : 100 x/menit

- Terdapat luka di daerah tenggorokan, warna merah, keluar darah ( merem bes )

DS : klien mengatakan sakit pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan DO :- Klien masih belum mendapat diet kecuali ice cream

K/u lemah

- Terdapat luka di daerah tenggorokan, warna merah

DS : klien mengatakan sakit pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan DO : k/u lemah - Terdapat luka bekas operasi di daerah tenggorokan, warna merah,keluar darah ( merembes ) klien memakai kalung es diit klien ice cream

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Diketemukan Teratasi 10/9/2004 Keterangan

1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan yang 2. ditandai dengan : 3. - klien mengatakan sakit pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan ekspresi wajah tampak menahan sakit Nadi :100 x/menit

- Terdapat luka di daerah tenggorokan, warna merah, keluar darah ( merembes ) Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan nyeri

telan yang ditandai dengan - klien mengatakan sakit pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan - Klien masih belum mendapat diet kecuali ice 10/9/2004 cream k/u lemah 13/9/2004

- Terdapat luka di daerah tenggorokan, warna merah Resiko perdarahan berhubungan dengan rapuhnya jaringan post op yang ditandai dengan : - klien mengatakan sakit pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan - terdapat luka post operasi di daerah tenggorokan, warna merah, keluar darah ( merembes ) klien memakai kalung es diit klien ice cream 10/9/2004 12/9/2004

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan yang ditandai dengan : klien mengatakan sakit pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan ekspresi wajah tampak menahan sakit

Nadi :100 x/menit Terdapat luka di daerah tenggorokan, warna merah, keluar darah ( merembes )

Tujuan : 1. Jangka pendek : Dalam waktu 1 2 jam nyeri berkurang sampai dengan hilang. 2. Jangka panjang : Dalam waktu 1 7 hari nyeri hilang. Kriteria Hasil : 1. Ekspresi wajah tampak cerah. 2. Tanda tanda vital dalam batas normal. Intervensi : 1. Kaji kualitas, kuantitas dan tingkat nyeri.

Rasional : Data laporan tentang nyeri membantu perawat untuk mengidentifikasi dan melakukan tindakan berikutnya. 2. Jelaskan pada keluarga tentang sebab sebab nyeri.

Rasional : Meningkatnya pengetahuan pasien dan keluarga dapat membantu meningkatkan mekanisme koping. 3. Ajarkan teknik distraksi dan relaksi.

Rasional : Teknik mengalihkan perhatian dan relaksasi nafas dalam dapat menurunkan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi darah dan menurunkan intensitas nyeri. 4. Observasi tanda tanda vital.

Rasional : Ketidaknyamanan ( nyeri ) berpengaruh pada perubahan tanda vital, untuk mengidentifikasi dini adanya perubahan. 5. Kolaborasi dengan team dokter dalam pemberian obat analgesic. Rasional : Obat analgesik membantu mengurangi nyeri. 2. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan nyeri telan yang ditandai dengan Klien mengatakan sakit pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan Klien masih belum mendapat diet kecuali ice cream

K/u lemah Terdapat luka di daerah tenggorokan, warna merah

Tujuan : a. b. Jangka pendek : Dalam waktu 1 2 jam nyeri berkurang sampai dengan hilang. Jangka panjang : Dalam waktu 1 7 hari kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil : Peningkatan masukan oral Intervensi : 1. Tentukan kalori harian

Rasional : Dengan mengetahui kalori yang dibutuhkan dapat mengetahui jumlah diit yang diperlukan. 2. jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

Rasional :.Nutrisi yang adekuat dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat penyembuhan luka. 3. Beri dorongan individu untuk makan, khususnya makanan lunak.

Rasional :.Asupan makanan yang cukup dan adekuat dapat meningkatkan daya tahan tubuh. 4. Berikan kesenangan, suasana makan yang rileks

Rasional :.Suasana yang nyaman meningkatkan semangat klien untuk makan. 5. Sajikan makanan porsi kecil tapi sering Rasional : Makanan dalam porsi kecil dapat mengurangi intensitas dalam menelan. 3. Resiko perdarahan berhubungan dengan rapuhnya jaringan post op yang ditandai dengan : klien mengatakan sakit pada daerah leher ( tenggorokan ), sakit bertambah jika dibuat menelan terdapat luka post operasi di daerah tenggorokan, warna merah, keluar darah ( merembes ) klien memakai kalung es

diit klien ice cream

Tujuan : a. perdarahan. b. Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda perdarahan Jangka pendek : Dalam waktu 1 2 jam post op tidak terdapat tanda-tanda Jangka panjang : Dalam waktu 1 7 hari post op tidak terjadi perdarahan

Intervensi : 1. Beri posisi yang senyaman mungkin

Rasional :. Memberi kenyamanan pada pasien 2. Beri kalung es disekitar area operasi

Rasional :.Es mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga menekan perdarahan 3. Beri es cream ( yang halus, tidak merangsang batuk ), sesering mungkin

Rasional :.Batuk menyebabkan penekanan pada vaskuler sehingga mempertinggi resiko perdarahan. 4. Hindari makanan panas dan kasar selama 1 minggu

Rasional :.Makanan panas mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah yang meningkatkan resiko perdarahan, makanan kasar bisa melukai area post operasi yang bisa menyebabkan perdarahan.

TINDAKAN KEPERAWATAN Dx Kep 1 Dx I Dx II Dx III Tgl/Jam 2 10/9/04 15.00 15.00 15.10 15.15 Tindakan 3 1. Mengkaji kualitas, kuantitas dan tingkat nyeri : Lokasi daerah leher tepatnya tenggorokan Sakit bertambah bila dibuat menelan TTD 4

2. Mengobservasi tanda tanda vital N : 100 X/mt

15.30 10/9/04 15.00

RR : 22 X/mt

3. Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang sebab nyeri 4. Membantu tehnik relaksasi napas dalam lewat mulut

15.00 5. Memberikan injeksi novalgin ampul IV 15.00 15.30 10/9/04 15.00 15.00 17.00 3. Memberikan suasana kamar dan lingkungan yang nyaman, dengan memberi penyegar ruangan dan membatasi pengunjung 4. Mendorong klien agar porsi makan dihabiskan 1. Menentukan kalori harian dalam diit klien ( sementara diet es krim ) 2. Menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat, misal diet bubur halus, tidak merangsang batuk dan tidak panas

1. Memberikan posisi miring dan posisi yang dirasa klien nyaman 2. Memberi kalung es sesering mungkin 3. Tidak memberikan diet yang panas dan kasar selama post operasi 4. Memberikan es krim dan air putih yang dingin sesering mungkin 3 1. Memberikan injeksi novalgin ampul IV 2. 3. Membantu tehnik relaksasi napas dalam lewat mulut Mengkaji kualitas, kuantitas dan tingkat nyeri : Lokasi daerah leher tepatnya tenggorokan Sakit bertambah bila dibuat menelan

1 Dx I Dx II Dx III

2 11/9/04 08.00 12.00 12.00 07.00

07.00 07.00 07.00 07.00 07.00

4. -

Mengobservasi tanda tanda vital N : 100 X/mt RR : 22 X/mt

1. Menentukan kalori harian dalam diit klien ( diet bubur halus ) 2. Menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat, misal diet bubur halus, tidak merangsang batuk dan tidak panas

07.00 08.00 08.00 08.00

3. Memberikan suasana kamar dan lingkungan yang nyaman, dengan memberi penyegar ruangan dan membatasi pengunjung 4. Mendorong klien agar porsi makan dihabiskan

5. Memberikan makanan sedikit sedikit dan memberikan es krim disela sela makan

1. Memberikan posisi miring dan posisi yang dirasa klien nyaman 2. Memberi kalung es sesering mungkin

3. Tidak memberikan diet yang panas dan kasar selama post operasi 4. Memberikan es krim dan air putih yang dingin sesering mungkin

EVALUASI Tgl Dx Kep Evaluasi 1 2 3 11/9/04 Dx I S : Klien mengatakan nyeri berkurang, nyeri buat makan Dx II O : Terdapat bekas luka ditenggorokan, tidak berdarah TTD 4

Dx III A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi Kaji kualitas, kuantitas dan tingkat nyeri Ajarkan tehnik destraksi dan relaksasi Observasi tanda tanda vital Melaksanakan program terapi analgetik

S : Klien mengatakan masih nyeri telan O : Diet Bubur halus habis porsi, minum es krim A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi Tentukan kalori harian Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

Beri dorongan individu untuk makan, khususnya makanan lunak Berikan suasana makan yang rileks

S : Klien dan keluarga mengatakan ludah berdarah sedikit O : Terdapat bekas luka ditenggorokan, terdapat darah sedikit A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi Beri posisi yang senyaman mungkin Beri kalung es disekitar area operasi

Beri minuman dingin sesering mungkin Hindari makanan panas dan kasar selama 1 minggu

1 12/9/04

2 Dx I Dx II

3 S : Klien mengatakan nyeri berkurang, nyeri buat makan O : Terdapat bekas luka ditenggorokan, tidak berdarah

Dx III A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi Kaji kualitas, kuantitas dan tingkat nyeri Ajarkan tehnik destraksi dan relaksasi Observasi tanda tanda vital Melakasanakan program terapi analgetik

S : Klien mengatakan masih nyeri telan O : Diet Bubur halus habis porsi, minum es krim A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi Tentukan kalori harian Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

Beri dorongan individu untuk makan, khususnya makanan lunak Berikan suasana makan yang rileks

S : Klien dan keluarga mengatakan ludah tidak berdarah O : Terdapat bekas luka ditenggorokan, tidak terdapat darah A : Masalah teratasi P : Lanjutkan intervensi Beri posisi yang senyaman mungkin Beri kalung es disekitar area operasi Beri minuman dingin sesering mungkin Hindari makanan panas dan kasar selama 1 minggu

1 13/9/04

2 Dx I Dx II

3 S : Klien mengatakan nyeri berkurang, nyeri buat makan O : Terdapat bekas luka ditenggorokan, tidak berdarah A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi Kaji kualitas, kuantitas dan tingkat nyeri Ajarkan tehnik destraksi dan relaksasi Observasi tanda tanda vital Melakasanakan program terapi analgetik

S : Klien mengatakan masih nyeri telan O : Diet Bubur halus habis 1 porsi, minum es krim dan air dingin A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan

ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS 1. PENGERTIAN TONSILITIS Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004). Tonsilitis adalah peradangan amandel sehingga amandel menjadi bengkak, merah, melunak dan memiliki bintik-bintik putih di permukaannya. Pembengkakan ini disebabkan oleh infeksi baik virus atau bakteri. Klasifikasi Tonsilitis 1. Tonsillitis akut Tonsilitis akut dengan gejala tonsil membengkak dan hiperemis permukaan nya yang diliputi eksudat (nanah) berwarna putih kekuning- kuningan. Dibagi lagi menjadi 2, yaitu : a. Tonsilitis viral Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.

b. Tonsilitis Bakterial Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus, streptococcus viridian dan streptococcus piogenes. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati. Dari kedua Tonsilitis viral dan Tonsilitis Bakterial dapat meenimbulkan gejala perkembangan lanjut tonsillitis akut yaitu : Tonsilitis folikularis dengan gejala tonsil membengkak dan hiperemis dengan permukaannya berbentuk bercak putih yang mengisi kripti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdiri dari leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan, dan sisa-sisa makanan yang tersangkut. Infiltrat peritonsiler dengan gejala perkembangan lanjut dari tonsiitis akut. Perkembangan ini sampai ke palatum mole (langit-langit), tonsil menjadi terdorong ke tengah, rasa nyeri yang sangat hebat , air liur pun tidak bisa di telan. Apabila dilakukan aspirasi (penyedotan dengan spuit/ suntikan) di tempat pembengkakan di dekat palatum mole (langit- langit) akan keluar darah. Abses peritonsil dengan gejala perkembangan lanjut dari infiltrat peritonsili. Dan gejala klinis sama dengan infiltrat perintonsiler. Apabila dilakukan aspirasi (penyedotan dengan spuit/ suntikan) di tempat pembengkakan di dekat palatum mole (langit- langit) akan keluar NANAH.

2. Tonsilitis membranosa Tonsilitis membranosa dengan gejala eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut meluas menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau di buang dan berwarna putih kekuning- kuningan. Tonsilitis lakunaris dengan gejala bercak yang berdekatan, bersatu dan mengisis lakuna (lekuklekuk) permukaan tonsil. a. Tonsilitis Difteri Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu hidung, faring dan laring.

b. Tonsilitis Septik Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang ditemukan.

3. Angina Plout Vincent Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C. Gejala berupa demam sampai 39 C, nyeri kepala, badan lemah dan kadang gangguan pecernaan. a. Tonsilitis kronik Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca kelemahan fisik dan pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif. (Soepardi,Efiary Arsyad,dkk 2007)

2. ANATOMI FISIOLOGI

Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah kosong di atasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada muskulus konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap kali makan. Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih tonsil dapat meluas ke arah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufisiensi velofaring atau obstruksi hidung walau jarang ditemukan. Arah perkembangan tonsil tersering adalah ke arah hipofaring, sehingga sering menyebabkan terjaganya anak saat tidur karena gangguan pada jalan nafas. Secara mikroskopik mengandung 3 unsur utama: 1. Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf. 2. Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda. 3. Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai

Stadium. Tonsil (amandel) dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang terdapat pada daerah faring atau tenggorokan. Keduanya sudah ada sejak anak dilahirkan dan mulai berfungsi sebagai bagian dari sistem imunitas tubuh setelah imunitas warisan dari ibu mulai menghilang dari tubuh anak. Pada saat itu (usia lebih kurang 1 tahun) tonsil dan adenoid merupakan organ imunitas utama pada anak, karena jaringan limfoid lain yang ada di seluruh tubuh belum bekerja secara optimal. Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral. Imunitas seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat memakan kuman dan virus serta membunuhnya. Sedangakan imunitas humoral bekerja karena adanya sel (limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat membunuh kuman dan virus. Kuman yang dimakan oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabklan infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid bekerja terus dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang normal. Tonsil dan adenoid yang demikian sering dikenal sebagai amandel yang dapat menjadi sumber infeksi (fokal infeksi) sehingga anak menjadi sering sakit demam dan batuk pilek.Selain itu folikel infeksi pada amandel dapat menyebabkan penyakit pada ginjal (Glomerulonefritis), katup jantung (Endokarditis), sendi (Rhematoid Artritis) dan kulit. (Dermatitis). Penyakit sinusitis dan otitis media pada anak seringkali juga disebabkan adanya infeksi kronis pada amandel dan adenoid.

3. ETIOLOGI TONSILITIS Penyebab tonsilitis bermacam macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini yaitu :

1. Streptokokus Beta Hemolitikus 2. Streptokokus Viridans 3. Streptokokus Piogenes 4. Virus Influenza

Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections).

Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A. Pneumococcus Staphilococcus Haemalphilus influenza Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens. Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus. Streptococcus B hemoliticus grup A Streptococcus viridens Streptococcus pyogenes Staphilococcus Pneumococcus Virus Adenovirus ECHO Virus influenza serta herpes Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.

4. PATOFISIOLOGI

Invasi kuman patogenik (bakteri atau virus)

Membran Limfogen

Faring dan tonsil

Proses Inflamasi

5. TANDA DAN GEJALA 1. Nyeri tenggorok 2. Nyeri telan 3. Sulit menelan 4. Demam 5. Mual 6. Anoreksia 7. Kelenjar limfa leher membengkak 8. Faring hiperemis 9. Edema faring 10. Pembesaran tonsil 11. Tonsil hiperemia 12. Mulut berbau 13. Otalgia (sakit di telinga) 14. Malaise

6. TEST DIAGNOSTIK Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi : Leukosit : terjadi peningkatan Hemoglobin : terjadi penurunan

Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat Terapi Tes Schick atau tes kerentanan di ptori Audiometri : adenoid terinfeksi

7. KOMPLIKASI Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu : o Abses pertonsil Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.

o Otitis media akut Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga. o Mastoiditis akut Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid. o Laringitis o Sinusitis o Abses paraparineal o Abses Retrofaringeal o Adenitis servikal supuratif o Ketulian permanen o Komplikasi sistemik : radang ginjal akut dan demam rematik

8. PENCEGAHAN Tidak boleh makan sembarangan Kebersihan gigi dan mulut Imunisasi DPT Kumur air hangat 3 X sehari Terapi antibiotik Kompres hangat di leher Operasi tonsil

Menghindari kontak langsung penderita tonsillitis

9. PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan Medis a) Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan. b) Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika : Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik. Hemoragi Merupakan komplikasi potensial setelah tonsilektomi. Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau dengan warna merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan pernapasan meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Siapkan alat yang digunakan untuk memeriksa tempat operasi terhadap pendarahan : sumber cahaya, cermin, kasa, hemostat lengkung, dan basin pembuang. Kadang, akan berguna jika dilakukan menjahit atau meligasi pembuluh yang berdarah. Jika tidak terjadi pendarahan lebih lanjut , beri pasien es dan sesapan es. Pasien diinstruksikan untuk tidak banyak bicara dan batuk karena dapat menyebabkan nyeri tenggorok. Bilas mulut alkalin dan larutan normal salinhangat mengatasi lendir kental yang mungkin ada setelah operasi tonsilektomi ( masih dipertanyakan keefektivitasannya). Diet cairan atau semicari beberapa hari . Serbat dan gelatin adalh makanan yang dapat diberikan . Makanan yang harus dihindari adalah makanan pedas, dingin, panas, asam, atau mentah. Makanan yang dibatasi adalah makanan yang cenderung meningkatkan mukus yang terbentuk misanya susu dan produk lunak (es krim). Pendidikan yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarga adalah tentang tanda dan gejala hemoragi. Biasanya tanda dan gejala muncul 12-24 jam pertama. Paien diinstruksikan untuk melapor setiap pendarahan yang terjadi. c) Pasca operasi Pemantauan keperawatan kontinu diperlukan pada pasca operasi segera Periode pemulihan karena risiko signifikan hemoragi

Kepala dimiringkan kesamping memungkinkan drainase dari mulut dan faring memberi kenyamanan posisi Napas oral dilepaskan jika menunjukkan reflek menelan Collar es dipasang pada leher, dan basin serta tisu disiapkan ekspectorasi darah dan lendir

d) Analgetik e) Antipiretik

(Brunner & Suddart.(2001).Kperawatan Medikal Bedah.Edisi 8. Volume 2. Jakarta.EGC)

2. Penatalaksanaan Keperawatan a) Kompres air hangat b) Istirahat yang cukup c) Cairan diberikan adekuat d) Banyak minum air hangat e) Diit cairan atau lunak sesuai kondisi pasien

INDIKASI TINDAKAN TONSILAKTOMI INDIKASI ABSOLUT: 1. Tonsil (amandel) yang besar hingga mengakibatkan gangguan pernafasan, nyeri telan yang berat, gangguan tidur atau sudah terjadi komplikasi penyakit-penyakit kardiopulmonal. 2. Abses peritonsiler (Peritonsillar abscess) yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan. Dan pembesaran tonsil yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan wajah atau mulut yang terdokumentasi oleh dokter gigi bedah mulut. 3. Tonsillitis yang mengakibatkan kejang demam. 4. Tonsil yang diperkirakan memerlukan biopsi jaringan untuk menentukan gambaran patologis jaringan.

INDIKASI RELATIF: 1. Jika mengalami Tonsilitis 3 kali atau lebih dalam satu tahun dan tidak menunjukkan respon sesuai harapan dengan pengobatan medikamentosa yang memadai.

2. Bau mulut atau bau nafas tak sedap yang menetap pada Tonsilitis kronis yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan. 3. Tonsilitis kronis atau Tonsilitis berulang yang diduga sebagai carrier kuman Streptokokus yang tidak menunjukkan repon positif terhadap pengobatan dengan antibiotika. 4. Pembesaran tonsil di salah satu sisi (unilateral) yang dicurigai berhubungan dengan keganasan (neoplastik) KONTRAINDIKASI Ada beberapa keadaan yang merupakan kontraindikasi melakukan pembedahan tonsil karena bila dikerjakan dapat terjadi komplikasi pada penderita, bahkan mengancam kematian. Keadaan tersebut adalah kelainan hematologik, kelainan alergi-imunologik dan infeksi akut. Kontraindikasi pada kelainan hematologik adalah anemi, gangguan pada sistem hemostasis dan lekemi. Pada kelainan alergi-imunologik seperti penyakit alergi pada saluran pernapasan, sebaiknya tidak dilakukan tonsilektomi bila pengobatan kurang dari 6 bulan kecuali bila terdapat gejala sumbatan karena pembesaran tonsil. Pembedahan tonsil sebagai pencetus serangan asthma pernah dilaporkan. Tonsilektomi juga tidak dikerjakan apabila terdapat infeksi akut lokal, kecuali bila disertai sumbatan jalan napas atas. Tonsilektomi sebaiknya baru dilakukan setelah minimal 23 minggu bebas dari infeksi akut. Di samping itu tonsilektomi juga tidak dilakukan pada penyakit-penyakit sistemik yang tidak terkontrol seperti diabetes atau penyakit jantung pulmonal

ASUHAN KEPERAWATAN I. Pengkajian Hari/tanggal Waktu Tempat Oleh A. Identitas Klien Nama Umur Pekerjaan Alamat Status Pernikahan : Nn.T : 19 th : Mahasiswa : Sleman,Jogjakarta : Belum menikah : Rabu, 28 Oktober 2010-10-28 : 08.30 WIB : Ruang Delima : Perawat Lina

Suku Diagnosa Medis Tanggal Masuk RS No.RM B. Penanggung Jawab Nama Umur Alamat Hubungan II. Riwayat Kesehatan A. Keluhan Utama

: Jawa, Indonesia : Tonsilitis Akut : 28 Oktober 2010 : 430055

: Ny.S : 42 th : Sleman,Jogjakarta : Ibu

Klien mengatakan nyeri pada tenggorok dan sakit saat menelan. B. Keluhan Tambahan - Suara serak - Merasa lesu - Tidak nafsu makan - Nafas berbau C. Alasan masuk rumah sakit : Nyeri yang tidak tertahankan D. Riwayat penyakit lalu : :

Belum pernah mengalami penyakit pernapasan E. Riwayat penyakit sekarang : Awalnya klien demam selama 2 hari. Kemudian klien mengukur suhu dan diperoleh suhu 38,20C. Setelah itu klien memutuskan untuk periksa ke rumah sakit X, karena ia mengalami nyeri pada tenggorok dan sakit saat menelan. Saat dilakukan pemeriksaan bagian mulut terjadi pembesaran pada jaringan limfatik kedua sisi orofaring. Klien kemudian disarankan untuk dilakukan pemeriksaan kultur : usap tonsilar. Ternyata hasilnya positif terdapat Streptococcus group A. Tim medis menyarankan klien untuk dilakukan operasi dan klien menyetujui.

III. Pengkajian Fisik A. Tanda-tanda vital : Nadi : 84 x/menit

Respirasi : 22x/menit TD Suhu : 100/60 mmHg : 38,20 C

B. Pemeriksaan mulut dan tenggorok : - Berbicara kurang jelas - Suara serak dan parau - Warna lidah merah - Palatum simetris - Uvula simetris - Napas bau - Tonsil = T3 (kanan dan kiri) C. Pemeriksaan Fisik : - Pemeriksaan kepala : bentuk nesochepal, rambut hitam, tipis dan bersih - Pemeriksaan mata : tidak ada sekret di sudut mata, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pasien bisa membaca dan membedakan warna. - Pemeriksaan telinga : bersih, tidak ada cairan keluar, simetris antara kanan dan kiri - Pemeriksaan hidung : bersih dan tidak ada sekret - Pemeriksaan mulut dan tenggorokan : tidak ada caries pada gigi, terdapat pembesaran pada jaringan limfatik kedua sisi orofaring. - Pemeriksaan leher : JVP tidak meningkat - Pemeriksaan dada : ekspansi dada simetris, tidak ada nyeri tekan IV. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai oleh DS: - Pasien mengatakan nyeri saat menelan - Klien mengatakan nyeri hanya di tenggorok DO : - Saat menelan pasien meringis - Pasien gelisah - Tonsil merah dengan bercak keputih-putihan - Tonsil : T3 kanan dan kiri 2. Ansietas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan tonsilektomi ditandai oleh : DS: - pasien mengatakan takut operasi DO :

3. -

pasien gelisah pasien murung TD 100/60 mmHg Nadi 84x/menit RR 22x/menit Suhu 38,20C Akan dilakukan tonsilektomi Kurang pengetahuan mengnai kondisi berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan DS: Pasien mengeluh deman Pasien mengatakan susah menelan Pasien mengatakan sakit tenggorokan Pasien mengatakani tidak pernah mengalami sakit seperti ini Pasien mengatakan tidk tau mengenai tonsilektomi DO: Pasien bertanya mengapa ia demam Pasien bertanya mengapa harus dilakukan tonsilektomi Pasien terlihat bingung

4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil, ditandai oleh : DS : - Pasien mengatakan demam DO : - Suhu : 38,20C - RR : 22 x/menit - Nadi : 84 x/menit - TD : 100/60 mmHg - Tonsil : T3 5. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya anoreksia ditandai oleh : DS : - Pasien mengatakan tidak nafsu makan - Pasien mengatakan sakit saat menelan DO : - Pasien lemas - Kulit kering

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama pasien : Nn.T Ruang : Delima Tanggal :28 oktober 2010 No. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai oleh DS: Pasien mengatakan nyeri saat menelan Klien mengatakan nyeri hanya di tenggorok DO : Saat menelan pasien meringis Pasien gelisah Tonsil merah dengan bercak keputih-putihan Tonsil : T3 kanan dan kiri Ansietas berhuungan dengan akan dilakukannya tindakan tonsilektomi ditandai oleh : DS: pasien mengatakan takut operasi DO : pasien gelisah pasien murung TD 100/60 mmHg Nadi 84x/menit RR 22x/menit Suhu 38,20C Akan dilakukan tonsilektomi

2.

Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan 1. tindakan keperawatan selama 2 jam nyeri yang dialami pasien menurun dengan kriteria : DO : 2. Pasien menunjukkan nyeri berkurang (skala 3) 3. DO : Pasien lebih rileks

Rencana Tindakan

Rasional

Berikan tindakan 1. Meningkatkan nyaman dan aktivitas relaksasi dan hiburan membantu pasien memfokuskan perhatian pada sesuatu disamping diri sendiri / Anjurkan perilaku ketidaknyamanan penggunaan 2. Meningkatkan rasa manajemen stress sehat Berikan analgetik, misalnya kodein; 3. Analgetik dapat ASA; dan darvan menurunkan rasa sesuai indikasi nyeri Berikan informasi 1. akurat dan konsisten mengenai prognosis. Hindari argumen mengenai persepsi pasien terhadap situasi tersebut 2. Dorong pasien/ orang terdekat untuk menyatakan perasaan

Setelah dilakukan 1. tindakan keperawatan selama 2 jam pasien menunjukkan kemampuan untuk mengatasi masalah dengan kriteria : 2. DS : Pasien mengatakan sudah tidak begitu takut DO : Pasien lebih rileks

Dapat mengurangi ansietas dan ketidak mampuan pasien untuk membuat pilihan/keputusan berdasarkan realita Memberi kesempatan untuk menerima masalah, memperjelas kenyataan takut, dan menurunkan ansietas sampai ke tingkat yang dapat diterima 3. Tunjukkan / dorong3. Memberi tindakan relaksasi manajemen aktif misalnya imajinasi situasi untuk menunkan perasaan

Kurang pengetahuan mengnai kondisi berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan DS: Pasien mengeluh deman Pasien mengatakan susah menelan Pasien mengatakan sakit tenggorokan Pasien mengatakani tidak pernah mengalami sakit seperti ini Pasien mengatakan tidk tau mengenai tonsilektomi DO: Pasien bertanya mengapa ia demam Pasien bertanya mengapa harus dilakukan tonsilektomi Pasien terlihat bingung

tak berdaya Setelah dilakukan 1. Tegaskan jumlah 1. Informasi dapat tindakkan persiapan pra memberikan keperawatan 3 x 24 operasi dan retensi petunjuk tentang jam diharapkan informasi.Kaji tingkat reaksi pasien pasca pasien memahami ansietas sehubungan operasi. Ansietas mengenai dengan diagnosis dapat penyakitnya dengan dan pmbedahan mempengaruhi kriteria : pemahaan DS : informasi yang Pasien mengatakan diberikan sebelum sudah paham 2. Berikan atau ulang operasi mengenai penjelasan pada 2. Terdapat stresor penyakitnya tingkat penerimaan yang berlebihan dan DO: pasien. Diskusikan mungkin disertai Pasien lebih rileks ketidakakuratan dengan dalam persepsi pengetahuan yang tentang proses terbatas. Salah satu penyakit dan terapi konsep kadang tak bersama klien dan dapat dihindari, orang terdekat namun ketidakberhasilan untuk mengali dan memperbaikinya dapat mengakibatkan kegagalan pasien mencapai kemajuan kesehatan

You might also like