You are on page 1of 20

PENDAPATAN NASIONAL

ALLDO KURNIA PUTRA IPA 2 SEMESTER III

SMA AL AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA Jalan Kemang Raya No.7 Jakarta Selatan

Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Pendapatan Nasional.

Makalah ini berisikan tentang pembelajaran pada bab pendapatan nasional atau yang lebih khususnya membahas tentang konsep,indikator dan manfaat pendapatan nasional serta membahas pendapatan perkapita dan indeks harga dan inflasi.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi secara rinci tentang pendapatan nasional tersebut dan unsur-unsur yang terkandung didalamnya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Jakarta,12 September 2012

Penyusun

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pendapatan nasional adalah pendapatan yang diterima oleh suatu Negara selama

satu tahun yang diukur dengan nilai uang atau dapat juga dikatakan sebagai gabungan dari hasil kegiatan para pelaku ekonomi.

Untuk mengetahui besarnya pendapatan nasional suatu Negara, dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu penekatan produksi, pendekatan pengeluaran, dan pendekatan pendapatan.

1.2

Maksud dan Tujuan Penulisan 1.2.1 Menjelaskan tentang konsep pendapatan nasional. 1.2.2 Menjelaskan tentang indikator pendapatan nasional. 1.2.3 Menjelaskan manfaat perhitungan pendapatn nasional. 1.2.4 Menjelaskan tentang pendapatan per kapita. 1.2.5 Menjelaskan inflasi dan indeks harga.

1.3

Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, semoga dengan adanya makalah ini kita menjadi lebih tahu bagaimanakah pendapatan nasional, terutama di negara kita.

BAB 2 ISI 2.1. Konsep Pendapatan Nasional Kinerja perekonomian dari suatu negara dalam periode tertentu dapat diukur melalui satu indikator penting yakni data pendapatan nasional. Perhitungan pendapatan nasional (national income) menyajikan ukuran-ukuran keseluruhan / agregat nilai dasar dari seluruh barang dan jasa dalam bentuk jadi / akhir, yang diproduksi dalam perekonomian yang bersangkutan selama jangka waktu satu tahun. Konsep ini dapat diukur dari sisi produksi, penerimaan dan pengeluaran. Dari sisi produksi (production approach) dikenal konsep GNP (Gross National Product) dan GDP (Gross Domestic Product). Dari sisi penerimaan dikenal dengan konsep National Income (NI) atau Pendapatan Nasional. Sedangkan dari sisi pengeluaran (expenditure approach) dikenal dengan identitas Y = C + I + G + ( X - M). 2.1.1. GNP dan GDP GNP adalah seluruh (total) barang dan jasa akhir (final) yang diproduksi oleh seluruh input (faktor produksi) milik warga negara, baik faktor produksi tersebut dipekerjakan di dalam negeri maupun dipekerjakan di luar negeri, dalam suatu periode waktu tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun dan dinilai dengan harga pasar yang berlaku. GDP adalah seluruh (total) barang dan jasa akhir (final) yang diproduksi oleh seluruh input (faktor produksi) baik faktor produksi tersebut milik warga negara maupun milik warga negara asing yang dipekerjakan di dalam negeri dalam satu periode waktu tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun dan dinilai dengan harga pasar yang berlaku.

2.1.2. Perbedaan GNP dan GDP

GNP : Total produksi barang dan jasa baik yang berada di dalam negeri atau luar negeri tidak termasuk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara asing di negara tersebut. GDP : Total produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua warga negara yang berada di negara tersebut,baik warga negara asli maupun warga negara asing.Akan tetapi tidak termasuk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara tersebut di negara lain.

2.2. Metode Perhitungan Pendapatan Nasional

2.2.1. Production Approach Menurut definisi, GNP dan GDP adalah pendapatan nasional dari sisi produksi yang dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh nilai pasar dari barang dan jasa akhir (final good and services). Pada kenyataannya, cara ini mustahil dilakukan karena 2 (dua) alasan, yaitu: Sulit membedakan barang/jasa apakah merupakan barang/jasa akhir atau bukan. Menurut definisinya, barang/jasa akhir adalah barang dan jasa yang siap dikonsumsi oleh konsumen tanpa melakukan proses lebih lanjut. Jadi, penyebutan kata akhir di sini ditentukan oleh konsumennya. Contoh: tepung terigu yang dibeli oleh ibu rumah tangga merupakan barang akhir, tetapi jika pembelinya perusahaan roti, tepung terigu tersebut bukan barang akhir melainkan bahan baku untuk diproses lebih lanjut untuk membuat roti. Penghitungan berdasarkan nilai barang/jasa akhir akan menimbulkan

penghitungan ganda atau double counting. Misalkan nilai tepung terigu yang sudah dihitung sebagai barang akhir akan terhitung lagi pada waktu menghitung nilai roti.

Sebagai jalan keluarnya, yang dijumlah adalah nilai tambah atau value addednya. Value added adalah nilai yang ditambah pada suatu barang/jasa. Value added = nilai barang jadi nilai barang baku. Ada 11 (sebelas) lapangan usaha yang mempengaruhi pendapatan nasional dilihat dari pendekatan produksi, yaitu: a) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan b) pertambangandanpenggalian; c) industri pengolahan d) listrik,gasdanairminum e) bangunan f) perdagangan, hotel dan restoran g) pengangkutandankomunikasi h) bankdanlembagakeuanganlainnya i) sewa rumah j) pemerintahan dan pertahanan; dan k) jasa-jasa

2.2.2. Income Approach Pendekatan pendapatan dilakukan dengan menghitung seluruh pendapatan yang diterima pemilik faktor produksi yang disumbangkan kepada rumh tangga produsen selama satu tahun. Pendapatan yang dihitung adalah pendapatan yang diperoleh oleh mereka yang memiliki faktor-faktor produksi,seperti pemilik modal,pekerja,dan pengusaha.Para pemilik faktor produksi ini masing-masing memperoleh gaji yang

dilambangkan dengan w (wages),sewa dilambangkan dengan r (rent), bunga modal dilambangkan dengan I (interest), dan laba dilambangkan dengan p (profit). Pendapatan yang diperoleh dapat dikatakan perhitungan Nasional Income (NI) sehingga dapat dibuatkan persamaan matematisnya sebagai berikut. Y=r+i+w+ p

Keterangan : Y = Pendapatan Nasional (NI) r = rent (sewa) i = interest (bunga modal) w = wages (upah) p = profit (laba pengusaha) 2.2.3. Expenditure Approach

Pendapatan nasional sisi pengeluaran atau expenditure approach dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh pengeluaran dilakukan oleh para penerima pendapatan dari Income Approach. Biasanya ditulis dengan suatu persamaan identitas yang disebut identitas pendapatan nasional atau National Income Identity (NII), yaitu : Y = C + I + G + (X - M) Dimana : Y = Pendapatan nasional C = Consumption/Konsumsi I = Investasi G = Government expenditure/pengeluaran pemerintah X = ekspor M = impor Secara teori, jika tidak ada hal-hal lain yang berpengaruh, besarnya pendapatan

nasional sisi produksi = besarnya pendapatan nasional sisi penerimaan = besarnya pendapatan nasional sisi pengeluaran. Sisi produksi --------------------- Sisi penerimaan --------------------- Sisi pengeluaran

Dibagikan kepada 2.3. GNP Nominal vs GNP Riil

digunakan untuk

GNP Nominal dihitung berdasarkan harga pasar periode tertentu sedangkan GNP Riil dihitung berdasarkan harga pasar pada tahun dasar (tahun dimana dianggap kondisi perekonomian stabil dan tidak banyak terjadi fluktuasi harga). 2.4. GNP Total dan GNP Per Kapita GNP/KAPITA = GNP TOTAL JUMLAH PENDUDUK GNP/kapita tidak hanya melihat jumlah total pendapatan nasional tapi juga melihat sifat distribusinya terhadap jumlah penduduk suatu negara. Indikator suatu perekonomian yang terbaik adalah GNP per kapita riil, namun demikian masih harus didampingi oleh Indeks Gini dan Angka Indikator kesejahteraan. Pendapatan perkapita pertahun perlu diketahui untuk : 1.Membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari masa ke masa 2.Membandingkan laju perkembangan ekonomi antara berbagai negara 3.Melihat berhasil tidaknya pembangunan ekonomi suatu negara. Tingkat pendapatan perkapita tidak sepenuhnya mencerminkan tingkat kesejahteraan dan tingkat pembangunan suatu negara, karena :

1.Kelemahan-kelemahan yang bersumber dari ketidaksempurnaan dalam menghitung pendapatan nasional dan pendapatan perkapita.

2. Kelemahan-kelemahan yg bersumber dari kenyataan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat bukan saja ditentukan oleh tingkat pendapatan mereka tetapi juga oleh faktor-faktor lain. 2.5 Manfaat Perhitungan Pendapatan Nasional Untuk mengetahui perkembangan atau pertumbuhan perekonomian suatu Negara, indikator yang dapat digunakannya, yaitu dengan melihat kondisi pendapatan nasional suatu negara tersebut. Banyaknya kegiatan pembangunan ekonomi, dapat menekannya laju pertumbuhan penduduk,mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran adalah salah satu proses pertumbuhan ekonomi dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Selain itu,adanya perubahan struktur sosial dan sikap mental masyarakat merupakan proses pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, semakin banyak masyarakat menghasilkan barang dan jasa, akan semakin meningkat pendapatan nasional, semakin besar perumbuhan ekonomi. Adapun manfaat mempelajari pendapatan nasional, yaitu sebagai berikut : 1. Mengukur tingkat kemakmuran suatu negara. Besar kecilnya pendapatan nasional suatu negara merupakan tolk ukur tercapainya tingkat kemakmuran suatu negara.Semakin tinggi pendapatan nasional suatu negara, semakin tinggi tingkat kemakmurannya. Sebaliknya,semakin rendah pendapatan nasionalnya, semakin rendah tingkat kemakmuran suatu negara tersebut. 2. Mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama satu periode. 3. Data pendapatan nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industry,pertanian,atau negara jasa. 4. Data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai sector perekonomian terhadap pendapatan nasional,

misalnya sector pertanian,pertambangan,industry,perdagangan,atau jasa. 5. Untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu kewaktu,membandingkan perekonomian antar negara atau antar daerah, dan sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah. 2.6. Inflasi 1. Pengertian Inflasi Dalam ekonomi, inflasi memiliki pengertian suatu proses

meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu). Dengan kata lain, inflasi merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi merupakan proses suatu peristiwa dan bukan tinggirendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Dianggap inflasi jika terjadi proses kenaikan harga yang terus-menerus dan saling memengaruhi. Penggunaan inflasi digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang, yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. 2. Penyebab Inflasi a) Tarikan permintaan (Demand pull inflation) Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan bertambahnya permintaan faktor-faktor produksi. Meningkatnya

permintaan terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi terjadi karena kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full

employment. Inflasi yang ditimbulkan oleh permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga dikenal dengan istilah demand pull inflation.

b) Desakan biaya (Cost push inflation) Inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik. 3. Teori-teori Infasi a) Teori Kuantitas (Irving Fisher) Inflasi diakibatkan oleh dua faktor, yaitu 1. jumlah uang yang beredar; 2. psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang. b) Teori Keynes Inflasi terjadi karena: 1. keinginan masyarakat untuk hidup di luar batas kemampuan ekonominya; 2. adanya perebutan rezeki antarkelompok. c) Teori Strukturalis Penyebab inflasi ialah: 1. kekakuan (ketidakelastisan) penerimaan ekspor; 2. kekakuan (ketidakelastisan) penawaran bahan makanan. 4. Cara Menghitung Laju Inflasi Untuk menghitung besarnya laju inflasi dapat digunakan Indeks Harga, sebagai berikut.

Laju inflasi = x 100%

Keterangan:

IHt = Indeks Harga tahun tertentu (dihitung) IHt1 = Indeks Harga tahun sebelumnya Contoh Diketahui: Indeks Harga Konsumen bulan Maret 2005 = 150,65 Indeks Harga Konsumen bulan Februari 2005 = 145,15 Besarnya laju inflasi bulan Maret 2005 adalah: Laju Inflasi =

150,65 145,15 x 100% 145,15 = 3,79% Termasuk inflasi ringan. Mengenai Indeks Harga dijelaskan di akhir Bab ini. Laju inflasi = x 100% 5. Penggolongan Inflasi a) Berdasarkan asal timbulnya inflasi 1. Inflasi berasal dari dalam negeri, misalnya sebagai akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. 2. Inflasi yang berasal dari luar negeri, yaitu inflasi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang. b) Berdasarkan cakupan pengaruh kenaikan harga Jika kenaikan harga secara umum hanya berkaitan dengan beberapa barang tertentu secara kontinu

disebut inflasi tertutup (closed inflation), dan apabila kenaikan harga terjadi secara keseluruhan disebut inflasi terbuka (open inflation), sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya dan setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tak terkendali (hyperinflation). c) Berdasarkan parah atau tidaknya inflasi Berdasarkan parah atau tidaknya, inflasi dapat digolongkan: 1. inflasi ringan (di bawah 10% setahun), 2. inflasi sedang (antara 10%30% setahun), 3. inflasi berat (antara 30%100% setahun), dan 4. inflasi tak terkendali (di atas 100% setahun) 6. Dampak Inflasi Secara umum, inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung, dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi) keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu, orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat, para penerima pendapatan tetap, seperti pegawai negeri atau karyawan swasta, serta kaum buruh akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan

terpuruk dari waktu ke waktu. a) Bagi pemilik pendapatan tetap dan tidak tetap Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, di tahun 2003 atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan

pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi. b) Bagi para penabung Inflasi menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang tabungan menghasilkan bunga, tetapi jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap menurun. Jika orang tidak menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang karena untuk berkembang dunia usaha

membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat. c) Bagi debitur dan kreditur Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan

mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.

d) Bagi produsen Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan Jika pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Jika hal ini terjadi, produsen terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, jika inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, produsen enggan untuk meneruskan

produksinya. Produsen dapat menghentikan produksinya untuk sementara waktu, bahkan jika tidak sanggup mengikuti laju inflasi, dapat gulung tikar (biasanya terjadi pada pengusaha kecil). e) Bagi perekonomian nasional 1. Investasi berkurang. 2. Mendorong tingkat bunga. 3. Mendorong penanam modal yang bersifat spekulatif. 4. Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan. 2.7. Indeks Harga Indeks harga merupakan sebuah rataan dari perubahan harga yang proporsional pada suatu barang atau jasa tertentu antara dua periode waktu. Perubahan harga dan kuantitas menunjuk pada barang-barang atau jasa yang bersifat individual yang jelas berbeda satu sama lainnya dalam sebuah kelompok poduk yang serupa. Kualitas yang berbeda pada jenis produk yang sama harus diperlakukan berbeda pula sebagai jenis

barang atau jasa yang terpisah sesuai dengan konteks permasalahan.

BAB 3 CONTOH MASALAH

Metrotvnews.com, Jakarta: Peningkatan peringkat Indonesia menjadi layak investasi ternyata sebanding lurus dengan naiknya pendapatan orang Indonesia hampir 20 persen pada 2011. Pendapatan per kapita Indonesia tahun 2011 naik 17,7 persen menjadi USD3.542 atau setara dengan Rp31,8 juta.Pejabat sementara Kepala Badan Pusat

Statistik, Suryamin, Senin (6/2), mengatakan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2011 naik menjadi Rp7.427 triliun dari PDB 2010 yang nilainya Rp6.436 triliun. Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,5 persen dengan penyumbang terbesar sektor perdagangan dan telekomunikasi.Meski pendapatan perkapita naik, BPS mencatat porsi upah untuk buruh di Indonesia masih rendah dibanding dengan keseluruhan biaya produksi. Porsi upah buruh masih sekitar 20 persen dari keseluruhan biaya produksi. Menurut BPS, seharusnya porsi upah buruh bisa naik menjadi 40 persen dari biaya produksi.

BAB 4 PENUTUP

4.1. Kesimpulan Perhitungan pendapatan nasional dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan pendpatan, pendekatan produksi dan pendekatan pengeluaran.

Pendekatan pendapatan dilakukan dengan menghitung jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi, yaitu tenaga kerja, tanah, modal, dan skill

Pendekatan produksi dilakukan dengan menghitung jumlah barang dan jasa yang diproduksi berdasarkan sektor lapangan usaha yang terdiri dari 9 sektor utama.

Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata untuk masing-masing penduduk dalam suatu Negara selama satu tahun. Dengan kata lain, pendapatan perkapita adalah nilai jumlah barang dan jasa yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara dalam satu tahun.

4.2. Saran

Daftar Pustaka Firmansyah,Herlan,dkk.2011.Advanced Learning Economics1.Bandung:Grafindo. S,Alam.2004.Ekonomi SMA.Jakarta:Esis. http://pandidikan.blogspot.com/2010/05/inflasi-dan-indeks-harga.html http://pakjappy.files.wordpress.com/2008/09/pie_bab7.pdf http://www.scribd.com/doc/40809341/6/PERBEDAAN-GNP-DAN-GDP

You might also like