Professional Documents
Culture Documents
Tidak ada napas dan nadi, bersifat reversibel. Punya waktu 4 6 menit untuk diresusitasi tanpa kerusakan otak.
Terjadi 8 10 menit dari henti napas dan henti jantung, bersifat irreversibel. Dimulai dengan kematian sel sel otak.
2
Penanggulangan pada jam pertama setelah kejadian membutuhkan penilaian dan resusitasi yang cepat
KONSEP ATLS
Menanggulangi terlebih dahulu gangguan yang paling membahayakan nyawa Ketidakpastian diagnosis tidak boleh menghalangi tindakan yang sudah jelas indikasinya Anamnesis yang mendetail tidak perlu untuk memulai evaluasi penderita dengan cedera akut Hasilnya : Pendekatan ABCDE
4
PRIMARY SURVEY)
KONSEP ATLS
A. Airway dengan proteksi vertebra servikal B. Breathing C. Circulation D. Disability E. Exposure dan Environment
- Fase I : Fase Pra RS, yaitu antara petugas di lapangan dengan dokter RS. Yang dititik beratkan pada : penjagaan airway, kontrol perdarahan dan syok, imobilisasi penderita, dan pengiriman penderita ke RS terdekat. Kumpulkan juga keterangan tentang waktu kejadian, sebab dan riwayat penderita. - Fase II : Fase RS, yaitu persiapan perlengkapan dan tenaga medik yang dibutuhkan di RS.
6
TRIASE
Cara pemilihan pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada kebutuhan ABC Digunakan metode START (Simple treatment and Rapid Treatment)
DENGAR (LISTEN)
ADANYA SUARA-SUARA ABNORMAL
RABA (FEEL)
LOKASI TRAKEA UDARA NAFAS
A- AIRWAY
Tak sadar bebaskan jalan nafas (jaw thrust, head tilt, chin lift) Ada nafas?
(lihat, dengar, raba nafas)
Snoring
Gurgling
Crowing Sound
Bersihkan cairan
penghisap / suction
X
NECK LIFT
CHIN LIFT
X
X
HEAD TILT
ORO-PHARYNGEAL TUBE
Jangan dipasang jika reflex muntah masih (+) (Derajat A dan V dari AVPU atau GCS > 10)
17
NASO-PHARYNGEAL TUBE
Tidak merangsang muntah Hati-hati pasien dengan fraktura basis cranii U/ dewasa 7 mm atau jari kelingking kanan
18
TUBE naso-pharyngeal
Plica vocalis
Cricothyroidotomy
19
Previously recommended hand positions for manual in-line stabilisation of the cervical spine.
20
Currently recommended hand positions for manual in-line stabilisation of the cervical spine.
Dipasang tanpa menggerakkan leher (terlalu banyak) Kepala harus dipegang in-line - Tekanan intra-kranial bisa meningkat - Airway bisa obstruksi, bila muntah akan aspirasi
22
24
Cara-cara lain untuk pembebasan airway gagal Risiko aspirasi ke paru besar GCS < dan/ = 8
25
26
27
Hipoksia karena spasme pita suara Tekanan darah naik Aritmia, bradikardia sampai asistole Tekanan Intra Kranial naik Gerak leher memperberat cedera cervical
Idealnya, intubasi dibantu obat anestesia dan obat pelumpuh otot (harus tenaga ahli)
28
INGAT
1. 2. 3.
Tulang leher mungkin cedera Pasien meninggal karena kurang oksigen bukan karena tidak intubasi trachea Pasien hipoksia, trauma kepala + kejang sering rahang terkatup erat Jika dipaksa laringoskopi -TIK naik - herniasi otak fatal
29
30
PERTIMBANGKAN
CRICOTHYROIDOTOMY
jalan
nafas
Pasien tidak dapat diberi nafas buatan dari atas (mulut hidung)
31
Needle Crico-thyroido-tomy
Jalur darurat untuk oksigenasi Bertahan 30 - 45 menit Tidak dapat membuang CO2
32
Pernafasan B Breathing
33
Look Lihat : gerak dada, cuping hidung, sela iga Listen Dengar : suara nafas, suara tambahan Feel Raba : udara nafas keluar hidung mulut Palpasi : gerak dada, simetris ? Perkusi Ketuk : Redup ? Hipersonor ? Simetris ? Auskultasi (stetoskop) : Suara nafas ada? Simetris ?
5 10 DETIK
35
BREATHING
1. Ada nafas ? Nafas normal atau distres ? 2. Ada luka dada terbuka / menghisap ? 3. Ada pneumotoraks tension ? 4. Ada patah iga ganda / flail chest ? 5. Ada hemotoraks ? 6. Ada emfisema bawah kulit ?
36
1.
ADA NAFAS ?
NAFAS NORMAL/ DISTRES ?
Tidak ada nafas beri nafas buatan + O2 Ada nafas sengal-sengal beri nafas buatan + O2 Ada nafas cepat > 25, gerak cuping hidung, retraksi intercosta beri O2 + siapkan nafas buatan
37
39
TRAUMA THORAX
40
harus ditemukan
pada primary survey
41
Defek/luka yang besar pada dinding dada akan menyebabkan pneumotoraks terbuka Tekanan di dalam rongga pleura = tekanan atmosfir Jika defek pada dinding dada lebih besar dari 2/3 diameter trakea maka udara akan cenderung mengalir melalui defek karena mempunyai tahanan yang kurang atau lebih kecil dibandingkan dengan trakea Ventilasi terganggu menyebabkan hipoksia dan hiperkapnia
42
Sehelai plastik tipis Di-pleister 3 sisinya Jadi katub satu arah cara dulu: kasa steril + vaselin steril
43
44
3. TENSION PNEUMOTHORAX
DIAGNOSIS
Look
Feel
KLINIS
gerak sisi sakit tertinggal
sisi sakit menghilang
46
air
Jika keluar gelembung = ada pneumotoraks Jarum jangan dicabut sampai drain terpasang
masuk 5 cm
Jika air terhisap masuk = tak ada pne-toraks Jarum segera dicabut sebelum air habis
47
POSISI PUNKSI
Sela iga ke dua (ICS 2) Garis tengah selangka (mid clavicular line) Jarum besar (#14, 16)
drain thorax dipasang kemudian
48
49
50
Gejala:
nyeri dada
sesak
takikardi hipotensi deviasi trakea
51
4.
Inspirasi
Expirasi
FLAIL CHEST
KONTINUITAS SEGMEN DINDING DADA HILANG
PADA FRAKTUR IGA MULTIPEL PADA DUA ATAU LEBIH TULANG IGA DENGAN DUA ATAU LEBIH GARIS FRAKTUR.
MENYEBABKAN GANGGUAN PADA PERGERAKAN DINDING DADA GERAKAN PARADOKSAL DARI DINDING DADA PADA INSPIRASI DAN EKSPIRASI CEDERA PADA PARENKIM PARU KETIDAK-STABILAN DINDING DADA HIPOKSIA TERJADI KARENA NYERI YANG MENGAKIBATKAN GERAKAN53DINDING DADA MENJADI TERTAHAN DAN CEDERA JARINGAN PARUNYA.
54
PEMERIKSAAN
Look : toraks bergerak secara asimetris tidak terkoordinasi (Paradoxal breathing) Feel : teraba fraktur
krepitasi iga
55
PENATALAKSANAAN
56
5. HEMOTHORAX
HEMOTHORAX MASIF
Tekumpulnya darah dgn cepat > 1500 cc pada rongga pleura Luka tembus merusak PD sistemik/hilus paru DIAGNOSIS Listen Suara nafas hilang pada sisi sakit
57
SYOK
58
PENATALAKSANAAN
Kristaloid + Darah
59
60
6. TAMPONADE JANTUNG
TRIAS BECK
TEK VENA
Perikard dgn struktur jaringan ikat yang kaku menghambat aktivitas dan pengisian jantung
61
62
Dapat dilakukan:
USG FAST ( Focused Assessment Sonogram in Trauma) di UGD cara yang cepat dan akurat untuk melihat jantung dan perikardium . Bila FAST menunjukkan cairan intraperikardial , dilakukan perikardiosentesis guna menstabilkan sementara hemodinamik penderita
63
64
NAFAS BUATAN
12-20 x / menit, sampai dada nampak terangkat diberikan bila nafas abnormal dengan tambahan oksigen jika udara salah masuk lambung, jangan dikeluarkan dengan menekan lambung (risiko aspirasi)
66
NAFAS BUATAN DILAKUKAN DENGAN IN-LINE IMMOBILISATION (PEGANGI KEPALA-LEHER) AGAR TULANG LEHER TAK BERGERAK BANYAK
67
68
70
MENILAI SIRKULASI
Bayi
Warna akral Capillary refill Denyut nadi Tekanan darah Produksi urine
Dewasa
Anak
Nafas cepat, kesadaran gelisah sampai coma Tekanan nadi < 20mmHg Kulit dingin, pucat, basah, sianosis Capillary refill time > 2 detik
Hentikan perdarahan
Respirations 14-20/min
30 mL/hr
crystalloid
BP
Mildly anxious Urine 20-30 mL/hr Crystalloid, ? blood Heart rate >100/min Pulse pressure
Respirations 20 30/min BP
BP
Confused, lethargic Urine negligible Rapid fluids, blood, operation Heart rate >140/min
Respirations >35/min
BP
Pulse pressure
DISABILITY
SISTEM GCS
EYE MOTORIK VERBAL
PENURUNAN KESADARAN
CT-Scan Pemeriksaan khusus radiologis dengan kontras Foto polos ekstremitas Endoscopy USG
84
Resusitasi Jantung Paru = Resusitasi = Cardio Pulmonary Resuscitation = CPR = CPCR = Pijat Jantung + Nafas Buatan
85
( Bantuan Pernafasan )
Frekuensi pernafasan : Dewasa : 10 12 X / menit Anak ( 1-8 th ) ; 20 X / menit Bayi : lebih dari 20 X /menit Bayi baru lahir ; 86 X/ menit 40
PEMBERIAN NAPAS
87
88
Bayi
Anak
Dewasa
90
Bila penderita dapat bernafas dengan baik & tidak ada Cedera leher, tl.punggung atau cedera lain maka Letakkan penderita pada posisi Pemulihan / Miring stabil.
91
Langkah-langkah RJP
1. Periksa Respon (AVNU) 2. Buka jalan napas (airway) a. Periksa mulut korban (sumbatan benda asing) b. LDR selama 5 detik 3. Hembusan napas spontan 2X
93
94
95
TRAUMA ABDOMEN
96
CEDERA INTRABDOMINAL
KEMUNGKINAN
Look
Listen
Feel
98
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
DPL
Prosedur invasive Deteksi dini Cepat
FAST
Noninvasive Deteksi Dini Cepat; Dapat diulang
CT SCAN
99
PENATALAKSANAAN
100