You are on page 1of 18

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Osteomielitis adalah proses inflamasi disertai oleh kerusakan tulang yang

disebabkan oleh mikroorganisme. Infeksi dapat terbatas pada satu bagian dari tulang atau dapat melibatkan beberapa daerah, seperti sumsum, korteks, periosteum, dan jaringan lunak sekitarnya.5 Osteomielitis diklasifikasikan berdasarkan agen penyebab, rute dimana organisme mendapatkan akses ke tulang, durasi infeksi, lokasi anatomi infeksi, dan faktor host lokal dan sistemik yang memiliki bantalan pada patogenesis dan hasil.6 Osteomielitis masih merupakan permasalahan di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini terutama disebabkan oleh masih tingginya insiden dan banyaknya kasus - kasus neglected dan juga karena tingkat higienis yang masih rendah dan pengertian mengenai pengobatan yang belum baik, diagnosis yang sering terlambat sehingga biasanya berakhir dengan osteomielitis kronis.13 Pengobatan osteomielitis memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang tinggi juga menjadi permasalahan, banyak juga penderita dengan fraktur terbuka yang datang terlambat dan biasanya datang dengan komplikasi osteomielitis. Dengan diagnosis dini dan obat-obat antibiotic osteomielitis diharapkan berkurang.10 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana anatomi tulang ? 2. Apa definisi osteomielitis kronis ? 3. Bagaimana epidemiologi osteomielitis kronis? 4. Apa etiologi osteomielitis kronis? 5. Bagaimana patofisiologi osteomielitis kronis? 6. Bagaimana manifestasi klinik osteomielitis kronis? 7. Bagaimana penegakan diagnosa osteomielitis kronis? yang ada pada saat ini, angka kejadian

8. Bagaimana penatalaksanaan osteomielitis kronis? 9. Apa komplikasi osteomielitis kronis ? 10. Bagaimana prognosis osteomielitis kronis ? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui anatomi tulang. 2. Mengetahui definisi osteomielitis kronis. 3. Mengetahui epidemiologi osteomielitis kronis. 4. Mengetahui etiologi osteomielitis kronis. 5. Mengetahui patofisiologi osteomielitis kronis. 6. Mengetahui manifestasi Klinik osteomielitis kronis. 7. Mengetahui penegakan diagnosa osteomielitis kronis. 8. Mengetahui penatalaksanaan osteomielitis kronis. 9. Mengetahui prognosis osteomielitis kronis. 10. Mengetahui komplikasi osteomielitis kronis. 1.4 Manfaat Teoritis Makalah ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan dan landasan teori mengenai osteomielitis kronis dan prinsip penanganannya. Praktis Makalah ini diharapkan mampu memberikan landasan ilmiah bagi para dokter pelayanan primer sebagai dasar penanggulangan osteomielitis kronis untuk melakukan penanggulangan pertama dan rujukan ke rumah sakit terdekat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Anatomi Tulang Tulang adalah suatu jaringan dan organ yang terstruktur dengan baik. Tulang

terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut dengan korteks dan bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan dilapisi oleh periosteum pada bagian luarnya sedangkan yang membatasi tulang dari cavitas medullaris adalah endosteum. Tulang tersusun atas:9 a) Komponen sel : osteosit, osteoblast dan osteoklas. b) Komponen matrix ossea : serabut-serabut kolagen tipe 1 dan substantia fundamentalis. Arsitektur jaringan tulang dikenal dengan 2 jenis yaitu: a) Jaringan tulang dengan arsitektur serupa jala. b) Jaringan tulang yang menunjukkan gambaran lembaran-lembaran (lamella ossea). Masing-masing memiliki deretan lacuna ossea yang pada keadaan segar ditempati oleh osteosit. Tiap lacuna mempunyai lanjutan- lanjutan dinamakan canalliculi ossea. Matriks juga ditembus oleh canalis perforans (volkmann) yang arahnya tegak lurus dengan permukaan tulang. Kedua jenis saluran tersebut dalam keadaan segar terutama berisi pembuluh darah yang membawa sari makanan dan saling berhubungan (1). Tulang secara garis besar dibagi atas :9 a. Tulang panjang. Yang termasuk tulang panjang misalnya femur, tibia, fibula, ulna dan humerus, dimana daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis disebut metafisis. Daerah ini merupakan suatu daerah yang sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit, oleh karena daerah ini merupakan daerah metabolik yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan perkembangan pada daerah lempeng

epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang. b. Tulang pendek. Contoh tulang pendek adalah tulang vertebra dan tulang-tulang karpal. c. Tulang pipih. Yang termasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang skapula dan tulang pelvis.

Gambar 1. Anatomi dan Histologi Tulang Panjang 11

Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode pertumbuhan tulang berakhir. Komposisi tulang terdiri atas substansi organik (35%) meliputi sel-sel tulang serta matriks kolagen dan sisanya adalah asam hialuronat dan kondroitin asam sulfur; substansi inorganik (45%) meliputi kalsium (99% dari seluruh kalsium tubuh) dan fosfor (90% dari seluruh fosfor tubuh) serta sisanya adalah magnesium, sodium, hidroksil, karbonat dan fluorida; air (20%). Sementara enzim tulang adalah alkali fosfatase yang diprouksi oleh osteoblas yang

kemungkinan besar mempunyai peranan yang penting dalam produksi organik matriks sebelum tejadi kalsifikasi.9 2.2 2.2.1 Osteomielitis Kronis Definisi Osteomielitis (osteo berarti tulang, mielo berarti sumsum tulang dan itis berarti inflamasi). Osteomielitis adalah peradang tulang, dan medulla tulang, akibat infeksi biasanya oleh organisme piogenik, micobacteria atau fungus.3,6 Osteomilelitis adalah suatu radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik walaupun agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum3,6 Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis juga dapat terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi pada tulang.10 2.2.2 Epidemiologi Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat ditemukan pada bayi dan infant. Anak laki laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi infeksi tersering adalah didaerah metafisis tulang panjang femur, tibia, humerus, radius, ulna, dan fibula. Daerah metafisis menjadi daerah sasaran infeksi diperkirakan karena : (1) daerah metafisis merupakan daerah pertumbuhan sehingga sel sel mudanya rawan terjangkit infeksi; (2) metafisis kaya akan rongga darah sehingga resiko penyebaran infeksi secara hematogen juga meningkat; (3) pembuluh darah di metafisis memiliki struktur yang unik dan aliran darah didaerah ini melambat sehingga kuman akan berhenti disini dan berproliferasi.6,10 Dengan pengobatan yang tepat, <5% kasus osteomielitis hematogenous berkembang menjadi osteomielitis kronis. Infeksi kronis lebih sering berkembang pada focus infeksi yang berdekatan dari pada osteomielitis hematogenous.6 2.2.3 Etiologi Lebih dari 95% kasus osteomielitis hematogenous disebabkan oleh organisme tunggal, dengan Staphylococcus aureus terhitung sebanyak 50% kasus. Bakteri

pathogen penyebab pada anak adalah Streptococcus grup A dan, selama periode neonatal adalah Streptococcus grup B dan dan Escherichia coli. Pada dewasa, vertebral osteomielitis disebabkan oleh Escherichia coli dan Enteric bacilli lain pada 25% kasus. Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Serratia, dan candida albicans merupakan infeksi yang berhubungan dengan penggunaan obat injeksi dan mungkin melibatkan sacroiliac, sternoclavicular, atau pubic joint serta tulang belakang. Salmonella spp. Dan S. aureus merupakan penyebab mayor dari osteomielitis tulang panjang pada sickle cell anemia dan hemoglobinopathies lainnya. Tuberculosis dan brucellosis lebih sering mengenai tulang belakang dari pada tulang lainnya. Bagian lain yang sering pada osteomielitis tuberculous melingkupi tulang kecil pada tangan dan kaki, metaphyses pada tulang panjang, rusuk dan sternum.6 Penyebab lain dari osteomielitis hematogenous adalah disseminated histoplasmosis, coccidoidomycosis, dan blastomycosis pada daerah endemic. Seseorang dengan immunocompromised mungkin jarang mengalami osteomielitis yang disebabkan oleh atypical microbacteria, Bartonella henselae, atau opportunistic fungi.6
Tabel 1 Organisme Penyebab Osteomielitis5

Gambar 2 Microbiologi dalam Berbagai Tipe Osteomielitis5

2.2.4

Patofisiologi Mikroorganisme masuk ke tulang dengan cara penyebaran hematogen, dari

focus infeksi yang berdekatan, atau dari luka tembus. Trauma, iskemia dan benda asing meningkatkan kerentanan tulang terhadap invasi mikroba pada bagian yang terkena untuk dapat mengikat dan mengaktifkan host defenses. Bakteri dapat lolos dari host defenses dengan memasuki dan bertahan dalam osteoblast, dan dengan menyelimuti dirinya dengan protective polysacchariderich biofilm.6 Awalnya terjadi fokus inflamasi kecil di daerah metafisis tulang panjang. Jaringan tulang tidak dapat meregang, maka proses inflamasi akan menyebabkan peningkatan tekanan intraoseus yang menghalangi aliran darah lebih lanjut. Akibatnya jaringan tulang tersebut mengalami iskemia dan nekrosis. Bila terapi tidak

memadai atau infeksi tidak diobati, osteolisis akan terus berlangsung sehingga kuman dapat menyebar keluar sendi dan sirkulasi sistemik dan menyebabkan sepsis. Penyebaran kearah dalam akan menyebabkan infeksi medula dan dapat terjadi abses yang akan mencari jalan keluar sehingga membentuk fistel. Bagian tulang yang mati akan terlepas dari tulang yang hidup dan disebut sebagai sekuester. Sekuester akan meninggalkan rongga yang secara perlahan membentuk dinding tulang baru yang terus menguat untuk mempertahankan biomekanika tulang. Rongga ditengah tulang ini disebut involukrum.6,10

Gambar 3. Proses Osteolisis2

Gambar 4. Tahapan Perkembangan Osteomielitis Kronik5

Gambar 5. Patogenesis Osteomielitis Kronik Bakterial2

10

Gambar 6. Faktor Faktor yang berpengaruh Terhadap Infeksi Tulang2

2.2.5

Manifestasi Klinik Gambaran klinik Osteomielitis Akut Pada awal penyakit, gejala sistemik seperti febris, anoreksia, dan malaise

menonjol, sedangkan gejala lokal seperti pembengkakan atau selulitis belum tampak.Pada masa ini dapat terjadi salah diagnosis sebagai demam tifoid. Nyeri spontan local yang mungkin disertai nyeri tekan dan sedikit pembengkakan serta kesukaran gerak dari ekstremitas yang terkena, merupakan gejala osteomielitis hematogen akut. Pada anak anak, seringkali orang tua baru menyadari setelah anak tampak tidak mau menggunakan salah satu anggota geraknya atau tidak mau disentuh. Mungkin saja sebelumnya didapatkan riwayat infeksi seperti kaki yang terluka, nyeri tenggorokan, atau keluarnya cairan dari telinga.4,5,10 Pada bayi baru lahir, bayi tampak gelisah, dan irritable. Biasanya lebih sering terjadi pada bayi dengan risiko tinggi seperti prematur, berat badan kurang, bayi riwayat persalinan yang sulit atau pemasangan kateter arteri tali pusat.7 Pada orang dewasa, predileksi tempat tersering adalah pada vertebra thorakolumbal. Dapat saja menyerang penderita dengan riwayat masalah pada traktus urinarius. Nyeri lokal bukanlah gejala yang menonjol, dan pemeriksaan x ray baru akan berarti beberapa minggu kemudian. Tulang pada daerah lain biasanya terlibat

11

pada penderita imunodefisiensi.4

Diabetes

Mellitus,

malnutrisi,

ketergantungan

obat,

dan

Gambaran klinik Osteomielitis kronik Bentuk kronik dari osteomielitis seringkali timbul pada dewasa. Umumnya infeksi tulang ini merupakan infeksi sekunder dari luka terbuka, dan paling sering pada trauma terbuka pada tulang dan jaringan sekitarnya. Biasanya terdapat riwayat osteomilitis pada penderita. Nyeri tulang yang terlokalisir, kemerahan, dan drainase disekitar area yang terkena seringkali timbul. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan, deformitas, instabilitas, dan tanda-tanda dari gangguan vaskularisasi, jangkauan gerakan, dan status neurol ogis. Mungki n dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar.8,10 2.2.6 Penegakan Diagnosa Diagnosis osteomyelitis berdasar pada penemuan klinis, laboratorium, dan radiologi. Gold standar adalah dengan melakukan biopsi pada tulang yang terinfeksi untuk analisa histologis dan mikrobateriologis.1,12 Pemeriksaan fisik sebaiknya berfokus pada integritas dari kulit dan jaringan lunak, menentukan daerah yang mengalami nyeri, stabilitas abses tulang, dan evaluasi status neurovaskuler tungkai. 1,12 Pemeriksaan laboratorium biasanya kurang spesifik dan tidak memberikan petunjuk mengenai derajat infeksi. sedimentasi eritrosit (ESR) dan C-reactive protein (CRP) meningkat pada kebanyakan pasien, akan tetapi leukosit hanya meningkat pada 35% pasien. 1,12 Terdapat banyak pemeriksaan radiologik yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi osteomyelitis kronik; akan tetapi, tidak ada teknik satupun yang dapat mengkonfirmasi atau menyingkirkan diagnosis osteomyelitis. Pemeriksaan radiologik sebaiknya dilakukan untuk membantu konfirmasi diagnosis dan untuk sebagai persiapan penanganan operatif. Radiologi polos dapat memberikan informasi berharga dalam menegakkan diagnosis osteomyelitis kronik dan sebaiknya

12

merupakan pemeriksaan yang pertama dilakukan. Tanda dari destruksi kortikal dan reaksi periosteal sangat mengarahkan diagnosis pada osteomyelitis. 1,12 Tomography polos dapat berguna untuk mendeteksi sequestra. Sinography dapat dilakukan jika didapatkan jejak infeksi pada sinus. Pemindaian tulang dengan isotop lebih berguna pada osteomyelitis akut dibanding dengan bentuk kronik. Pemindaian tulang techentium 99m, yang memperlihatkan pengambilan yang meningkat pada daerah dengan peningkatan aliran darah atau aktivitas osteoblastik, cenderung memiliki spesifitas yang kurang. Akan tetapi pemeriksaan ini, memiliki nilai prediktif yang tinggi untuk hasil yang negatif, walaupun negatif palsu telah dilaporkan. Pemindaian dengan Gallium memperlihatkan peningkatan pengambilan pada area dimana leukosit atau bakteria berakumulasi. Pemindaian leukosit dengan Indium 111 lebih sensitif dibanding dengan technetium atau gallium dan terutama digunakan untuk membedakan osteomyelitis kronik dari arthropathy pada kaki diabetik. 1,12 CT scan memberikan gambaran yang sempurna dari tulang kortikal dan penilaian yang cukup baik untuk jaringan lunak sekitar dan terutama berguna dalam identifikasi sequestra. Akan tetapi, MRI lebih berguna dibanding CT scan dalam hal penilaian jaringan lunak. MRI memperlihatkan daerah edema tulang dengan baik. Pada osteomyelitis kronik, MRI dapat menunjukkan suatu lingkaran hiperintens yang mengelilingi fokus infeksi (rim sign). Infeksi sinus dan sellulitis tampak sebagai area hiperintens pada gambaran T2-weighted. 1,12 Gold standard dari diagnosis osteomyelitis adalah biopsi dengan kultur atau sensitivitas. Suatu biopsi tidak hanya bermanfaat dalam menegakkan diagnosis, akan tetapi juga berguna menentukan regimen antibiotik yang akan digunakan. 1,12 2.2.7 Penatalaksanaan Osteomielitis akut Begitu diagnosis secara klinis ditegakkan, ekstremitas yang terkena diistirahatkan dan segera berikan antibiotik. Antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun gram negatif diberikan langsung sambil menunggu hasil biakan kuman. Antibiotik diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan

13

umum dan laju endap darah penderita. Bila dengan terapi intensif selama 24 jam tidak didapati perbaikan, dianjurkan untuk mengebor tulang yang terkena.8,10 Bila ada cairan yang keluar perlu dibor di beberapa tempat untuk mengurangi tekanan intraosteal. Cairan tersebut perlu dibiakkan untuk menentukan jenis kuman dan resistensinya. Bila terdapat perbaikan, antibiotik parenteral diteruskan sampai 2 minggu, kemudian diteruskan secara oral paling sedikit 4 minggu.8,10 Penyulit berupa kekambuhan yang dapat mencapai 20%, cacat berupa dekstruksisendi, gangguan pertumbuhan karena kerusakan cakram epifisis, dan osteomielitis kronik.Indikasi untuk melakukan tindakan pembedahan ialah:8 Adanya abses Rasa sakit yang hebat Adanya sekuester Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma epidermoid) saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila involukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan Osteomielitis kronik Pengobatan Osteomielitis Kronik8 Pemberian antibiotik Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata-mata Pemberian antibiotik ditujukan untuk: Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat lainnya Mengontrol eksaserbasi Tindakan operatif Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian dan pemayungan antibiotik yang adekuat. Operasi yang dilakukan bertujuan: Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun jaringan tulang(sekuestrum) sampai ke jaringan sehat sekitarnya.Selanjutnya dilakukan drainase dan irigasi secara kontinu

14

selama beberapa hari. Adakalanya diperlukan penanaman rantai antibiotik didalam bagian tulang yang infeksi Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapaisasaran dan mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut Kegagalan pemberian antibiotik dapat disebabkan oleh :13 Pemberian antibiotic yang tidak sesuai dengan mikroorganisme penyebab Dosis tidak adekuat Lama pemberian tidak cukup Timbulnya resistensi Kesalahan hasil biakan (laboratorium) Antibiotic antagonis Pemberian pengobatan supuratif yang buruk Kesalahan diagnostic
Tabel 2. Pengobatan Antibiotik untuk Osteomielitis pada Dewasa 5

15

2.2.8

Komplikasi Komplikasi tersering adalah terus berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi

akut. Infeksi yang terus-menerus akan menyebabkan anemia, penurunan berat badan, kelemahan dan amiloidosis. Osteomielitis kronik dapat menyebar ke organ-organ lain. Eksaserbasi akut dapat dipersulit oleh efusi hebat ke dalam sendi di dekatnya atau oleh arhtritis purulenta. Erosi terus-menerus dan kerusakan tulang yang progresif menyebabkan struktur tulang yang kadang-kadang menyebabkan fraktur patologis. Sebelum penutupan epifiseal, osteomielitis dapat menimbulkan pertumbuhan berlebihan dari tulang panjang akibat hiperemia kronis pada lempeng pertumbuhan. Destruksi fokal dari suatu lempeng epifiseal dapat menimbulkan pertumbuhan yang asimetrik. Jarang-jarang setelah terjadi drainase selama bertahun-tahun pada jaringan yang terus-menerus terinfeksi timbul karsinoma sel skuamosa atau fibrosarkoma.5,6,10 2.2.9 Prognosis Prognosisnya bermacam-macam tetapi secara nyata diperbaiki dengan diagnosis dini dan terapi yang agresif. Pada osteomielitis kronis kemungkinan kekambuhan infeksi masih besar. Ini biasanya disebabkan oleh tidak komplitnya pengeluaran semua daerah parut jaringan lunak yang terinfeksi atau tulang nekrotik yang tidak terpisah. 5,6,10

16

BAB III KESIMPULAN Osteomilelitis adalah suatu radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik walaupun agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum3,6 Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis juga dapat terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi pada tulang.10 Dengan pengobatan yang tepat, <5% kasus osteomielitis hematogenous berkembang menjadi osteomielitis kronis. Infeksi kronis lebih sering berkembang pada focus infeksi yang berdekatan dari pada osteomielitis hematogenous.6 Lebih dari 95% kasus osteomielitis hematogenous disebabkan oleh organisme tunggal, dengan Staphylococcus aureus terhitung sebanyak 50% kasus. Bakteri pathogen penyebab pada anak adalah Streptococcus grup A dan, selama periode neonatal adalah Streptococcus grup B dan dan Escherichia coli. Pada dewasa, vertebral osteomielitis disebabkan oleh Escherichia coli dan Enteric bacilli lain pada 25% kasus.6 Mikroorganisme masuk ke tulang dengan cara penyebaran hematogen, dari focus infeksi yang berdekatan, atau dari luka tembus. Trauma, iskemia dan benda asing meningkatkan kerentanan tulang terhadap invasi mikroba pada bagian yang terkena untuk dapat mengikat dan mengaktifkan host defenses. Awalnya terjadi fokus inflamasi kecil di daerah metafisis tulang panjang. Jaringan tulang tidak dapat meregang, maka proses inflamasi akan menyebabkan peningkatan tekanan intraoseus yang menghalangi aliran darah lebih lanjut. Akibatnya jaringan tulang tersebut mengalami iskemia dan nekrosis. Bila terapi tidak memadai atau infeksi tidak diobati, osteolisis akan terus berlangsung sehingga kuman dapat menyebar keluar sendi dan sirkulasi sistemik dan menyebabkan sepsis. Penyebaran kearah dalam akan menyebabkan infeksi medula dan dapat terjadi abses yang akan mencari jalan keluar

17

sehingga membentuk fistel. Bagian tulang yang mati akan terlepas dari tulang yang hidup dan disebut sebagai sekuester. Sekuester akan meninggalkan rongga yang secara perlahan membentuk dinding tulang baru yang terus menguat untuk mempertahankan biomekanika involukrum.6,10 Bentuk kronik dari osteomielitis seringkali timbul pada dewasa. Umumnya infeksi tulang ini merupakan infeksi sekunder dari luka terbuka, dan paling sering pada trauma terbuka pada tulang dan jaringan sekitarnya. Biasanya terdapat riwayat osteomilitis pada penderita. 8,10 Diagnosis osteomyelitis berdasar pada penemuan klinis, laboratorium, dan radiologi. Gold standar adalah dengan melakukan biopsi pada tulang yang terinfeksi untuk analisa histologis dan mikrobateriologis.1,12 Pemberian antibiotik Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata-mata Pemberian antibiotik ditujukan untuk: Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat lainnya Mengontrol eksaserbasi Tindakan operatif Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian dan pemayungan antibiotik yang adekuat. Operasi yang dilakukan bertujuan: Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun jaringan tulang(sekuestrum) sampai ke jaringan sehat sekitarnya.Selanjutnya dilakukan drainase dan irigasi secara kontinu selama beberapa hari. Adakalanya diperlukan penanaman rantai antibiotik didalam bagian tulang yang infeksi Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapaisasaran dan mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut Kegagalan pemberian antibiotik dapat disebabkan oleh :13 Pemberian antibiotic yang tidak sesuai dengan mikroorganisme penyebab tulang. Rongga ditengah tulang ini disebut

18

Dosis tidak adekuat Lama pemberian tidak cukup Timbulnya resistensi Kesalahan hasil biakan (laboratorium) Antibiotic antagonis Pemberian pengobatan supuratif yang buruk Kesalahan diagnostic

Komplikasi tersering adalah terus berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi akut. Infeksi yang terus-menerus akan menyebabkan anemia, penurunan berat badan, kelemahan dan amiloidosis. Osteomielitis kronik dapat menyebar ke organ-organ lain. Erosi terus-menerus dan kerusakan tulang yang progresif menyebabkan struktur tulang yang kadang-kadang menyebabkan fraktur patologis. 5,6,10 Prognosisnya bermacam-macam tetapi secara nyata diperbaiki dengan diagnosis dini dan terapi yang agresif. Pada osteomielitis kronis kemungkinan kekambuhan infeksi masih besar. Ini biasanya disebabkan oleh tidak komplitnya pengeluaran semua daerah parut jaringan lunak yang terinfeksi atau tulang nekrotik yang tidak terpisah. 5,6,10

You might also like