You are on page 1of 15

Hama Penyakit Tanaman Duku (Lansium domesticum Corr.

)
Hama 1. Kelelawar Buah duku yang diincar kelelawar adalah buah duku yang matang dan siap dipanen. Pengendalian dapat dilakukan untuk mencegah gangguan kelelawar ini adalah dengan membungkus buah duku sejak buah itu berukuran kecil. Bahan pembungkus dapat berupa ijuk tanaman aren, kain bekas, bongsang yang terbuat dari anyaman bambu. 2. Kutu perisai (Asterolecantium sp.) Hama ini menyerang daun dan batang duku. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara pemeliharaan dan perawatan tanaman sebaik mungkin, menggunakan insektisida yang sesuai dengan jenis hama yang mengganggunya. Penyakit 1. Penyakit antraknosa (Colletotrichum gloeosporiods) Gejala serangan dapat dilihat adanya bintik kecoklatan pada rangkaian buah, serangan ini menyebabkan buah berguguran lebih awal dan juga menyebabkan kerugian pasca panen. Pengendaliannnya dapat dilakukan dengan pemeliharaan tanaman yang baik, disemprot dengan fungisida sesuai dengan peruntukannya masing-masing obat. 2. Penyakit mati pucuk Penyebab penyakit ini adalah cendawan Gloeosporium sp. menyerang ujung cabang dan ranting yang nampak kering. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan pemeliharaan tanaman yang baik, dilakukan dengan disemprot dengan fungisida seperti Manzate, Zerlate, Fermate, Dithane D-14 atau pestisida lain. Dosis untuk obat pemberantasan penyakit ini harus disesuaikan dengan anjuran pada label masing-masing obat.

Hama Penyakit Tanaman Nenas (Ananas comosus) A. Hama


1. Penggerak buah (Thecla basilides Geyer) Ciri-Ciri Hama Kupu-kupu berwarna coklat dan kupu-kupu betina meletakkan telurnya pada permukaan buah, kemudian menetas menjadi larva; bentuk larva pada bagian tubuh atas cembung, bagian bawah datar dan tubuh tertutup bulu-bulu halus pendek. Gejala Serangan Menyerang buah dengan cara menggerek/melubangi daging buah; buah nanas yang diserang hama ini berlubang dan mengeluarkan getah, kemudian membusuk karena diikuti serangan cendawan atau bakteri. Pengendalian Non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun serta membuang bagian tanaman yang terserang hama, b. Kimiawi dengan menyemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Basudin 60 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan. a. 2. Kumbang (Carpophilus hemipterus L.) Ciri-ciri hama Berupa kumbang kecil, berwarma coklat/hitam; larva berwarna putih kekuningan, berambut tipis, bentuk langsing berkaki 6. Gejala Serangan Menyerang tanaman nanas yang gluka sehingga bergetah dan busuk oleh mikroorganisme lain (cendawan dan bakteri). Pengendalian Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan pemberian insektisida. 3. Thrips (Holopothrips ananasi Da Costa Lima) Ciri-Ciri Hama Tubuh thrips berukuran sangat kecil panjang sekitar 1,5 mm, berwarna coklat, dan bermata besar. Gejala Serangan

Menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan sel daun sehingga menimbulkan bintik-bintik berwarna perak; pada tingkat serangan yang berat menyebabkan pertumbuhan tanaman muda terhambat. Pengendalian Secara non kimiawi dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan mengurangi ragam tanaman inang, b. Secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida: Mitac 200 EC atau Dicarol 25 SP pada konsentrasi yang dianjurkan. a. 4. Ulat buah (Tmolus echinon L) Ciri-Ciri Hama Serangga muda/dewasa berupa kupu-kupu berwarna coklat serta larva/ulat tertutup rambut halus dan kepalanya kecil. Gejala Serangan Menyerang buah nanas dengan cara menggerek dan membuat lubang yang menyebabkan buah berlubang, bergetah dan sebagian buah memotong bagian tanaman yang terserang berat. Pengendalian Pengendalian dapat dilakukan dengan mengumpulkan/membunuh ulat secara mekanis, serta disemprot insektisida: Buldok 25 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan. B. Penyakit 1. Busuk hati dan busuk akar Penyebab Cendawan Phytophthora parasitica Waterh dan P. cinnamomi Rands. Penyakit busuk hati disebut hearth rot, sedangkan busuk akar dinamakan root rot. Penyebaran penyakit dibantu bermacam-macam tanaman inang, air yang mengalir, alat-alat pertanian, curah hujan tinggi, tanah yang mengandung bahan organik dan kelembaban tanah tinggi antara 25-35 derajat C. Gejala Serangan Pada daun terjadi perubahan warna menjadi hijau belang-belang kuning dan ujungnya nekrotis; daun-daun muda mudah dicabut bagian pangkalnya membusuk dengan bau busuk berwarna coklat, dan akhirnya tanaman mati; pembusukan pada sistem perakaran. Pengendalian Non kimiawi dilakukan dengan cara perbaikan drainase tanah, mengurangi kelembapan sekitar kebun, dan memotong/mencabut tanaman yang sakit, b. Kimiawi dengan pencelupan bibit dalam larutan fungisida sebelum tanam, seperti Dithane M-45 atau Benlate. a.

2. Busuk pangkal Penyebab Cendawan Thielaviopsis paradoxa (de Seyn) Hohn atau Ceratocystis paradoxa (Dade) C. Moreu. Penyakit ini sering disebut base rot. Penyebaranpenyakit dibantu tanaman inangnya, adanya luka-luka mekanis pada tanaman, angin, hujan dan tanah. Gejala Serangan Pada bagian pangkal batang, daun, buah dan bibit menampakkan gejala busuk lunak berwarna coklat atau hitam, berbau khas, atau bercak-bercak putih kekuning-kuningan. Pengendalian Non kimiawi dengan melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn agar luka cepat sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari luka-luka mekanis. b. Kimiawi dengan perendaman bibit dalam larutan fungisida Benlate. a.

Hama Penyakit Tanaman Semangka


1. Penyakit : Antraknosa (Busuk Buah)

Patogen Penyebab penyakit busuk buah semangka ini adalah jamur Colletotrichum orbiculare (Berk. & Mont.) Arx (Syn C. legenarium (Pass.) Ellis & Halst.)

Deskripsi penyakit Penyakit ini mulai teridentifikasi sejak tahun 1867 di Italia. Penyakit ini pada umumnya menyerang buah pada tanaman cabe (sering dikenal dengan nama pathek).

Gejala Serangan Gejala serangan antraknose di semangka akan tampak pada bibit, daun, tangkai daun, batang dan buah. Gejala di daun adalah dengan adanya luka berwarna coklat sampai hitam dengan tepi tidak beraturan dan mengelompok di sekitar tulang daun. Pada tangkai daun dan batang terdapat luka cekung dangkal berbentuk lonjong dan pada buah gejalanya terdapat spot berwarna kehitaman busuk kering.

Patogen ini hidup pada sisa tanaman terinfeksi atau pada inang sementara dan terikut dalam benih yang buahnya terserang. Oleh karena itu pada produksi benih untuk pembenihan, seleksi buah harus dilakukan untuk menghindari terikutnya buah-buah yang terserang penyakit

tersebut. Spora jamur ini penyebarannya dibantu oleh angin, hujan dan aktivitas pekerja. Untuk per-kecambahan dan per-tumbuhan spora memerlukan suhu optimum 22-27OC dan kelembaban 100% selama 24 jam.

Penetrasi jamur ke inang dengan cara membentuk infection peg semacam kaki-kaki yang bisa men-cengkeram pada bidang permukaan terinfeksi. Serangan terjadi 72 jam setelah spora membentuk infection peg dan selanjutnya gejala terlihat 96 jam setelah infeksi, dimana selsel sudah dipenuhi mycelium jamur tersebut.

Pengendalian a. patogen dengan cara membeli benih-benih bersertifikasi / berlabel yang terhindar dari inokulum (pembawa penyakit), menimbun sisa atau bekas tanaman yang sudah terserang dan sebaiknya lokasi penimbunan jauh dari pertanaman yang bisa digunakan sebagai inang sementara seperti cabe. b. Pengendalian dengan pergiliran masa tanam dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal baru yang belum ditanami. c. Pengendalian kimia menggunakan fungisida protektan dan eradikan yang berbahan aktif copper hydroxide.

2. Penyakit : Cercospora leaf spot (Cacar Daun) Patogen Penyakit cacar daun semangka disebabkan oleh jamur Cercospora citrullinaCoke. Deskripsi penyakit Deskripsi penyakit Penyakit ini menyerang daun pada hampir semua tanaman familicucurbitaceae di daerah tropis dan subtropis. Secara khusus gejala patogen ini ditemukan di daun, tetapi mereka juga akan muncul di tangkai daun dan batang bila lingkungan mendukung sporulasinya. Penyebarannya banyak dibantu oleh angin. Suhu yang optimal untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangannya adalah 26-32oC dan infeksi akan terjadi setiap 7-10 hari. Gejala Serangan Cercospora tidak menimbulkan kerusakan pada buah, tetapi akan menyebabkan terjadinya defoliasi daun dan akhirnya mengurangi ukuran dan kualitas buah. Gejala penyakit ini pertama kali akan muncul pada daun-daun muda dengan membentuk spot yang melingkar tidak beraturan dengan bagian tengah berwarna coklat terang. Gejala serangan ini terlihat jelas daun bagian atas. Pengendalian

Pengendalian yang dapat dianjurkan adalah dengan sanitasi lingkungan untuk mengurangi sumber inokulum, rotasi tanaman dan pengendalian kimia menggunakan fungisida berbahan aktif Chlorothalonil yang diaplikasikan sejak daun terbentuk sempurna atau jika kondisi lingkungan mendukung untuk perkembangan penyakit dan diulang tiap 7 hari. Fungisida yang lain yang dapat digunakan adalah yang berbahan aktif Maneb. 3. Penyakit Patogen Penyebab penyakit subspesies citrulli schaad et al. Deskripsi penyakit Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh Mariana Islands tahun 1988, meskipun untuk family cucurbit lainnya cukup tahan, tetapi pada semangka penyakit ini sangat nyata mengurangi hasil panen. Bacterial Fruit Blotch disebabkan olehPseudomonas pseudoalcaligenes stainer subspesies citrulli schaad et al. Patogen ini penyebarannya biasanya lewat benih baik secara internal maupun external kontaminasi dan dapat juga terjadi pada lapisan benih. Kondisi yang mendukung perkembangan patogen ini adalah kelembaban yang tinggi dan suhu sekitar 26oC. Gejala Serangan Gejala serangan dari Bacterial Fruit Blotch adalah terdapatnya busuk basah dengan ukuran kecil, diameter kurang dari 1 cm, kemudian berkembang dengan cepat menutupi permukaan buah selama 7-10 hari. Cara pengendalian Pengendalaian penyakit ini tergantung apakah benih terkontaminasi atau tidak, Rotasi tanaman dan pengolahan tanah yang baik dapat mengurangi tingkat intensitas serangan. Hindari dan cegah terjadinya kerusakan kulit buah, baik selama pengangkutan maupun penyimpanan. Pengendalian secara kimia mulai dilaksanakan saat awal pembentukan buah. Fungisida yang dapat dipakai adalah yang berbahan aktif copper hydroxide. adalah baketri Pseudomonas pseudoalcaligenes stainer : Bacterial Fruit Blotch (Busuk buah basah / bisul buah)

4. Penyakit Patogen

: Alternaria Leaf Spot

Penyebab penyakit ini adalah Alternaria cucumerina Deskripsi penyakit Penyakit bercak ternyata tidak hanya menyerang tanaman kubis maupun cabai saja namun juga pada tanaman yang tergolong timun-timunan. Penyakit bercak pada semangka ini disebabkan cendawan Alternaria cucumerina. Biasanya, penyakit ini menyerang hanya satu jenis tanaman saja. Tanaman dapat terserang pada berbagi fase pertumbuhan. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama. Penyakit ini bisa berpindah dari satu lahan ke lahan

lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, dan air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini. Gejala Serangan Serangan pada bibit tanaman dapat menyebabkan mati atau kerdil. Sedangkan pada tanaman yang lebih tua akan layu pada tengah hari pada beberapa waktu, kemudian layu untuk seterusnya dan akhirnya mati. Jaringan angkut tanaman menjadi kuning atau coklat. Cara pengendalian Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan varietas yang tahan. Menghindari penanaman di lahan yang telah diketahui mengandung penyakit ini. Serta mencuci peralatan saat berpindah dari lahan satu ke lahan lainnya. Lahan yang tergenangi untuk padi dapat mengurangi keberadaan penyakit di tanah. 5. Penyakit Patogen : Layu Fusarium : Fusarium oxysporum f.sp. niveum

Deskripsi penyakit Layu fusarium merupakan penyakit yang sering menyerang tanaman famili timuntimunan. Penyebabnya adalah Fusarium oxysporum f.sp. niveum pada semangka. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, namun beberapa jenis terdapat hanya pada lokasi tertentu saja. Seperti halnya penyakit alternaria, penyakit ini hanya menyerang satu jenis tanaman saja. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini. Gejala Serangan Tanaman yang terserang bisa terjadi pada berbagai tahap pertumbuhan. Mulai dari bibit hingga tanaman tua. Baik saat bibit maupun tanaman dewasa , serangan penyakit ini dapat meyebabkan layu yang akhirnya mati. Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut tanaman yang berubah warna menjadi kuning atau coklat. Cara pengendalian Adapun pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan varietas yang tahan bila memungkinkan. Hindari lahan yang telah diketahui mengandung penyakit ini. Cucilah peralatan saat berpindah dari lahan satu ke lahan lainnya. Lahan yang tergenangi untuk padi dapat mengurangi keberadaan penyakit di tanah.

Hama Penyakit Tanaman Pisang (Musa paradisica) A. Hama


1. Erionata thrax L. Serangga hama ini dikenal dengan penggulung daun atau Case building caterpillar, termasuk ordo Lepidoptera, famili Herperidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Biologi Hama Telur diletakkan dibagian bawah daun sekitar 25 butir dengan stadium telur 5 - 6 minggu. Dalam satu area kebun pisang yang tidak begitu luas biasanya terdapat satu stadium saja misalnya stadium larva saja atau kepompong saja. Imago serangga ini mengisap nektar bunga pisang. Tanaman inangnya pisang dan Musa textilis.

Gejala serangan Larva serangga ini akan menggunting daun pisang dari arah pucuk dan menggulung di bagian pangkal sehingga terlihat adanya gulungan daun pisang yang didalamnya terdapat larva atau kepompongnya. Larva memakan dalam gulungan daun tersebut. Daun pisang yang belum tua, sangat disukai larva serangga tersebut. Pengendalian Cara pengendaliannya yaitu dengan memangkas daun yang terserang, kemudian dibakar. Konservasi parasitoid telur Ooencyrtus erionotae Ferr,Agiommatus sp., Anastatus sp. Parasitoid ini dapat menekan 50 - 70 % telur. Parasitoid larva Apanteles erionotae Wlk. Dapat menekan sekitar 10 % larva, parasitoid kepompong Brachymerta sp. Xanthopimpia sp. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif kuinalfos dan triklorfon. Insektisida berbahan aktif sistemik lebih efektif digunakan, mengingat ulat daun ini bersembunyi dalam gulungan daun. 2. Cosmopolites sordidus Germar Serangga hama ini dikenal dengan penggerek batang atau Banana weevil,termasuk ordo Coleoptera, famili Curculionidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa. Biologi Hama Telurnya berwarna putih kekuningan, berbentuk elips dengan panjang 2 mm. Telur sebanyak 10 50 butir diletakkan di celah celah pelepah batang pisang, terutama pada bagian yang sedang membusuk. Stadium telur 5-8 hari. Larva kumbang ini berwarna coklat. Stadium larva berkisar 14 - 21 hari. Kepompongnya berada dalam batang tanaman pisang sampai keluar kumbangnya. Stadium kepornong 5 - 7 hari. Kumbang ini tidak pernah terbang jauh, gerekannya

lamban dari pohon pisang yang satu ke pohon pisang yang lain, yang letaknya masih berdekatan. Tanaman inangnya pisang. Gejala serangan Larva ini akan membuat lorong-lorong pada batang pisang dengan cara menggerek dan memakan pelepah batang pisang. Pembuatan lorong-lorong itu terus berlanjut sampai ke umbi batang pisang dari tanaman induk maupun anakan pisang yang masih muda. Bagian dalam tanaman pisang dirusak sedangkan bagian luarnya tampak utuh, sehingga gejala luar terlihat daun pisang layu dan pelepahnya mudah patah. Apabila batang pisang ditebang akan tampak lorong-lorong yang dibuat oleh kumbang tersebut.

Pengendalian Pengendalian serangga Hama ini dilakukan dengan penanaman varietas tahan seperti lempereng, pisang kepok dan pisang tanduk. Sanitasi kebun dengan membersihkan pelepah tua dan menyingkirkan potongan batang pisang yang telah dipanen. Tanaman pisang yang telah dipanen, batangnya dipotong-potong pendek sampai permukaan bonggolnya dan ditimbun dalam tanah. Dapat juga dikendalikan dengan konservasi musuh alami, yaitu predator Plaesius javanicus Er yang dapat menekan larva kumbang tersebut. Juga dengan aplikasi menggunakan insektisida berbahan aktif karbofuran dan monokrotofos. 3. Odoiporus longicolis Oliv Serangga hama ini dikenal dengan penggerek batang atau Banana stem weevil, termasuk ordo Coleptera, famili Curculionidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa. Biologi Hama Kumbang ini mudah dikenal karena moncongnya/Snout dan berukuran panjang 16 mm. Telur diletakkan pada pelepah pisang kemudian larva akan menggerek batang bagian atas bukan bonggol seperti pada Cosmopolit.rs sordidus(Germ). Lubang gerek itu memanjang ke arah atas sehingga tanaman pisang layu. Larva dan imagonya merusak batang pisang. Tanaman inangnya pisang. Gejala serangan Tanaman pisang layu, apabila batangnya dibelah maka terlihat adanya lubang gerek yang memanjang di sepanjang batang semu. Pengendalian Pengendalian serangga hama ini dapat dilakukan dengan sanitasi kebun pisang dengan memotong sampai permukaan tanah tanaman pisang yang telah diambil buahnya, kermudian memotong kecil-kecil batang pisang tersebut dan dimasukkan kedalam tanah. Dapat juga dengan

konservasi musuh alami yaitu predator P1aesius javanicus Er yang dapat menekan larva maupun kumbang tersebut. Penggunaan insektisida berbahan aktif karbofuran. 4. Pelttulorria irih roireritosa Coq Serangga hama ini dikenal dengan kutu pisang atau Banana aphid, termasuk ordo Homoptera, famili Aphididae dan mempunyai daerah penyebaran di Bali, Jawa Barat, lrian Jaya. Biologi Hama Serangga dewasa berwarna coklat dan berukuran 1 - 2 mm dengan antena yang panjang kira-kira sepanjang tubuhnya. Kerumunan aphid ini ditemukan pada bagian bawah daun yang cukup tua. Serangga ini merupakan vektor dari penyakitBunchy top terutama pada perkebunan pisang di Asia. Tanaman inangnya pisang, tomat, Colocasia, Zingiber, Alpiina, Palisata, Heliconia. Gejala Serangan Aphid tersebut tidak menyerang buah pisang tetapi menghisap tunas/pucuk tanaman pisang. Kerusakan langsung karena aphid ini kurang berarti, akan tetapi sebagai vektor penyakit Bunchy top, kehadiran aphid tersebut sangat berbahaya. Tampak adanya garis yang berwarna hijau tua pada daun dan perkembangannya menjadi terhambat. Buah pisang jelek dan kurang laku dijual. Pengendalian Pengendalian serangga hama ini dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif dizinon atau karbaril segera setelah tampak adanya gejala serangan. 5. Nacolea octasema Serangga hama ini dikenal dengan kudis pisang atau Banana scab moth,termasuk ordo Lepidoptera, famili Pyralidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa. Biologi Hama Telur diletakkan dalam kelompok sekitar 15 butir pada daun dekat tongkol pisang. Ngengat betina dapat menghasilkan 80 - 120 butir telur dengan stadium telur 4 - 6 hari. Larva akan memakan bunga yang keluar dari tongkol. Stadium larva 12 - 31 hari. Kepompongnya terbungkus kokon dengan stadium 10 - 12 hari. Ngengat akankeluar pada sore hari dan hanya hidup untuk beberapa hari. Tanaman inangnya pisang, jagung, nipah, pandan, Heliconia. Gejala Serangan Serangan hama ini menyebabkan perkembangan buah menjadi terhambat, menimbulkan kudis pada buah sehingga menurunkan kualitas buah. Dalam satu tandan pisang hanya terdiri dari beberapa sisir pisang. Hama ini meletakkan telurnya diantara pelepah bunga segera setelah

muncul bunga dari tanaman pisang. Hama langsung menggerek pelepah bunga dan bakal buah, terutama saat buah masih dilindungi pelepah buah. Pengendalian Pengendalian serangga llama ini dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif diazinon atau karbaril pada daun dekat tongkol sebelum terbentuk buah pisang. Telur maupun larva yang ada pada daun akan dapat dikendalikan. Dapat juga dilakukan dengan membungkus tandan buah saat bunga akan mekar. 6. Dacus dorsalis Hend Serangga hama ini dikenal dengan lalat buah atau Oriental fruit fly, termasuk ordo Diptera, famili Tephritidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Biologi Hama Telur lalat buah diletakkan secara berkelompok, berbentuk bulan sabit pada permukaan buah. Setelah 2 hari telur menetas, larva hidup dan berkembang dalam daging buah selama 6 - 9 hari, menyebabkan buah menjadi busuk. Apabila larva sudah menjadi dewasa, keluar dari buah dan memasuki stadium pupa, tepat dibawah permukaan tanah. Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan, lalat betina ujung perutnya lebih runcing sedangkan lalat jantan lebih bulat. Siklus hldup dari telur hingga lalat dewasa berlangsung 16 hari. Tanaman inangnya pisang, Cabai, mangga, belimbing, kopi, buah cengkeh, jeruk. Gejala Serangan Gejala seranga yang di timbulkan oleh hama ini adalah busuknya buah karena larva dari serangga hama ini berkembang di dalam daging buah. Pengendalian Pengendalian serangga hama ini dilakukan dengan : a. Pembungkusan buah pisang yang masih kecil, Pembungkusan ini dilakukan dengan cara membungkus buah pada tandan pisang itu dengan kantung pembungkus dari plastik. Pembungkusnya dilubangi dibagian pojok kanan, pojok kiri dan tengah. Maksudnya agar air hujan yang masuk atau air siraman yang tertampung bisa keluardari plastik. b. Penggunaan methyl eugenol, Methyl eugenol yang merupakan Senyawa organik mirip fenomon yang dikeluarkan oleh lalat betina. Kapas yang sebelumnya ditetesi insektisida monokrotofos sebanyak 2 cc, ditetesi juga dengan methyl eugenol. Sebanyak 0,1 cc/kapas. Kemudian kapas tersebut dimasukkan ke dalam botol aqua yang sudah dimodifiikasi dan digantungkan pada pelepah daun setinggi 2 - 3 meter diatas permukaan tanah. Jumlah perangkap 5 - 10 buah untuk setiap hektar. Lalat jantan yang mencium aroma methyl

eugenol akan datang masuk ke botol perangkap, karena menduga ada lalat betina di dalamnya. Lalat akan mengerumuni kapas sumber aroma tersebut. Dalam hal ini lalat jantan mengisap feromon juga mengisap racun, akhirnya mati. c. Pencangkulan tanah di bawah pohon pisang tersebut agar larva yang akan membentuk pupa atau pupa yang sudah terdapat di dalam tanah itu tercangkul/terkena sinar matahari dan mati.

B. Penyakit
1. Penyakit layu Fusarium Penyakit layu ini disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. sp. Cubense(FOC). Penyakit ini paling berbahaya dan mematikan, disamping penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit layu, baik yang disebabkan oleh Fusarium maupun bakteri sangat sukar untuk dikendalikan, mudah berpindah, dan mampu bertahan dalam tanah dalam jangka waktu yang lama. Gejala yang diperlihatkan akibat serangan penyakit ini adalah : Daun : berwarna kuning kehijauan pada daun tua, dimulai dari pinggir daun. Penguningan berlanjut ke daun yang lebih muda. Daun paling muda yang baru membuka adalah yang paling akhir memperlihatkan gejala. Batang semu : pecah membujur beberapa cm di atas tanah. Dapat juga terjadi pada tanaman muda atau anakan. Anakan menjadi kerdil, daun menyempit, batang semu pecah dan mengembang ke atas, mirip serangan kerdil pisang. Bila batang dipotong, ditemukan benang berupa garis berwarna hitam/ungu/coklat/kekuningan. Empulur biasanya tidak membusuk atau berwarna hitam. Bonggol : bila dipotong, bagian tengah berwarna hitam, coklat, atau ungu. Buah : umumnya tidak sampai panen. Bila dipanen pun ukurannya kecil, layu, dan matang sebelum waktunya. Jantung : awalnya normal, kemudian tumbuh kerdil dan layu. Bila dipotong tidak memperlihatkan perbedaan dengan jantung pisang sehat. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan : Penggunaan bibit pisang bebas penyakit, yaitu bibit diambil dari lahan yang diyakini bebas dari penyakit layu Fusarium. Penggunaan bibit yang berasal dari kultur jaringan adalah salah satu bibit pisang yang bebas penyakit. Melakukan pergiliran tanaman. Melakukan sanitasi lahan, yaitu membersihkan gulma seperti rumput teki dan bayam-bayaman. Gulma tersebut merupakan inang sementara patogen penyakit layu Fusarium. Melakukan pengamatan cepat keberadaan FOC. Pada lahan yang akan ditanami pisang, terutama lahan baru, sebaiknya dilihat terlebih dahulu ada atau tidaknya FOC. Caranya, ambil tanah dari

a.

b.

c. d. e.

a.

b. c. d.

lahan yang akan digunakan untuk pertanaman pisang, masukkan ke dalam ember setinggi 25 cm. Campurkan kompos kotoran ayam dengan perbandingan 2 bagian kompos dan 8 bagian tanah. Biarkan selama 15 hari, lalu tanamkan anakan rebung pisang yang tidak tahan terhadap FOC (ambon kuning), kemudian amati selama 3 bulan. Bila lahan tersebut tercemar FOC, pisang yang ditanam akan segera memperlihatkan gejala penyakit layu Fusarium. e. Menanam jenis pisang yang tahan terhadap FOC, seperti Janten/Ketan, Muli, Tanduk, Raja Kinalun/Pisang Perancis, FHIA-25 dan FHIA-17. f. Jangan membawa atau memindahkan bibit pisang dari lokasi yang telah terserang ke lokasi yang masih bebas penyakit. g. Melakukan eradikasi atau pemusnahan dengan membasmi sumber penyakit (tanaman sakit) dengan membongkar dan membakar. 2. Penyakit layu bakteri Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala ditandai sebagai berikut : Daun : kuning pucat dan total pada daun nomor 2 dan 3, dari pangkal daun terus ke bagian pinggir. Penguningan berlanjut ke semua pinggir. Anakan : anakan dengan segera memperlihatkan gejala serangan kerdil, layu, daun kuning ketika anakan berumur 2-3 bulan. Batang : bila dipotong, bagian dalam (empulur) terlihat membusuk, berwarna coklat kemerahan. Bonggol : bila dipotong akan mengeluarkan cairan berwarna coklat kemerahan. Buah : pada tanaman induk yang terserang, penampilan buah normal, namun bila dipotong buah terlihat busuk dengan warna coklat kehitaman. Pada tanaman yang terserang sejak awal, buah tidak terbentuk sempurna dan kering. Jantung : mengering dan bila dipotong mengeluarkan cairan berupa susu. Bila potongan ini dimasukkan ke dalam air, akan terbentuk materi berupa benang-benang. Pengendalian penyakit layu bakteri dapat dilakukan dengan cara : Menggunakan bibit yang sehat. Lakukan sanitasi lahan, yaitu disarankan tidak melakukan tumpangsari atau menanam pisang di bekas lahan pertanaman tomat, jahe, terung, tekokak, meniran, leunca, dan kelompok tomattomatan lainnya. Membuat drainase di kebun. Pengendalian serangga penular. Basmi serangga ulat penggulung daun Erionata thraxL. Pemakaian jenis pisang tahan, diantaranya Pisang Raja Kinalun dengan nama lokal pisang Perancis, atau pisang Sepatu Amora, yaitu sejenis pisang kapok yang tidak mempunyai jantung, sehingga terhindar dari penyakit layu bakteri yang disebarkan oleh serangga. Pembungkusan buah dengan plastik transparan untuk menghindari serangan serangga penular. Dilakukan saat keluar jantung atau paling lama saat sisir pertama muncul.

a. b. c. d. e.

f.

a. b.

c. d. e.

f.

3. Penyakit bercak daun sigatoka Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Mycosphaerella musicola. Penyakit ini menyebabkan permukaan daun menjadi rusak dan mati, sehingga mengganggu proses fotosintesis, akibatnya produksi menjadi menurun dan buah masak sebelum waktunya. Bahkan pada serangan berat mengakibatkan kematian. Gejala awal penyakit terlihat pada daun ketiga atau keempat, berupa bercak kecil berwarna kuning pucat. Bercak atau garis-garis ini makin lama makin membesar dan memanjang, sehingga membentuk bercak bulat telur dengan pusat mengering berwarna abu-abu. Pada tanaman muda, biasanya ukuran bercak lebih lebar dibandingkan tanaman tua. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain jenis pisang, umur tanaman, dan faktor iklim. Jenis pisang komersil yang mudah terserang antara lain kelompok Ambon (Cavendish dan Gross Michell), Mas, Barangan, dan Raja Sere. Kondisi lingkungan yang baik untuk perkembangan penyakit ini yaitu pada musim penghujan. Cara pengendaliannya yaitu dengan mengatur jarak tanam yang tidak terlalu rapat, pemangkasan daun tua yang terserang, membakar serasah daun yang terserang, dan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif benzimidazole dan dithiocarbamate.

DAFTAR PUSTAKA Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia (Revisi). Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Susniahti, N., Sumeno, H., Sudarjat. 2005. Bahan Ajar Ilmu Hama Tumbuhan. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Faperta Unpad: Bandung Suyanto, agus. 1994. Hama Sayur dan Buah Seri PHT. Penebar Swadaya : Jakarta http://bp4kkabsukabumi.net/index.php/Hortikultura/HPT-Tanaman-Pisang.html http://penyuluhthl.wordpress.com/2011/05/20/hama-pada-tanaman-apel-dan-cara-mengatasinya/
http://kadri-blog.blogspot.com/2010/11/hama-dan-penyakit-tanaman-jeruk.html http://www.agromaret.com/post/hama_dan_penyakit_pada_tanaman_kedondong/91217154957 http://penyuluhthl.wordpress.com/2011/01/02/hama-dan-penyakit-tanaman-mangga/

You might also like