You are on page 1of 5

BAB 4 STRUKTUR EROSI

4.1 TINJAUAN UMUM Sebagian besar tempat akumulasi sedimen masa kini mencerminkan interaksi yang kompleks antara erosi, pengangkutan, dan pengendapan. Bahkan, suatu perioda yang dalam jangka waktu yang relatif panjang dipandang sebagai perioda pengendapan mungkin sebenarnya tidak monoton hanya berupa proses pengendapan, namun diselingi oleh proses erosi pada rentang waktu yang relatif singkat. Analog dengan itu, sebagian besar paket batuan purba bukan merupakan produk pengendapan menerus yang berlangsung secara konstan, namun sebagai produk pergantian perioda pengendapan, non-pengendapan, dan erosi. Bab ini akan membahas tentang berbagai gejala yang mengindikasikan terjadinya erosi. Sebagaimana kebanyakan struktur sedimen (Bab 5, 6, dan 7), kemungkinan suatu struktur erosi untuk dapat terawetkan dalam rekaman batuan sangat kecil. Agar struktur erosi dapat terawetkan, maka sedimen yang tererosi harus cukup kohesif dan kuat untuk mempertahankan relief erosi sampai kemudian terkubur, mungkin tidak lama setelah relief itu terbentuk, oleh sedimen yang komposisi atau teksturnya cukup jauh berbeda dengan sedimen tersebut. Struktur erosi hampir selalu terletak pada bidang perlapisan sebagai relief pada bidang perlapisan bawah dari batuan yang menindih relief erosi. Erosi juga dapat dikenal pada penampang melintang berdasarkan pemotongan perlapisan atau laminasi yang ada dalam sedimen yang terletak di bawah bidang erosi. Walau demikian, jika erosi berlangsung pada suatu daerah yang relatif luas, maka jejak-jejak proses itu mungkin tidak muncul sebagai relief erosi. Pada kondisi seperti itu, pengenalan bidang erosi akan tergantung pada ada tidaknya bukti-bukti tidak langsung. Meskipun kita menemukan relief erosi, namun hal itu tidak mengandung pengertian bahwa relief itu mencerminkan jumlah erosi total. Erosi yang luas terhadap paket sedimen yang tebal bisa saja hanya meninggalkan relief yang tidak terlalu kasar. Dengan demikian, relief yang teramati di lapangan hanya mengindikasikan jumlah erosi minimal yang mungkin pernah terjadi di masa lalu. Banyak struktur erosi merupakan indikator posisi stratigrafi dan arus purba yang sangat bermanfaat. Karena itu, struktur erosi memegang peranan penting dalam analisis struktur dan analisis paleogeografi serta dapat memberikan wawasan kepada kita mengenai prosesproses yang bekerja selama berlangsungnya pengendapan sedimen. Penggolongan struktur erosi harus bersifat arbitrer karena suatu tipe struktur seringkali hanya memperlihatkan perbedaan yang berangsur dengan tipe struktur lain. Skema penggolongan yang diadopsi di sini didasarkan baik pada kriteria generik maupun kriteria genetik. Dengan latar belakang pemikiran seperti itu, kita dapat mengenal adanya tiga kategori struktur erosi: 1. Struktur bidang perlapisan bawah (sole marks) yang terletak pada bidang perlapisan bawah batuan yang relatif kasar. 2. Struktur kecil yang teramati pada bidang sedimentasi masa kini, namun relatif jarang ditemukan pada bidang perlapisan atas dari strata purba. 3. Struktur berskala besar yang biasanya dikenal pada penampang melintang endapan purba, misalnya alur dan gawir nendatan (slump scar), dsb. 4.2 STRUKTUR BIDANG PERLAPISAN BAWAH 4.2.1 Preservasi Struktur bidang perlapisan bawah adalah suatu kelompok struktur sedimen yang ditemukan sebagai cast pada bidang perlapisan bawah batuan yang relatif kasar dan menindih batuan yang relatif halus. Sedimen yang berbutir relatif kasar itu biasanya berupa batupasir, meskipun kadang-kadang dapat berupa batugamping dan konglomerat. Struktur bidang perlapisan bawah terbentuk akibat tererosinya sedimen berbutir halus dan kohesif, dimana material hasil erosi itu kemudian langsung terangkut sebagai beban suspensi. Hal itu praktis tidak terjadi pada sedimen yang berbutir kasar. Ketika tererosi, sedimen berbutir

kasar dan non-kohesif mula-mula akan bergerak sebagai beban dasar dan menyebabkan terbentuknya bedform (lihat Bab 6) sedemikian rupa sehingga pada permukaan sedimen tersebut tidak terbentuk struktur erosi. Daya kohesivitas sedimen berbutir halus juga memungkinkan detil-detil relief erosi dapat terawetkan sampai akhirnya terkubur oleh sedimen yang berbutir kasar (gambar 4-1). Pengendapan sedimen berbutir halus di atas sedimen sejenis yang telah tererosi tidak akan memberikan perbedaan litologi yang diperlukan untuk memunculkan struktur itu setelah batuan dibawahnya terlapukkan. Erosi dan pengendapan seringkali merupakan dua fasa dari aliran yang sama dan kedua fasa itu hanya dipisahkan oleh rentang waktu yang singkat. Litifikasi yang berlangsung setelah berlangsungnya pengendapan menyebabkan sedimen berbutir kasar lebih tahan terhadap pelapukan dibanding sedimen berbutir halus. Hal itu pada gilirannya cenderung menyebabkan hilangnya sedimen berbutir halus yang terletak di bawah sedimen berbutir kasar dan, pada gilirannya, menyebabkan struktur erosi akan tampak sebagai struktur bidang perlapisan bawah dari sedimen yang berbutir kasar itu. Kita perlu benar-bena memahami modus preservasi tersebut serta mengenal bahwa struktur yang teramati merupakan jejak negatif dari relief erosi. Struktur bidang perlapisan bawah merupakan produk khas dari lingkungan dimana terjadi sedimentasi episodik. Pengendapan lumpur yang berlangsung dalam rentang waktu yang panjang diselingi oleh influks sedimen kasar yang berlangsung tiba-tiba. Aliran sedimen berbutir kasar itu pada awalnya bersifat erosif dan tidak lama kemudian diikuti oleh fasa pengendapan. Salah satu event yang paling sering menyebabkan terbentuknya lapisan seperti itu adalah arus turbid. Dahulu, struktur bidang perlapisan bawah pernah dianggap sebagai satu ciri diagnostik dari turbidit. Namun, sekarang diketahui bahwa storm surge di laut dangkal, sheet flood di lingkungan semi-kering, serta crevasse surge ke daerah dataran banjir memiliki sifat-sifat yang diperlukan untuk menghasilkan struktur bidang perlapisan bawah. Karena itu, penafsiran struktur bidang perlapisan bawah hendaknya hanya dibatasi sampai pada proses yang menyebabkan pembentukannya; bukan pada tipe event atau lingkungan, kecuali apabila konteks keseluruhan dari struktur itu telah dapat dipahami. Sekarang kita akan mulai membahas berbagai tipe struktur bidang perlapisan bawah serta proses-proses pembentukannya. Struktur bidang perlapisan bawah dalam tulisan ini dibagi menjadi dua kategori utama yang dibedakan berdasarkan cara pembentukannya. Kedua kategori itu adalah: 1. Struktur bidang perlapisan bawah yang terbentuk akibat kerukan turbulen, yakni scour marks. 2. Struktur bidang perlapisan bawah yang terbentuk akibat penggerakkan benda oleh arus, yakni tool marks. 4.2.2 Scour Marks Scour marks dicirikan oleh bentuknya yang umumnya mulus serta dengan kenampakan yang agak streamlined. Scour marks dapat hadir sebagai cast terisolasi maupun sebagai kelompok yang membentuk pola tersendiri pada bidang perlapisan. Bentuk scour marks dapat beragam, namun secara umum dapat dibedakan menjadi empat kelas. Keempat kelas scour marks itu adalah obstacle scour, flute, longitudinal scour, dan gutter cast. 4.2.2.1 Obstacle Scour Kecur berukuran besar, misalnya kerikil, fragmen kayu, dan fosil, kadang-kadang ditemukan pada bidang perlapisan bawah batupasir serta berasosiasi dengan tonjolan disekitarnya. Tonjolan itu biasanya berbentuk seperti bulan sabit atau seperti tapal kuda; sebagian mengelilingi kecur berukuran besar dengan ekor yang makin lama makin menghilang ke satu arah. Tonjolan itu sudah barang tentu merupakan cast dari lekukan yang terbentuk di sekeliling kecur berukuran besar. Untuk memahami pembentukan struktur itu, cobalah mengunjungi gisik pasir atau carilah suatu sungai kecil yang beraliran cukup cepan dan dialasi oleh pasir. Tempatkan sebuah kerikil atau benda lain yang dapat berperan sebagai penghalang di dasar alur itu, kemudian perhatikan apa yang terjadi ketika aliran sungai itu melalui penghalang tersebut atau ketika backwash gelombang melewati penghalang itu. Apabila diperhatikan dengan seksama, kita akan melihat berkembangnya lekukan berbentuk bulan sabit di sekitar penghalang itu, dimana lekukan yang paling dalam akan terletak pada sisi hulu, sedangkan ekor dari

lekukan itu akan mengarah ke hilir. Lekukan itu terbentuk akibat terjadinya percepatan aliran di sekitar penghalang, sedangkan detil-detil lekukan itu berkaitan dengan eddy-eddy yang muncul akibat terjadinya percepatan itu. Eddy-eddy itu terutama diwujudkan sebagai proses kerukan pada sisi hulu partikel. Eddy-eddy berbentuk spiral, yang berkembang pada sisi-sisi penghalang dan makin menghilang ke arah hilir, menyebabkan terbentuknya ekor yang makin lama makin menghilang ke arah hilir (gambar 4-2). Struktur yang terbentuk akibat proses pengerukan itu dapat dilihat dengan cara mengambil penghalang. Obstacle scour relatif jarang ditemukan. Apabila ditemukan, struktur itu dapat memberikan indikasi yang baik dari arah arus dan posisi stratigrafi. Pada beberapa kasus, kita masih dapat menemukan obstacle scour, meskipun partikel yang berperan sebagai penghalang sendiri telah hilang. Pada kasus yang disebut terakhir ini, kita akan melihat adanya tonjolan berbentuk bulan sabit dan mengelilingi suatu lekukan yang bentuknya tergantung pada bentuk partikel yang dulu berperan sebagai penghalang. 4.2.2.2 Flute Flute mirip dengan obstacle scour dan keduanya dapat muncul baik sebagai struktur terisolasi maupun sebagai suatu kelompok yang memperlihatkan pola tertentu. Dilihat secara individual, flute memiliki bentuk dan ukuran yang beragam. Walau demikian, flute yang ada dalam satu bidang perlapisan biasanya agak mirip satu sama lain. Flute dicirikan oleh adanya hidung yang membundar, meskipun kadang-kadang melengkung secara ketat. Bagian paling dalam (maksudnya relief maksimum) muncul di dekat hidung flute. Ke arah hilir, relief erosi pada flute makin lama makin lemah dan akhirnya menghilang. Flute umumnya memiliki ukuran mulai dari sekitar 5 cm hingga sekitar 50 cm, dengan lebar mulai dari sekitar 1 cm hingga sekitar 20 cm serta kedalaman hingga sekitar 10 cm. Dilihat dari bentuknya, flute berkisar mulai dari flute memanjang yang sangat ramping dan mirip dengan longitudinal scour, hingga flute yang sangat lebar dan dapat disebut sebagai transverse scour (gambar 4-3f dan g). Sebagian flute memiliki bentuk yang seperti terpilin, khususnya di sekitar hidung (gambar 4-3d), sedangkan yang lain memiliki bentuk yang lebih streamlined (gambar 4-3b dan c). Sisi sebagian flute tidak mulus, melainkan memperlihatkan bentuk seperti tangga berukuran kecil. Tangga itu secara umum dapat dikaitkan dengan laminasi atau perlapisan tipis yang ada dalam sedimen yang terkeruk, dimana sedikit perbedaan besar butir pada sedimen itu menyebabkan munculnya perbedaan resistansi bagian-bagian itu terhadap erosi. Dalam memerikan flute, kita perlu selalu memasukkan ukuran, orientasi, dan arah yang ditunjukkannya serta bentuk keseluruhannya. Selain itu, catat pula apakah flute tersebar membentuk suatu pola tertentu pada bidan perlapisan atau tidak. Untuk flute yang berkelompok, nyatakan apakah pola penyebaran flute-flute itu (1) longitudinal atau en echelon jika tersebar relatif tidak merata dan tidak berhubungan satu sama lain; atau (2) memperlihatkan pola sisik ikan (fish-scale pattern) jika tersebar relatif merata dan satu sama lain saling bertumpuk (lihat gambar 4-3h dan 4-4). Flute dapat dibuat secara eksperimental dengan cara mengalirkan air di atas sedimen kohesif atau di atas substrat yang agak mudah larut. Tonjolan dan lekukan kecil yang ada di permukaan sedimen itu akan menyebabkan terjadinya percepatan dan, pada gilirannya, menyebabkan terjadinya pemisahan aliran. Shear stress yang berasosiasi dengan percepatan dan pemisahan aliran itu akan menyebabkan terjadinya erosi. Hal itu pada gilirannya makin memperjelas relief di sekitar tempat-tempat yang semula memperlihatkan sedikit relief. Demikian selanjutnya. Skala pemisahan aliran dan relief erosi yang dihasilkannya sama-sama akan mengalami peningkatan dan akan terus berlangsung selama kondisi-kondisi aliran memungkinkan. Ketidakteraturan awal itu kemudian secara tiba-tiba akan hilang. Selanjutnya, erosi akan lebih terkonsentrasi di dekat hidung flute dan berturutturut akan makin berkurang ke arah hilir sejalan dengan terserapnya eddy ke dalam aliran utama (gambar 4-5). Bentuk flute memiliki hubungan yang sangat erat dengan struktur eddy-eddy di sekitar hidung flute. Bentuk dan pola flute memiliki kaitan yang erat dengan bentuk dan penyebaran tonjolanlekukan yang semula ada dan sedimen jika pengerukan dan pertumbuhan fluite tidak berlangsung terlalu lama. Apabila erosi berlangsung dalam rentang waktu yang relatif lama, flute mungkin mencerminkan kekuatan dan durasi arus yang mengerosinya.

Tidak semua flute berkembang dari tonjolan-lekukan yang semula ada dalam sedimen. Sebagian dapat berkembang dari penyatuan longitudinal scour yang bergabung secara lateral. Selain merupakan indikator posisi stratigrafi yang sangat bermanfaat dalam paket batuan yang telah terdeformasi, flute juga merupakan indikator arus purba yang paling sering ditemukan dan paling penting. Pengamatan yang kurang kritis dapat menyebabkan tertukarnya transverse scour dengan gelembur berpuncak lurus atau gelembur berpuncak sinusoidal. Hal itu pada gilirannya akan menyebabkan timbulnya kekeliruan penafsiran, baik penafsiran arah arus maupun posisi stratigrafi. Jika ada beberapa hal yang tidak pasti, cobalah untuk memecahkannya dengan cara memperhatikan struktur internal yang berasosiasi dengannya: transverse scour biasanya tidak memiliki struktur internal yang berasoasiasi dengannya. 4.2.2.3 Longitudinal Scour (Longitudinal Ridge and Furrow) Longitudinal scour muncul sebagai deretan tonjolan dan lekukan yang sejajar satu sama lain serta terletak pada bidang perlapisan bawah batupasir. Dilihat pada penampang melintang, tonjolannya agak membundar, sedangkan lembah yang terletak disampingnya agak tajam. Hal itu mengindikasikan lekukan melengkung dan puncak yang tajam pada batulumpur yang telah tererosi. Jarak antar puncak tonjolan umumnya 0,5-1 cm dengan relief beberapa milimeter. Meskipun pola keseluruhan merupakan satu tipe kesejajaran, namun tonjolan itu pada jarak yang cukup panjang akhirnya berakhir juga. Sebagian hilang akibat bergabung dengan tonjolan lain; sebagian lain memperlihatkan ujung membundar yang mirip dengan hidung flute. Sebagian pola menerus dan sejajar; sebagian lain berpola dendritik. Punggungan yang relatif lebar dengan hidung yang jelas merupakan tipe transisi antara longitudinal scour dengan flute. Longitudinal scour terbentuk akibat pergerakan eddy-eddy di dekat dasar, dimana spiral berbagai eddy itu memiliki sumbu yang sejajar dengan arah aliran. Eddy-eddy yang berdampingan memiliki kesan rotasi yang berlawanan sedemikian rupa sehingga aliran pada dasar memiliki zona-zona pergerakan ke atas yang berdampingan dengan zona-zona pergerakan ke bawah. Garis dimana sayap-sayap vorteks yang turun bertemu di dasar akan menjadi tempat dengan stress yang tinggi dan erosi yang cepat, sedangkan dasar yang terletak di bawah sayap-sayap vorteks yang naik menjadi tempat dengan stress minimum dan erosi yang paling lambat (gambar 4-6). Setelah terkonsentrasi secara lokal dalam lekukan-lekukan, eddy-eddy menjadi tetap dan memperkuat relief yang ada. Ketika ada hidung yang membundar, aliran itu cekung ke atas dan mungkin mencerminkan pola eddying yang mirip dengan apa yang terjadi pada flute, dengan pemisahan aliran dan komponen lokal-transversal terhadap sumbu eddy. Longitudinal scour dapat menjadi indikator posisi stratigrafi dan arah arus purba yang bermanfaat. Walau demikian, hanya longitudinal scour yang memiliki hidung seperti flute saja yang dapat mengindikasikan arah arus purba dan kesan pergerakan arus itu. 4.2.2.4 Gutter Cast Struktur ini umumnya muncul sebagai tonjolan memanjang pada bidang perlapisan bawah batupasir atau batugamping yang berbutir kasar. Struktur itu menonjol ke dalam sedimen berbutir halus yang terletak dibawahnya. Pada penampang melintang, profil struktur ini berbentuk U atau V. Struktur ini biasanya simetris. Walau demikian, kadangkadang asimetris, dimana salah satu sisi lebih curam dibanding sisi yang lain. Struktur ini biasanya memiliki lebar sekitar 10 cm dengan nilai kedalaman yang lebih kurang berharga sama dengan lebarnya. Apabila sedimen berbutir kasar yang terletak diatasnya tidak membentuk suatu lapisan, maka lekukan-lekukan itu akan tersisi sepenuhnya dan kemudian akan muncul sebagai tubuh-tubuh sedimen kasar yang terisolasi dan terletak di bagian atas sedimen berbutir halus. Dilihat pada bidang yang lebih kurang sejajar dengan bidang perlapisan, cast ini umumnya sinusoidal dan memiliki panjang hingga beberapa meter. Kadang-kadang ujung struktur ini dapat ditemukan. Ujung itu mungkin dalam, mirip dengan flute, namun mungkin pula dangkal dan akhirnya hilang. Sebagian struktur sedimen lain (biasanya tool marks) dapat ditemukan pada dinding dan dasar gutter cast. Struktur itu umumnya memperlihatkan kesejajaran dengan sumbu panjang gutter cast.

Gutter cast merupakan produk pengerukan oleh fluida, mungkin dengan bantuan sand blast effect partikel-partikel kasar yang diangkut oleh aliran. Gutter cast agaknya mencerminkan suatu pola helical vortices dengan sumbu horizontal yang sejajar dengan arah aliran. Sepasang vorteks mungkin bertanggungjawab terhadap pembentukannya. Walau demikian, pada kelokan, salah satu vorteks menjadi dominan sedemikian rupa sehingga menyebabkan terbentuknya dinding luar yang lebih curam. Hal itu analog dengan kelokan sungai meander. 4.2.3 Tool Marks Tool marks berbeda dengan scour marks karena tool marks terbentuk akibat interaksi antara partikel yang diangkut dalam aliran dengan dasar; jadi, tool marks tidak terbentuk oleh aliran itu sendiri. Tool marks juga menghasilkan kategori-kategori struktur yang memperlihatkan perbedaan yang jelas serta sering memperlihatkan pola relief berskala kecil. Penggolongan morfologi sederhana dari tool marks adalah sbb: Menerus: (1) profilnya tajam dan tidak beraturan: groove. (2) profilnya mulus dan crenulated: chevron. Tidak menerus: (3) tunggal: prod mark, bounce mark. (4) berulang: skip mark. 4.2.3.1 Groove Groove adalah tonjolan memanjang pada bidang perlapisan bawah batupasir. Groove dapat muncul sebagai struktur terisolasi maupun sebagai suatu kelompok yang memperlihatkan kesejajaran. Dalam penampang vertikal, groove memperlihatkan relief yang tajam, tidak beraturan, dan biasanya berkaitan dengan groove kecil dan tonjolan yang menindihnya. Groove yang kecil cenderung sejajar dengan groove besar, namun kadangkadang groove kecil seperti terpilin menghasilkan effect paku ulir. Ujung groove cast jarang terlihat, namun dapat berangsur maupun tajam. Lemping lumpur (mudflake), fragmen tumbuhan, atau fosil kadang-kadang ditemukan pada ujung groove cast. Sebagian besar bidang perlapisan yang ditutupi oleh groove cast memperlihatkan hanya satu arah groove. Lakukan pengukuran yang cermat dan pencatatan yang seksama terhadap groove cast. Apabila pada suatu bidang perlapisan kita menemukan adanya lebih dari satu arah, catat variasi arah yang ada dan kemudian tentukan urut-urutannya (groove mana yang terbentuk lebih dahulu dan groove mana yang terbentuk kemudian) berdasarkan hubungan pemotongan. Groove cast terbentuk akibat pengisian relief erosi. Relief erosi itu sendiri terbentuk akibat terseretnya suatu benda, atau tool, di atas substrat kohesif oleh arus. Groove juga dapat terbentuk akibat menggelundungnya benda berbentuk cakram sedemikian rupa sehingga akhirnya terbentuk jejak yang mirip dengan tapak ban pada pasir lunak atau lumpur. Identitas benda yang berperan sebagai tool tidak akan pernah diketahui, kecuali apabila benda itu ditemukan pada ujung groove. Pada kasus yang disebut terakhir ini, khuluk tool dan kesan pergerakan arus akan dapat diketahui. Untuk kebanyakan groove, kita hanya dapat menafsirkan arah pergerakan. Dengan demikian, pengukuran groove hendaknya dicatat sebagai lineasi yang tidak berarah (misalnya 120-300o). Groove tertentu yang memperlihatkan gejala pemilinan terbentuk akibat berotasinya tool sewaktu terseret di permukaan substrat. 4.2.3.2 Chevron Chevron lebih jarang ditemukan dibanding groove. Chevron adalah zona linier berbentukV

You might also like