You are on page 1of 2

BAB 6 METODA-METODA ANALISIS MEKANIK

6.1 TINJAUAN UMUM Metoda yang dewasa ini tersedia untuk melaksanakan analisis mekanik demikian banyak sehingga agaknya dibutuhkan satu buku khusus untuk dapat memparkan semuanya itu. Banyak metoda merepresentasikan variasi-variasi kecil dari beberapa teknik dasar, sebagian diantaranya tergantung pada perubahan-perubahan kecil dalam peralatan yang digunakan, dan sebagian lain dikembangkan untuk menganalisis material khusus. Boleh dikatakan tidak mungkin bagi seorang peneliti untuk dapat memperoleh pengalaman yang memadai dengan setiap peralatan yang ada, dan menjadi suatu keharusan untuk memilih diantara berbagai varietas metoda yang dapat diadopsi untuk penelitian sedimen terutama berdasarkan kehandalannya dan kedua berdasarkan kenyamanan atau biaya yang diperlukan. Dalam bab ini akan dipaparkan beberapa metoda analisis mekanik, baik metoda lama maupun metoda baru. Walau demikian, penjelasan akan ditekankan pada metoda-metoda yang didasarkan pada teori Oden mengenai sistem sedimentasi. Diantara metoda-metoda sedimentasi, metoda pipet (pipette method) akan dibahas cukup panjang lebar sebagai suatu metoda yang praktis dapat digunakan secara universal pada sedimen halus. Penekanan terhadap metoda pipet ini merupakan sebuah konsekuensi alami dari banyaknya pengalaman penulis dalam pemakaian metoda itu dan karena metoda tersebut telah diadopsi sebagai metoda baku untuk semua penelitian laboratorium di University of Chicago. Berbeda dengan banyak metoda yang tersedia untuk analisis mekanik sedimen halus, proses pengayakan masih tetap merupakan metoda yang jauh lebih populer untuk melakukan analisis mekanik terhadap sedimen berukuran pasir atau yang lebih kasar dari itu. Hingga tingkat tertentu, metoda-metoda mikroskopis dapat menggantikan metoda ayakan di masa datang, namun dewasa ini dapat dipastikan bahwa teknik pengayakan masih menjadi metoda universal yang digunakan oleh para peneliti, paling tidak di Amerika. Pada Bab 5 telah dikemukakan beberapa kelemahan teoritis dari metoda ayakan. Sebagian peneliti lebih menyukai digunakannya metoda elutriasi (elutriation method) secara ekslusif untuk analisis mekanik, untuk menghindarkan munculnya data gabungan yang sebagian berasal dari hasil ayakan dan sebagian lain dari hasil analisis sedimentasi. Dengan tujuan akhir seperti itu, elutriator dan tabung sedimentasi (settling tube) telah dikembangkan sebagai pengganti ayakan. Banyak sedimenmisalnya lanau pasiran, loess, glacial till, serpih pasiran, dan sedimen lain yang mirip itumemiliki kisaran ukuran partikel mulai dari partikel halus hingga partikel kasar. Untuk sedimen seperti itu, metoda gabungan merupakan sebuah keharusan. Metoda gabungan itu biasanya mencakup pemisahan sampel ke dalam beberapa beberapa bagian yang ukurannya berbeda-beda sedemikian rupa sehingga material kasar dapat diayak, sedangkan material yang halus dianalisis dengan metoda sedimentasi. Untuk menyederhanakan pelaksanaan analisis tersebut, limit yang digunakan sebagai pemisah antara material kasar dan halus diletakkan pada 1/16 mm. Dalam skala besar butir Wentworth, angka itu berkorespondensi dengan limit bawah dari pasir. Selain itu, angka 1/16 mm mendekati limit atas penerapan Hukum Stokes atau Rumus Sedimentasi Praktis dari Wadell sehingga angkat tersebut dapat menjadi garis demarkasi yang baik. Proses pemisahan material kasar dan halus itu sendiri relatif mudah dilaksanakan dengan cara menggunakan sebuah ayakan yang ukuran bukaannya adalah 1/16 mm. Untuk sedimen komposit, fraksi kasar dan fraksi halusnya dianalisis secara terpisah. Data yang diperoleh dari setiap analisis itu kemudian digabungkan untuk menghasilkan suatu distribusi frekuensi tunggal. Data analisis gabungan seperti itu seringkali memperlihatkan adanya suatu break distribusi di sekitar 1/16 mm karena prinsip-prinsip pemisahan butiran melalui metoda ayakan berbeda dengan prinsip-prinsip pemisahan butiran dengan metoda sedimentasi. Dalam banyak kasus, hiatus antara kedua metoda itu tidak terlalu serius, namun secara umum perlu dicamkan bahwa setiap keanehan data di sekitar 1/16 mm hendaknya dianalisis dari kemungkinan galat eksperimen.

6.2 SEDIMEN KASAR Dalam Bab 5, partikel-partikel sedimen digolongkan ke dalam sistem dispersinya.

You might also like