You are on page 1of 7

BAB I PENDAHULUAN

Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika. Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1 (cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzim cyclooxygenase ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari arachidonic acid. Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses inflamasi (radang). Penggunaan NSAID yaitu untuk penanganan kondisi akut dan kronis dimana terdapat kehadiran rasa nyeri dan radang. Walaupun demikian berbagai penelitian sedang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan obat-obatan ini dapat digunakan untuk penanganan penyakit lainnya seperti colorectal cancer, dan penyakit kardiovaskular. NSAID merupakan golongan obat yang relatif aman, namun ada 2 macam efek samping utama yang ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran pencernaan (mual, muntah, diare, pendarahan lambung, dan dispepsia) serta efek samping pada ginjal (penahanan garam dan cairan, dan hipertensi) . Efek samping ini tergantung pada dosis yang digunakan. Obat ini tidak disarankan untuk digunakan oleh wanita hamil, terutama pada trimester ketiga. Namun parasetamol dianggap aman digunakan oleh wanita hamil, namun harus diminum sesuai aturan karena dosis tinggi dapat menyebabkan keracunan hati.

BAB II NSAID DAN EFEK SAMPINGNYA

NSAID telah banyak digunakan sebagai obat analgesik, tidak hanya sebagai agen inflamasi, semenjak mekanisme aksi dari asam asetilsalisilat (ASA) ditemukan kira-kira 30 tahun yang lalu. Uji klinis telah membuktikan bahwa NSAID efektif untuk menghilangkan rasa nyeri baik ringan, sedang, dan berat. Untuk dapat mengerti cara penggunaan optimal dari obat-obatan ini harus mengetahui dulu mekanisme aksi dari asam arakhidonat yang terangkum dalam bagan berikut.

Gambar 1. Cara kerja asam arakhidonat.

Pada setiap trauma yang terjadi pada jaringan akan menstimulasi enzim phospholipase A2, yang akan memecah asam arakidonat dari ikatan fosfolipid di membran sel. Asam arakidonat kemudian akan memasuki dua jalur metabolisme. Pada jalur yang pertama asam arakidonat dimetabolisme oleh enzim lipoksigenase menjadi leukotrien. Leukotrien memproduksi bronkokonstriksi pada reaksi alergi. Pada jalur yang kedua, asam arakidonat akan dimetabolisme oleh enzim

siklooksigenase (COX) menjadi prostaglandins (PGE2), prostacyclin (PGI2), dan tromboxane A2. NSAID bekerja dengan cara menghambat sisntesis prostaglandin oleh enzim siklooksigenase (COX). Obat ini menghambat baik COX-1 maupun COX2. COX-1 berfungsi untuk melindungi mukosa gastrointestinal, trombosit, dan ginjal. Di bawah pengaruh COX-1, prsotaglandin menjaga dan memproteksi mukosa gastrik, menjaga fungsi normal trombosit melalui tromboxan A2 dan prostasiklin (PGI2), dan meregulasi aliran darah ginjal. Sedangkan COX-2 hanya diproduksi saat terjadi inflamasi dan ditemukan hanya dalam jumlah yang sedikit. Efek antiinflamasi dari NSAIDs bekerja dengan cara menghambat COX-2. NSAID memblok enzim sikloogsigenase, yang terbagi menjadi dua bentuk yaitu siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2). COX-1 bertanggung jawab dalam sintesis beberapa mediator, salah satunya adalah prostaglandin, yang bertugas menjaga mukosa lambung dan meregulasi aliran darah ginjal. Leukotrien juga ikut berperan dalam terjadinya inflamasi, dan dapat menyebabkan bronkospasme. Jika inflamasi yang terjadi menyebabkan kerusakan jaringan, misalnya pada kerusakan jaringan akibat prosedur bedah, maka COX-2 akan terinduksi, dan akan menyebabkan sintesis prostaglandin yang merangsang serat-serat nyeri dan menghasilkan inflamasi. Secara umum NSAID memblokir aktivitas COX-1 dan COX-2, namun beberapa tahun belakangan, jenis-jenis obat NSAID yang lebih selektif terhadap COX-2 baru telah ditemukan. Obat-obatan inhibitor COX-2 selektif ini diciptakan untuk menghindari efek merusak mukosa lambung.

Efek Samping NSAID

Kepentingan utama dari NSAID adalah efek analgetik dan antiinflamasinya. Selain itu, aksi menguntungkan tersebut terkombinasi dengan kerjanya menghambat kontraksi uterin, yang membuat NSAID efektif untuk mengatasi nyeri menstruasi. ASA adalah senyawa antipiretik yang populer dan sudah digunakan secara luas untuk aksi antiplateletnya sebagai profilaksis untuk

infark miokard terutama pada pasien dengan riwayat angina pectoris yang tidak stabil. Dengan berbagai keuntungannya, NSAID juga memiliki banyak efek samping, yang mengarah pada banyak kontraindikasi.

Efek Terapetik Analgesik Anti inflamasi Antipiretik Anti dysmenorrheal Antiplatelet (ASA) Dyspepsia

Efek Samping

Kerusakan mukosa lambung Perdarahan meningkat Kerja ginjal terganggu Reaksi anafilaktoid

Tabel 1. Efek terapetik dan efek samping dari NSAID

Inhibisi sintesis prostaglandin dapat menghalangi efek prostaglandin terhadap mukosa lambung. Inhibisi tersebut dapat menyebabkan dyspepsia, dan lebih parah lagi, memicu perdarahan lambung. Toksisitas saluran gastrointestinal merupakan masalah utama yang berkaitan dengan penggunaan NSAID, dan berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa terdapat sekitar 16.500 kematian yang berhubungan dengan penggunaan NSAID. Oleh karena itu NSAID tidak boleh diberikan pada pasien dengan ulkus lambung aktif atau perdarahan lambung. Asetaminofen merupakan obat analgesik pilihan untuk pasien dengan penyakit tersebut. Biasanya, efek pada lambung dapat diperkecil dengan penyangga yang cocok (minum NSAID bersama makanan yang diikuti segelas air atau antasid). Formulasi obat lapis enterik (enteric-coated) dapat mengurangi kecenderungan terjadinya dyspepsia, tetapi tidak mencegah kerusakan lambung dan kemungkinan perdarahan. Jika asetaminofen tidak mempan, maka pasien sebaiknya diberi NSAID inhibitor COX-2 selektif, karena inhibitor ini tidak terlalu mengiritasi lambung dibandingkan NSAID lainnya. Celecoxib (Celebrex) dan rofecoxib (Vioxx) adalah contoh agen pada kelas ini. Rofecoxib, jika diberikan dosis

sebanyak 50 mg per hari, dapat memberi efek analgesik setara dengan ibuprofen 400 mg. Sedangkan efek analgesik celecoxib tidak sebesar itu, yaitu sama seperti ASA 650 mg, tetapi kurang efektif dibandingkan dosis terapetik naproxen atau ibuprofen. Saat ini para ilmuwan terus berusaha menyempurnakan inhibitor COX2 selektif yang kemungkinan akan dirilis beberapa tahun yang akan datang, seperti valdecoxib, etoricoxib, dan parecoxib. NSAID juga menginduksi inhibisi sintesis tromboksan, yang

mengakibatkan penurunan agregasi platelet, walaupun efek ini efek yang reversibel dalam 24 jam. Seorang pasien dapat memiliki alergi terhadap ASA atau NSAID lainnya, tetapi lebih mirip seperti gejala alergi dibandingkan alergi sebenarnya, misalnya reaksi anafilaktoid. Bronkospasme dan gejala-gejala alergi lainnya seperti reaksi asma dapat terjadi pada pasien tertentu sebagai hasil kerja asam arakhidonat merusak fungsi leukotrien. Maka dari itu, penggunaan ASA dan NSAID lebih baik dihindari untuk pasien dengan asma parah. NSAID juga menunjukkan beberapa potensi interaksi obat. Efek pengurangan tekanan darah yang dihasilkan oleh obat antihipertensi kelas angiotensi-converting enzyme inhibitor (contoh : enalapril), kelas diuretik (contoh: hidroklorotiazid), dan kelas beta-blocker (contoh : propanolol); dapat hilang jika pasien mengkonsumsi NSAID jangka panjang. NSAID juga sebaiknya dihindari dengan kombinasi bersama agen-agen yang tercantum di bawah ini.

Kontraindikasi NSAID Ulkus gastrik atau penyakit inflamasi saluran pencernaan lainnya Hipersensitivitas terhadap ASA atau NSAID lainnya Gangguan pernapasan Masalah perdarahan Kehamilan trimester ketiga Kelainan ginjal Anak-anak

Penggunaan bersama obat-obatan berikut: Obat antihipertensi Lithium Antikoagulan (warfarin) Methotrexate Alkohol NSAID lainnnya
Tabel 2. Kontraindikasi NSAID

Pasien yang sedang mengkonsumsi obat-obatan antikoagulan dapat beresiko bertambah parah perdarahannya. NSAID juga harus dihindari pada penggunaan bersamaan dengan methotrexate dosis tinggi untuk terapi kanker, sedangkan methotrexate dosis rendah seperti untuk pengobatan athritis tidak menjadi masalah. Konsumsi alkohol dapat menjadi faktor pemicu perdarahan lambung yang lebih parah. Kemudian penggunaan NSAID jangka panjang bersama obat NSAID jenis lainnya atau asetaminofin dapat mengarah pada kemungkinan nefrotoksis, sehingga harus dihindari.

DAFTAR PUSTAKA

Craig, Charles R., Stitzel, Robert E. 2003. Modern Pharmacology With Clinical Applications 6th ed. Lippincott Williams & Wilkins. Haas, Daniel A. 2002. An Update on Analgesics for the Management of Acute Postoperative Dental Pain. J Can Dent Assoc. 2002; 68(8):476-82. Ritter, JM., et al. 2008. A Textbook of Clinical Pharmacology and Therapeutics. UK : Hodder Education. http://www.apoteker.info/Topik%20Khusus/nsaid.htm. Apakah Obat Anti-

inflamasi Non Steroid Itu? Diakses pada September 2012. http://milissehat.web.id/?p=1993. Obat Anti-Inflamasi Non Steroid. Diakses pada September 2012.

You might also like