You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR PADA BAYI

Askep ini dibuat Untuk Melengkapi Tugas Keperawatan Anak. Semester/ TK : IV/ II.A.3 Oleh : Kelompok III 1. Siti Rofiah 2. Solikhin Lubis 3. Sulastari

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG JURUSAN KEPERAWATAN 2012

KONSEP DASAR TEORI


Definisi Fraktur adalah pemisahan atau robekan pada kontinuitas tulang yang terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan pada tulang dan tulang tidak mampu untuk menahannya. Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144). Fraktur atau umumnya patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347). Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan dari tulang itu sendiri dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap, tidak lengkap. (Arice, 1995 : 1183). Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Sedangkan Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).

Etiologi Penyebab fraktur / patah tulang menurut (Long, 1996 : 367) adalah : 1. Benturan dan cedera (jatuh pada kecelakaan) 2. Fraktur patologik (kelemahan hilang akibat penyakit kanker, osteophorosis) 3. Patah karena letih 4. Patah karena tulang tidak dapat mengabsorbsi energi karena berjalan terlalu jauh. Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Cedera traumatic Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh : Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

2. Fraktur Patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut : Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh

defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah. 3. Secara spontan : Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran. Etiologi Fraktur ada dua jenis, yaitu : 1. Trauma langsung, yaitu : fraktur yang terjadi karena mendapat rudapaksa, misalnya benturan atau pukulan yang mengakibatkan patah tulang. 2. Trauma tidak langsung, yaitu : bila fraktur terjadi, bagian tulang mendapat rudapaksa dan mengakibatkan fraktur lain disekitar bagian yang mendapat rudapaksa tersebut dan juga karena penyakit primer seperti osteoporosis dan osteosarkoma. Dari etiologi yang dapat menyebabkan fraktur dibagi menjadi dua yaitu fraktur tertutup dan frkatur terbuka. Pada fraktur tertutup akan terjadi kerusakan pada kanalis havers dan jaringan lunak diarea fraktur, akibat kerusakan jaringan tersebut akan terbentuk bekuan darah dan benang-benang fibrin serta hematoma yang akan membentuk jaringan nekrosis. Maka terjadilah respon informasi informasi fibroblast dan kapiler-kapiler baru tumbuh dan membentuk jaringan granulasi. Pada bagian ujung periosteum-periosteum, endeosteum dan sumsum tulang akan mensuplai osteoblast, kemudian osteoblast berproliferasi membentuk fibrokartilago, kartilago hialin dan jaringan penunjang fibrosa. Selanjutnya akan dibentuk fiber-fiber kartilago dan matriks tulang yang menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak, sehingga terjadi osteogenesis dengan cepat sampai terbentuknya jaringan granulasi. Sedangkan pada fraktur terbuka terjadi robekan pada kulit dan pembuluh darah, maka terjadilah perdarahan, darah akan banyak keluar dari ekstra vaskuler dan terjadilah syok hipovolemik, yang ditandai dengan penurunan tekanan darah atau hipotensi syok hipovolemik juga dapt menyebabkan cardiac output menurun dan terjadilah hipoksia. Patofisiologi Fraktur / patah tulang terjadi karena benturan tubuh, jatuh / trauma (long, 1996 : 356). Baik itu karena trauma langsung, misalnya : tulang kaki terbentur bumper mobil, karena trauma tidak langsung , misalnya : seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa oleh karena trauma akibat tarikan otot misalnya tulang patella dan dekranon, karena otot triseps dan biseps mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000 : 147). Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. (Mansjoer, 2000 : 346). Sewaktu tulang patah pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi pendarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodelling untuk membentuk tulang sejati. (Corwin, 2000 : 299).

Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembekakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan berakibat anoksia mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan syndrom kompartemen. (Brunner & Suddarth, 2002 : 2287). Pengobatan dari fraktur tertutup bisa konservatif atau operatif. Theraphy konservatif meliputi proteksi saja dengan mitella atau bidai. Imobilisasi dengan pemasangan gips dan dengan traksi. Sedangkan operatif terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi internal dan reposisi tertutup dengan kontrol radio logis diikuti fraksasi internal. (Mansjoer, 2000 : 348). Klasifikasi Fraktur Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasanyang praktis , dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu: 1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan). Faktur Tertutup (Closed) : Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpakomplikasi. Tingkat 0 : Fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya. Tingkat 1 : Fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit jaringan subkutan. Tingkat 2 : Fraktur yang lebih dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan. Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman aindroma kompartement. Fraktur Terbuka (Open/Compound): Bila terdapathubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengandunia luar karena adanya perlukaan kulit. Kulit terobek : Dari dalam karena fragmen tulang yang menembus kulit. o Karena kekerasan yang berlangsung dari luar Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat, yaitu : 1. Derajat I : Luka yang panjangnya kurang dari 1 cm. Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda lunak remuk. Fraktur sederhana, transversal, oblik atau kominutif ringan. Kontaminasi minimal 2. Derajat II: Laserasi > 1 cm. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avusi. Fartur kominutif sedang. Kontaminasi sedang.

3. Derajat III: Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi. Jaringan lunak yang menutupi fraktur ulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi. Atau fraktur segmental/sangnat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminsai masif. Luka pada pembuluh arteri/syaraf perifer yang harus diperbaiki dapat melihat kerusakan jaringan lunak.

2. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruhpenampang tulang atau melalui kedua korteks tulangseperti terlihat pada foto. Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melaluiseluruh penampang tulang seperti: Hair Line Fraktur (patah retidak rambut) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatandari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosadi bawahnya. Green Stick Fraktur, mengenai satu korteksdengan angulasi korteks lainnya yang terjadi padatulang panjang. 3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma. Fraktur Transversal: Fraktur yang arahnya melintangpada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi ataulangsung. Fraktur Oblik: Fraktur yang arah garis patahnyamembentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakanakibat trauma angulasijuga. Fraktur Spiral: Fraktur yang arah garis patahnyaberbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi. Fraktur Kompresi: Fraktur yang terjadi karena traumaaksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaanlain. Fraktur Avulsi: Fraktur yang diakibatkan karena traumatarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang. 4. Berdasarkan jumlah garis patah. Fraktur Komunitif: Fraktur dimana garis patah lebihdari satu dan saingberhubungan. Fraktur Segmental: Fraktur dimana garis patah lebihdari satu tapi tidak berhubungan. 5. Fraktur Multiple: Fraktur dimana garis patah lebih darisatu tapi tidak pada tulang yang sama. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.

Fraktur Undisplace (tidak bergeser): Garis patahlengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser danperiosteum masih utuh. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseranfragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas: 1. Dislokasi ad longitudinam cum contractionum(pergeseran searah sumbu dan overlapping). 2. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuksudut). 3. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmensaling menjauh). 6. Berdasarkan posisi frakur Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian : 1. 2. 3. 1/3 Proksimal 1/3 Medial 1/3 Distal Manifestasi Klinik Manifestasi Klinis Fraktur adalah nyeri, hilangnya sungsi deformitas, pemendekan ekstremitas krepitus, pembekakan lokal dan perubahan warna. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai frogmen tulang diimobilisasi spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap menjadi seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada faktur lengan atau tungkai menyebabkan defromitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya fragmen satu dengan lainnya (uji krepitus dapat kerusakan jaringan lunak yang lebih berat). Pembekakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera. ( Brunner dan Suddarth, 2001 : 2358 )

Tanda Dan Gejala : Nyeri tekan : Karena adanya kerusakan syaraf dan pembuluh darah. Bengkak dikarenakan tidak lancarnya aliran darah ke jaringan. Krepitus yaitu rasa gemetar ketika ujung tulang bergeser.

Deformitas yaitu perubahan bentuk, pergerakan tulang jadi memendek karena kuatnya tarikan otot-otot ekstremitas yang menarik patahan tulang.

Gerakan abnormal, disebabkan karena bagian gerakan menjadi tidak normal disebabkan tidak tetapnya tulang karena fraktur. Fungsiolaesa/paralysis karena rusaknya syaraf serta pembuluh darah. Memar karena perdarahan subkutan.

Spasme otot pada daerah luka atau fraktur terjadi kontraksi pada otot-otot involunter. Gangguan sensasi (mati rasa) dapat terjadi karena kerusakan syaraf atau tertekan oleh cedera, perdarahan atau fragmen tulang. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

Komplikasi Komplikasi Awal:: 1. Kerusakan Arteri : Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidakadanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal,hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yangdisebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan. 2. Kompartement Syndrom : Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yangterjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluhdarah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedemaatau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluhdarah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan beban yang terlalu kuat. Komplikasi Dalam Waktu Lambat: 1. Delayed Union: Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasisesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untukmenyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang. 2. Nonunion: Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi danmemproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabilsetelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanyapergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuksendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkankarena aliran darah yang kurang. 3. Malunion: Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai denganmeningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk(deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan danreimobilisasi yang baik.

Penatalaksanaan

a. Medis 1. Gips : Prosedur ini bertujuan untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi tulang yang patah tersebut. Kategori gips terdiri dari : Gips ekstermitas atas : Mengimobilisasi pergelangan dan/atau siku Gips ekstermitas bawah : Mengimobilisasi pergelangan kaki dan/atau lutut Gips spika : Mengimobilisasi pinggul dan lutut Gips spinal dan vertikal : Mengimobilisasi tulang belakang Traksi secara umum: Traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstreminasi klien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu tarikan tulang yang patah. Kegunaan traksi adalah antara lain mengurangi patah tulang, mempertahankan fragmen tulang pada posisi yang sebenarnya selama penyembuhan, memobilisasikan tubuh bagian jaringan lunak, memperbaiki deformitas. Jenis traksi ada dua macam yaitu : Traksi kulit, biasanya menggunakan plester perekat sepanjang ekstremitas yang kemudian dibalut, ujung plester dihubungkan dengan tali untuk ditarik. Penarikan biasanya menggunakan katrol dan beban. Traksi skelet, biasanya dengan menggunakan pin Steinman/kawat kirshner yang lebih halus, biasanya disebut kawat k yang ditusukan pada tulang kemudian pin tersebut ditarik dengan tali, katrol dan beban. Indikasi untuk fiksasi eksterna pada fraktur pediatri meliputi : Fraktur terbuak derajat II dan III berat Fraktur yang disertai dengan luka bakar berat Fraktur dengan hilangnya tulang atau jaringan lunak luas yang mungkin memerlukan prosedur rekontruktif, seperti cangkok vaskularisasi bebas, cangkok kulit dll. Fraktur yang memerlukan distraksi seperti fraktur dengan kehilangan tulang yang berarti Fraktur pelvis tidak stabil Fraktur pada anak disertai cidera kepala dan spastisitas Fraktur yang memerlukan perbaikan atau rekontruksi vaskuler atau syaraf. Manfaat fiksasi eksterna meliputi mobilisasi fraktur yang kaku, manajemen terpisah tungkai yang fraktur dan luka yang menyertai, dan mibilisasi pasien untuk pengobatan cedera lain dan transportasi untuk prosedur diagnostik dan terapeutik. Sebagian besar komplikasi dengan fiksasi eksterna adalah infeksi seapanjang pen dan dapat terjadi fraktur lagi setelah pen diambil. 1. Fisiotherapi Alat untuk reimobilisasi mencakup exercise terapeutik, ROM aktif dan pasif. ROM pasif mencegah kontraktur pada sendi dan mempertahankan ROM normal pada sendi. ROM dapat dilakukan oleh therapist, perawat atau mesin CPM (continous pasive motion). ROM aktif untuk meningkatkan kekuatan otot. 2. Proses Penyembuhan Tulang 2.

Fase formasi hematon (sampai hari ke-5) : Pada fase ini area fraktur akan mengalami kerusakan pada kanalis havers dan jaringan lunak, pada 24 jam pertama akan membentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk ke area fraktur sehingga suplai darah ke area fraktur meningkat, kemudian akan membentuk hematoma sampai berkembang menjadi jaringan granulasi. Fase proliferasi (hari ke-12) : Akibat dari hematoma pada respon inflamasi fibioflast dan kapiler-kapiler baru tumbuh membentuk jaringan granulasi dan osteoblast berproliferasi membentuk fibrokartilago, kartilago hialin dan jaringan penunjang fibrosa, akan selanjutnya terbentuk fiber-fiber kartilago dan matriks tulang yang menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak sehingga terjadi osteogenesis dengan cepat. Fase formasi kalius (6-10 hari, setelah cidera) : Pada fase ini akan membentuk pra prakulius dimana jumlah prakalius nakan membesar tetapi masih bersifat lemah, prakulius akan mencapai ukuran maksimal pada hari ke-14 sampai dengan hari ke-21 setelah cidera. Fase formasi kalius (sampai dengan minggu ke-12) : Pada fase ini prakalius mengalami pemadatan (ossificasi) sehingga terbentuk kalius-kalius eksterna, interna dan intermedialis selain itu osteoblast terus diproduksi untuk pembentukan kalius ossificasi ini berlangsung selama 2-3 minggu. Pada minggu ke-3 sampai ke-10 kalius akan menutupi tulang. Fase konsolidasi (6-8 Bulan) dan remoding (6-12 bulan) : Pengkokohan atau persatuan tulang proporsional tulang ini akan menjalani transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalius tulang akan mengalami remodering dimanaosteoblast akan membentuk tulang baru, sementara osteoklast akan menyingkirkan bagian yang rusak sehingga akhirnya akan terbentuk tulang yang menyeruapai keadaan tulang yang aslinya.

Pemeriksaan Penunjang 1. Foto Rontgen : Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung Mengetahui tempat dan type fraktur Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodic Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple) Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati (Doenges, 1999 : 76 ).

Asuhan Keperawatan A. Pengkajian : Pengkajian sekunder Data demografi : Identitas klien o Dapatkan riwayat kejadian, cedera sebelumnya, pengalaman dengan tenaga kesehatan o Obseravasi adanya manifestasi fraktur: Tanda tanda cedera : Pmebengkakan umum, Nyeri atau nyeri tekan, Penurunan penggunaan fungsional dari bagian yang sakit (pada anak kecil yang menolak untuk berjalan atau menggerakkan ekstermitas atas sangat dicurigai terjadi fraktur), Memar, Kaku oto yang parah, Krepitasi (sensasi memarut pada sisi fraktur) Kaji lokasi fraktur : Observasi adanya deformitas, instruksikan anak untuk menunjukkan area yang nyeri Kaji sirkulasi dan sensasi distal pada sisi fraktur Bantu dalam prosedur diagnostik dan tes, mis. Raduografi dan tomografi Riwayat imunisasi : Polio, Tetanus. Aktivitas/istirahat Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena keterbatasan mobilitas. Sirkulasi o Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas) o Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah) o Tachikardi o Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera o Cavilary refil melambat o Pucat pada bagian yang terkena o Masa hematoma pada sisi cedera o Neurosensori Kesemutan Deformitas, krepitasi, pemendekan kelemahan Kenyamanan : Anak sering menangis, rewel dan tidak tenang akiba tnyeri tiba-tiba saat cidera spasme/ kram otot. Keamanan : Laserasi kulit, perdarahan perubahan warna, pembengkakan local. Sistem Integumen : Adanya Laserasi, perdarahan edema, serta perubahan warna kulit. Sistem otot : Kekuatan gerak koordinasi. Pemeriksaan diagnostic. Pemeriksaan ronthgen menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma. Scan tulang, Tomogram, Scan CT, MRI : Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. Arteriogram : Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai. Hitung darah lengkap : HT, mungkin meningkat (hemoton sentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna

pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan leukosit adalah respon stress normal setelah trauma

B. Pengkajian Terhadap Ekstermitas yang di Gips Pantau status kardiovaskuler. Pantau nadi perifer Pucatkan kulit ekstermitas pada bagian distal dari fraktur untuk memastikan sirkulasi yang adekuat pada bagian tersebut. Perhatikan keketatan Gips, gips harus memungkinkan insersi jari diantara kulit ekstermitas dengan gips setelah gips kering. Kaji adanya peningkatan hal hal tersebut : Nyeri, Bengkak, Rasa dingin, sianosis atau pucat. Kaji gerakan dan sensasi jari tangan atau jari kaki. Minta anak untuk menggerakkan jari tanga atau jari kaki. Observasi adanya gerakan spontan pada anak yang tidak mampu berespon terhadap perintah. Laporkan segera tanda tanda ancaman kerusakan sirkulasi. Intruksikan anak untuk melaporkan adanya rasa kebas atau kesemutan. Perikas Suhu (gips plester): Reaksi kimia pada proses pengeringan gips, yang meningkatkan panas. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau area tekan. Inspeksi bagian dalam gips, untuk adanya benda benda yang terkadang dimasukkan olrh anak yang masih kecil. Observasi adanya tanda tanda infeksi : Periksa adanya drainase, Cium gips untuk adanya bau memyengat., Waspadai adanya peningkatan suhu, letargi, dan ketidaknyamanan. Observasi kerusakan pernafasan (gips spika): Kji ekspansi pada anak, Obvervasi frekuensi pernafasan , Observasi warna dan perilaku. Kaji adanya bukti bukti perdarahan, Kaji adanya peningkatan perdarahn. Kaji terhadap kebutuhan obat analgesic. C. Diagnosa yang mungkin muncul Resiko tinggi cidera berhubungan dengan adanya gips, pembengkakan jaringan dan kemungkinan kerusakan saraf Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan cedera fisik Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungaan dengan Gips Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal Cemas atau ansietas berhubungan dengan penggunaan dan pengangkatan gips Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma jaringan lunak

D. Intervensi Keperawatan No Tang Diagnosa gal 1.

Tujuan/Kriteria hasil

Intervensi

Rasional

Resiko tinggi Tujuan : Setelah dilakukan Rawat gips cidera tindakan keperawatn selama 1 x basah berhubungan 24 jam anak diharapkan dengan dengan adanya terhindar/terbebas dari cedera telapak gips, fisik tangan, pembengkaka Kriteria Hasil : hindari n jaringan dan penekanan 1. Anak tidak mengalami kemungkinan gips dengan kerusakan neurologis atau kerusakan ujung sirkulasi. saraf jari(gips 2. Anak mempertahankan plester). integritas gips. Gips 1. Jang mengering dengan cepat, an bersih dan utuh menu 3. Anak tetap bebas dari tupi cedera gips 1. Tinggikan yang ekstremitas yang masi di gips. h basa h. 2. Jang an meng ering kan gips deng an kipas pema nas atau peng ering . 1. Jaga agar jalur

ambu lansi tetap bersi h.

1. Ajari anak untu k meng guna kan kruk deng an tepat bila ia meng alami frakt ur ekstr emita s bawa h. 2. Untu k menu runk an pemb engk akan, karen apeni nggia n kestr emita s meni ngkat kan alira n

3.

4.

5.

6.

balik vena. Kare na pene kana n dapat meny ebab kan area tekan . Untu k meng ering kann ya dari dala m kelua r. Kare na dapat terja di luka bakar dan gips hany a akan kerin g dibag ian luar tetapi tidak dibag ian dala m. Untu k

menc egah pasie n jatuh . Sing kirka n main an/ba rangbaran g yang berse rakan di lantai yang mem ungk inkan anak untu k tersa ndun g. 7. Kruk harus tepat ukur anny a, berik an karet pada lunak ujun gnya untu k menc egah terge lincir dan banta

lan pada aksil a.

2.

Gangguan rasa Tujuan : Tujuan : setelah nyaman dilakukan tindakan keperawatan (Nyeri) selama 2 x 24 jam berhubungan ketidaknyamanan yang dialami dengan cedera anak tidak ada atau minimal. fisik Krteria Hasil: 1. Anak tidak rewel atau menangis. 2. Koping anak baik

1. Ajar kan oran g tua untu k berpa rtisip

1. Rasa nyaman dapat mengurngi rasa nyeri. 2. Anak akan merasa nyaman. 1. Karena subtansi ini mempunyai kecenderungan

3. Ketidaknyamanan minor dapat ditoleransi. 1. Gunakan skala peringkat nyeri

asi dala m meng kaji nyeri deng an meng guna kan catat an peng kajia n nyeri . 2. Bila perlu batas i aktiv itas yang melel ahka n. 3. Beri posis i yang nyam an. Guna kn banta l untu k meny okon g area depe nden. 4. Hilan gkan rasa gatal

menggumpal dan menimbulkan iritasi.

diba wah gips deng an meni upka udara . 5. Hind ari meng guna kan beda k atau lotio n diba wh gips. 1 . K 2 . O 3 . U 3. Resiko tinggi Tujuan : setelah dilakukan kerusakan tindakan keperawatan selama 2 x integritas kulit 24 jam anak tidak mengalami berhubungaan iritasi kulit. dengan Gips Kriteria hasil : 1. Gips tetap kering 2. Gips tidak berbau 3. Tidak adanya kemerahan pada kulit 4. Anak tidak merasakan gatal pada daerah yang gips 1. Pastikan bahwa semua tepi gips halusa dan bebas

1. Untuk mncegah trauma kulit.

1. Karena kulit dapat teriritasi akibat adanya air dalam gips. 1. Karena gips akan mengeras dengan kulit

2.

3.

4.

5.

dari proyeksi pngiritasi. (kikir/lapisi tepian gips tersebut bila perlu). Jangan membiarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam gips. Lindungi gips selama mandi, kecuali jika gips sintetik tahan terhadap air Setelah gips dilepas, rendam dan basuh kulit dengan perlahan. Waspadai anak dan keluarga untuk tidak memaksakan menyingkirkan gips tersebut 1. Tepian gips yang kasar dapat mengiritasi kulit.

terdeskuamasi dan sekresi sebasea. 2. Karena gesekan keras dapat menyebabkan ekskoroasi dan perdarahan

4.

Gangguan Tujuan: setelah dilakukan mobilitas fisik tindakan keperawatan selama 2 x berhubungan 24 jam anak mempertahankan dengan kekuatan otot pada area yang kerusakan tidak sakit. muskuloskelet Kriteria Hasil: al 1. Ekstremitas yang tidak sakit tetap mempertahankan tonus otot yang baik 2. Anak melakukan aktivitas yang sesuai dengan usia dan kondisi anak. 1. Dorong untuk ambulasi sesegera mungkin 2. Dorong anak dengan alat

3.

4.

5. 6.

ambulasi untuk berambulasi segera setelah kondisi memungkinkan. Sokong lengan yang di gips dengan ambin/mitela (sling). Ajarkan penggunaan alat mobilisasi seperti kruk. Dorong aktivitas bermain dan pengalihan. Dorong anak untuk menggunakan sendi sendi di atas dan di bawah gips. 1. Untuk meningkat kan mobilisasi. 2. Sebagai latihan mobilisasi. 3. Untuk mencegah cedera. 4. Alat berjalan digunakan jika diperboleh kan untuk menopang berat badan. 5. Untuk melatih oto yang tidak sakit. 6. Untuk mempertah ankan fleksibilita

s dan fungsi sendi. 5 Cemas atau ansietas berhubungan dengan penggunaan dan pengangkatan gips Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 1 x 24 jam anak diharapkan mendapatkan dukungan yang adekuat selama pemasangan dan pengangkatan gips. Kriteria Hasil : 1. Anak menjalani prosedur pemasangan dan pengangkatan gips dengan distres minimal dan kerja sama. 1. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan apa yang daapt dilakukan anak untuk membantu. 2. Jelaskan apa yang akan dialami anak selama pengangkatan gips. (adanya kebisingan, sensasi geli karena getaran, ketidakmungkinan karena prosedur, dan menunjukkan keamanan gergaji). 3. Menggunakan teknik komunikasi yang baik denagn anak. 4. Libatkan peran keluarga dalam melakukan pemasangan atau pengambilan gips. 1. Mrnghilan gkan rasa takut dan mendoron g kerja sama.

1. Untuk menghilangkan rasa takut kulit terpotong.

1. Anak nyaman dan tidak merasa cemas. 2. Anak labih tergantung dan patuh pada kedua orang tua atau keluarganya.

Risiko infeksi Tujuan : setelah dilakukan b/d tindakan keperawatan selama 2 x ketidakadekua 24 jam anak dapat mencapai tan pertahanan penyembuhan luka sesuai waktu, primer (kerusa bebasdrainase purulen atau kan kulit, eritema dan demam taruma jaringan lunak Kriteria Hasil : 1. Tanda tanda vital normal 2. Tidak terjadi peningkatan suhu yang signifikan 3. Tidak terjadi pembengkakan dan perubahan warna pada luka yang ditimbulkan

1. Laku kan pera wata n pen steril dan pera wata n luka sesua iprot okol 2. Ajar kan klien untu kme mper tahan kan steril itasin sersi pen. 3. Kola boras i pemb erian antib iotik a dan tokso id tetan usses uai indik asi. 4. Anali sa hasil peme riksa anlab orato rium (Hitu

1. Mencegah infeksi sekunderdanmempercepat penyembuhanluka. 2. Meminimalkan kontaminasi. 3. Antibiotika spektrum luas atau spesifik dapat digunakan secaraprofilaksis, mencegah atau mengatasi infeksi. Toksoid tetanus untuk mencegah infeksi tetanus. 4. Leukositosis biasanya terjadi pada proses infeksi, anemia danpeningkatan LED dapat terjadi pada osteomielitis. Kultur untuk mengidentifikasi organismepenyebab infeksi

ng darah lengk ap, LED, Kult ur dans ensiti vitas luka/ seru m/tul ang)

You might also like