You are on page 1of 11

Hadits-Hadits Dhaif Seputar Ramadhan July 25, 2011 :: 24 Shaban 1432AH Filed underSYI'AR RAMADHAN Posted by admin Pahala

Puasa

Dari Nadhir bin Syaibn, ia mengatakan, Aku pernah bertemu dengan Abu Salamah bin Abdurrahman , aku mengatakan kepadanya, Ceritakanlah kepadaku sebuah hadits yang pernah engkau dengar dari bapakmu (maksudnya Abdurraman bin Auf ) tentang Ramadhn. Ia mengatakan, Ya, bapakku (maksudnya Abdurraman bin Auf ) pernah menceritakan kepadaku bahwa Raslullh pernah menyebut bulan Ramadhn lalu bersabda, Bulan yang Allh telah wajibkan atas kalian puasanya dan aku menyunahkan buat kalian shalat malamnya. Maka barangsiapa yang berpuasa dan melaksanakan shalat malam dengan dasar iman dan mengharapkan ganjaran dari Allh ,niscaya dia akan keluar dari dosa-dosanya sebagaimana saat dia dilahirkan oleh ibunya. (HR. Ibnu Mjah, no. 1328 dan Ibnu Khuzaimah, no. 2201 lewar jalur periwayatan Nadhr bin Syaibn)

Sanad hadits ini lemah, karena Nadhr bin Syaibn itu layyinul hadts (orang yang haditsnya lemah), sebagaimana dikatakan oleh al-Hfizh Ibnu Hajar dalam kitab Taqrb beliau .

Ibnu Khuzaimah juga telah menilai hadits ini lemah dan beliau mengatakan bahwa hadits yang sah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah .

Hadits yang beliau maksudkan yaitu hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhri dan Muslim dan ulama hadits lainnya lewat jalur Abu Hurairah . Raslullh bersabda :

Barangsiapa yang shalat (qiym Ramadhn atau Tarawih) dengan dasar iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosanya yang telah lalu.

Juga ada sabda Raslullh dalam hadits shahih riwayat Bukhri dan Muslim, yaitu :

Barangsiapa yang menunaikan ibadah haji dan tidak jima juga tidak fasiq, niscaya dia akan kembali seperti hari dia dilahirkan oleh sang ibu (HR. Bukhri dan Muslim).

Puasa Setengah Sabar

Puasa itu setengah kesabaran dan kesucian itu setengahnya iman.

Dhaif. Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 3519 dalam Kitab ad-Dawt, juga diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam Musnad beliau 062/4( dan 5/363) lewat jalur periwayatan Juraisy an-Nahdy dari seorang laki-laki bani (suku) Sulaim.

Sanad hadits ini dhaif, karena Juraisy bin Kulaib ini adalah seorang yang majhl (tidak dikenal), sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnul Madini ( lihat, Tahdzbut Tahdzb, 2/78 karya Ibnu Hajar .)

Hadits dhaif lainnya yang senada yaitu :

Dari Abu Hurairah , ia mengatakan, Raslullh bersabda, Segala sesuatu itu ada zakatnya. Zakat badan adalah puasa. Puasa itu separuh kesabaran. (HR. Ibnu Mjah, no. 1745 lewat jalur Musa bin Ubaidah dari Jumhn dari Abu Hurairah )

Sanad hadits ini lemah, karena Musa bin Ubaidah dinilai haditsnya lemah oleh sekelompok ulama ahli hadits, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Tahdzb, 10/318-320. Beliau ini seorang yang shalih dan ahli ibadah, akan tetapi lemah dalam periwayatan hadits.

Al-Hfizh dalam kitab Taqrbnya mengatakan, Dhaif.

Hadits yang sah tentang hal ini adalah riwayat yang menjelaskan bahwa Raslullh bersabda kepada seorang lelaki dari suku Bahilah dalam hadits yang panjang, dalam hadits yang panjang tersebut terdapat kalimat :

Berpuasalah pada bulan kesabaran yaitu Ramadhn. (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang shahih)

Hadits yang lain yaitu hadits yang diriwayatkan lewat jalur Abu Hurairah dari Nabi , beliau bersabda tentang bulan Ramadhn :

bulan kesabaran (Ramadhan).

Dikeluarkan oleh Imam Ahmad 284 ,062/0( dan 513), juga dikeluarkan oleh Imam Nasai 012-018/2( .)Dan hadits lain lewat jalur periwayatan arabiyn sebagaimana dalam Majmauz Zawid (3/196) oleh al Haitsami .

Ramadhan Dibagi Tiga Bagian

( : )

Awal bulan Ramadhn itu adalah rahmat, tengahnya adalah maghfirah (ampunan) dan akhirnya merupakan pembebasan dari api neraka. (HR. Ibnu Abi Dunya, Ibnu Askir, Dailami dan lain-lain lewat jalur periwayatan Abu Hurairah )

Hadits ini sangat lemah. Silahkan lihat kitab Dhaif Jmiis Shagr, no. 2134 dan Faidhul Qadr, no. 2815

Hadits lemah yang senada dengan hadits diatas yaitu :

: :

Dari Salmn al-Frisi , dia mengatakan, Raslullh pernah berkhutbah dihadapan kami pada hari terakhir bulan Syabn. Beliau bersabda, Wahai manusia, sungguh bulan yang agung dan penuh barakah akan datang menaungi kalian, bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allh Subhanahu wa Taala menjadikan puasa (pada bulan itu) sebagai satu kewajiban dan menjadikan shalat malamnya sebagai amalan sunnah. Barangsiapa yang beribadah pada bulan tersebut dengan satu kebaikan, maka sama (nilainya) dengan menunaikan satu ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa yang menunaikan satu kewajiban pada bulan itu, maka sama dengan menunaikan tujuh puluh ibadah wajib pada bulan yang lain. Itulah bulan kesabaran dan balasan kesabaran adalah surga . Itulah bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya adalah merupakan pembebasan dari api neraka ... (HR Ibnu Khuzaimah, no. 1887 dan lain-lain)

Sanad hadits ini dhaf (lemah), karena ada seorang perawi yang bernama Ali bin Zaid bin Judn. Orang ini seorang perawi yang lemah sebagaiamana diterangkan oleh Imam Ahmad , Yahya , Bukhri , Dru Quthni , Abu Htim dan lain-lain.

Ibnu Khuzaimah sendiri mengatakan, Aku tidak menjadikannya sebagai hujjah karena hafalannya jelek. Imam Abu Hatim mengatakan, Hadits ini mungkar.

Silahkan lihat kitab Silsilah ad-Dhafah Wal Maudhah, no. 871, at-Targhb wat Tarhb, 2/94 dan Miznul Itidl, 3/127.

Tidur Orang Berpuasa

Orang yang berpuasa itu tetap dalam kondisi beribadah meskipun dia tidur di atas kasurnya. (HR Tamm)

Sanad hadits ini dhaif, karena dalam sanadnya terdapat Yahya bin Abdullah bin Zujj dan Muhammad bin Hrn bin Muhammad bin Bakar bin Hill. Kedua orang ini tidak ditemukan keterangan tentang jati diri mereka dalam kitab Jarh wat Tadil (yaitu kitab-kitab yang berisi keterangan tentang cela atau cacat ataupun pujian terhadap para rawi). Ditambah lagi, dalam sanad hadits ini terdapat perawi yang bernama Hsyim bin Abu Hurairah al Himshi. Dia seorang perawi yang majhl (tidak diketahui keadaan dirinya), sebagaimana dijelaskan oleh adz-Dzahabi dalam kitab beliau Miznul Itidl. Imam Uqaili mengatakan, Orang ini haditsnya mungkar.

Ada juga hadits lain yang semakna dengan hadits diatas yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Dailami dalam kitab Musnad Firdaus lewat jalur Ans bin Mlik dengan lafazh :

Orang yang berpuasa itu tetap dalam ibadah meskipun dia tidur di atas kasurnya.

Sanad hadits ini maudh (palsu), karena ada seorang perawi yang bernama Muhammad bin Ahmad bin Sahl. Orang ini termasuk pemalsu hadits, sebagaimana diterangkan oleh Imam adz-Dzahabi dalam kitab ad-Dhuafa.

Silahkan, lihat kitab Silsilah ad-Dhafah wal Maudhah, no. 653 dan kitab Faidhul Qadr, no. 5125

Ada juga hadits lain yang semakna :

Tidurnya orang yang sedang berpuasa itu ibadah, diamnya merupakan tasbih, amal perbuatannya (akan dibalas) dengan berlipatganda, doanya mustajab dan dosanya diampuni. (Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dalam Syuabul Imn dan lain-lain dari jalur periwayatan Abdullah bin Abi Aufa.)

Sanad hadits ini maudh, karena dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Sulaiman bin Amr an-Nakhai, seorang pendusta. (Lihat, Faidhul Qadr, no. 9293, Silsilatud Dhaifah, no. 4696).

Doa Berbuka Puasa

- - :

Dari Ibnu Abbs , beliau mengatakan, Raslullh , apabila hendak berbuka, beliau mengucapkan :

Wahai Allh! UntukMu kami berpuasa dan dengan rizki dari Mu kami berbuka. Ya Allh ! Terimalah amalan kami ! Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Diriwayatkan oleh Daru Quthni dalam kitab Sunan beliau , Ibnu Sunni dalam kitab Amalul Yaumi wal Lailah, no. 473 dan Thabrani t dalam kitab al-Mujamul Kabr)

Sanad hadits ini sangat lemah (dhafun jiddan), karena :

Pertama: Ada seorang rawi yang bernama Abdul Mlik bin Hrun bin Antarah. Orang ini adalah sseorang rawi yang sangat lemah.

Imam Ahmad mengatakan, Abdul Mlik itu dhaif. Imam Yahya , Dia seorang pendusta (kadzdzb). Sementara Ibnu Hibbn mengatakan, Dia seorang pemalsu hadits. Imam Sadi mengatakan, Dajjl (pendusta). Imam Dzahabi , Dia tertuduh sebagai pemalsu hadits. Ibnu Hatim mengatakan, Matrk (orang yang riwayatnya ditinggalkan oleh para Ulama). Kedua: Dalam sanad hadits ini terdapat juga orang tua dari Abdul Mlik yaitu Hrun bin Antarah. Dia ini seorang rawi yang diperselisihkan oleh para Ulama ahli hadits. Imam Daru Quthni menilainya lemah, sedangkan Ibni Hibbn telang mengatakan, Mungkarul hadts (orang yang haditsnya diingkari), sama sekali tidak boleh berhujjah dengannya.

Hadits ini telah dilemahkan oleh Imam Ibnul Qayyim , Ibnu Hajar , al Haitsami dan Syaikh al-Albni dan lain-lain. Silahkan para pembaca melihat kitab-kitab ; Miznul Itidal (2/666), Majmauz Zawid (3/156 oleh Imam Haitsami ,) Zdul Mad dalam kitab Shiym oleh Imam Ibnul Qayyim dan Irwul Ghall (4/36-39 oleh Syaikh al-Albni )

Hadits dhaif lainnya tentang doa berbuka yaitu :

Dari Anas , beliau mengatakan, Raslullh , apabila berbuka, beliau mengucapkan :

Dengan nama Allh, Ya Allh karenaMu aku berpuasa dan dengan rizki dari Mu aku berbuka.

Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitab al-Mujamus Shagr, hlm. 189 dan alMujam Ausath.

Sanad hadits ini lemah (dhaf), karena:

Pertama: Dalam sanad hadits ini terdapat Ismail bin Amar al Bajali. Dia adalah seorang rawi yang lemah. Imam Dzahabi mengatakan dalam kitab adh-Dhufa, Bukan hanya satu orang saja yang melememahkannya.

Imam Ibnu Adi mengatakan, Orang ini sering membawakan hadits-hadits yang tidak boleh diikuti.

Imam Ibnu Htim mengatakan, Orang ini lemah.

Kedua: Dalam sanadnya terdapat Dwud bin az-Zibriqn. Syaikh al-Albni mengatakan, Orang ini lebih jelek daripada Ismail bin Amr al bajali.

Sementara itu, Imam Abu Dwud , Abu Zurah dan Ibnu Hajar memasukkan orang ini ke golongan matrk (orang yang riwayatnya ditinggalkan oleh para Ulama ahli hadits).

Imam Ibnu Adi mengatakan, Biasanya apa yang diriwayatkan oleh orang ini tidak boleh diikuti. (lihat, Miznul Itidl, 2/7)

Hadits Thabrani ini pernah dibawakan oleh Ustadz Abdul Qadir Hassan dalam risalah puasa, namun beliau tidak mengomentari derajatnya.

Masih tentang doa berbuka, ada hadits dhaif lainnya yang senada yaitu:

) - - (

Dari Muadz bin Zuhrah, telah sampai kepadanya bahwa Raslullh apabila hendak berbuka, beliau mengucapkan :

Ya Allh karenaMu aku berpuasa dan dengan rizki dari Mu aku berbuka.

Hadits ini dhaif (lemah). Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dwud, no. 2358, al-Baihaqi, 4/239, Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Sunni. Lafazh hadits ini sama dengan hadits sebelumnya, hanya beda dalam kalimat awalnya. Hadits ini lemah karena ada dua illah (penyebab) :

Pertama: Mursal.1 Karena Muadz bin Zuhrah, seorang tabiin bukan shahabat Raslullh .

Kedua: Juga karena Muadz bin Zuhrah ini seorang rawi yang majhl, tidak ada yang meriwayatkan hadits darinya selain Hushain bin Abdurrahman. Sementara Ibnu Abi Htim dalam kitab beliau Jarh Wa Tadil tidak menerangkan tentang celaan maupun pujian untuknya.

Sebatas yang saya ketahui, tidak ada satu riwayatpun yang sah tentang doa berbuka puasa kecuali riwayat dibawah ini:

Dari Ibnu Umar , adalah Raslullh apabila berbuka puasa, beliau mengucapkan :

Dahaga telah lenyap, urat-urat telah basah dan pahala atau ganjaran tetap ada insya Allh

Hadits ini Hasan riwayat Abu Dwud, no. 2357; Nasi, 1/66; Daru Quthni, ia mengatakan, Sanad hadits ini hasan.; al Hkim, 1/422 dan Baihaqi, 4/239. Syaikh al-Albni sepakat dengan penilai Daru Quthni terhadap hadits ini.

Sebatas yang saya ketahui, semua rawi (orang-orang yang meriwayatkan) hadits ini adalah tsiqah (terpercaya) kecuali Husain bin Wqid. Dia seorang rawi yang tsiqah namun memiliki sedikit kelemahan,2 sehingga tepatlah kalau sanad hadits ini dinilai hasan.

--------------------------------------------------------------------------------

1 Hadits mursal yaitu hadits yang diriwayatkan langsung dari Rasulullah oleh tabiin tanpa perantara shahabat.

2 Lihat Tahdzbut Tahdzb 2/373.

Keutamaan Itikaf

Barangsiapa yang beritikaf pada sepuluh hari (terakhir) bulan Ramadhn, maka dia seperti telah menunaikan haji dan umrah dua kali.

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam kitab beliau Syuabul Imn dari Husain bin Ali bin Thlib . Hadits ini Maudh.

Syaikh al-Albni dalam kitab beliau Dhaif Jamiish Shaghiir, no. 5460, mengatakan: Maudh. Kemudian beliau menjelaskan penyebab kepalsuan hadits ini dalam kitab beliau Silsilah ad-Dhaifah, no. 518

Hadits dhaif lain yang hampir senada yaitu :

Barangsiapa yang beritikaf atas dasar keimanan dan mengharapkan pahala, maka dia diampuni dosanya yang telah lewat.

Hadits dhaif riwayat Dailami dalam Musnad Firdaus. Al-Munwi , dalam kitab beliau Faidhul Qadr, Syarah Jami Shaghr (6/74, no. 8480) mengatakan, Dalam hadits ini terdapat rawi yang tidak aku ketahui.

Seandainya Ramadhan Sepanjang Tahun

( )

Sekiranya manusia mengetahui apa yang ada pada buan Ramadhn, niscaya semua umatku berharap agar Ramadhn itu sepanjang tahun.

Maudhu. Ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah , no. 1886 lewat jalur periwayatan Jarr bin Ayyb al Bajali, dari asy-Syabi dari Nfi bin Burdah, dari Abu Masud al-Ghifari- ia mengatakan, Suatu hari, aku mendengar Raslullh pernah bersabda , (lalu beliau menyebutkan hadits diatas).

Imam Ibnul Jauzi membawakan hadits di atas dalam kitab beliau al-Maudht, 2/189 lewat jalur periwayatan Jarr bin Ayyb al Bajali dari Syabi dari Nfi bin Burdah dan Abdullah bin Masud . Kemudian beliau mengatakan, Hadits ini maudh (palsu) dipalsukan atas nama Raslullh . Orang yang tertuduh telah memalsukan hadits ini adalah Jarr bin Ayyb.

Yahya mengatakan, Orang-orang ini tidak ada apa-apanya (laisa bi syai-in).

Fadhl bin Dukain mengatakan, Dia termasuk orang yang biasa memalsukan hadits.

An-Nasai dan Daru Quthni mengatakan, Matrk (orang yang haditsnya tidak dianggap).

Imam Syaukani dalam kitab al-Faw-idul Majmah Fil Ahdtsil Maudhah, no. 254 mengomentari hadits diatas, Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Yala lewat jalur Abdullah bin Masd secara marfuu. Hadits ini maudh (palsu). Kerusakannya ada pada Jarr bin Ayyb dan susunan lafazhnya merupakan susunan yang bisa dinilai oleh akal bahwa itu adalah hadits palsu. Wallahu alam.

Sumber: Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, Majalah As Sunnah No.04-05/Th.XIV_1431/2010.

You might also like