You are on page 1of 12

Levotiroksin levotiroksin (T4), yang tersedia dalam sediaan yang stabil dan tidak mahal.

Di dalam sel, lovotiroksin akan diubah menjadi T3, jadi kedua jenis hormon tersedia walaupun hanya T4 yang diberikan.waktu paruh levotiroksin adalah sekitar 7 hari, jadi dapat diberikan cukup 1 kali sehari. Levotiroksin dapat diabsorpsi dengan baik dan onsentrasinya di darah dapat di monitor dengan dengan mudah yaitu melalui konsentrasi FT4 atau FT4I dan konsentrasi TSH serum. Terdapat kenaikan konsentrasi FT4 atau FT4I sekitar 1 -2 g/dl dan penurunan TSH sekitar 1-2 U/ml dimulai sekitar 2 jam dan bertahan 8 10 jam setelah pemberian 0,1 0,15 mg levotiroksin per oral. Sebaiknya levotiroksin dimakan pada pagi hari yaitu untuk menghindari insomnia jika dimakan menjelang tidur. Farmakokinetik Levotiroksin (T4) dan Liotironin (T3) merupakan hormone tiroid sintetik. Lima puluh sampai tujuh puluh lima persen dari levotiroksin diabsorbsi oleh mukosa gastrointestinal, dan 90% liotrionin diabsorbsi. Kedua obat ini sangat mudah berikatan dengan protein, dan bila diberikan dengan obat-obat lain yang juga mudah berikatan dengan protein seperti obat anti-koagulan dapat menimbulkan efek samping. Waktu paruh levotiroksin lebih panjang dari liotronin. Levotiroksin diekskresikan ke dalam empedu dan tinja; ekskresi liotronin tidak diketahui. Farmakodinamik Levotiroksin dan liotronin memiliki kerja yang serupa. Hormone-hormon ini meningkatkan tingkat metabolism; curah jantung;sintesa protein, dan pemakaian glikogen. Waktu konsentrasi puncak dan lama kerja levotiroksin jauh lebih lama daripada liotironin. Liotrix adalah suatu kombinasi keduanya yang mana kadar T4 lebih besar. Ada banyak interaksi obat dengan kedua hormone ini. Keduanya meningkatkan efek antikagulan oral karena menggantikan tempat antikoagulan mengikat protein. Jika salah satu dari obat ini dipakai bersama-sama degan obat adrenergic,seperti

dekongestan atau vasopressor, kerja jantung dan susunan saraf pusat meningkat. Levotiroksin dan liotronin dapat menurunkan efektivitas digitalis. Estrogen dapat meningkatkan efek liotronin. Dosis insulin dan obat antidiabetik oral mungkin perlu ditambah Dosis Levotiroksin Dosis levotiroksin pada orang dewasa yaitu sekitar 0,05 sampai 0,2 mg/hari, dengan rdosis rata-rata yaitu 0,125 mg/hari. Penentuan besarnya dosis bergantung pada usia dan berat badan pasien. Table Dosis Levotiroksin USIA 0 6 bulan 7 11 bulan 1 5 tahun 6 10 tahun 11 20 tahun Dewasa DOSIS LEVOTIROKSIN (g/kg/hari) 10 15 68 56 45 13 12

Nuklir Scan / Radioaktif Iodine Serapan (RAI-U) Sebuah serapan yodium radioaktif (RAI-U) tes dapat membantu mengetahui apakah seseorang memiliki penyakit Graves, gondok multinodular toksik, atau tiroiditis. Dalam tes ini, dosis kecil dari 123 yodium radioaktif diberikan dalam bentuk pil. Beberapa jam kemudian, jumlah yodium dalam aliran darah diukur, sering disertai oleh sinar x-yang memperlihatkan bagaimana yodium berkonsentrasi dalam tiroid. Asupan jumlah tinggi yodium dalam diet Anda dapat mengganggu hasil tes, sehingga dapat menimbulkan hasil positif palsu dalam Pemeriksaan. Sehingga sebelum dilakukan tes pasien dianjurkan untuk berpuasa

Tiroid yang terlalu aktif biasanya memakan jumlah yang lebih tinggi dari biasanya yodium, dan serapan yang terlihat di x-ray. Sebuah tiroid yang mengambil yodium

dianggap "panas," atau terlalu aktif disebut sebagai hot nodule, sebagai lawan tiroid "dingin" atau kurang aktif yang disebut sebagai cold nodule Pada penyakit graves biasanya nodulnya keseluruhan merupakan hot nodule sedangkan pada penyakit hashimoto akan membentuk seperti bercak untuk hot nodulnya. RAI-U juga dapat menunjukkan dimana cold nodule 10 sampai 20 persen diperkirakan merupakan lesi kanker. Banyak dokter ingin melakukan tes RAI-U, karena sering satu yang bisa mereka lakukan di kantor mereka sendiri (dan biaya untuk) dan mereka bisa mendapatkan hasil yang cepat, dibandingkan mengirimkan darah bekerja untuk laboratorium, yang memerlukan beberapa hari untuk proses. Tes ini dianggap Pemeriksaan yang efektif dan efisien untuk membedakan nodul dari benjolan pada tiroid. yodium radioaktif 131 (jenis yodium yang digunakan untuk ablasi tiroid dan pengobatan kanker) tidak digunakan dalam scan ini. Scan ini menggunakan radioaktif I-123, yang dianggap lebih baik dan lebih aman untuk pengujian karena memiliki waktu paruh pendek, dan memberikan dari tingkat yang sangat rendah radiasi. Dalam beberapa kasus, technetium 99m digunakan sebagai pengganti yodium. waktu paruh teknesium adalah enam jam. Technetium kadang-kadang lebih dipakai pada wanita yang sedang menyusui, karena radioaktivitas menghilang lebih cepat, dan ibu menyusui bisa kembali ke menyusui bayinya lebih cepat. Karena tes ini melibatkan radioaktivitas, tidak dilakukan pada wanita hamil dalam keadaan apapun.

Daftar Pustaka Harrisons Principles Of Internal Medicine 15th Ed. Copyright 2001

McGraw-Hill Greenspan F.S. The Tyroid Gland. Basic and Clinical Endocrinology. 7th edition. New York : Lange Medical Books/McGraw Hill; 2004, 216 290. Djokomoelyanto R. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan Hipertiroidisme. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi IV. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006, 1955 1965. Chernecky CC, Berger BJ (2008). Laboratory Tests and Diagnostic Procedures, 5th ed. St. Louis: Saunders. Fischbach FT, Dunning MB III, eds. (2009). Manual of Laboratory and Diagnostic Tests, 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. Neal,M.J. at a Glance Farmakologi Medis.

Penatalaksanaan

Berbagai sistem skoring kerusakan ekstrimitas, seperti MESS (mangled extrimity severity score), biasany merupakan indikator baik untuk keselamatan ekstrimitas namun indikator buruk untuk amputasi; oleh karena itu ekstrimitas dengan MESS yang baik harus diselamatkan, namun ekstrimitas dengan MESS yang buruk membutuhkan amputasi.3

Bhandari et al melaporkan dari penelitian meta-analisis mengenai nailing versus fiksasi eksternal. Penggunaan unreamed nails menurunkan resiko reoperasi, infeksi superfisial, dan malunion pada pasien dengan fraktur tibia terbuka. Penelitian ini juga menemukan kurangnya resiko reoperasi menggunakan reamed nail dibandingkan dengan unreamed nail.6 Fiksasi plate merupakan metode terburuk fiksasi internal. Resiko nonunion, malunion, dan infeksi dalam terlalu tinggi.2

Kontraindikasi

Fraktur tibia terbuka mempunyai tingkat nonunion, infeksi, dan sindrom nyeri kronik yang tinggi. Osteomielitis dapat terjadi dan dapat terjadi akut, subakut, atau kronik. Hal ini dapat muncul beberapa bulan atau tahun setelah cedera.1 Kontraindikasi absolut untuk menyelamatkan ekstrimitas adalah ekstrimitas yang rusak sempurna, terdapat ischemia lebih dari 6 jam dan fasilitas buruk.6 Kontraindikasi absolut untuk memaku fraktur terbuka adalah sindrom kompartemen yang tidak ditatalaksana dan fraktur tipe IIIB dan IIIC. 5

Target terapi Dalam penatalaksanaan fraktur terbuka dan tertutup tibia dan fibula, penyatuan komplit harus dicapai dalam waktu yang sesuai (kurang dari 6 bulan) tanpa komplikasi.2 Terapi Medis Antibiotik intravena diberikan segera. Generasi pertama sefalosporin seperti cephalothin cukup untuk fraktur Gustilo-Anderson tipe I.3 Aminoglikosida seperti gentamisin ditambahkan untuk cedera tipa II dan III. Sebagai tambahan, metronidazol atau penicillin dapat ditambahkan untuk mengobati bakteri anaerob. Profilaksis tetanus juga harus diberikan. Antibiotik biasanya diberikan hingga 72 jam setelah penutupan luka.3 Setelah penilaian awal, luka diirigasi di IGD. Perban steril dibalutkan dan ekstrimitas dibidai. Debridemen harus dilakukan di ruang operasi secepatnya. Debridemen dalam waktu 6 jam penting untuk menjaga angka infeksi tetap rendah. Faktor kunci untuk pencegahan infeksi adalah stabilisasi cepat fraktur.5 Tujuan terapi antibiotik dan debridemen adalah untuk mensterilisasi luka hingga jumlah bakteri hanya sedikit dan membuat luka menjadi luka bersih. Debridemen petama adalah kesempatan terbaik untuk mencegah infeksi.2 Torniquet sebaiknya tidak digunakan. Hal ini membantu untk menentukan jaringan vital dan tidak vital. Kulit dipotong seara tajam hingga batas yang berdarah. 2 Debridemen radikal dilakukan menggunakan diseksi tajam hingga jaringan yang

berdarah dapat tervisualisasi. Otot yang tidak vital juga dapat diidentifikasi.1 Ujung tulang harus didebridemen secara menyeluruh. Debridemen tulang yang agresif memperlihatkan tingkat infeksi yang lebih rendah pada fraktur terbuka derajat tinggi.5 Penutupan jaringan lunak dapat dilakukan pada semua kasus kecuali ada kasus dengan kontaminasi luas dan resiko infeksi anaerob. Jika luka tidak dapat ditutup, skin graft atau flap dapat dilakukan walaupun flap otot memberikan hasil penutupan yang lebih baik. Cedera Gustilo-Anderson tipe I dan II dapat dibiarkan tumbuh jaringan granulasi sendiri dan tertutup spontan oleh mekanisme sekunder.3 Terapi operasi Setelah debridemen, operasi harus dilakukan. Perbaikan fraktur Intramedullary nailing adalah pilihan terbaik untuk fraktur Gustilo-Anderson tipe I, II, dan III. Fraktur tipe IIIB juga dapat ditatalaksana dengan unreamed nails. Inti paku yang solid berhubungan dengan resiko rendah infeksi. Fiksasi eksternal digunakan untuk fraktur Gustilo-Anderson tipe IIIA dan IIIB.3 Alternatif lainnya, pertukaran paku dapat dilakukan setelah pengangkatan fiksator. Prosedur ini berhubungan dengan resiko infeksi yang tinggi. Resiko infeksi dapat diminimalisir dengan menghindari dan mengobati infeksi dengan menukar paku kurang dari 15 hari setelah fiksasi eksternal. Jalan lainnya, fikastor dapat dilepas dan ekstrimitas tidak digerakkan dengan pemasangan bidai hingga situs pin sembuh; kemudian tibia baru akan dipaku.2 Pemasangan bidai dihindari karena banyak alasan. Bidai tidak menyediakan stabilisasi kaku fraktur, luka tidak terbuka untuk inspeksi dan penggantian perban secara teratur serta pemasangan bidai meningkatkan resiko gangguan sirkulasi.3 Terhambatnya penyatuan atau nonunion dapat dihindari dengan profilaksis grafting tulang posterolateral.1 Fiksator monolateral eksternal umumnya dipilih untuk tibia walaupun fiksator multiplanar dan sirkular membuat stabilitas lebih tinggi.3

Konversi fiksasi eksternal dengan tipe fiksasi internal lainnya2 Penelitian menunjukkan bahwa konversi awal fiksasi eksternal menjadi reamed intramedullary nailing, terutama pada fraktur terbuka derajat III, memberikan keuntungan dibandingkan fiksasi eksternal, ataupun nailing saja. Rasionalisasi pendekatan ini adalah fiksasi eksternal primer menyebabkan kurangnya cedera jaringan dan menghindari kontaminasi potensial dari kanalis intramedular dan devaskularisasi korteks yang berhubungan dengan nailing intramedular. Ketika kontinuitas jaringan lunak sudah kembali membaik dan kontaminasi awal dieliminasi, nailing intramedular dapat dilakukan, sehingga komplikasi lambat dapat dihindari. Kekurangan dari pendekatan ini adalah kesulitan yang dapat timbul karena fikastor internal pada penganan jaringan lunak awal dan perlunya operasi kedua. Tipe fiksasi eksternal2 Terdapat empat jenis fiksasi eksternal: full pin (Hoffmann) fixator, unilateral (AO half-pin), multiplanar (Fischer), dan fiksator tipe Ilizarov. Kerugian utama penggunaan fll pin fixator adalah pin membutuhkan insersi melalui otot dan kompartemen anterior sehingga mengganggu fungsi otot-otot ini. Selain itu, banyaknya pin pada satu permukaan menyulitkan prosedur rekonstruktif plastic. Fiksator half-pin unilateral dapat digunakan dengan kombinasi pada permukaan anterior, posterior, dan medial/lateral. Alat ini memberikan kekuatan meknik superior dan kekauan dibandingkan kerangka full-pin. Terdapat berbagai fiksator eksternal unilateral untuk tibia. Fiksator tunggal-batang, seperti AO, menggunakan faf pin dengan kem universal sederhana dan batang berserat karbon sederhana. Fiksator lain, seperti Hoffman II dan Monotube serta orthofix memungkinkn klem disesuaikan sehingga cocok dengan kerangka yang akan digunakan pada fraktur. Alat ini juga memungkinkan pasien membeikan beban pada lokasi fraktur dengan kontrol resistensi terhadap kompresi; hal ini membantu penyembuhan. Fiksator Ilizarof menggunakan half-pin atau tensioned wires lebih kompleks untuk digunakan dibandingkan fiksator uniplanar sederhana, naun emberikan keuntungan tertentu pada penatalaksanaan fraktur yang kompleks dan berhubungan dengan permukan sendi, terutama metafisis dan diafisi, dimana beberapa fikastor dapat digunakan untuk prosedur rekonstruktif. Intramedullary nailing2,3

Dengan fiksasi internal pada fraktur diafisis tibia, pilihan fiksasi saat ini adalah lockd intramedullary nail. Pada fraktur tertutup, sebagian besar dokter memilih untuk menggunkan nail yang menggunakan tranverse cross-locking screws dengan ukuran 4.5 mm atau lebih. Nail harus berdiamete 10 mm atau lebih. Pada fraktur terbuka, dokter lebih memilih menggunakan nail yang tidak embutuhkan reaming, karena pad fraktur terbuka yang berat, jaringan lunak yang mngelillingi tibia terbuka sehingga korteks luar mengalami devaskularisasi. Plate and screw fixation2 Kesulitan fiksasi plate adalah komplikasi infeksi dapat berat, mengakibatkan osteomielitis hingga amputasi. Sejak perkembangan intramedullary nailing, fiksasi plate pada fraktur lempeng diafisis jarang digunakan. Amputasi Tidak setiap cedera ekstrimitas berat dapat terselamatkan. Adanya gambaran iskemia hangat lebih dari 6 jam, cedera vaskular infrapopliteal, dan neurotmesis tibia dan/atau nervus peroneal adalah indikasi terkuat untuk amputasi.3 Follow up2 Fraktur tibia terbuka mempunyai tingkat nonunion, infeksi, dan sindrom nyeri kronik yang tinggi. Follow up dibutuhkan hingga terjadi penyatuan. CPS harus diantisipasi dan ditatalaksana cepat. Osteomielitis dapat terjadi akut, subakut, atau kronik dan dapat muncul beberapa bulan atau tahun setelah cedera. Infeksi dilokasi pin sering terjadi pada fiksasi eksternal dan harus ditangani secara agresif dengan antibiotik oral atau parenteral dan debridemen atau pergantian pin.

Komplikasi5 Fraktur tibia terbuka mempunyai tingkat nonunion, infeksi, dan sindrom nyeri kronik yang tinggi. Osteomielitis dapat terjadi dan dapat terjadi akut, subakut, atau kronik. Hal ini dapat muncul beberapa bulan atau tahun setelah cedera.

Daftar Pustaka Patel M. Open tibia fractures [online]. 2011. [cited 2012 Feb 28]. Available from: http://www.emedicine.medscape.com/article/1249761 Norvell JG. Tibia and fibula fracture [online]. 2011. [cited 2012 Feb 28]. Available from: http://www.emedicine.medscape.com/article/826304

You might also like