You are on page 1of 3

HASIL PERCOBAAN Anestik Umum Ether Chloroform Alkohol 95% Waktu Eksitasi Anestesi Permulaan Waktu Interval Waktu

Interval 13.58 14.09 6 menit 14.15 13.58 13.59 1 menit 14.00 9 menit 13.58 14.11 Kematian Jumlah Waktu Interval 14.09 -

PEMBAHASAN
A. Ether:

Tikus putih yang diberikan ether mengalami eksitasi pada jam 14.09, ini ditandai dengan tikus putih gelisah karena depresi pernapasan, tidak mau diam dan mencari-cari udara selain di tabung. Interval stadium eksitasi 6 menit kemudian mengalami stadium anestesi yaitu pada jam 14.15. Stadium anestesi ditandai dengan tikus putih diam, tidak bergerak sama sekali hanya bernafas. Sedangkan, tikus putih tersebut tidak dilanjutkan sampai mengalami kematian karena tikus putih yang diberi kloroform mengalami kematian terlebih dahulu. Hasil praktikum menunjukkan ether lebih kuat sifat anestesinya dari pada alkhohol 95% dan lebih lemah sifat anestesinya daripada kloroform. Tidak didapatkan urin yang menunjukkan kesesuaiannya dengan teori bahwa eter dapat menyebabkan konstriksi pembuluh darah di ginjal sehingga menurunkan laju filtrasi di glomerulus. Eter dapat menyebabkan iritasi saluran napas dan merangsang sekresi kelenjar bronkus. Penggunaan eter pada sistem tertutup dalam kombinasi dengan oksigen atau N2O tidak dianjurkan pada pembedahan dengan tindakan kauterisasi sebab ada bahaya timbulnya ledakan (Setiabudy, 2008). B. Chloroform Tikus putih yang diberikan chloroform mengalami eksitasi pada jam 13.59,ini ditandai dengan tikus putih gelisah karena depresi pernapasan,tidak mau diam dan mencari-cari udara selain di tabung. Interval stadium eksitasi 1 menit kemudian mengalami stadium anestesi yaitu pada jam 14.00. Stadium anestesi ini ditandai dengan tikus putih diam,tidak bergerak sama sekali hanya bernafas. Sedangkan tikus putih tersebut tidak dilanjutkan sampai mengalami kematian terlebih dahulu. Chloroform menyebabkan rasa terbakar pada saluran tubuh yang dilewati, seperti dalam hal ini

karena melalui inhalasi maka ada rasa terbakar pada saluran inhalasi sehingga tikus terlihat sangat gelisah. Chloroform sangat mudah menguap, dan chloroform ini juga dapat menembus sawar darah otak dalam waktu singkat karena sifatnya yang larut dalam lemak (City Plastic, 2009). Beberapa efek cepat dari chloroform yang dapat dilihat pada tikus percobaan adalah mengantuk, lemas, depresi akibat sifat kerjanya yang mengiritasi pernafasan dan mengganggu sistem saraf pusat.. Efeknya yang dapat merusak hepar, jantung, dan ginjal dan diikuti dengan kehilangan kesadaran dan reflek terlihat dengan melemahnya reflek otot dari otot rangka sampai otot bantu pernafasan (City Plastic, 2009). Dengan uraian pembahasan chloroform di atas, menunjukkan kerja chloroform yang cepat efek nya dibandingkan eter dan alcohol 95 % .
C. Alkohol 95 %

Tikus putih yang diberikan alcohol 95% mengalami eksitasi pada jam 13.44,ini ditandai dengan tikus putih gelisah karena depresi pernapasan,tidak mau diam dan mencari-cari udara selain di tabung. Efek alkohol 95% terhadap tikus percobaan paling lambat dari bahan uji lainnya. Hal ini dapat terjadi karena efek alkohol terhadap sistem saraf pusat yang lebih lambat dibandingkan bahan yang diuji lainnya. Walaupun alkohol memiliki efek pada sistem saraf pusat yang membahayakan, alkohol atau etanol itu sendiri bukan merupakan obat yang poten yang dapat digunakan untuk memberikan efek pada sistem saraf pusat. Ambang efek alkohol secara umum tidak muncul hingga konsentrasi etanol realtif tinggi di dalam darah. Konsentrasi dapat dicapai di dalam darah sebesar 5-10 mmol/L. Jika asupan alkohol tinggi dalam satu waktu saja, efek sistem saraf pusat dapat tercapai (Katzung, 2002). Referensi : Setabudy, Rianto. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik (Basic Clinical Pharmacology). Alih Bahasa: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Salemba Medika City Plastics. 2009. Material Safety Data Sheet, Chloroform.

http://www.cityplastics.com.au/pdf/chloroform%20msds.pdf. Diakses tanggal 19 Maret 2013

You might also like