You are on page 1of 21

BAB I Tinjauan Pustaka 1.1 Latar Belakang Sistem endokrin meliputi sistem dan alat yang mengeluarkan hormon.

Yang termasuk kelenjar endokrin adalah hypothalamus, kelenjar hipofisis anterior dan posterior, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, pulau langerhans pankreas, korteks dan medulla anak ginjal, ovarium, testis, dan sel endokrin di saluran cerna yang disebut sel aminprekussor uptake and decarboxylation (sel APUD). Fungsi dari kelenjar tiroid sendiri adalah untuk mensekresi tiroksin (T4) suatu hormon penting untuk metabolisme tubuh. Berbagai perubahan neoplasma pada kelenjar tiroid dapat terjadi pada tumor yang jinak maupun ganas. Secara klinis, antara neoplasma tiroid yang jinak maupun ganas sering sukar dibedakan. Pada neoplasma yang ganas bisa saja neoplasma tiroid itu baru muncul beberapa bulan terakhir, tetapi dapat pula sudah mengalami pembesaran kelenjar tiroid berpuluh tahun lamanya, serta hanya memberikan gejala klinis yang ringan. Karsinoma tiroid jarang didapati, insidensnya sekitar 3- 5% dari semua tumor maligna, terutama di negara endemik dan untuk tipe yang tidak berdifferensiasi. Dapat dijumpai disegala usia dengan puncak pada usia muda (7- 20 tahun), usia setengah baya (40- 60 tahun). Pada Pria insidensnya 3/100.000/tahun dan wanita sekitar 8/100.000/tahun.1 Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menduga kecenderungan nodul tiroid tersebut ganas atau tidak, yaitu dari besar dan bentuknya, konsistensi, hubungan dengan struktur sekitarnya, hiperfungsi atau hipofungsi dari kelenjar tiroid dan pada pmeriksan biopsi jarum halus. Juga riwayat terpapar sinar radiasi pada saat anak- anak, intake yodium yang tinggi berhubungan dengan karsinoma papiller yang biasa terlihat. Sedangkan usia kurang dari 40 tahun, asupan yodium kurang biasa didapati pada penderita karsinoma tiroid follikuler. BAB II Studi Pustaka 2.1 Definisi Adenokarsinoma papiler adalah jenis keganasan tiroid berdeferensiasi baik yang paling sering ditemukan (50-60%). Sebagian besar disertai pembesaran kelenjar getah bening regional di leher. Karsinoma ini termasuk karsinoma yang bersifat kronik, tumbuh lambat dan mempunyai prognosis baik diantara jenis karsinoma tiroid lainnya. 2 Walaupun telah ada metastasis limfogen di leher, dengan pengobatan yang baik, dapat dicapai ketahanan hidup sampai 20 tahun atau lebih. Karena tumbuh lambat dan

penyebarannya diluar kelenjar tiroid juga lambat, evaluasi untuk menilai keberhasilan berbagai cara teknik pembedahan atau penanganan lain sukar ditentukan.2 2.2 Etiologi dan Predisposisi a. Anatomi Thyroid Tiroid (yunani:thyreos, pelindung) suatu kelenjar endokrin yang sangat vaskuler, merah kecoklatan yang terdiri dari lobus kanan dan kiri. Tiap lobus mencapai superior sejauh linea oblique kartilago tiroid. Ithmus terletak diatas cincin iga kedua dan ketiga ujung terbawah lobus biasanya diatas cincin trakea keempat atau kelima. Kelenjar ini diantara fasia koli media dan fasia prevertebralis. Didalam ruang yang sama terletak trakea, esophagus, pembuluh darah besar, dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea sambil melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Beratnya sekitar 25 mg pada orang dewasa.3 Belum diketahui pasti. Yang berperan khususnya untuk well differentiated karsinoma (papiller dan follikuler) adalah radiasi dan goiter endemis dan untuk jenis meduller adalah faktor genetik. Belum diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk kanker anaplastik dan meduller. Diperkirakan kanker tiroid anaplastik berasal dari perubahan kanker berdifferensiasi baik (papiller dan follikuler) dengan kemungkinan jenis follikuler dua kali lebih besar. Sedangkan limfoma pada tiroid diperkirakan karena perubahan- perubahan ganas dari tiroid hashimoto.1 2.3 Patogenesis Adenokarsinoma papiler biasanya bersifat multisentrik dan 50% penderita dengan ada sarang ganas dilobus homolateral dan lobus kontralateral. Metastasis mula-mula ke kelenjar limfe regional, dan akhirnya terjadi metastasis hematogen. Umumnya adenokarsinoma follikuler bersifat unifokal, dengan metastasis juga ke kelenjar limfe leher, tetapi kurang sering dan kurang banyak, namun lebih sering metastasisnya secara hematogen. Adenokarsinoma meduller beasal dari sel C sehingga kadang mengeluarkan kalsitonin (sel APUD). Pada tahap dini terjadi metastasis ke kelenjar life regional.(1,2) Adenokarsinoma anaplastik yang jarang ditemukan, merupakan tumor yang tumbuh agresif, bertumbuh cepat dan mengakibatkan penyusupan kejaringan sekitarnya terutama trakea sehingga terjadi stenosis yang menyebabkan kesulitan bernafas. Tahap dini terjadi penyebaran hematogen. Dan penyembuhan jarang tercapai. Penyusupan karsinoma tiroid dapat ditmukan di trakea, faring esophagus, N.rekurens, pembuluh darah karotis, struktur lain dalam darah dan kulit. Sedangkan metastasis hematogen ditemukan terutama di paru, tulang, otak dan hati. Klasifikasi Histopatologi, terdiri dari :

1. Adenokarsinoma berdefferensiasi baik - Papiller - Folikuler - Campuran papiller dan follikuler 2. adenokarsinoma berdefferensiasi buruk - Karsinoma sel kecil ( Small cell carsinoma ) - Karsinoma sel besar ( Giant cell carsinoma ) - Karsinoma sel spindle ( Spindle cell carsinoma ) 3. Karsinoma meduller 4. Karsinoma sel skuamosa 5. Non epithelial (limfoma, sarkoma, metastatik tumor, teratoma maligna, dan tumor yang tidak dapat diklasifikasikan) Karsinoma Papiller Karsinoma papiller adalah jenis keganasan tiroid yang paling sering ditemukan (50- 60%) yang timbul pada akhir masa kanak- kanak atau awal kehidupan dewasa. Tumor ini tumbuh lambat dan terutama menyebar ke kelenjar limfe. Karsinoma ini merupakan karsinoma paling kronik dan juga mempunyai prognosis yang paling baik diantara jenis karsinoma tiroid lainnya. Faktor yang mempengaruhi prognosis baik adalah usia dibawah 40 tahun, wanita dan jenis histologik papiller. Sering lesi ini tampil sebagai nodul tiroid soliter dan biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan biopsi jarum halus dan pemeriksaan sitologi. Karsinoma Follikuler Karsinoma follikullaris meliputi sekitar 25% keganasan tiroid dan biasa ditemukan pada wanita setengah baya. Kadang ditemukan tumor soliter besar di tulang seperti di tengkorak atau humerus, yang merupakan metastasis jauh dari karsinoma follikuler yang tidak ditemukan karena kecil dan tidak bergejala. Pembedahan untuk jenis karsinoma ini adalah lobektomi total pada sisi yang terkena. Juga karena sel karsinoma ini menangkap yodium, maka radioterapi dengan Y 131 dapat digunakan dengan pengukuran kadar TSH sebagai follow up bahwa dosis yang digunakan bersifat supresif dan untuk memantau kekambuhan tumor. Karsinoma Meduller Karsinoma meduller meliputi sekitar 5 10 % keganasan tiroid dan berasal dari parafolikuler, atau sel C yang memproduksi kalsitonin. Ia timbul secara sporadik dalam populasi dan dalam berbagai keadaan familial, dimana tempat tumor ini diturunkan sebagai sifat dominan autosom. Tumor ini berbatas tegas dan keras pada perabaan. Tumor ini

terutama didapat pada usia diatas 40 tahun tetapi ditemukan pada usia yang lebih muda bahkan anak, dan biasanya disertai dengan gangguan endokrin lainnya. Bila dicurigai adanya karsinoma meduller maka diperiksa kadar kalsitonin darah sebelum dan sesudah perangsangan dengan suntikan pentagastrin atau kalsium. Karsinoma anaplastia Karsinoma anaplastik sangat jarang ditemukan dibandingkan dengan karsinoma berdiferensiasi baik, yaitu sekitar 20%. Tumor ini sangat ganas terutama pada usia tua, dan lebih banyak pada wanita. Sering pasien ini tampil dengan riwayat pembengkakan yang cepat membesar didalam leher, sering dengan kesulitan bernafas dan menelan, serta suara serak karena infiltrasi ke nervus rekurens. Pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen torak dan seluruh tulang tubuh untuk mencari metastasis. 2.4 Diagnosis Pada anamnesis ditemukan keluhan tentang benjolan di leher bagian depan. Benjolan tersebut mungkin ditemukan secara kebetulan oleh penderita sendiri atau oleh orang lain. Benjolan membesar sangat lambat, dan jika terjadi dengan cepat, harus dicurigai degenerasi kistik atau karsinoma anaplastik. Yang terakhir ini umumnya disertai dengan penekanan pada organ dan struktur disekitarnya. Pada anamnesis juga harus ditanyakan adanya faktor resiko untuk terjadinya karsinoma tiroid. Kadang terdapat pembesaran kelenjar getah bening di leher bagian lateral, yaitu grup ju guler. Penyebaran di kelenjar getah bening di bagian kranial kutub atas tiroid akan menimbulkan yang dahulu dikenal sebagai tiroid aberans. Tumor primer biasanya tidak dikeluhkan dan tidak dapat ditemukan secara klinis. Bila tumornya cukup besar, akan timbuh keluhan akibat desakan mekanis pada trakhea dan esophagus, atau hanya timbul rasa mengganjal di leher.2 Stadium Klinik Berdasarkan Sistem TNM : T (Tumor primer) Tx Tumor primer tidak dapat dinilai T0 Tidak didapat tumor primer T1 Tumor dengan ukuran 1 cm atau kurang masih terbatas pada tiroid T2 Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm namun tidak lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid T3 Tumor dengan ukuran lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid T4 Tumor dengan ukuran berapa saja yang telah berekstensi keluar kapsul tiroid N (Kelenjar getah bening regional)

Nx Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai N0 Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening N1 Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening N1a Metastasis ke kelenjar getah bening cervical ipsilateral N1b Metastasis pada kelenjar getah bening cervical bilateral, midline, contralateral atau ke kelenjar getah bening mediastinal M - (Metastasis jauh) Mx Metastasis jauh belum dapat dinilai M0 Tidak terdapat metastasis jauh M1 Terdapat metastasis jauh 2.5 Penatalaksanaan 1. Pembedahan Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah nodul tersebut supek benigna atau maligna. Bila suspek maligna ditentukan pula apakah kasus tersebut operable atau inoperable. Bila operable, operasi yang dilakukan adalah lobektomi sisi yang patologik, atau lobektomi subtotal dengan resiko bila ganas ada kemungkinan sel- sel karsinoma yang tertinggal. Tindakan yang biasa dilakukan adalah tiroidektomi total. Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan sediaan beku dan ada persangkaan keganasan, pemeriksaan prefarat sediaan beku dilakukan dengan potongan- potongan kebeberapa arah. Bila hasilnya jinak, lobektomi saja sudah cukup memadai. Bila ganas, lobus kontralateral diangkat seluruhnya (tiroidektomi totalis). Dapat pula dilakukan near total tiroidektomi. Jika hasil pemeriksaan kelenjar getah bening dicurigai adanya metastasis, dilakukan diseksi radikal kelenjar getah bening pada sisi yang bersangkutan. 2. Radiasi Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobus kontralateral, maka dilakukan: a. Radiasi interna dengan I131. Hanya tumor- tumor berdifferensiasi baik yang mempunyai afinitas terhadap I131 terutama yang follicular. Radiasi interna dilakukan dengan syarat jaringan tiroid afinitasnya lebih besar harus dihilangkan dulu dengan jalan operasi atau ablasio dengan pemberian I131 dosis yang lebih tinggi sehingga jaringan tiroid normal rusak semua, baru sisa I131 bisa merusak jaringan tumor. b. Radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor- tumor inoperable atau anaplastik yang tidak berafinitas dengan I131. Sebaiknya dengan sinar elektron15- 20 MW

dengan dosis 400 rad. Sumsum tulang harus dilindungi. Radiasi eksterna diberikan juga untuk terapi paliatif bagi tumor yang telah bermetastasis. 3. Khemoterapi Pada kanker tiroid yang bermetastasis regional yang inoperable juga pada tumor yang bermetastasis jauh yang berdifferensiasi buruk. 4. Follow- up Enam minggu setelah tindakan tiroidektomi total dilakukan pemeriksaan sidik terhadap sisa jaringan tiroid normal. Bila ada dilakukan ablasio dengan I131, kemudian dilanjutkan dengan terapi supresi dengan sampai kadar TSHs < 0,1. Bila tidak ada sisa jaringan tiroid langsung diterapi supresi sampai 6 bulan. Setelah 6 bulan dilkukan kembali sidik tiroid dengan menghentikan terapi supresi dahulu 4 minggu sebelum pemeriksaan. Bila terdapat metastasis jauh, dilakukan radiasi interna dengan I131 kemudian terapi dilanjutkan. Bila tidak ada metastasis terapi supresi dilanjutkan dan selama 2- 3 tahun diulang pemeriksaan sidik seluruh tubuh. Pada follow karsinoma tiroid berdifferensiasi baik diperiksa kadar human tiroglobulin. Dan pada karsinoma tiroid medullare diperiksa kadar kalsitonin. 2.6 Komplikasi Komplikasi yang seringkali muncul adalah pada tiroidektomi yang meliputi: 1. Perdarahan. Resiko ini minimum, namun hati- hati dalam mengamankan hemostatis dan penggunaan drain setelah operasi. 2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme udara. Dengan tindakan anestesi mutakhir, ventilasi tekanan positif yang intermitten, dan teknik bedah yang cermat, bahaya ini dapat di minimalkan. 3. Trauma pada nervus laringeus rekurens. Ia menimbulkan paralisis sebagian atau total (jika bilateral) laring. Pengetahuan anatomi bedah yang kuat dan ke hati- hatian pada saat operasi harus diutamakan. 4. Sepsis yang meluas ke mdiastinum. Seharusnya ini tidak doleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi. 5. Hipotiroidisme pasca bedah. Perkembangan hipotiroidisme setelah reseksi bedah tiroid jarang terlihat saat ini. Ini dievaluasi dengan pemeriksaan klinik dan biokomia yang tepat pasca bedah. 6. Hipokalsemi. Karena terangkatnya kelenjar paratiroid pada saat pembedahan. 7. Metastasis kanker yang sudah mencapai organ- organ lain. 2.7 Prognosis

Karena kebanyakan kanker tiroid berdiferensiasi mempertahankan kemampuan untuk menimbun yodium dan menghasilkan tiroglobulin, maka ini dapat digunakan dalam pengawasan karsinoma tiroid berdifferensiasi yang muncul dari sel folikular dan meramalkan penyakit berulang yang muncul setelah tiroidektomi. Indeks yang dipakai untuk melihat kelangsungan hidup pasien karsinoma tiroid adalah usia saat didiagnosis, ada atau tidaknya metastasis, jenis kelamin pasien, diameter tumor dan jenis histopatologikal. Angka ketahanan hidup 5 tahun adenokarsinoma tiroid adalah Tipe Persentase (%) Papiller 80 90 Follikuler 50 70 Meduller 30 40 Anaplastik <5 pencarian yang hadir: askep tumor intra abdomen,mamae aberans,pengertian sinistra,patofisiologi tumor intra abdomen,tumor colli sinistra,lp tumor intra abdomen,mammae aberans,askep tumor abdomen,KASUS PATOLOGI KEBIDANAN,pathway tumor abdomen,askep pasien dengan tumor intra abdomen,lp tumor colli,askep tumor removal,askep tumor thyroid,patofisiologi tumor abdomen,laporan kasus tumor intra abdomen,laporan pendahuluan Ca recti,tumor intra abdomen adalah,askep giant cell tumor,askep post op tumor uterus,askep tumor hipofisis,askep tumor intra abdomen pada anak,laporan pendahuluan tumor jaringan lunak,askeb keputihan,askep tumor abdomen pada anak,pathway kanker tiroid,pathway tumor colli,askep tumor palpebra,laporan pendahuluan tumor femur,pengertian dextra,WOC tumor intra abdomen,askep mamae aberans,Askep massa intra abdomen,askep tumor jaringan lunak,definisi mamae aberans,tumor mamae,tumor palpebra,komplikasi tumor intra abdomen,laporan pendahuluan tumor tiroid,patofisiologi tumor colli,thyroid dextra,askep tb abdomen,contoh askep tumor intra abdomen,kegawatdaruratan tiroid,askep pada pasien tumor intra abdomen,asuhan kegawatdaruratan sistem endokrinologi,asuhan keperawatan tumor jaringan lunak,hipofungsi tiroid,laporan kasus tumor colli,laporan pendahuluan

kelenjar tiroid,lp tumor abdomen,pengertian dekstra,tumor mammae,askep tumor coli,askep tumor Leher,askep tumor tibia,asuhan keperawatan tumor mediastinum,laporan pendahuluan ca thyroid,laporan pendahuluan tiroidektomi,latar belakang tumor abdomen,lp ca colli,mamma aberans,mammae aberans adalah,pengertian penyakit tumor intra abdomen,tumor intra abdomen pdf,askep tumor inguinal,cara pengertian tumor intra abdomen,laporan pendahuluan ca colli,laporan pendahuluan tumor ginjal,latar belakang tumor colli,lp tiroidektomi,makalah tumor intra abdomen,penyimpangan kdm tumor mammae,asuhan keperawatan kanker colli,definisi sinistra,etiologi tumor intra abdomen,komplikasi tumor colli,konsep neoplasma,laporan kasus tumor abdomen,laporan pendahuluan kista tiroid,lp kelenjar thyroid,lp mamae aberans,lp tiroid,patofisiologi neoplasma tiroid,pengertian dextra sinistra,pos op tumor colli,resume persalinan,rumus doubling time,tumor recti,arti dekstra,askep anak dengan tumor intra abdomen,askep ca tulang,askep thyroid,askep tumor mata,askep tumor recti,asuhan keperawatan tumor hipofisis,diagnosa keperawatan tumor intra abdomen,kegawatan endokrin,Kista ovarium sinistra,konsep medis tumor abdomen,laporan kasus ca intra abdomen,laporan pendahuluan mamae aberans,laporan pendahuluan tumor uterus,Lateral sinistra,lp tumor abdomen pada anak,mammae aberant,mammae aberrant,massa colli,Pathway tumor intra abdomen,pengertian hidronefrosis sinistra,penjelasan tentang tumor colli dextra,penyakit mamae aberans,penyebab mamae aberans,Tanda dan gejala tumor colli,tb sinistra,tumor femur dextra,tumor intra abdomen pada anak,woc tumor colli,askep klien kista intra abdomen,askep luka kanker,askep perioperatif tumor ginjal,askep tumor hipofise,askep tumor mamae sinistra,asuhan keperawatan tumor abdomen,asuhan keperawatan tumor hipofise,biokimia sistem endokrim,colli sinistra,contoh soap tumor jinak pada vulva,hidronefrosis sinistra,intervensi pada askep tumor mammae,jurnal keperawatan gawat darurat pdf,kista tiroid dexstra,laporan kasus tumor mediastinum,laporan pendahuluan ca cruris,laporan pendahuluan susp hepatitis,laporan pendahuluan tumor colli sinistra,lp kelenjar tiroid,lp tumor colli dextra,makalah tumor colli,pathway tumor hipofisis,patofisiologi massa intra abdomen,patofisiologi tiroidektomi,penyebab tumor intra abdomen,referat tumor tiroid,SOAP tumor ganas pada ovarium,tumor colli pdf,tumor cruris,tumor sinitras,apa itu sinistra,askep disfungsi kelenjar gonad,askep pada kasus tumor intra abdomen,askep post op tumor colly,askep tumor buli-buli,askep tumor colli dextra,askep tumor tyroid,asuhan keperawatan gangguan sistem endokrin tiroidektomi,asuhan keperawatan pada pasien lobektomi,asuhan keperawatan tb abdomen,asuhan keperawatan tumor abdomen pada anak,asuhan keperawatan tumor intra abdomen,asuhan keperawatan tumor

ureter,colelithiasis,Colli dextra,contoh kasus kelainan ovarium,definisi tumor uterus,hiperfungsi hipofisis,jurnal kegawatdaruratan sistem endokrin,jurnal tumor colli dextra,Kegawat daruratan sistem endokrin,kista thyroid,kista thyroid dextra,laporan kasus tumor buli,laporan pendahuluan tumor abdomen pada anak,laporan pendahuluan tumor antebrachi,laporan pendahuluan tumor buli,laporan pendahuluan tumor paha,lp kanker colli,lp tumor mediastinum,makalah biokimia sistem endokrin,makalah konsep dasar tumor,makalah limfe,makalah melaksanakan asuhan kebidanan pada klimakterium dan menopause,neoplasma jurnal,pathwat pada penyakit kanker tiroid,pathway tumor hipofise,patofisiologi neoplasma,penyakit sinistra,penyimpangan post op fraktur tibia fibula,sap tumor colli,sistem endokrin stroke hemoragik,teori tumor abdomen,tumor ansebrachii,tumor colli adalah,tumor colli dextra adalah,tumor sinistra,woc ca tiroid,woc tiroidektomi,anatomi tumor intra abdomen,arti dextra et sinistra,askeb tuba sakralisasi dextra sinistra ato dokter bilang pengerasan tulang ekor yang bisa berakibat kelumpumpuhan.

BAB IPENDAHULUAN1.1.

Latar Belakang Kanker payudara merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel yangterdapat pada payudara. Payudara terdiri dari lobulus-lobulus, duktus-duktus,lemak dan jaringan konektif, pembuluh darah dan limfe. Pada umumnya kankerberasal dari sel-sel yang terdapat di duktus, beberapa diantaranya berasal darilobulus dan jaringan lainnya.Kanker payudara merupakan keganasan yang menyerang hampir sepertigadari seluruh keganasan yang dijumpai pada wanita. Kanker payudara jugamerupakan penyebab kematian kedua setelah kanker leher rahim pada wanitaserta menempati insiden tertinggi dari seluruh keganasan. Setiap tahun, lebih darisatu juta kasus baru kanker payudara didiagnosa di seluruh dunia dan hampir400.000 orang akan meninggal akibat penyakit tersebut. Sampai tahun 2003,Kanker payudara merupakan kanker dengan insidens tertinggi No.2 di Indonesiadan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun insidens ini meningkat; sepertihalnya di negara barat. Angka kejadian kanker payudara di Amerika Serikat92/100.000 wanita pertahun dengan mortalitas yang cukup tinggi 27/100.000atau 18% dari kematian yang dijumpai pada wanita. Di Indonesia berdasarkan Pathological Based Registration kanker payudara mempunyai insidens relatif 11,5%. Diperkirakan di Indonesia mempunyai insidens minimal 20.000 kasusbaru pertahun; dengan kenyataan bahwa lebih dari 50% kasus masih beradadalam stadium lanjut.Banyak sekali faktor resiko yang dapat menyebabkan berkembangnya kankerpayudara. Secara statistik resiko kanker payudara pada wanita meningkat padanullipara, menarche dini, menopause terlambat dan pada wanita yang mengalamikehamilan anak pertama di atas usia 30 tahun. Sebanyak kurang dari 1% kankerpayudara terjadi pada usia kurang dari 25 tahun, setelah usia lebih dari 39 tahuninsiden meningkat cepat. Insiden tertinggi dijumpai pada usia 45-50 tahun.Sedangkan penderita kanker payudara pada pria secara epidemiologi kurang dari1% dari seluruh kanker payudara.

1.2 Rumusan Masalah1.

Apakah definisi dan jenis dari kanker payudara?2.

Bagaimana prevalensi kanker payudara di Indonesia dan dunia?3.

Apa sajakah faktor resiko dari kanker payudara?4.

Bagaimana kaitan kanker payudara dengan gizi?5.

Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan kanker payudara?1.3 Tujuan1.

Mengetahui definisi dan jenis kanker payudara2.

Mengetahui prevalensi kanker payudara di Indonesia dan dunia3.

Mengetahui faktor resiko dari kanker payudara4.

Mengetahui kaitan kanker payudara dengan gizi5.

Mengetahui penatalaksanaan dan pencegahan kanker payudar

APORAN PENDAHULUAN TUMOR MAMMAE

A. Pengertian Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara. Ini adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita. Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari 1 di antara 1000. Pengobatan yang paling lazim adalah dengan pembedahan dan jika perlu dilanjutkan dengan kemoterapi maupun radiasi (www.idwikipedia.com, diakses tanggal 23 desember 2008) Ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali, inilah yang disebut kanker payudara. Sel-sel tersebut dapat menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke seluruh tubuh. Kumpulan besar dari jaringan yang tidak terkontrol ini disebut tumor atau benjolan. Akan tetapi, tidak semua tumor merupakan kanker karena sifatnya yang tidak menyebar atau mengancam nyawa. Tumor ini disebut tumor jinak. Tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau menyerang jaringan sekitar disebut kanker atau tumor ganas. Teorinya, setiap jenis jaringan pada payudara dapat membentuk kanker, biasanya timbul pada saluran atau kelenjar susu (www.pitapink.com, situs resmi Yayasan Kanker Payudara Jakarta, diakses tanggal 24 desember 2008). B. Anatomi Fisiologi Keterangan 1. Jaringan kelenjar mammae 2. Lemak belakang mammae 3. Selubung subcutan memisahkan mammae dari kulit diatasnya. 4. Septa fibrosa ligamentum cooperi yang memfiksasi mammae pada kulit diatasnya. 5. Lapisan lemak dan M-Pectoralis di bawah facia profunda. Untuk dapat mengenal perjalanan penyakit carcinoma mammae dengan baik dan memahami perawatannya yang baik maka sangat penting mengetahui anatomi mammae sehubungan dengan penyembuhan penyakit. Mammae terletak pada hemitoraks kanan dan kiri dengan batas-batas sebagai berikut : 1. Batas-batas payudara yang tampak dari luar : a. Superior : iga II atau III b. Inferior : iga III atau VII c. Medial : pinggir sternum d. Lateral : garis aksilaris anterior 2. Batas-batas mammae yang sesungguhnya : a. Superior : hampir sampai klavikula b. Inferior : garis tengah c. Lateral : m.Latissimus dorsi 3. Struktur mammae : Mammae terdiri dari berbagai struktur : a. Parenkim epitel b. Lemak, pembuluh darah, saraf dan saluran getah bening c. Otot dan fascia Parenkum epitalia di bentuk oleh kurang lebih 15 20 lobus yang masing-masing mempunyai saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya dan bermuara pada putting susu. Tiap lobus-lobus di bentuk oleh tubulus. Tubulus yang masing-masing terdiri dari 10 -100 asini group. Lobulus-lobulus ini merupakan struktur masing-masing terdiri dari 10 100 asini group. Lobulus-lobulus merupakan struktur daftar dari glandula mammae. Mammae di bungkus oleh fasiapektoralis superficial dimana permukaan dan posterior dihubungkan oleh ligamentum cooper yang berfungsi sebagai penyangga . C. Etiologi

Sebenarnya penyebab dari kanker mammae ini belum diketahui secara pasti. Namun dapat di cacat pula bahwa penyebab itu sangat mempengaruhi satu sama lain (E.M. Coppeland, 1991). Ada beberapa factor yang merangsang atau memudahkan timbulnya atau terjadinya carcinoma mammae adalah : 1. Faktor endogen : a. Hormon, diduga tidak adanya keseimbangan estrogen sehingga dapat menyebabkan carcinoma mammae. Oleh sebab itu carcinoma mammae lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki. b. Mendapat haid pertama kurang dari umur 10 tahun c. Menopause setelah umur 50 tahun d. Tidak pernah melahirkan anak serta tidak pernah menyusui e. Melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun f. Ibu dan saudara dari penderita carcinoma mammae mempunyai kemungkinan yang lebih besar menderita carcinoma mammae. g. Obesitas pasca maunopause h. Pemakaian alkohol. 2. Faktor eksogen : a. Disebabkan oleh tumor yang terjadi karena trauma yang berulang-ulang iritasi yang berjalan kronis oleh karena rangsangan oleh bahan-bahan kimiawi, zat pewarna, sinar radioaktif. b. Pernah mengalami operasi pada payudara kelainan jinak atau tumor ganas mammae D. Insiden Di Indonesia, carsinoma mammae pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah carcinoma serviks uterus. Di Amerika Serikat carcinoma mammae merupakan 28 % kanker pada wanita kulit putih dan 25 % pada wanita kulit hitam. Kurva insidens usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini dapat dimukan pada usia 45 66 tahun. Insidens carcinoma mammae pada laki-laki hanya 1 % sedangkan pada wanita 80 % (Ramli, 1995). Penyakit carcinoma, khususnya carcinoma mammae dapat ditemukan baik pada wanita maupun laki-laki, frekuensi bertambah terutama pada usia 30 35 tahun dan meningkat pada umur 30 50 tahun (www.kingfoto.com. akses tanggal 23 Desember 2008) Kanker payudara merupakan penyebab kematian nomor 2 untuk perempuan di Indonesia (www.pitapink.com situs resmi Yayasan Kanker Payudara Jakarta , diakses tanggal 24 Desember 2008). E. Patofisiologi Carsinoma mammae biasanya timbul dari sel-sel yang berasal dari jaringan lobular, kanker ini dapat bersifat invasive (infiltrate) maupun noninfasif (in situ). Lebih jauh lagi kejadian kanker yang paling sering kejadiannya pada mammae adalah carcinoma ductul invasive di ikuti oleh lobular carsinoma infasif, carcinoma (in situ) memiliki insiden terkecil (Syamsuddin dan De Jong, 1997). Di dalam ilmu kedokteran terdapat dua macam tumor, antara lain 1. Tumor jinak : Tumor jinak tidak membahayakan jiwa manusia, kecuali jika tumor tersebut menekan alatalat vital. 2. Tumor ganas : Yang di sebut kanker, ada dua macam tumor ganas : a. Carsinoma ini berasal dari sel epitel dan kulit atau selaput lender. b. Carsinoma berasal dari jaringan ikat. Cara pertumbuhan kanker :

Rudolf Virchow, (jerman), adalah seorang yang pertama kali menggunakan dasar penyakit adalah sel kanker tumbuh secara ganas. 1. Kanker tumbuh dari satu atau beberapa sel dalam badan yang sebabnya belum diketahui dan mengalami perubahan yang tidak normal. Kanker tumbuh secara lambat atau cepat dan masing-masing anak sel itu tumbuh menjadi sel kanker pula, sehingga lama kelamaan menjadi besar dan membentuk suatu benjelon yang disebut tumor. 2. Sesudah beberapa waktu sel kanker tumbuh kea rah permukaan atau jaringan sekitarnya, ini dikenal dengan sifat infiltrasi atau infasi. Untuk sementara waktu sel kanker berada disekitar sel asal penyakit masih terbatas local, ini di sebut stadium T. Stadium ini adalajh stadium permukaan dan masih di operasi atau diradiasi. 3. Stadium lanjut, beberapa sel kanker melepaskan diri oleh pembuluh limfe atau pembuluh darah kebagian yang lain di badan. Proses metaphase ini dalam keadaan masih punya alat untuk melindungi diri kemudian ditangkap oleh kelenjar limfe akan tumbuh kanker baru dan menjadi besar kadang-kadang dapat diraba dari luar. Stadium ini disebut pertumbuhan kanker regoanal disebut stadium N. 4. Jika kanker dibiarkan dan tidak diobati, sel-sel kanker akan menyebar kebagian-bagian lain disebut metastase jauh atan stadium M . Klasifikasi penyebaran TNM. T Tx = Tumor Primer tidak dapat ditentukan TIS =Karsinoma insitu dan penyakit paget pada papila tanpa teraba tumor TO = Tidak ada bukti adanya tumor primer T1 = Tumor < 2 cm T2 = Tumor 2 5 cm T3 = Tumor > 5 cm T4 = Tumor dengan penyebaran langsung ke dinding thorax atau ke kulit dengan tanda udem, luka, peau, atau dorange N NX = Kelenjar regional tidak dapat ditentukan ND = Tidak teraba kelenjar aksila N1 = Teraba kelenjar aksila homolateral yang satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya. N2 = Teraba kelenjar aksila yang satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya. N3 = Terdapat kelenjar mammavia interna homolateral M MX = Tidak dapat ditemukan metastase jauh Mo = Tidak ada metastase jauh M1 = Terdapat metastase jauh termasuk kekelenjar suptara klavikuler . F. Manifestasi Klinik 1. Risiko tinggi : a. Carsinoma dapat ditemukan metastase jauh b. Bekas kanker payudara c. Tidak ada anak atau anak pertama tertunda 2. Risiko dini : benjolan tunggal tanpa nyeri yang agak keras batas kurang jelas. 3. Tanda lama : a. Retraksi kulit atau ariola b. Retraksi atau inverse puting c. Kelenjar aksila dapat diraba d. Pengecilan mammae e. Pembesaran mammae f. Edema kulit

g. Fiksasi pada kulit atau dinding thoraks 4. Tanda akhir : Tukak, kelenjar supraklavikula di raba, edema lengan, metastase tulang, paru, atau tempat lain Terdapat penilaian bahwa 90 % dari seluruh benjolan pada mammae dapat di deteksi oleh klien. Gejala klinis/ciri-ciri carcinoma mammae yang infiltrate : 1. Adanya massa yang payudara tanpa gejala atau dengan gejala yang sangat sedikit. 2. Lesi pada kuadran atas lateral, tumbuh progresif keseluruh arah. 3. Retraksi kulit. 4. Tidak dapat digerakkan dari dasar akibat perlengketan pada fasia dinding thorax. 5. Retraksi putting susu, keluar lender dari putting susu. 6. Metastase, kelenjar regional atau tumbuh yang jauh. 7. Keadaan umum klien lemah 8. Penyebarannya yang melalui saluran limfe dan pembuluh darah Gejala dan tanda penyakit mammae : 1. Nyeri : a. Berubah dengan daur, penyebab fisiologi seperti saat mentruasi b. Tidak tergantung daur menstruasi, tumor jinak, tumor ganas, infeksi c. Kenyal, kelainan fibrokistin d. Lunak, lipoma 2. Perubahan kulit : a. Bercawam, sangat mencurigakan karsinoma b. Benjolan kelihatan, kista, karsinoma, fibroadenoma besar c. Kulit jeruk, khas benjolan adalah kanker (tanda khas) d. Kemerahan, infeksi (jika panas) e. Tukak, kanker lama (terutama orang tua) 3. Kelainan putting : a. Retraksi, fibrosis karena kanker b. Infeksi baru, retraksi fibrosis karena kanker c. Eksema, pelebaran duktus (ciri khas penyakit kanker) d. Keluarnya cairan berwarna hijau, pelebaran duktus dan kelainan fibrokistik e. Hemoragin, karsinoma G. Tes Diagnostik a. Mammografi Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae, dapat untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak. b. Thermography Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi. c. Xerodiography Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor. d. Ultrasonography Untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae ultrasonography berguna untuk menentukan adanya kista, kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm. e. Aspirasi Pengaliran kista dan untuk mendapat preparat dan sediaan pemeriksaan sitologik.

f. Biopsi Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi. H. Penatalaksanaan Medik Pilihan pengobatan untuk kanker payudara tergantung pada tipe, ukuran dan lokasi tumor, juga karakteristik klinis. Terapi dapat termasuk intervensi bedah tanpa radiasi, kemoterapi dan terapi hormone. Penggunaan trasnplantasi sumsum tulang masih dalam penelitian. 1. Pembedahan Tipe pembedahan secara umum dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu mastektomi radikal, inextektomi total dan prosedur lebih terbatas. Contoh: segmental., lumpektomi. Mastektomi adalah pengangkatan seluruh atau sebagian payudara disebabkan oleh kanker payudara stadium I dan II. Mastektomi total mengangkat semua jaringan payudara tetapi modifikasi mengangkat seluruh payudara atau seluruh nodus, kadang-kadang otot-otot, pektoralis minor dan mayor, limfe, ketiak. Lumpektomi dianggap tumor non metastatik bila kurang dari 5 cm ukurannya tidak melibatkan putting. 2. Radiasi a. Terapi eksternal beam, melakukan kira-kira selama 5 minggu. Wanita mengalami masa perpanjangan kelelahan dan depresi oleh kanker katabolisme dan hilangnya jaringan. b. Terapi interstitial, jarum iridium ditanamkan ke dalam payudara klien dan di bawah pengawasan anestesi umum. 3. Pengobatan kemoterapi, pemberian kemoterapi direncanakan berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembedahan-pembedahan dalam reaksi sel kanker dan normal terhadap obat sistotik. Kemotherapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran secara sistemik dan juga dipakai sebagai terapi ajuvan. Kemotherapi ajuvan diberikan kepada pasien yang pada umumnya yang ditemukan ada metastasis di beberapa kelenjar pada pemeriksaan hispatologi pasca bedah mastektomi. Tujuannya adalah menghancurkan mikrometastis di dalam tubuh yang biasanya terdapat pada klien yang kelenjar aksilanya sudah mengandung metastase, obat yang diberikan kombinasi giklofamid, metotreksa dan fluorourasil selama enam bulan pada wanita premanapouse sedangkan pada pascamenopouse diberikan terapi ajura hormonal berupa pada antiestrogen. Terapi hormonal adalah bila penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemotherapinya karena efek lebih lama dan efek sampingnya kurang, tetapi tidak semua kanker peka terhadap terapi hormonal. I. PROSES KEPERAWATAN 1. Pengkajian Aktivitas/istirahat. Gejala : aktivitas yang melibatkan banyak gerakan tangan/pengulangan pola tidur. Makanan/cairan. Gejala : nyeri pada sekitar luka Integritas ego Gejala : stressor konstan dalam pekerjaan, takut tentang diagnosa, harapan yang datang Keamanan Gejala : massa nodul aksila, edema, eritema pda kulit sekitarnya. Seksualitas Gejala : masalah seksual misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan, multigravida lebih besar dari usia 30 tahun. 2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalahh pernyataan atau kesimpulan yang di ambil dari pengkajian tentang status kesehatan klien. Diagnosa keperawatan adalah diagnosa yang dirumuskan oleh perawat professional, menggambarkan status atau masalah kesehatan yang dirasakan oleh klien. Dari gejala yang timbul maka masalah keperawatan yang dapat muncul adalah : a. Nyeri berhubungan dengan penekanan saraf perifer b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan status kesehatan c. Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang. e. Defisit selfcare, kebersihan, berpakaian, makan/minum, eliminasi berhubungan dengan kelemahan fisik f. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka g. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. h. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit i. Konstipasi berhubungan dengan tirah baring yang lama j. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri 3. Perencanaan/Intervensi 1. NDx : Nyeri berhubungan dengan penekanan saraf perifer, trauma jaringan, pembentukan edema Tujuan : Klien akan melaporkan nyeri berkurang/teratasi dengan criteria : a) Klien mengatakan nyeri hilang b) Ekspresi wajah ceria c) Vital sign dalam keadsaan normal INTERVENSI: 1. Kaji keluhan klien, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas (0 10). Dan perhatikan reaksi verbal dan non verbal yang tunjukkan. 2. Monitor tanda-tanda vital. 3. Atur posisi yang menyenangkan. 4. Pemberian obat analgetik. RASIONAL: 1. Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgetik, karena pengangkatan jaringan, otot dan system limfe dapat mempengaruhi nyeri yang alami. 2. Perubaha tanda-tanda vital dapat diakibatkan oleh rasa nyeri dan merupakan indicator untuk menilai keadaan perkembangan penyakit. 3. Perubahan posisi dapat mengurangi stimulasi nyeri akibat penekanan. 4. Analgetik berfungsi menghambat rangsangan nyeri dari saraf perifer sehingga nyeri tidak dipresepsikan. 2. NDx : Gangguan konsep diri berhubungan dengan biofisika, prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh. Tujuan Klien akan menunjukkan konsep diri yang adekuat dengan criteria : a) Penerimaan diri dalam situasi kritis b) Pengenalan dan tidak mengaktifkan harga diri c) Menyusun tujuan yang realistis dan secara aktif berpartisipasi dalam program terapi INTERVENSI 1. Dorong untuk mengungkapkan pertanyaan tentang situasi saat ini dan harapan yang akan datang. Berikan dukungan emosional .

2. Dorong klien untuk mengekspresi-kan perasaan, misalnya marah, bermusuhan dan duka. 3. Kaji ulang kemungkinan untuk dibedah rekonstruksi atau pemakaian prostektif. 4. Berikan prostesis bila diindikasikan RASIONAL: 1. Kehilangan payudara menyebabkan reaksi, termasuk perasaan perubahan gambaran diri, takut reaksi pasangan hidup terhadap perubahan tubuhnya. 2. Kehilangan bagian tubuh membu-tuhkan penerimaan, sehingga klien dapat membuat rencana masa depan. 3. Rekonstruktif memberikan sedikit penampilan tidak lengkap atau mendekati normal 4. Prostesis milon dan dakron dapat dipakai pada pra sampai insisi sembuh, bila bedah rekonstruksi tidak dilakukan pada waktu mastektomi sehingga meningkatkan penerimaan diri. 3. NDx : Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan : Klien akan menunjukkan aktivitas intolerance yang adekuat, dengan kriteria : a) Klien mampu beraktivitas sendiri b) Klien tidak mengeluh sakit pada saat beraktivitas INTERVENSI: 1. Kaji derajat imobilitas klien 2. Bantu klien dalam pergerakan pasif. kehangat distal pada fraktur. 3. Rubah posisi klien setiap 4 jam 4. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.. RASIONAL: 1. Derajat imobilisasi merupakan pedoman untuk menentukan intervensi. 2. Membantu dalam pergerakan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kekakuan otot. 3. Mengubahan posisi dapat memper-lancar sirkulasi darah keseluiruh tubuh sehingga tidak terjadi kekakuan otot dan kerusakan kulit.. 4. Kebutuhan klien dapat terpenuhi sehingga klien merasa diperhatikan. 4. NDx : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak adanya tanda-tanda ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dengan kriteria : a) Nafsu makan baik b) Porsi makan dihabiskan c) Berat badan normal, sesuai dengan tinggi badan. INTERVENSI: 1. Kaji nafsu makan.klien. 2. Kaji hal-hal yang menyebabkan klien malas makan 3. Anjurkan klien untuk makan porsi sedikit tapi sering. 4. Anjurkan dan ajarkan melakukan kebersihan mulut sebelum makan. 5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian TKTP. RASIONAL: 1. Mengetahui sejahmana terjadinya perubahan pola makan dan sebagai bahan untuk melaksanakan intervensi. 2. Mendeteksi secara diri dan tepat agar mencari intervensi yang cepat dan tepat untuk penanggulangannya. 3. Porsi yang sedikit tapi sering membantu menjaga pemasukan dan rangsangan

mual/muntah. 4. Menimbulkan rasa segar, mengurangi rasa tidak nyaman, sehingga berefek meningkatkan nafsu makan. 5. Makanan Tinggi Kalori Tinggi Protein dapat mengganti kalori, protein, dan cairan yang hilang dalam tubuh dan mengganti sel-sel, jaringan yang rusak serta dapat meningkatkan nafsu makan . 5. NDx : Devisit self care berhubungan dengan kelemahan fisik. . Tujuan: Klien akan menunjukkan perawatan diri yang adekuat, dengan criteria : a) Klien merasa nyaman b) Kulit, rambut bersih c) Kuku pendek dan bersih. INTERVENSI: 1. Kaji kemampuan rawat diri klien 2. Mandikan klien (lap Basah) 3. Potong kuku klien 4. Ganti alat tenun klien 5. Beri HE tentang pentingnya kebersihan diri. RASIONAL: 1. Sebagai indicator tindakan perawatan selanjutnya 2. Memenuhi kebuituhan hygiene klien dan memberikan rasa nyaman dan segar. 3. Menghindari kemungkinan terjadinya infeksi pada kulit. 4. Alat tenun yang bersih dan rapi memberikan kenyamanan. 5. Mendorong klien untuk memenuhi kebutuhan kebersihan. 6. NDx : Risiko infeksi berhubungan dengan luka Tujuan : Klien akan menunjuukkan tidak adanya tanda-tanda infeksi dengan kriteria: tidak ada panas, tidak ada edema, tidak ada rasa sakit, tidak ada kemerahan, Leucosit dalam keadaan normal INTERVENSI: 1. Kaji tanda-tanda infeksi 2. Ganti balutan dengan mempertahan-kan teknik aseptik dan septik 3. Anjurkan klien agar tidak menyentuh area luka . 4. Pemberian antibiotik RASIONAL: 1. Infeksi yang hebat dapat meng-ham-bat proses penyembuhan penyakit. 2. Menghindari perpindahan kuman dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam jaringan.. 3. Meminimalkan kesempatan infeksi dan kontaminasi 4. Antibiotik dapat membunuh bakteri sehingga mempercepat pertumbuhan jaringan dan menghambat terjadinya infeksi. 7. NDx : Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya. Tujuan: klien akan mengatakan saya tidak cemas dengan kriteria : a) Klien tidak bertanya tentang penyakitnya b) Daerah akral tidak dingin c) Tanda-tanda vitak normal INTERVENSI : 1. Kaji tingkat kcemasan.

2. Beri informasi yang benar tentang penyakitnya. 3. Dengarkan keluhan klien. RASIONAL: 1. Mengetahui sejauhmana tingkat kecemasan yang dirasakan sehingga memudahkan dalam melakukan tindakan yang sesuai. 2. Klien memahami dan mengerti tentang keadaan penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam perawatan dan pengobatan. 3. Klien merasa diperhatikan sehingga klien merasa aman dan tenang . 8. NDx : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit Tujuan: Klien akan menunjukkan tidak adanya tanda-tanda kerusakan integritas kulit, dengan kriteria: a.) Meningkatkan waktu penyembuhan luka b.) Menunjukkan perilaku/teknik untuk meningkatkan penyembuhan. INTERVENSI: 1. Kaji balutan/karakteristik. 2. Rubah posisi ke posisi semi fowler 3. Dorongan untuk menggunakan pakaian yang tidak sempit. RASIONAL: 1. Penggunaan balutan tergantung luas pembedahan dan tipe penutupannya. 2. Meningkatkan risiko kontriksi, infeksi dan limpedema pada sisi yang sakit. 3. Mengurangi tekanan pada jaringan yang tertekan sehingga memungkinan memperbaiki sirkulasi 9. NDx : Konstipasi berhubungan dengan tirah baring yang lama Tujuan : Klien akan mengatakan saya tidak kontipasi dengan kriteria : a) Peristaltik usus meningkat b) Buang air besar lancar INTERVENSI: 1. Kaji kebiasaan buang air besar 2. Anjurkan klien minum banyak. 3. Anjurkan makan makanan berserat 4. Anjurkan klien melakukan mobilisasi ringan. 5. Beri obat laktasif. RASIONAL: 1. Untuk mengetahui pola buang air besar sehingga mudah dalam memberikan tindakan yang sesuai. 2. Untuk mengimbangi peningkatan absorpsi air dimukosa usus sehingga faeces lunak. 3. Makanan berserat meningkatkan reabsorpsi usus untuk merangsang usus meningkat. 4. Mobilisasi ringan dapat merangsang mobilitas usus sehingga peristalti usus meningkat. 5. Obat laktasif kerjanya dapat merangsang defekasi. 10. NDx : Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri. Tujuan: Klien akan m,elaporkan kebutuhan istirahat tidur terpenuhi dengan criteria : d) Klien tidak sering terbangun e) Klien tidak susah tidur INTERVENSI: 1. Kaji pola tidur klien 2. Beri posisi yang menyenangkan waktu klien akan tidur.

3. Ciptakan suasana tenang pada waktu klien tidur 4. Beri HE tentang pentingnya istirhat yang cukup. 5. Beri obat diazefam. RASIONAL: 1. Untuk mengetahui cukup tidaknya waktu istirahat dalam 24 jam 2. Dapat mengurangi rangsangan pada hipotalamus sebagai pusat kesadaran. 3. Suasana yang tenang dapat membantu klien untuk memulai tidur. 4. Klien dapat mengerti dan mau melakukannnya sehingga mempercepat penyembuhan. 5. Diazepam berfungsi merelaksasikan otopt sehingga klien dapat tenang dan mudah untuk tidur. DAFTAR PUSTAKA Doengoes, E Marilyn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta E.M. Coppeland, 1991).Karakteristik penyebab Carcinoma Mammae.EGC. Jakarta Ramli, 1995.Insiden Carcinoma Mammae.EGC. Jakarta Syamsuddin dan De Jong, 1997.Karakteristik carcinoma mammae.EGC. Jakarta www.id-wikipedia.com, diakses tanggal 23 Agustus 2008 www.kingfoto.com. akses tanggal 23 Desember 2008) www.pitapink.com situs resmi Yayasan Kanker Payudara Jakarta , diakses tanggal 24 Desember 2008).
2 Response t

You might also like