You are on page 1of 21

KEGAWATDARURATAN OBSTETRI MAKALAH PENANGANAN PERDARAHAN PADA KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kegawatdaruratan Obstetri yand diampu oleh Hartanto Bayu Adji, dr., SpOG

Disusun oleh Kelompok 16


Rini Meiandayati Rinny Dwi Astriany Eva Apriliani Wida Ratna Sari 130103110046 130103110047 130103110048 130103110066

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, karena dengan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penyusunan makalah ini telah dapat diselesaikan.

Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada yang terhormat : Dosen Kegawatdaruratan Obstetri Program Studi D3 Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran. Rekan-rekan kelompok kami yang telah berusaha keras untuk menyelesaikan makalah ini Serta kerabat-kerabat dekat dan rekan-rekan seperjuangan yang kami banggakan. Semoga Allah Swt. memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh penulis. Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten. Amin.

Jatinangor, Maret 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2 DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3 BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 4 A.Latar Belakang ................................................................................... 4 B. Tujuan Penulisan ............................................................................... 5 C. Manfaat Penulisan ............................................................................ 6 BAB 2 PEMBAHASAN ..................................................................................... 7 A Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu . ......................................... 7 B. Penyebab Kehamilan Ektopik Terganggu ...................................... 9 C Tanda Dan Gejala . ............................................................................. 10 D. Angka Kejadian ................................................................................. 13 E Penanganan Secara Umum ................................................................ 17 F. Penanganan Bidan ............................................................................. 18 BAB 3 PENUTUP ............................................................................................... 20 A.Kesimpulan ......................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan penanganan secara tepat dan benar akan membahayakan bagi si penderita. Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasaYunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan berada di luar tempatyang semestinya. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal inidapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus,tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilanektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi padaovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel padauterus.Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus.Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %).Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yangnormal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnyadalam
4

tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yangluar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu. Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi. Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat. B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penanganan perdarahan pada kehamilan muda yang lebih difokuskan pada kehamilan ektopik terganggu. C. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalaha ini dapat menambah khazanah ilmu kebidanan yang dapat dijadikan bekal nanti dalam praktik di masyarakat langsung.

BAB II PEMBAHASAN

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan etopik terganggu. Insiden kehamilan ektopik tergganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu adanya kecenderungan pada kalangan wanita untukk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin meningkat. 2.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan berada di luar tempat yang semestinya. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut. Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Atan dapat dikatakan kehamilan yang tempat implantasi / nidasi/ melekatnya buah kehamilan di luar tempat yaang normal, yakni diluar orngga

rahim. Sedangkan yang disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba. Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan tumbuh di tempat yang tidak semestinya. Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi (98%), meskipun begitu kehamilan ektopik juga dapat terjadi di ovarium (indung telur), rongga abdomen (perut), atau serviks (leher rahim).

Gambar1 : tempat-tempat terjadinya kehamilan ektopik Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 50 kehamilan. Hal yang menyebabkan besarnya angka kematia ibu akibat kehamilan ektopik adalah kurangnya deteksi dini dan pengobatan setelah diketahui mengalami kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu pada triwulan pertama dari kehamilan. Resiko kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini tidak bisa menjadi normal. Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar di saluran tuba maka suatu saat tuba tersebut akan pecah dan dapat menyebabkan perdarahan yang
8

sangat hebat dan mematikan. Apabila seseorang mengalami kehamilan ektopik maka kehamilan tersebut harus cepat diakhiri karena besarnya risiko yang ditanggungnya. 2.2 Penyebab Kehamilan Ektopik Terganggu Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun perlu diingat bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik adalah : 1) Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua 2) Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi spiral (3 4%). Pil yang mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim 3) Kerusakan dari saluran tuba Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut sehingga menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan saluran tuba diantaranya adalah : a. Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 3,5 kali dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena
9

merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh b. Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba, gangguan pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea c. Endometriosis : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul, pengobatan infertilitas seperti bayi tabung --> menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba 2.3 Tanda Dan Gejala Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda seperti kehamilan pada umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan muntah, mudah lelah, dan perabaan keras pada payudara. Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas. Pada umumnya penderita menunjukkan gejala-gejala seperti pada kehamilan muda yakni mual, pembesaran disertai rasa agak sakit pada payudara yang didahului keterlambatan haid. Disamping gangguan haid, keluhan yang paling sering ialah nyeri di perut bawah yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum mengalami ruptur. Kadangkadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda, dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala
10

yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehmilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Nyeri abdomen merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik. Nyeri dapat unilateral atau bilateral, pada abdomen bagian bawah, seluruh abdomen, atau hanya di bagian atas abdomen. Umumnya diperkirakan, bahwa nyeri perut yang sangat menyiksa pada suatu ruptur kehamilan ektopik, disebabkan oleh darah yang keluar ke dalam kavum peritoneum. Tetapi karena ternyata terdapat nyeri hebat, meskipun perdarahannya sedikit, dan nyeri yang tidak berat pada perdarahan yang banyak, jelas bahwa darah bukan satusatunya sebab timbul nyeri. Darah yang banyak dalam kavum peritoneal dapat menyebabkan iritasi peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri yang bervariasi. Amenorea atau gangguan haid merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya amenorea tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya. Bercak darah (spotting) atau perdarahan vaginal merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan biasanya sedikit, berwarna coklat tua, dan dapat intermiten atau terus menerus. Pada pemeriksaan dalam ditemukan bahwa usaha menggerakkan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri dan kavum Doglas teraba menonjol, berkisar dari diameter 5 sampai 15 cm, dengan konsistensi lunak dan elastis.
11

Jadi dapat disimpulkan tanda-tanda yang harus diperhatikan pada kehamilan ektopik adalah : a. Nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri tersebut dapat terasa tajam awalnya kemudian perlahanlahan menyebar ke seluruh perut. b. Nyeri bertambah hebat bila bergerak c. Perdarahan vagina (bervariasi, dapat berupa bercak atau banyak seperti menstruasi) Apabila seorang wanita dengan kehamilan ektopik mengalami gejala diatas, maka dikatakan bahwa wanita tersebut mengalami Kehamilan Ektopik Terganggu. Kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa apabila ruptur (pecah) dan menyebabkan perdarahan di dalam.

12

Gambar 2 : Komplikasi pada kehamilan ektopik terganggu yang menyebabkan perdarahan 2.4 Angka Kejadian Insidens kehamilan ektopik yang sesungguhnya sulit ditetapkan. Meskipun secara kuantitatif, mortalitas akibat KET berhasil ditekan, persentase insidens dan prevalensi KET cenderung meningkat . Dengan berkembangan alat diagnostik canggih, semakin banyak kehamilan ektopik yang terdiagnosis sehingga semakin tinggi pula insidens dan prevalensinya. Keberhasilan kontrasepsi pula
13

meningkatkan persentase kehamilan ektopik, karena keberhasilan kontrasepsi hanya menurunkan angka terjadinya kehamilan uterin, bukan kehamilan ektopik. Meningkatnya prevalensi infeksi tuba juga meningkatkan keterjadian kehamilan ektopik. Selain itu, perkembangan teknologi di bidang reproduksi, seperti fertilisasi in vitro. Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal didaerah dengan prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi. Pemakaian antibiotik pada penyakit radang panggul dapat meningkatkan kejadian kehamilan ektopik terganggu. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik terganggu, yang banyak terjadi ialah pada daerah tuba (90%). Antibiotik dapat mempertahankan terbukanya tuba yang mengalami infeksi tetapi perlengketan menyebabkan pergerakan silia dan peristaltik tuba terganggu sehingga menghambat perjalanan ovum yang dibuahi dari ampula ke rahim dan berimplantasi ke tuba. Penelitian Cunningham Di Amerika Serikat melaporkan bahwa kehamilan etopik terganggu lebih sering dijumpai pada wanita kulit hitam dari pada kulit putih karena prevalensi penyakit peradangan pelvis lebih banyak pada wanita kulit hitam. Frekuensi kehamilan ektopik terganggu yang berulang adalah 1-14,6% .

Kontrasepsi IUD juga dapat mempengaruhi frekuensi kehamilan ektopik terhadap persalinan di rumah sakit. Banyak wanita dalam masa reproduksi tanpa
14

faktor predisposisi untuk kehamilan ektopik membatasi kelahiran dengan kontrasepsi, sehingga jumlah persalinan turun, dan frekuensi kehamilan ektopik terhadap kelahiran secara relatif meningkat. Selain itu IUD dapat mencegah secara efektif kehamilan intrauterin, tetapi tidak mempengaruhi kejadian kehamilan ektopik. Kejadian hamil ektopik tidak dapat disamakan karena sangat tergantung pada perilaku dan budaya masyarakat. Pada masyarakat yang mempunyai

kecenderungan untuk melakukan hubungan seksual bebas,dapat diasumsikan kejadian hamil ektopik akan makin meningkat. Kejadian infeksi hubungan seksual sangat berperan untuk terjadinya hamil ektopik ,khususnya infeksi Clhamydia trachomatis,infeksi ini akan merusak endometrium dan sel siliaris sehingga mengganggu transportasi spermatozoa,ovum,dan hasil konsepsi. Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 2040 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan penanganan secara tepat dan benar akan membahayakan bagi sipenderita. Beberapa penulis mengemukakan kejadian hamil ektopik: a. Jone Derek Llewellyn (1:80-150 kehamilan) b. SK Resevear (2% dari kehamilan dengan umur kejadian maksimal antara 24-34 tahun) c. Manuaba (1:97 kehamilan dengan umur kejadian maksimal antara 26-35 tahun)
15

Berkaitan dengan lokasi,kehamilan ektopik dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Tuba fallopi 98% b. Ampula tuba 93% c. Isthmus tuba 4% d. Interstisial tua 2% e. Kehamilan ektopik servikal 0,1% f. Kehamilan ovarial 0,5% g. Kehamilan abdominal 0,03% h. Kehamilan interstisial 0,01% Angka kehamilan ektopik per 1000 diagnosis konsepsi, kehamilan atau kelahiran hidup telah dilaporkan berkisar antara 2,7 hingga 12,9. Insiden ini mewakili satu kecenderungan peningkatan dalam beberapa dekade ini. Diantara faktor-faktor yang terlibat adalah meningkatnya pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim, penyakit radang panggul, usia ibu yang lanjut, pembedahan pada tuba, dan pengobatan infertilitas dengan terapi induksi superovulasi. Pada tahun 1980-an, kehamilan ektopik menjadi komplikasi yang serius dari kehamilan, terhitung sebesar 11% kematian maternal terjadi di Amerika Serikat. Sekurangnya 95 % implantasi ekstrauterin terjadi di tuba Fallopii. Di tuba sendiri, tempat yang paling sering adalah pada ampulla, kemudian berturut-turut pada pars ismika, infundibulum dan fimbria, dan pars intersisialis dapat juga terkena. Implantasi yang terjadi di ovarium, serviks, atau cavum peritonealis jarang ditemukan. Sebagai suatu keadaan yang mengancam kehidupan, kehamilan ektopik menuntut para ahli kebidanan untuk mengetahui metoda-metoda pengobatan yang mutakhir.
16

Meskipun penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik adalah dengan pembedahan, tetapi saat ini mulai dikembangkan penatalaksanaan dengan obatobatan yaitu dengan methotrexate. Metoda ini tampaknya efektif dan cukup aman sehingga dapat menjadi metoda alternatif pada pengobatan kehamilan ektopik. Tetapi tidak semua pasien yang didiagnosis dengan KE harus mendapat terapi medisinalis dan terapi ini tidak 100% efektif. 2.5 Penanganan Secara Umum Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap dilakukan tindakan operasi. Kekuarangan terapi konservatif (non operatif) yaitu walaupun darah berkumpul di rongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (penegeluaran melalui vagina dari darah di kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan perlekatan dengan bahaya ileus. Operasi terdiri dari dari salpingektomi ataupun salpingo-ooforektomi. Jika penderita sudah memiliki anak cukup dan terdapat dapat dipertimbangkan untuk mengangkat tuba. Namun jika penderita belum mempunyai anak, maka kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba berfungsi. Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan dapat dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada
17

saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat. Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.

2.6 Penanganan Bidan Bidan adalah salah satu pemberi pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat, dituntut peran serta, fungsi dan aplikasinya didalam menilai serta menentukan langkah awal dan kapan melakukan rujukan kefasilitas kesehatan yang paling tinggi. Dalam mengobservasi kehamilan ektopik terganggu, bidan berperan untuk melakukan: 1. 2. Melakukan anamnesa Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dengan mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital 3. 4. Melakukan pemeriksaan obstetri Melakukan pengkajian perdarahan pervaginam, seperti: mengkaji riwayat haid dan mengukur jumlah dan tipe perdarahan
18

5. 6.

Amati adanya tanda-tanda syok Melakuakan rujukan dengan melakukan penanganan awal sebelumnya seperti memberikan infus.

19

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET) merujuk pada keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien. Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kegawatdaruratan obstetrik yang mengancam nyawa ibu dan kelangsungan hidup janin, serta merupakan salah satu penyebab utama mortalitas ibu, khususnya pada trimester pertama. Karena manifestasinya yang cukup dramatis, sering kali KET dijumpai terlebih dahulu bukan oleh dokter-dokter ahli kebidanan, melainkan dokter-dokter yang bekerja di unit gawat darurat. KET hampir selalu fatal, namun berkat perkembangan alat diagnostik yang canggih morbiditas maupun mortalitas akibat KET jauh berkurang. Meskipun demikian, kehamilan ektopik masih merupakan salah satu masalah utama dalam bidang obstetri.

20

DAFTAR PUSTAKA 1. Cunningham, F.Gary.Obstretri Williams.Edisi 21. 2006. Jakarta. EGC. 2. Pamilih. Buku saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan

Persalinan.(2006). 3. Saifuddin, Abdul Bari.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.(2008).Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 4. Varney, Hellen.Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Edisi 4.(2007).Jakarta.EGC. 5. Winkjosastro, Hanifa.Ilmu Bedah Kebidanan.2005.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 6. Rachimadhi T. Kehamilan Ektopik. Ilmu Bdah Kebidanan. 2005. Edisi I Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 7. Supriyadi Teddy.2005. Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC 8. Prawirohardjo, Binapustaka. Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan

21

You might also like