You are on page 1of 53

OBAT-OBAT ANTIRADANG, MEKANISME KERJA, DAN EFEK SAMPING

Tim Penyusun: Kelompok 3 BD

KELAS B Rachma Ayunda Arini Eka Pratiwi Moh. Al Fattah Faradhila Nur Saraswati Ida Ayu Purnama Meryza Sonia Fitri Rahmadani Miyadah Samiyah Karimah Yulianti

KELAS D M.A.W. Khairurrijal Putri Nur Handayani Achmad Fauzi Nova Sari Aulia Nindya Nurfitriani Azhar Indah Nunik Nugraini Ageng Hasna Fauziyah

Sejarah NSAID (Non-steroidal Antiinflamatory Drugs)


sebagai antipiretik, efek urikosurik, dan digunakan dalam penanganan pirai. Pada tahun 1899 Dreser memperkenalkan asam asetilsalisilat pada bidang kedokteran dengan nama aspirin. Nama ini berasal dari Spiraea yang merupakan nama spesies tumbuhan yang digunakan untuk membuat asam salisilat. Pada tahun 1963 Indometasin diperkenalkan untuk penanganan arthritis rheumatoid. Pada Abad ke 19 Awal abad ke-19, aspirin diketahui memiliki banyak manfaat terapeutik. Akhir abad ke-19 ditemukan obat yang memiliki mekanisme kerja yang sama seperti turunan para-aminofenol (misalnya asetaminofen)

Pada pertengahan abad ke-18 di Inggris Reverend Edmund Stone menjelaskan dalam sebuah surat untuk presiden Royal Society penilaian keberhasilan kulit kayu willow dalam penyembuhan demam. Zat aktifnya berupa glikosida pahit yang disebut salisin, pertama kali diisolasi dalam bentuk murni pada tahun 1829 oleh Leroux yang menunjukkan efek terapeutik. Jika dihidrolisis, salisin menghasilkan glukosa dan alcohol salisilat. Alcohol salisilat dapat diubah menjadi asam salisilat.

Pada tahun 1853 Gerhardt membuat karya yang diteruskan oleh seorang ahli kimia bernama Hoffman dalam membuat asam asetilsalisilat. Pada tahun 1875 Natrium salisilat pertama kali digunakan untuk penanganan demam reumatik,

Penghambatan biosintesis prostaglandin oleh NSAID


NSAID mempunyai kemampuan yaitu menghambat pembentukkan prostaglandin, aktivitas enzimatik yang terlibat dalam sintesis prostaglandin. Enzim pertama pada jalur sintetik prostaglandin adalah prostaglandin endoperoksida sintase, atau asam lemak siklooksigenase. Enzim ini mengubah asam arakidonat menjadi senyawa antara yang tidak stabil, yaitu PGG2 dan PGH2. Ada 2 bentuk siklooksigenase yaitu COX-1 dan COX-2. Glukokortikoid menekan ekspresi COX-2 dan dengan demikian menekan pembentukkan prostaglandin yang diperantarai COX-2.

Penggolongan Kimia Analgesik, Antipiretik, dan Obat Antiradang Nonsteroid


Inhibitor COX Nonselektif Turunan asam salisilat aspirin, natrium salisilat, kolin magnesium trisalisilat, salsalat, diflunisal, sulfasalazin, olsalazin Turunan para-aminofenol asetamonifen Asam asetat indol dan inden indometasin, sulindak Asam asetat heteroaril tolmetin, diklofenak, ketorolak Asam arilpropionat ibuprofen, naproksen, flurbiprofen, ketoprofen, fenoprofen, oksaprozin Asam antranilat (fenamat) asam mefenamat, asam meklofenamat Asam enolat oksikam (piroksikam, meloksikam) Alkanon nabumeton Inhibitor COX-2 Selektif Furanon tersubstitusi diaril rofekoksib Pirazol tersubstitusi diaril selekoksib Asam asetat indol etodolak Sulfonanilid nimesulid

Efek Farmakodinamik
1. Efek analgesik 2. Efek antipiretik 3. Efek anti-inflamasi

Efek samping NSAID


Semua NSAID secara potensial umumnya bersifat toksik. Toksisitas NSAID umumnya dijumpai adalah efek sampingnya pada traktus gastrointestinal, terutama jika NSAID digunakan bersamaan obatobatan lain, alkohol, kebiasan merokok atau dalam keadaan stress. Efek samping lain yang mungkin dijumpai pada pengobatan NSAID antara lain adalah reakis hipersensetivitas, gangguan fungsi hati dan gijal serta penekanan sistem hematopoetik. Ada 2 macam efek samping utama yang ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran pencernaan (mual, muntah, diare, pendarahan lambung, dan dyspepsia) serta efek samping pada ginjal (penahanan garam dan cairan, dan hipertensi). Obat ini tidak disarankan untuk digunakan oleh wanita hamil, terutama pada trisemester ketiga. Efek samping ini tergantung pada jenis NSAID dan dosis yang digunakan.

Beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat NSAID yaitu :
Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik yang kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. NSAID menimbulkan iritasi yang bersifat lokal yang mengakibatkan terjadinya difusi kembali asam lambung ke dalam mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan. Dapat menyebabkan reaksi kulit seperti erupsi morbiliform yang ringan, reaksi-reaksi obat yang menetap, reaksi-reaksi fotosensitifitas, erupsi-erupsi vesikobulosa, serum sickness, dan eritroderma exofoliatif. Hampir semua NSAID dapat menyebabkan urtikaria terutama pada pasien yang sensitif dengan aspirin. Menurut studi oleh Akademi Dermatologi di Amerika pada tahun 1984, NSAID yang paling sedikit menimbulkan gangguan kulit adalah piroksikam, zomepirac, sulindak, natrium meklofenamat, dan benaxoprofen. Pada sistem syaraf pusat, NSAID dapat menyebabkan gangguan seperti, depresi, konvulsi, nyeri kepala, rasa lelah, halusinasi, reaksi depersonalisasi, kejang, dan sinkope.

ASAM SALISILAT
Berbagai turunan asam ini telah disintesis untuk penggunaan sistemik yang mencakup dua golongan besar yaitu ester asam salisilat yang diperoleh melalui substitusi pada gugus karboksilatnya dan ester salisilat berbagai asam organik

Hubungan Struktur - Aktivitas


Senyawa salisilat umumnya bekerja karena kandungan asam salisilatnya Substitusi pada gugus karboksil atau hidroksil mengubah potensi atau toksisitas senyawa salisilat. Suatu turunan diflourofenil, yaitu diflunisal, tersedia untuk penggunaan klinis.

Sifat Sifat Farmakologis


Analgesia Antipiresis Efek neurologis Pernapasan Keseimbangan asam-basa dan pola elektrolit Efek terhadap saluran cerna Efek terhadap hati dan ginjal Efek urikosurik Efek terhadap darah Efek Terhadap Proses Reumatik, Radang, dan Imunologis serta Terhadap Metabolisme Jaringan Kuat Efek metabolik Efek terhadap endokrin

Sifat Sifat Farmakologis


Salisilat dan kehamilan: menyebabkan penurunan bobot badan yang signifikan saat dilahirkan. Efek iritan lokal: Kerja keratolitik asam bebas ini untuk pengobatan lokal ( c/ kutil). Sel-sel jaringan membengkak, melembek, dan mengelupas.

Farmakokinetika dan metabolisme: Absorpsi. Absorpsi salisilat melalui difusi pasif terutama asam salisilat yang tidak terdisosiasi/ asam asetilsalisilat melintasi membran saluran cerna sehingga dipengaruhi pH lambung. Adanya makanan memperlambat absorpsi salisilat. Distribusi. Salisilat mengalami transpor aktif oleh suatu sistem kapasitas rendah yang dapat terjenuhkan ke luar dari CSS melintasi pleksus koroid. Biotransformasi dan Ekskresi. Terutama di retikulum endoplasma dan mitokondria hati. Salisilat di ekskresi dalam urin.

Penggunaan Terapeutik
Penggunaan sistemik Antipiresis Analgesia Atritis reumatoid Penggunaan lokal, penyakit radang usus.

Efek toksik salisilat


Sering menyebabkan intoksikasi / keracunan serius pada anak-anak dan kadang fatal. Natrium salisilat / aspirin 10-30 g menyebabkan kematian pada orang dewasa tapi jumlah yang jauh lebih banyak telah teringesti tanpa akibat yang fatal. 4 ml metil salisilat bisa fatal pada anak.

Hipersensitivitas aspirin atau intoleransi aspirin.


Penanganan terhadap respon tersebut tidak berbeda dengan yang biasa dilakuakn pada reaksi anafilaksis akut; epinefrin merupakan obat pilihan.

Gejala dan tanda-tanda. Intoksikasi salisilat kronis ringan = salisilisme. Berkembang penuh = sakit kepala, pusing, dll. Intoksikasi lebih parah = gangguan SSP yang lebih jelas ( kejang menyeluruh dan koma ), dll. Fenomena hemoragia kadang terlihat pada keracunan salisilat. Tanda toksisitas salisilat orang dewasa biasanya edema pulmonal nonkardiogenik, dll. Penanganan. Diarahkan pada bantuan kardiovaskuler dan pernapasan serta memperbaiki ketidaknormalan asam-basa serta penggunaan cara-cara untuk mempercepat ekskresi salisilat. Hemodialisis, cara paling efektif untuk menghilangkan salisilat dan untuk memperbaiki gangguan elektrolit dan asam-basa.

Diflunisal
Suatu turunan difluorofenil asam salisilat; tidak dikonversi jadi asam salisilat in vivo. Lebih kuat dari aspirin dalam uji antiradang, tampak merupakan inhibitor kompetitif siklooksigenase.

DERIVAT PARA AMINO FENOL


Derivat para amino fenol adalah FENASETIN dan PARASETAMOL Asetaminofen (parasetamol) merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893.Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Fenazetin tidak digunakan lagi dalam pengobatan karena penggunaannya dikaitkan dengan terjadinya analgesik nefropati,anemia hemolitik dan mungkin kanker kandung kemih.

FARMAKODINAMIK
Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang.Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat.Efek anti-inflamasinya sangat lemah,oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik Efek Samping Fenasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik,terutama pada pemakaian kronik.

Indometasin
Sifat Farmakologis Farmakokinetik dan Metabolisme Interaksi Obat - Indometasin tidak boleh digunakan bersamaan dengan obat antikoagulan oral - Pemberian bersamaan dengan probenesid akan meningkatkan konsentrasi indometasin total dalam plasma ditambah metabolit inaktifnyaPengobatan Terapeutik - Artritis reumatioid - Pirai Kontraindikasi Efek Toksik

Sulindak
Sulindak adalah Pro-drug yang erat kaitannya dengan indometasin. Sulindak dikembangkan dalam usaha untuk menemukan senyawa jenis indometasin yang kurang toksik tetapi efektif. Sifat Farmakologis Farmakokinetik dan Metabolisme Interaksi Obat Pengobatan Terapeutik Kontraindikasi Efek Toksik

Etodolak
Etodolak merupakan suatu inhibitor siklooksigenase dan mempunyai aktivitas antiradang. Etodolak merupakan inhibitor COX-2 selektif. Sifat Farmakologis Farmakokinetik dan Metabolisme Interaksi Obat Pengobatan Terapeutik Kontraindikasi Efek Toksik

SENYAWA FENAMAT
Gol. NSAID turunan asam N-fenilantranilat. Senyawa ini meliputi asam mefenamat, asam meklofenamat, asam flufenamat. Secara terapeutik, gol. obat ini tidak mempunyai keunggulan yg jelas dibanding NSAID lain. Sering menyebabkan efek samping diare. Senyawa analgesik asam mefenamat (PONSTEL) digunakan untuk meredakan nyeri akibat kondisi reumatik, cedera jaringan lunak, kondisi nyeri pada otot rangka, & dismenorea.

Sifat Farmakologis Sifat antiradang, antipiretik, dan analgesik kemampuannya menghambat siklooksigenase. Asam mefenamat merupakan satu-satunya fenamat yg menunjukan kerja pusat dan kerja perifer. Berbeda dengan NSAID lain, beberapa senyawa fenamat juga dapat mengantagonis efek prostaglandin tertentu. Sifat Farmakokinetik konsentrasi puncak dalam plasma: 0,5-2 jam setelah pemberian meklofenamat oral dosis tunggal & 2-4 jam utk asam mefenamat. Kedua obat mempunyai t1/2 dlm plasma yg mirip (2-4 jam). Sekitar 50% dosis as. Mefenamat diekskresi dlm urin, terutama sbg metabolit 3-hidroksimetil terkonjugasi & metabolit 3-karboksil serta konjugatnya. 20% obat ini ditemukan dlm feses, terutama sbg metabolit 3-karboksil yg tidak terkonjugasi.

Efek Toksik Sistem saluran cerna: dispepsia/rasa tdk nyaman pada saluran cerna atas. Diare parah disertai dengan steatorea & radang usus. Efek samping parah: Anemia hemolitik (tipe autoimun). Kontra Indikasi Pasien yg memiliki riwayat penyakit saluran cerna. Perhatian Jika tampak diare/ruam kulit, obat harus segera dihentikan. Waspada terhadap tanda-tanda anemia hemolitik

TOLMETIN, KETOROLAK, DAN DIKLOFENAK

Tolmetin dan ketorolak merupakan turunan asam asetat heteroaril dan Diklofenak merupakan turunan asam fenilasetat yang dikembangkan khusus sebagai obat anti radang.

Tolmetin
Tolmetin merupakan suatu obat anti radang, anakgesik, dan anti-piretik. Tolemetin dengan dosis yang dianjurkan memiliki efikasi yang kira-kira setara dengan aspirin sedang Sifat Farmakologis Tolmetin merupakan suatu obat anti radang, anakgesik, dan anti-piretik. Dapat menyebabkan Erosi lambung dan memperpanjang waktu pendarahan. Farmakokinetika dan Metabolisme Dapat diadsorpsi dengan cepat dan sempurna setelah pemberian oral Konsentrasi puncak 20-60 menit setelah pemberian oral Waktu paruh dalam plasma 5 jam Akumulasi obat dalam cairan sinovial 2-8 jam setelah pemberian dosis tunggal oral. setelah diadsorpsi, zat terikat dalam protein plasma. Dapat ditemukan kembali setelah 24 jam sebagian dalam bentuk tidak berubah tetapi kebanyakan terkonjugasi atau telah mengalami metabolisme. Perubahan metabolik utama melibatkan oksidasi gugus para-metil menjadi asam karboksilat.

Tolmetin
Penggunaan Terapeutik
Osteoartritis, artritis reumatoid, dan spondilitis, ankilosa. Tolmetin memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan aspirin pada dosis yang sama. Dosis maksimum yang dianjurkan 2g/hari.

Efek Toksik
Efek samping terjadi pada 25%-40% pasien. Efek samping biasanya terjadi pada saluran cerna, manifestasi utama berupa nyeri epigastrik, dispepsia, mual, dan muntah. Efek samping pada SSP seperti gugup, ansietas, insomnia, mengantuk, dan ganguan penglihatan, tidak separah yang disebabkan oleh indometasin. Terjadinya tinitus, ketulian, dan vertigo lebih kecil daripada dengan aspirin.

Ketorolak
Ketorolak merupakan analgesik kuat tetapi sebagai radang hanya memiliki efektifitas sedang. Obat ini merupakan salah satu dari beberapa NSAID yang diizinkan untuk penggunaan parenteral.

Sifat Farmakologis
Menghambat biosintesis prostaglandin. Memiliki aktivitas antipiretik, antiradang, dan analgesik. Memiliki aktivitas analgesik sistemik lebih beasar dibanding antiradang. Tidak disertai toleransi, efek putus obat, atau depresi pernapasan. Dapat diberikan secara topikal untuk mata. Menghambat agregasi platelet dan menyebabkan ulser lambung.

Efek Toksik
Terjadi dua kali lebih saring dibandingkan dengan plasebo. Efek samping antara lain mengantuk, pusing, sakit kepala, nyeri saluran cerna, dispepsia, dan mual, dan nyeri pada tempat injeksi.

Ketorolak
Penggunaan Terapeutik
Digunakan untuk nyeri pascaoperasi, sebagai pengganti senyawa opioid, dan diberikan secara intramuskular, intravena, atau oral. dosis lazim intra muskular 30-60mg, Intravena 15-30mg, dan dosis oral 530mg. Diindikasikan hanya untuk penanganan nyeri jangka pendek dan tidak boleh digunakan untuk nyeri ringan atau nyeri kronis.

Farmakokinetik dan Metabolisme


Diadsorpsi dengan baik secara oral maupun intramuskular. Mencapai konsentrasi puncak plasma dalam 30 -50 menit. Hampir seluruhnya terikat pada protein plasma. Waktu paruh 4-6 jam. Diekskresikan melalui urin sekitar 90% dengan sekitar 10 % dalam bentuk tidak berubah dan sisanya sebagai konjugat yang mengalami glukuronidasi.

Diklofenak
Diklofenak merupakan obat antiradang yang diizinkan untuk digunakan beberapa penggunaan di AS.

Sifat Farmakologis
Mempunyai aktivitas analgesik, antipiretik, dan antiradang. Merupakan inhibitor siklooksigenase dan potensisnya lebih besar daripada indometasin, naproksen, atau beberapa senyawa lainnya. Menurunkan konsentrasi intra sel arakidonat bebas dalam leukosit dengan mengubah pelepasan atau pengambilan asam lemak.

Farmakokinetik dan Metabolisme


Diadsorpsi dengan cepat dan sempurna pada pemberian oral Konsentrasi puncak 2-3 jam Adsorpsi melambat jika dibarengi dengan makanan tetapi adsorpsi tetap. Ada firstpass efect sehingga hanya 50% yang tersedia dalam sistemik. Zat 99% terikat pada protein plasma. Waktu paru 1-2 jam. Waktu terapeutik lebih lama dibandingkan waktu paruh dalam plasma. Dimetabolisme di hati oleh isozim sitokrom p450 subfamili CYP2C menjadi 4hidroksidiklofenak.

Diklofenak
Penggunaan Terapeutik Diizinkan untuk penanganan simtomatik jangka lama pada atritis reumatoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa. Dosis lazim harian 100-200mg diberikan dalam dosis terbagi. Digunakan juga untuk penanganan jangka pendek cedera otot rangka akut, bahu nyeri akut, nyeri pasca operasi, dan dismenorea. Efek Toksik Menimbulkan efek samping pada sekitar 20% pasien. Efek saluran cerna seperti perdarahan dan pembentukan ulser atau perforasi dinding usus telah teramati. Peningkatan aktivitas aminotransferase hati dalam plasma terjadi sekitar 15%. Peningkatan aminotransferase biasanya reversible. Dapat menimbulkan kerusakan hati yang parah hingga ditarik dari perdagangan. Selain itu mempengaruhi SSP, ruam kulit, reaksi alergi, retensi cairan dan edema, dan ganguan fungsi ginja. Tidak dianjurkan untuk anak-anak, ibu hamil dan menyusui.

Turunan asam propionat


Sifat farmakologis sifat farmakodinamik turunan-turunan asam propionat adalah sebagai inhibitor siklooksigenase yang efektif Interaksi obat interaksi obat yang merugikan yaitu disebabkan oleh drajat ikatannya yang tinggi terhadap albumin dan plasma.

Contoh turunan asam propionat


Ibuprofen - Farmakokinetika dan metabolisme :
- Ibuprofen diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian oral, - konsentrasi puncak dalam plasma teramati setelah 15 sampai 30 menit. - Waktu paruh dalam plasma sekitar 2jam - dieksresikan dalam urin sebagai metabolit atau konjugatnya Efek toksik - Efek samping yang umum yaitu, pada saluran cerna - Efek samping yang jarang yaitu, trombositopenia, ruam kulit, sakit kepala, pusing dan penglihatan kabur dll

*Tidak untuk ibu hamil dan menyususi

Naproksen - Farmakokinetik dan

metabolisme :

- kecepatan absorpsinya dipengaruhi oleh adanya makanan - absorbsi dapat dipercepat dengan natrium bikarbonat - diperlambat dengan dengan magnesium oksida dan alumunium hidroksida - konsentrasi dalam plasma terjadi dalam 2-4 jam - dieksresikan dalam urin sebagai glukuronid - efek toksik - efek samping pada saluran cerna - efek samping pada SSP - efek samping yang jarang terjadi pruritus dan berbagai masalah dermatologis.

Fenoprofen
- Farmakokinetik dan metabolisme - makanan dalam lambung memperlambat absoprsi dan menurunkan konsentrasi puncak dalam plasma. - dimetabolisme dan dieksresi hampir seluruhnya dalam urin - Efek toksik - efek samping yang sering terjadi : pada saluran cerna - efek samping yg jarang terjadi : pada SSP

Ketoprofen - Farmakokinetik dan

metabolisme

- makanan menurunkan laju absorpsi tetapi tidak mengurangi jumlah yang diabsorpsi. - konsentrasi maksimum dalam darah terjadi pada 1-2jam - terkonyugasi dengan asam glukuronat dalam hati, dan konjugat ini dieksresikan dalam urin - Efek toksik - efek samping pada saluran cerna, tetapi dapat berkurang jika menggunakan bersamaan dengan susu, makanan atau antasida. - dapat menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan konsentrasi kreatinin dalam plasma.

Flurbiprofen - konsentrasi puncak dalam plasma yaitu 1- 2 jam. - Dimetabolisme melalui hidroksilasi dan konjugat dihati. Oksaprozin - konsentrasi puncak dalam plasma tercapai dalam 3 sampai 6 jam. - dimetabolisme di hati dan terutama dieliminasi melalui eksresi urin.

Nama generik

Nama dagang

formulasi

Dosis lazim antiradang


400-800mg, 3-4x sehari 250-500mg, 2x sehari 300-600mg, 3-4x sehari 50-75mg, 3-4x sehari 50-75mg, 2-4x sehari 600-1200mg, sekali sehari

Ibuprofen

MOTRIN dll

Tablet

Naproksen

NAPROSYN dll

Tablet; suspensi

Fenoprofen

NALFON

tablet ; kapsul

Ketoprofen

ORUDIS

Kapsul

Flurbiprofen

ANSAID

Tablet

oksaprozin

DAYPRO

Tablet

Asam Enolat (Oksikam)


Piroksikam Golongan asam enolat yang memiliki aktivitas antiradang, analgesik, dan antipiretik. Kelebihannya : waktu paruhnya yang lama.

Piroksikam
Sifat Farmakologis
Memberikan efek analgesik dan antipiretik Dapat menyebabkan erosi lambung dan memperpanjang waktu perdarahan.

Farmakokinetika & Metabolisme


Diabsorbsi sempurna setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak dalam plasma terjadi dalam 2-4 jam. Setelah diabsorbsi, peroksikam banyak terikat pada protein plasma (99%). Kurang dari 5% obat ini akan dieksresi malalui urin dalam bentuk tidak berubah

Piroksikam
Penggunaan Terapeutik
Dosis lazim sehari 20 mg, kadang-kadang diberikan dalam dua dosis

Efek Toksik
Reaksi saluran cerna dan insidensi ulser lambung Dapat mengurangi sekresi litium melalui ginjal sampai jumlah yang signifikan secara klinis.

Meloksikam
Dosis:
Osteoartritis : 7,5 mg 1x sehari (ringan), 15 mg 1x sehari (parah) Artritis reumatoid 15 mg 1x sehari

Efek Samping
Terhadap saluran cerna, khususnya lambung

Nabumeton
Dosis : 1000mg 1x sehari Sifat Farmakologis
Analgesik dan antipiretik Inhibitor siklooksigenase in vitro yang lemah.

Farmakokinetika dan Metabolisme


Diabsorbsi dengan cepat dan diubah dihati menjadi satu atau lebih metabolit aktif

Nabumeton
Efek Toksik :
Keluhan usus bagian bawah Ruam kulit Sakit kepala Pusing Nyeri ulu hati Tinitus Pruritus

Turunan Pirazolon
Contoh : fenilbutazon, oksifenbutazon, antipirin (analgesik tetes telinga), aminopirin, dan dipiron. Efek Samping :
Kecenderungan menyebabkan agranulositosis ireversibel

Furanon tersubstitusi diaril : Rofecoxib


@ Dikenalkan pada tahun 1999 @ Rofekoksib adalah derivat furan yang selektif terhadap COX-2, mempunyai efek anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik. @ Interaksi rofekoksib sama dengan selekoksib @ Penggunaan terapi: pengobatan sistomatik pada perangsangan yang disebabkan oleh penyakit sendi degeneratif

@ Farmakodinamik: mekanisme kerja dan efek: > terutama penghambatan siklooksigenase 2 (COX-2) kuosien > efeknya bergantung pada dosis

@ Efek samping: infeksi saluran pernafsan bagian atas, diare, dan nyeri kepala

Interaksi Rofekoksib (Rofecoxib)


Metotreksat : peningkatan kadar plasma metotreksat. Rifampisin : penurunan kadar plasma rofekoksib 50%, bisa juga menjadi tidak efektif. Simetidin : peningkatan kadar plasma rofekoksib. Antasid : penurunan kadar plasma rofekoksib 20%.

PIRAZOL TERSUBSITUSI DIARIL


Satu-satunya anggota golongan ini yang tersedia saat ini adalah selekoksib (CELEBREX). Obat ini merupakan salah satu inhibitor COX-2 selektif dan diizinkan untuk dipasarkan di Amerika Serikat pada tahun 1998.

Farmakokinetik dan Metabolisme

Laju absorpsi sedang setelah pemberian oral, dengan kadar plasma puncak terjadi setelah 2 sampai 4 jam; tingkat absorpsi tidak diketahui. Selekoksib secara ekstensif terikat pada protein plasma. Sedikit obat ini dieksresi dalam bentuk tidak berubah; sebagian besar diekskresi sebagai metabolit asam karboksilat dan glukuronid dalam urin dan feses. Waktu paruh eliminasi sekitar 11 jam, konsentrasi plasma lebih rendah pada pasien insufisiensi ginjal; pada pasien ini terjadi peningkatan bersihan apparent sebesar 47 %. Konsentrasi plasma meningkat sekitar 40% sampai 180%, masing-masing pada pasien dengan gangguan hati ringan sampai sedang. Interaksi yang signifikan terjadi dengan flukonazol dan litium tetapi tidak dengan ketokonazol atau metotreksat. Selekoksib dimetabolisme oleh CYP2C9, sehingga diperlukan kewaspadaan klinis selama pemberian bersamaan dengan substrat atau inhibitor lain enzim ini.

Sifat Farmakologis, Efek Toksik, dan Penggunaan Terapeutik


Sifat farmakologis dan efek toksik selekoksib pada dasarnya sama seperti rofekoksib. Selekoksib diizinkan di Amerika Serikat untuk penanganan osteoartritis dan artritis reumatoid. Dosis yang dianjurkan untuk penanganan osteoartritis adalah 200 mg per hari sebagai dosis tunggal atau dua dosis 100 mg. Pada penanganan artritis reumatoid, dosis yang dianjurkan 100 sampai 200 mg dua kali sehari.

Obat NSAID lain


Opazon Nimesulid

Mekanisme: inhibitor siklooksigenase yang lemah menghambat migrasi neutrofil, degranulasi, dan pembentukan superoksida Indikasi: artritis reumatoid, osteoartritis, dan pirai.

Antiradang, analgesik, antipiretik Mekanisme: menghambat siklooksigenase, hambat aktivasi neutrofil, dan sebagai antioksidan Efek samping ada saluran cerna sangat rendah,karena merupakan inhibitor COX-2 yang selektif in vivo

Efek samping: mual nyeri, epigastrik, dispepsia dan ruam kulit pada 3 % pasien, efek SSP (sakit kepala, vertigo) jarang terjadi
Kurang aktif, tapi bisa untuk pencegahan

Aurotioglukosa, Emas Natrium Tiomalat, dan Auranofin

HANYA diberikan pada pasien yang dengan penyakit yang berkembang yang tidak teredakan secara memuaskan setelah terapi dengan NSAID
Dapat menekan atau mencegah, tetapi tidak menyembuhkan, artritis dan sinovitis Mekanisme umum: menghambat pematangan dan fungsi fagosit mononuklear dan sel T Toksisitas tinggi
Ginjal: proteinuria Darah: diskrasia darah dan trombositopenia

Aurotioglukosa dan Emas Natrium Tiomalat

Auranofin

Lebih hidrofobik yang diabsorpsi lebih Lebih larut air cepat setelah pemeberian oral (sampai Absorpsi cepat melalui IM jumlahnya sekitar 25%) konsentrasi puncak dalam darah Konsentrasi emas dalam plasma pada pada 2-6 jam keadaan tunak sebanding dengan dosis Waktu paruh dalam plasma sekitar 7 yang diberikan dan tercapai setelah 8 hari untuk dosis 50 mg. Dengan sampai 12 minggu penanganan dosis berulang, waktu paruh Peneliti hewan menunjukkan bahwa bertambah lama auranofin terikat pada jaringan dalam Eksresi : 60 - 90% melalui ginjal jumlah yang lebih sedikit daripada emas dan 10% - 40% dalam feses. natrium tiomalat Setelah pengobatan dihentikan, waktu paruh emas dalam tubuh sekitar 80 hari Auranofin dieksresikan dalam feses.

Penggunaan terapeutik Auritioglukosa Penggunaan terapeutik Auranofin dan Emas Natrium Tiomalat Untuk terapi oral artritis reumatoid aktif,
Dosis lazim 10 mg auritioglukosa (SOLGANAL) atau emas natrium tiomalat, pada minggu pertama sebagai dosis uji, diikuti dengan 25 mg pada minggu kedua dan ketiga. Setelah itu, 25-50 mg (emas natrium tiomalat) atau 50 mg (aurotioglukosa) diberikan dengan interval satu minggu sampai tercapai dosis kumulatif 1 g. Respon yang menggembirakan bisa saja tidak muncul selama berbulan-bulan. Jika terjadi peredaan, pengobatan diteruskan, tetapi dosisnya dikurangi atau interval dosis ditingkatkan. dosis harian sebesar 3-6 mg auranofin (RIDAURA), diberikan dalam satu atau dua bagian; beberapa pasien mungkin memerlukan 9 mg per hari dalam tiga dosis terbagi. Dosis yang lebih tinggi tidak boleh diberikan sebelum dosis yang lebih rendah telah diberikan selama 6 bulan, dan tepai harus dihentikan setelah perpanjangan 3 bulan jika respon tidak memadai

Kontraindikasi
Pasien penyakit ginjal, gangguan fungsi hati, atau riwayat infeksi hepatitis, atau gangguan hemetologisuritis perifer, hepatitis, perembesan paru-paru, dan krisis nitroid (vasomotor) Selama hamil atau menyusui Pasien yang baru menjalani radiasi tidak boleh menggunakan emas karena kerja depresannya pada jaringan hematopoetik

Daftar Pustaka
Hardman, Joel G., Lee E. Limbird. 2012. Goodman & Gilman: Dasar Farmakologi Terapi Edisi 10. Jakarta: EGC. Schmitz, Gery dkk. 2008. Farmakologi dan Toksikologi Edisi 3. Jakarta : EGC

You might also like