You are on page 1of 2

KONVERSI HUTAN MANGGIS MENJADI KEBUN MANGGIS1 Oleh : Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika Manggis adalah salah satu

buah tropika terbaik dari Indonesia. Permintaan pasar global terhadap manggis terus meningkat sehingga mulai tahun 2002 manggis menempati urutan pertama dalam ekspor buah nasional. Saat ini, buah manggis yang diekspor hanya sebesar 25% dari total produksi. Hal ini karena manggis diproduksi di hutan manggis yang tidak dikelola sehingga produktivitas dan kualitas buah yang dihasilkannya rendah. Kabupaten Bogor merupakan salah satu dari 6 daerah sentra produksi manggis terbesar di Jawa Barat dengan luas areal 133 hektar dan produksi 625,6 ton/tahun. Di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor sebagai penyangga Jakarta terdapat tanaman manggis dengan populasi 10.000 pohon dengan umur rata-rata lebih dari 20 tahun. Namun dalam lima tahun terakhir ini, produktivitas manggis menurun dan buah yang diproduksi sangat sedikit yang memenuhi kualitas ekspor. Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika Institut Pertanian Bogor (PKBT - IPB) berperan untuk membina dalam penerapan teknik budidaya dan pembentukan kelembagaan kelompok tani untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas buah manggis. Kegiatan diawali pada tahun 2000 melalui kegiatan percontohan teknologi budidaya melalui demonstrasi area serta temu usaha pedagang manggis dan pelatihan budidaya manggis bagi petani dan petugas yang dilaksanakan oleh kerjasama antara Direktorat Tanaman Buah dan IPB. Produktivitas per pohon sebelum dilaksanakan kegiatan ini berkisar antara 50-100 kg dan setelah adanya kegiatan ini secara bertahap dapat mencapai 150 kg pada tahun pertama dan pada tahun-tahun berikutnya diprediksikan dapat mencapai 200 kg. Pada tahun 2001, PKBT memprakarsai dan memfasilitasi pembentukan kelompok tani manggis. Dari kegiatan ini pada tanggal 27 Februari 2001 terbentuklah kelompok tani manggis Karya Mekar yang bertempat di Kampung Cengal, Desa Karacak, Kec. Leuwiliang Kabupaten Bogor dengan anggota 33 orang. Dalam memberdayakan kelompok tani ini, PKBT melakukan pembinaan mengenai pengelolaan tanaman manggis melalui penerapan teknik budidaya, penyusunan proposal untuk mencari sumber permodalan alternatif, pembinaan manajemen kelembagaan, dll. Sebagai tindak lanjut dan pengembangan dari kegiatan tahun 2000 dan 2001, maka mulai tahun 2002, PKBT secara perlahan mulai melakukan pembinaan kepada petani untuk melakukan pertanian konservasi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan daya dukung dan pengelolaan lahan pertanaman manggis. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengaturan jarak tanam melalui penjarangan tanaman, rawat gawangan dan
1

Bahan Presentasi dan Diskusi Kunjungan dengan Lemelson Foundation Tanggal 31 Maret 2004

pembuatan terasering, pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian hama dan penyakit. Dengan kegiatan ini, maka secara perlahan akan terjadi perubahan (konversi) dari hutan manggis menjadi kebun manggis sehingga pada akhirnya diperoleh kebun percontohan manggis yang terpadu. Hingga tahun 2003 telah dilakukan pembuatan terasering pada 500 tanaman manggis yang melibatkan sekitar 40 orang petani. Kegiatan ini terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman manggis dan meningkatkan kualitas buah yang diproduksi. Pada tahun 2004 direncanakan akan dilakukan pembuatan teras untuk 1000 pohon manggis. Kegiatan pengelolaan lahan yang dilakukan secara baik dan benar akan memperbaiki perakaran manggis yang ada. Jika perakaran manggis tumbuh dan berkembang dengan baik, maka penyerapan hara pada manggis akan semakin baik pula. Selain itu, PKBT juga melakukan pemberian ternak domba secara bergulir. Pemberian ternak domba ini memiliki dua tujuan, yaitu : (1) Sebagai pendapatan alternatif petani dan (2) kotorannya dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik pengganti pupuk anorganik. Domba yang diberikan adalah domba Garut yang berjumlah 64 ekor (7 Jantan dan 57 Betina) dan telah diberikan kepada kepada 31 orang anggota kelompok tani. Saat ini jumlah tersebut telah berkembang menjadi dua kali lipat yaitu 67 ekor domba (35 Jantan dan 32 Betina). Perguliran domba dari anggota kelompok tani dilakukan setiap pertengahan tahun. Saat ini pembinaan yang dilakukan terhadap kelompok tani tidak terlepas dari dinamika persoalan yang dihadapi di lapangan secara langsung. Kebutuhan harian yang mendesak menyebabkan petani terjebak di dalam sistem ijon dimana para petani meminjamkan uang langsung ke pengijon dan dibayar melalui hasil panen dengan harga yang rendah. Dalam pembinaan petani saat ini kebutuhan usaha tani untuk produksi dan pemasarannya merupakan persoalan yang mendasar. Hasil interaksi dan identifikasi pembina selama ini menunjukkan bahwa petani memprioritaskan kebutuhan hidupnya melalui usaha pengijonan hasil tanaman manggisnya ke tengkulak yang meminjamkan uang. Hal ini memang tidak bisa dipungkiri mengingat untuk menunggu masa panen tanaman manggisnya cukup lama sehingga terjebak terus di dalam sistem pengijonan. Dalam pemberdayaan kelompok kepastian pasar dan harga sangat penting serta proses pemutusan rantai pemasaran dari tigkat petani sampai pedagang pengumpul. Saat ini PKBT berupaya untuk create-pasar yang tepat bagi petani seiring dengan upaya petani memproduksi buah yang berkualitas. Salah satu upaya yang dilakukan PKBT adalah melalui menciptakan dan memfasilitasi akses bagi petani ke lembaga permodalan dan pemasaran (eksportir pengusaha buah). Diharapkan dengan kegiatan ini dalam jangka panjang akan dapat : meningkatan taraf hidup petani melalui peningkatan produktifitas dan kualitas hasil, posisi tawar, dan diversifikasi usaha; tata niaga menjadi efesiensi; meningkatkan dayasaing manggis di pasar bebas; dan perbaikan kualitas / daya dukung lingkungan.

You might also like