You are on page 1of 10

A.

Ascaris lumbricoides

Morfologi Telur Ascaris lumbricoides berbentuk oval melebar dengan ukuran 60-70 x 30-50 mikron. Bila baru dikeluarkan tidak infektif dan berisi satu sel tunggal. Sel ini dikelilingi oleh suatu membran (lapisan) vitelin yang tipis untuk meningkatkan daya tahan telur cacing tersebut terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga dapat bertahan hidup sampai satu tahun Gejala Menyebabkan Sindrom Loeffler (demam, sesak nafas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu.) Stadium Dewasa (pada usus : tidak nafsu makan, muntah muntah, diare, konstipasi, dan mual) (pada empedu : menyebabkan kolik atau ikterus) Penularan Penularan pada parasit "Ascaris lumbricoides" dimulai dari cacing dewasa yang bertelur dalam usus halus dan telurnya keluar melalui tinja lewat anus (1), sehingga tahap ini disebut juga dengan fase diagnosis, dimana telurnya mudah ditemukan. Kemudian telur yang keluar bersama tinja akan berkembang di tanah tempat tinja tadi dikeluarkan (2) dan mengalami pematangan (3). Selanjutnya setelah telur matang disebut fase infektif, yaitu tahap dimana telur mudah tertelan (4). Telur yang tertelan akan menetas di usus halus (5). Setelah menetas, larva akan berpindah ke dinding usus halus

dan dibawa oleh pembuluh getah bening serta aliran darah ke paru-paru (6). Di dalam paru-paru, larva masuk ke dalam kantung udara (alveoli), naik ke saluran pernafasan dan akhirnya tertelan (7). Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Pengobatan 1) Pengobatan tradisional Beberapa hasil studi terbaru dalam literature medis yang mengusulkan benihsemangka dan papaya yang dijemur dibawah terik matahari dapat mengurangi infeksi cacing. Pada orang dewasa diberikan dosis satu sendok makan benih yang dicampur dengan gula dalam satu gelas air satu kali seminggu selama dua minggu. 2) Pengobatan dengan farmasi Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pirantel pamoat, mebendazol, albendazol, piperasin. 1. Pyrantel pamoate (Antiminth, Pin-Rid, Pin-X), menyebabkan kelumpuhan, kejang pada cacing. Dengan dosis 10 mg/kgBB dan tidak melebihi 1 g. 2. Albendazole, menyebabkan penghabisan energi, penghentian, dan akhirnya kematian pada cacing. Dosis 400 mg. dan tidak diberikan pada wanita hamil dan anak-anak dibawah 2 tahun. 3. Levamisol. Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis tunggal 150 mg.

B. E. vermicularis Morfologi Ukuran telur E. vermicularis yaitu 50-60 mikron x 20-30 mikron (rata-rata 55 x 26 mikron). Telur berbentuk asimetris, tidak berwarna, mempunyai dinding yang tembus sinar dan salah satu sisinya datar. Telur ini mempunyai kulit yang terdiri dari dua lapis yaitu : lapisan luar berupa lapisan albuminous, translucent, bersifat mechanical protection. Di dalam telur terdapat bentuk larvanya. Seekor cacing betina memproduksi telur sebanyak 11.000 butir setiap harinya selama 2 samapi 3 minggu, sesudah itu cacing betina akan mati.

Penularan Cara penularan Enterobius vermicularis dapat melalui tiga jalan : 1. Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infection) atau pada orang lain sesudah memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya alas tempat tidur atau pakaian dalam penderita. 2. Melalui pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur yang infektif. 3. Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderita sendiri, oleh karena larva yang menetas di daerah perianal mengadakan migrasi kembali ke usus penderita dan tumbuh menjadi cacing dewasa. Gejala klinis 1. Rasa gatal hebat di sekitar anus 2. Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu) 3. Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya disana) 4. Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada infeksi yang berat) 5. Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam vagina) 6. Kulit di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau terjadi infeksi (akibat penggarukan). Pengobatan 1. Perawatan umum a. Pengobatan sebaiknya dilakukan juga terhadap keluarga serumah atau yang sering berhubungan dengan pasien. b. Kesehatan peribadi perlu diperhatikan terutama kuku jari-jari dan pakaian tidur.

c. Toilet sebaiknya dibersihkan dan disiram dengan desinfektan bila mungkin setiap hari.

2. Pengobatan spesifik a. Mebendazol. Diberikan dosis tunggal 500 mg, diulang setelah 2 minggu b. Albendazol. Diberikan dosis tunggal 400 mg, diulang setelah 2 minggu. c. Piperazin sitrat. Diberikan dengan dosis 2 x 1 g/hari selama 7 hari berturut-turut dapat diulang dengan interval 7 hari. d. Pirvium pamoat. Obat ini diberikan dengan dosis 5 mg/kgBB (maksimal 0,25 mg) dan diulangi 2 minggu kemudian. Obat ini dapat menyebabkan rasa mual, muntah, dan warna tinja menjadi merah. Bersamam mebendazol efektif terhadap semua stadium perkembangan cacing kremi. e. Pirantel pamoat. Diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB sebagai dosis tunggal dan maksimum 1 g.

Trichuris trichiura (cacing cambuk) Mofologi

Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih.

Penularan

. Cara infeksi langsung bila secara kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus distal dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum. Jadi cacing tidak mempunyai siklus paru. Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina meletakkan telur kira-kira 30-90 hari.

Gejala klinis
Infeksi ringan tidak menyebabkan gejala klinis ynag khas. Pada infeksi berat dan menahun menyebabkan disentri, prolapsus rekti, apendisitis, anemia berat, mual, muntah.

Pengobatan 1. Perawatan umum Higiene pasien diperbaiki dan diberikan diet tinggi kalori, sedangkan anemia dapat diatasi dengan pemberian prefarat besi.

2. Pengobatan spesifik Bila keadaan ringan dan tak menimbulkan gejala, penyakit ini tidak diobati. Tetapi bila menimbulkan gejala, dapat diberikan obat-obat: 1) Diltiasiamin jodida, diberikan dengan dosis 10-15 mg/kgBB per hari selama 3-5 hari 2) Stibazium yodida. Diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB per hari, 2 x sehari, selama 3 hari dan bila diperlukan dapat diberikan dalam waktu yang lebih lama. Efek samping obat ini adalah rasa mual, nyeri pada perut, dan warna tinja menjadi merah. 3) Heksiresorsinol 0,2%, dapat diberikan 500 ml dalam bentuk enema, dalam waktu 1 jam. 4) Mebendazol. Diberikan dengan dosis 100 mg, 2 x sehari selama 3 hari, atau dosis tunggal 600 mg

C. Hymenolepis nana
HOSPES Manusia, tikus MORFOLOGI Dewasa : - Panjang badan dapat mencapai 25 40 mm, lebar badan 1 mm. - Terbagi atas kepala (skolek), leher dan proglotid-proglotid. - Skolek memiliki 4 batil isap dengan rostelum yang memiliki kait. - Proglotid terdiri atas proglotid immature mature dan gravid, kurang lebih 200 segmen. Telur : - Bentuk bulat lonjong. - Ukuran 30 x 47 mikron - Dinding telur tipis, pada kutub-kutub menebal. - Keluar 4 8 filamen dari kutub-kutubnya. - Berisi embrio heksakan (embrio dengan 3 pasang kait).

PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS Parasit ini umumnya tidak menimbulkan gejala. Jumlah cacing dalam jumlah besar pada mukosa usus akan dapat menyebabkan iritasi mukosa usus. Kelainan yang timbul adalah toksemia umum karena penyerapan sisa metabolit dari cacing yang masuk peredaran darah. Pada anak kecil dengan infeksi berat, dapat menimbulkan keluhan pada organ saraf, sakit perut yang dapat diikuti atau tanpa diare, kejang-kejang, sukar tidur dan pusing.

D. Taenia Saginata Morfologi Taenia saginata Taenia saginata biasanya memiliki panjang 4 m sampai 10 m, tapi bisa menjadi sangat besar, lebih dari 12 m panjang dalam beberapa situasi. Tubuh adalah keputihan dalam warna, dibagi ke dalam scolex anterior, diikuti dengan leher yang pendek dan tubuh yang sangat tepat disebut strobila diperpanjang. Penularan Taenia saginata memiliki dua host yang menginfeksi yaitu: host definitif dan hospes perantara: 1. Host Definitif: Host definitive adalah pada manusia. Cacing dewasa menghabiskan sebagian besar waktu dalam usus kecil manusia. Para scolex terhubung ke lapisan epitel usus dan karena luas

permukaan kecil itu menghubungkan ke, respon yang sangat imunologi terjadi dalam tubuh untuk kehadiran cacing pita itu. Taenia saginata akan menghasilkan banyak telur yang akan mengangkut, melalui kotoran manusia dan diteruskan ke host menengah.

2. Host Perantara: Sapi bertindak sebagai hospes perantara dalam reproduksi siklus hidup ketika telur melewati kotoran host definitif terinfeksi dicerna oleh sapi. Enzim pencernaan akan memecah kulit telur tebal dan memungkinkan untuk membentuk zigot. Mereka zigot kemudian menembus lapisan lendir dan memasuki sirkulasi bovid tersebut. Di sinilah tahap larva muda dari T. saginata

membentuk kista berisi kacang polong, cairan, juga dikenal sebagai "Cysticercus" dan kista ini tampaknya membentuk huruf s dalam otot dan kadang-kadang terlihat pada organ tertentu seperti paru-paru dan hati.

Gejala Penyakit Taeniasis saginata Penyakit ini sering asimtomatik. Taeniasis Taenia saginata disebabkan oleh lebih terlihat dari taeniasis disebabkan oleh Taenia solium (Taenia solium adalah meskipun secara keseluruhan lebih berbahaya karena resiko sistiserkosis). Infeksi Taenia saginata berat dapat menyebabkan beberapa gejala berikut: 1. reaksi alergi 2. kronis pencernaan 3. sembelit 4. diare 5. pusing 6. sakit kepala 7. kehilangan nafsu makan 8. mual 9. obstruksi usus 10. sakit perut 11. penurunan berat badan.

Proglottids Migrasi dapat menyebabkan: 1. radang usus buntu) 2. radang saluran empedu) 3. kejutan menyenangkan jika dilihat dalam tinja.

Pengobatan Ada dua jenis obat yang digunakan untuk mengobati individu yang terinfeksi dengan cacing pita sapi. 1. Niclosamide. Obat ini adalah inhibitor fosforilasi oksidatif nonabsorbable. Ini bertindak untuk membunuh bagian anterior yang menghubungkan pada lapisan epitel dalam usus, termasuk scolex tersebut. Ini kemudian akan memungkinkan cacing pita untuk diteruskan keluar seluruhnya melalui kotoran. Ini adalah pilihan obat dengan infeksi parasit karena tingkat menyembuhkan berada pada 95% tinggi. 2. Praziquantel. Ini adalah obat sintetis yang berasal dari isoquinoline-pyrazine. Ini adalah obat Ini bukan

sebanding dengan Niclosamide, karena hampir sama-sama efektif dan cukup beracun.

sebagai efek meskipun karena scolex tidak selalu hancur. Ini berarti bahwa cacing baru bisa tumbuh kembali dari scolex terhubung. Pasien yang menggunakan pengobatan ini harus diawasi selama

sebulan dua kemudian untuk memastikan bahwa proglottids cacing pita tidak mulai muncul lagi di kotoran mereka.

Morfologi dan daur hidup Taenia solium berukuran 2-4 meter dan kadang-kadang sampai 8 meter. Cacing ini seperti cacing taenia saginata, terdiri dari skoleks, leher, dan strobila, ynag terdiri atas 800-1000 ruas proglotid.

E. Taenia solium Morfologi dan daur hidup Taenia solium berukuran 2-4 meter dan kadang-kadang sampai 8 meter. Cacing ini seperti cacing taenia saginata, terdiri dari skoleks, leher, dan strobila, ynag terdiri atas 800-1000 ruas proglotid.

Patologi dan gejala klinis Cacing dewasa yang berjumlah seekor, tidak menyebabkan gejala klinis yang berarti. Bila ada, dapat berupa nyeri ulu hati, mencret, mual, obstipasi dan sakit kepala. Darah tepi dapat menunjukkan eosinofilia. Pengobatan taeniasis Penderita Taeniasis diobati (secara massal) dengan Praziquantel, Dosis 100 mg / kg, dosis tunggal. Cara pemberian obat praziquantel adalah sebagai berikut: 1) Satu hari sebelum pemberian obat cacing, penderita dianjurkan untuk makan makanan yang lunak tanpa minyak dan serat. 2) Malam harinya setelah makan malam penderita menjalani puasa 3) Keesok harinya dalam keadaan perut kosong penderita diberi obat cacing. Dua sampai dua setengah jam kemudian diberikan garam Inggris ( MgS O4 ), 30 gram untuk dewasa dan 15 gram atau 7,5 gram untuk anak anak, sesuai dengan umur, yang dilarutkan dalam sirop ( pemberian sekaligus ). Penderita tidak boleh makan sampai buang air besar yang pertama. Setelah buang air besar , penderita diberi makan bubur,

4) Sebagian kecil tinja dari buang air besar pertama dikumpulkan dalam botol yang berisi formalin 5-10 % untuk pemeriksaan telur Taenia sp. Tinja dari buang air besar pertama dan berikutnya selama 24 jam ditampung dalam baskom plastik dan disiram dengan air panas/ mendidih supaya cacingnya relaks. Kemudian diayak dan disaring untuk mendapatkan proglotid dan skoleks Taenia sp. 5) Proglotid dan skoleks dikumpulkan dan disimpan dalam botol yang berisi alkohol 70 % untuk pemeriksaan morfologi yang sangat penting dalam identifikasi spesies cacing pita tersebut 6) Pengobatan taeniasis dinyatakan berhasil bila skoleks taenia sp. Dapat ditemukan utuh bersama proglotid.

You might also like