You are on page 1of 26

1

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Persalinan Normal 2.1.1. Pengertian Persalinan Normal

Proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Sarwono Prawirohardjo, 2002). Persalinan yang dimulai secara spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 42 minggu setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi baik (WHO). 2.1.2. Faktor faktor Penyebab Persalinan

Faktor Hormonal Satu sampai dua minggu sebalum persalinan terjadi perubahan hormone estrogen dan progesterone. Dimana progesterone bekerja sebagai relaksasi otot polos. Sehingga aliran darah berkurang dan hal ini menyebabkan atau merangsang pengeluaran prostaglandin serta merangsang dilepaskannya oksitosin. Hal ini juga merangsang kontraksi uterus. Faktor struktur uterus atau rahim membesar dan menekan, menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi otot plasenta yang berakibat degenerasi.

Faktor syaraf Karena pembesaran janin dan masuknya janin panggul maka akan menekan dan menggesek ganglion servikalis yang akan merangsang timbulnya kontraksi uterus.

Faktor kekuatan plasenta Plasenta yang mengalami degenerasi akan mengakibatkan penurunan produk hormone progesterone dan estrogen.

Faktor nutrisi Suplai nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan dikeluarkan. Faktor partus

Partus sengaja ditimbulkan oleh penolong dengan menggunakan oksitosin, amniotomo gagang laminaria (prawiroharjo, 1997). 2.1.3. Penyebab Timbulnya persalinan

Sedangkan penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti atau jelas. Terdapat beberapa teori antara lain: 1. Penurunan kadar progesterone: Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen

meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progestreon dan estrogen didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his. 2. Teori oksitosin: Pada akhir kehamilan kadar oksitoksin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim. 3. Ketegangan otot-otot Seperti halnya dengan kandung kemih dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan maka teregang oto-otot rahim makin rentan. 4. Pengaruh janin Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada anensepalus kehamilan sering lebih lama dari biasa. 5. Teori prostaglandin Prostaglandin yang dihasilkan desidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahawa prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara itravena, intra dan ekstra aminal menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan. 2.1.4. Lima Faktor P Utama pada Proses persalinan

Terdapat lima faktor P yang mempengaruhi proses persalinan:


2

1. Power His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu. Ibu melakukan kontraksi infolunter dan folunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. 2. Passage Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina, dan itroitus (lubang luar vagina) janin harus dapat menyesuaikan diri dengan jalan lahir tersebut. 3. Passenger Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor), (faktor2 P lainnya : psychology, physician, position). Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor P tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. 4. Psikologikal respon Penampilan dan perilaku wanita serta pasangannya secara keseluruhan merupakan petunjuk yang berharga tentang jenis dukungan yang diperlukan oleh ibu. 5. Penolong 2.1.5. Tanda dan Gejala persalinan

Gejala persalinan sebagai berikut : 1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. 2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir bercampur darah. 3. Dapat disertai ketuban pecah. 4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks : Perlukaan cervix Pendataran cervix Pembukaan cervix 2.2. Kala Dua Persalinan 2.2.1. Pengertian Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan servik sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
3

Pada kala dua, kemajuan persalinan ditentukan berdasarkan derajat desensus. Pada saat bagian terendah janin berada setinggi spina ischiadica maka dikatakan penurunan pada station 0. Menurut mochtar (1994), pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, interval 2-3 menit dengan durasi 50 sampai 100 detik. Pada akhir kala I ketuban akan pecah disertai pengeluaran cairan mendada, kepala janin turun masuk ruang panggul, sehingga terjadi tekanan pada otot dasar panggul yang akan menimbulkan keinginan untuk mengejan. Oleh karena tertekannya fleksus Franken Hauser, ibu merasa seperti ingin buang air besar karena adanya tekanan pada rektum. Pada primigravida, umumnya kala dua berlangsung selama 120 menit dan pada multigravida 60 menit. 2.2.2. Gejala dan Tanda Kala Dua Persalinan - Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. - Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau vaginanya - Perineum menonjol - Vulva vagina dan spinkter ani membuka - Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah - Kepala telah turun didasar panggul - Ibu merasa ingin buang air besar 2.2.3. Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) - Pembukaan serviks telah lengkap - Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina 2.2.4. Persiapan penolong persalinan Salah satu persiapan penting bagi penolong adalah memastikan penerapan prinsip dan praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan, termasuk mencuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung pribadi. Sarung Tangan Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus selalu dipakai selama melakukan periksa dalam, membantu kelahiran, episiotomi, penjahitan
4

yang hasilnya adalah:

laserasi dan asuhan segera bagi bayi baru lahir. Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus menjadi bagian dan perlengkapan untuk menolong persalinan ( Partus Set ) dan prosedur penjahitan ( Suturing atau Heckting set ). Sarung tangan harus diganti apabila terkontaminasi, robek atau bocor. Perlengkapan Pelindung Pribadi Pelindung pribadi merupakan penghalang atau barier antara penolong dengan bahan-bahan yang berpotensi untuk menularkan penyakit. Oleh sebab itu, penolong persalinan harus memakai celemek yang bersih dan penutup kepala atau ikat rambut pada saat menolong persalinan. Juga gunakan masker penutup mulut dan pelindung mata ( kaca mata) yang bersih dan nyaman. Kenakan semua perlengkapan pelindung pribadi selama membantu kelahiran bayi dan plasenta serta saat melakukan penjahitan laserasi atau luka episiotomi. 2.2.5. Persiapan Ibu dan Keluarga Asuhan Sayang Ibu o Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua, dan kerabat yang disukai sangat diperlukan dalam menjalani proses persalinan. o Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman, teman bicara, dan memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan melahirkan bayinya. o Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau kelahiran bayi kepada mereka. o Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala dua persalinan, lakukan bimbingan dan tawarkan bantuan jika diperlukan. o Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran. o Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran, jangan anjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan nafas. Anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi. o Anjurkan ibu untuk minum selama kala dua persalinan.
5

o Berikan rasa aman dan semangat serta tentramkan hatinya selama persalinan berlangsung. Dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan tegang, membantu proses persalinan dan kelahiran bayi. Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap kali penolong akan melakukannya, jawab setiap kali pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan (misalnya tekanan darah, denyut jantung janin, periksa dalam). Membersihkan perineum ibu Praktik terbaik pencegahan infeksi pada kala dua persalinan diantaranya adalah melakukan pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang (DTT). Gunakan gulungan kapas atau kasa yang bersih, bersihkan mulai dari bagian atas ke bawah ( dari bagian anterior vulva ke arah rektum ) untuk mencegah kontaminasi tinja. Letakan kain bersih dibawah bokong saat ibu meneran. Sediakan kain bersih cadangan di dekatnya. Jika keluar tinja saat ibu meneran, jelaskan bahwa hal itu biasa terjadi. Bersihkan tinja tersebut dengan kain alas bokong atau tangan yang sedang menggunakan sarung tangan. Ganti alas bokong dan sarung tangan DTT. Jika tidak ada cukup waktu untuk membersihkan tinja karena bayi akan segera lahir maka sisihkan dan tutupi tinja tersebut dengan kain bersih. Mengkosongkan kandung kemih Anjurkan ibu dapat berkemih setiap 2 jam atau lebih sering jika kandung kemih selalu terasa penuh. Jika diperlukan, bantu agar ibu dapat duduk dan berkemih di wadah penampung urin. Jangan melakukan katerisasi kandung kemih secara rutin sebelum atau sesudah kelahiran bayi atau plasenta. Katerisasi kandung kemih hanya dilakukan bila terjadi retensi urin dan ibu tak mampu berkemih sendiri. Membimbing ibu untuk meneran Bila tanda pasti kala dua telah diperoleh, tunggu sampai ibu merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran. Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi. Mendiagnosis kala dua persalinan dan memulai meneran:
6

o Cuci tangan ( gunakan air bersih yang mengalir dan sabun ) o Pakai satu sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam o Lakukan periksa dalam ( hati-hati ) untuk memastikan pembukaan sudah lengkap ( 10cm ) lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur o Jika pembukaan belum lengkap, tentramkan ibu dan bantu ibu mendapatkan posisi nyaman ( bila ingin berbaring ) atau berjalan-jalan di sekitar ruang bersalin. Ajarkan cara bernapas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayinya dan catatkan semua temuan pada patograf o Jika ibu ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan belum saatnya untuk meneran, beri semangat dan ajarkan cara bernapas cepat selama kontraksi berlangsung. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dan beritahukan untuk menahan diri untuk meneran hingga penolong memberitahukan saat yang tepat untuk itu. o Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan-dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan pada patograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ.setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat beristihat di antara kontraksi. o Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu, anjurkan untuk berjalan-jalan). Beri cukup cairan dan anjurkan/ perbolehkan ibu untuk berkemih sesuai kebutuhan pantau DJJ setiap 15 menit. Stimulasi puting susu mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi. Jika ibu ingin meneran. 2.2.6. Penatalaksanaan fisiologis kala dua Proses fisiologi kala dua persalinan diartikan sebagai serangkaian peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri ).gejala dan tanda kala dua juga merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai . setelah terjadi pembukaan lengkap, beritahukan pada ibu bahwa hanya dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian beristirahat
7

di antara kontraksi. Ibu dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, berjongkok atau miring yang dapat meempersingakat kala dua. Beri keleluasan untuk ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran jika ibu memang menginginkan atau dapat mengurangi rasa nyaman yang di alaminya.pada masa sebelum ini sebagian besar penolong akan segera memimpin persalinann dengan menginstruksikan untuk menarik nafas dan meneran segera setelah terjadi pembukaan lengkap. Ibu dipimpin meneran tanpa henti selama 10 detik atau lebih ( meneran dengan tenggorokan terkatup atau manuver valsava ) tiga sampai empat per kontraksi. Hal ini ternyata akan mengurangi pasokan oksigen ke bayi yang ditandai dengan menurunya denyut jangtung janin ( DJJ ) dan nilai apgar yang yang lebih rendah dari normal. Cara meneran seperti tersebut di atas, tidak termasuk dalam penatalaksanaan fisiologi kala dua. Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu memegang kendali dan mengatur saat meneran yang efektif dan benar. Berikut ini adalah alur untuk penatalaksanaan kala dua persalinan:

Gambar 1: Alur penatalaksanaan kala dua persalinan Mulai Mengejan Jika sudah didapatkan tanda pasti kala dua tunggu ibu sampai merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran. Meneruskan pemantauan ibu dan bayi. Memantau selama penataksanaan kala dua persalinan Melanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama kala dua persalinan secara berkala. Memeriksa dan mencatat nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi selama 30 menit, denyut jantung janin setiap selesai meneran, penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan
9

10

abdomen, warna cairan ketuban, apakah ada presentasi majemuk, putaran paksi luar, adanya kehamilan kembar dan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan. Posisi Ibu saat Meneran Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya. Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua persalinan karena hal ini sering kali mempercepat kemajuan persalinan.

Gambar 2: Posisi duduk atau setengah duduk

Gambar 3: Jongkok atau Berdiri

10

11

Gambar 4: Merangkak atau berbaring miring ke kiri 2.2.7. Mekanisme Persalinan Normal Diperlukan suatu proses adaptasi atau akomodasi bagian bagian kepala yang bersangkutan terhadap berbagai segmen panggul untuk menyelesaikan pelahiran per vaginal. Perubahan perubahan posisi di bagian terbawah janin ini merupakan mekanisme persalinan. Gerakan gerakan pokok persalinan adalah engagement, desensus (penurunan kepala), fleksi, rotasi interna (putaran paksi dalam), ekstensi, rotasi eksterna (putaran paksi luar), dan ekspulsi.

Gambar 5: Gerakan gerakan pokok pada mekanisme persalinan dan pelahiran, posisi ubun ubun kecil anterior kiri. A. Engagement Mekanisme yang digunakan oleh diameter biparietal (diameter transversal terbesar kepala janin pada presentasi oksiput) untuk melewati PAP disebut sebagai engagement. Dalam keadaan ini, kadang kala disebut mengambang. B. Desensus Pada wanita mulipara, engagement dapat terjadi sebelum awitan persalinan, dan desensus lebih lanjut mungkin belum terjadi sampai dimulainya persalinan kala dua.

11

12

Pada wanita multipara, desensus biasanya mulai bersamaan dengan engagement. Desensus terjadi akibat satu atau lebih dari empat gaya: - Tekanan cairan amnion - Tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi - Usaha mengejan yang menggunakan otot otot abdomen - Ekstensi dan pelurusan badan janin. C. Fleksi Begitu desensus mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu mendekat ke dada janin, dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek menggantikan diameter oksipitofrontal yang lebih panjang.

Gambar 6: Empat derajat fleksi kepala. Garis tebal adalah diameter oksipitomentalis; garis tipis
menghubungkan pusat ubun ubun besar dengan ubun ubun kecil: A. Fleksi buruk, B. Fleksi sedang, C. Fleksi lanjut, D. Fleksi lengkap.

2.2.8.

1. Rotasi interna Gerakan ini adalah pemutaran kepala dengan satu cara sehingga oksiput perlahan lahan bergerak dari posisi asalnya ke aterior menuju simpisis pubis atau yang lebih jarang, ke posterior menuju lubang sakrum. Rotasi interna penting untuk penyelesaian persalinan, kecuali kalau janinnya luar biasa kecil. Meski selalu dikaitkan dengan desensus, rotasi interna biasanya belum terjadi sampai kepala mencapai dasar spina dan oleh karenanya sudah cakap (engaged).

12

13

Gambar 7: A. Mekanisme persalinan pada posisi oksiput anterior kiri; B. Mekanisme persalinan untuk posisi ubun ubun kecil posterior kanan, rotasi anterior. D. Ekstensi Setelah rotasi interna, kepala yang telah terfleksi maksimal mencapai vulva, kepala ini akan mengalami ekstensi yang esensial untuk kelahiran. Gerakan membawa dasar oksiput berkontak langsung dengan margo inferior simfisis pubis. Karena pintu keluar vulva mengarah ke atas dan ke depan, ekstensi harus terjadi sebelum kepala dapat melewatinya. Jika kepala yang telah terfleksi maksimal, saat mencapai dasar panggul, tidak berekstensi tapi malah semakin terdorong ke bawah, kepala ini akan mengenai bagian posterior perineum dan akhirnya akan terdorong jaringan perineum. Tetapi, pada saat kepala menekan lorong panggul, ada dua kekuatan yang bekerja. Pertama, yang diberikan uterus, bekerja lebih ke posterior, dan kedua, yang ditimbulkan oleh dasar panggul yang resisten dan simpisis, bekerja lebih ke anterior. Resultan gaya mengarah ke muara vulva, dan dengan demikian menyebabkan ekstensi. Dengan bertambahnya distensi perineum dan muara vagina, secara berangsur angsur akan semakin banyak bagian oksiput yang terlihat. Kepala dilahirkan melalui ekstensi lebih lanjut ketika oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dan akhirnya dagu berhasil melewati tepi anterior perineum. Segera setelah seluruh kepala lahir, kepala jatuh ke bawah sehingga dagu terletak di atas daerah anus ibu. E. Rotasi eksterna Kepala yang sudah dilahirkan selanjutnya mengalami pemulihan. Jika oksiput pada mulanya mengarah ke kiri, bagian ini berotasi ke arah tuberositas iskhii kiri; bila asalnya mengarah ke kanan, oksiput akan mengarah ke kanan. Kembalinya kepala ke posisi oblik diikuti dengan terselesaikannya rotasi eksterna ke posisi lintang, suatu gerakan yang sesuai dengan rotasi badan janin, yang berfungsi membawa diameter biakromionnya berhimpit dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul. Dengan demikian, satu
13

14

bahu akan terletak anterior di belakang simfisis dan yang lainnya di posterior. Gerakan ini tampaknya dihsilkan oleh faktor faktor panggul yang sama seperti yang menyebabkan rotasi interna kepala. F. Ekspulsi Hampir segera setelah rotasi interna, bahu depan akan tampak di bawah simpisis pubis, dan perineum segera teregang oleh bahu belakang. Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian posterior dengan ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan keempat jari pada bahu dan dada/punggung janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin). Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi menghadap kearah penolong. Nilai bayi, kemudian letakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakan bayi di tempat yang memungkinkan.

Gambar 7: Melahirkan Tubuh Bayi

G. Memotong tali pusat


14

15

Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem.

Gambar 9: Memotong Tali Pusat

Pathway

15

16

2.3. Asuhan Keperawatan Kala Dua Persalinan


2.3.1.

Pengkajian Nama ibu, mengenali klien antara yang satu dengan yang lain agar tidak keliru. Umur mengetahui usia ibu apakah termasuk resiko tinggi / tidak. Pendidikan pemberian informasi yang tepat bagi klien. Penghasilan mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien. Pada pesalinan fisiologis biodata didapatkan; Umur dalam kategori usia subur (15 49 tahun). Bila didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atauterlalu tua (lebih dari 35 tahun) merupakan keompok resiko tinggi. (Depks RI, 1993: 65).

1. Biodata meliputi:

2. Keluhan Utama. Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu ingin buang air kemih, bila buang air kemih hanya sedikitsedikit (Cristinas Ibrahim, 1993,7). 3. Riwayat penyakit sekarang . Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan anatara 38 42 minggu (Cristinas Ibrahim, 1993,3) disertai tanda-tanda menjelang
16

17

persalinan yaitu nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering, tertaur, kuat, adanya show (pengeluaran darah campur lendir).kadang ketuban pecah dengan sendirinya. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1998; 165). 4. Riwayat penyakit dahulu. Adanya penyakit jantung, Hypertensi, Diabitus mielitus, TBC, Hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang pernah dialami, dapat memperberat persalinan. (Depkes RI, 1993:66). 5. Riwayat penyakit keluarga. Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabitus mielitus, keturunan hamil kembar pada klien, TBC, Hepatitis, Penyakit kelamin, memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien, sehingga memperberat persalinannya. Depkes RI, 1993,66). 6. Riwayat Obstetri. a. Riwayat haid. Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu) (Cristinas Ibrahim, 1993,3), prematur kurang dari 37 minggu (D.B. Jellife, 1994:28). b. Riwayat kebidanan. Adanya gerakan janin, rasa pusing, mual muntah, daan lain-lain. Pada primigravida persalinan berlangsung 13-14 jam dengan pembukaan 1cm /jam, sehingga pada multigravida berlangsung 8 jam dengan 2 cm / jam (Sarwono Prawirohardjo, 1999,183). 7. Riwayat psikososial, spiritual dan budaya. Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi, ketakutaan dan fantasi . Pada trimester II adanya ketidaknyamanan kehamilan (mual, muntah), Narchisitik, Pasif dan introvert. Pada trimester III klien merasa tidak feminin lagi karena perubahan tubuhnya, ketakutan akan kelahiran bayinya, distress keluarga karena adaanya perasaan sekarat selama persalinan berlangsung (Sharon J Reeder Et all, 1987: 302). 8. Pola Kebutuhan sehari-hari. a. Nutrisi. Adanya his berpengaruh terhadap keinginan atau selera makan yang menurun. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 405). b. Istirahat tidur.

17

18

Klien dapat tidur terlentang, miring ke kanan / kiri tergantung pada letak punggung anak, klien sulit tidur terutama kala I IV. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,192). c. Aktivitas. Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, tidak mebuat klien cepat lelah, capai, lesu. Pada kala I apabila kepala janin telah masuk sbagian ke dalam PAP serta ketuban pecah, klien dianjurkan duduk / berjalan-jalan disekitar ruangan / kamar bersalin. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,192). Pada kala II kepala janin sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi miring ke kanan / kiri . (Sarwono Prawirohardjo, 1999,195). d. Eliminasi. Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan proses persalinan (Chritinas Ibrahim, 1993:7). Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 406). e. Personal Hygiene. Kebersihan tubuih senantiasa dijaga kebersihannya. Baju hendaknya yang longgar dan mudah dipakai, sepatu / alas kaki dengan tumit tinggi agar tidak dipakai lagi. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,160). f. Seksual. Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual / fungsi dari seks yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 285). 2.3.2. Pemeriksaan fisik. 1. Pemeriksaan umum meliputi: a. Tinggi badan dan berat badan. Ibu hamil yang tinggi badanya kurang dari 145 cm terlebih pada kehamilan pertama, tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar memiliki panggul yang sempit. Berat badan ibu perlu dikontrol secara teratur dengan peningkatan berat badan selama hamil antara 1012 kg. ( Depkes RI, 19993: 67). b. Tekanan Darah.

18

19

Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak dilahirkan biasanya tekanan darah akan naik kira-kira 10 mmHg (Cristinas Ibrahim, 1993,:45). c. Suhu badan nadi dan pernafasan. Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan anatara 360-370 C, bila suhu lebih dari 375C dianggap ada kelainan. Kecuali bagi klien setelah melahirkan suhu badan 375C- 378C masih dianggap normal karena kelelahan. (Cristinas Ibrahim, 1993,:46). Keadaan nadi biasanya mengikuti keadaan suhu, Biola suhuu naik keadaan nadi akan bertambah pula dapat disebabkan karena adanya perdarahan. (Cristinas Ibrahim, 1993,:46). Pada klien yang akan bersalin / bersalin pernafasanannya agak pendek karena kelelahan, kesakitan dan karena membesarnya perut (Cristinas Ibrahim, 1993,:45), pernafasan normal antara 80 100 X / menit, kadang meningkat menjadi normal kembali setelah persalinan, dan diperiksa tiap 4 jam. d. Kepala dan leher. Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva kadang pucat, sklera kuning, hiperemis ataupun normal, hidung ada polip atau tidak, caries pada gigi, stomatitis, pembesaran kelenjar. (Depkes RI, 19993: 69). e. Dada. Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya hiperpigmentasi areola dan papila mamae serta ditemukan adanya kolustrum. (Depkes RI, 1993: 69). f. Perut. Adanya pembesaran pada perut membujur, hyperpigmentasi linea alba / nigra, terdapat striae gravidarum. (Depkes RI, 1993: 70). Palpasi : usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus xypoideus, usia kehamilan prematur pertengahan pusat dan prosesus xypoideus, punggung kiri / punggung kanan , letak kepala, sudah masuk PAP atau belum. Adanya his yang makin lama makin sering dan kuat. (Cristinas Ibrahim, 1993,: 7).

19

20

Auskultasi : ada / tidaknya DJJ, frekwensi antara 140 160 x / menit . (Depkes RI, 1993: 75). g. Genetalia Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban. Bila terdapat pengeluaran mekonium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan, menandakan adanya kelainan letak anak. (Cristinas Ibrahim, 1993,:50). Pemeriksaan dalam untuk mengetahui jauhnya dan kemajuan persalinan, keadaan servic, panggul serta keadaan jalan lahir. (Depkes RI, 1993: 76). h. Ekstremitas. Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan - kelainan karena membesarnya uterus, karena pre eklamsia atau karena karena penyakit jantung / ginjal. (Cristinas Ibrahim, 1993,:47). Ada varices pada ekstremitas bagian bawah karena adanya penekanan dan pembesaran uterus yang menekan vena abdomen (Sharon J Reeder Et all, 1987: 412).
2. Pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis penentuan, waktu pembekuan, hitung darah lengkap, dan kadang-kadang pemeriksaan serologi untuk sifilis. (Persis Mary Hamilton, 1995: 151). 3. Pengkajian persalinan kala dua: tanda persalinan a. Perineum menonjol b. Vulva dan anus membuka c. Perdarahan bercampur lendir d. Penurunan kepala janin sampai dasar panggul e. Keinginan BAB f. Keinginan meneran g. Perasaan panas dan tegang pada perineum h. Tremor i. j. Kelelahan Emosi yang labil

k. Takut

20

21

l.

Gelisah

4. Data Umum: a. Peningkatan Tekanan Darah 5 10 mmHg b. Peningkatan RR c. Nadi < 100 per menit d. Peningkatan suhu tubuh e. Diaporesis 5. Data obstetri a. Pembukaan serviks 10 cm b. Kontraksi 2 3 menit, intensitas kuat, 50 70 detik c. Pendataran 100 % d. Peningkatan pengeluaran darah dan lendir e. Cairan amnion (pecah atau belum) f. Perineum menonjol g. Keluarnya feses bersamaan saat melahirkan h. Distensi kandung kemih 2.3.3. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko injury pada fetus b.d adanya penyulit persalinan 2. Resti infeksi maternal b.d perlukaan pada jalan lahir 3. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya kontraksi uterus 4. Resiko kelelahan pada ibu b.d peningkatan kebutuhan energi 5. Inefektif koping b.d kurangnya pengetahuan tentang persalinan kala dua

21

22

2.3.4. Intervensi

22

No. Diagnosa 1 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya kontraksi uterus

Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 jam, diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri dapat teratasi or berkurang dengan KH: Klien mengungkapkan penurunan nyeri Klien menggunakan teknik yang tepat untuk mempertahankan kontrol. Klien dapat istirahat diantara kontraksi Skala nyeri ringan or hilang Px tdk cemas Wajah rileks

Intervensi 1. Identifikasi ketidaknyamanan sumbernya.

derajat dan

Rasional 1. Mengklarifikasi 23 memungkinkan inter tepat.

2. Berikan tindakan kenyamanan seperti perawatan atau masase perineal, atau kompres panas pada perineum, abdomen, atau punggung sesuai kebutuhan.

2. Meningkatkan k psikologis dan memungkinkan memfokuska pada dan menurunkan terhadap analges anestesia.

3. Pantau dan catat aktivitas uterus pada setiap kontraksi.

3. Memberikan inform dokumentasi legal kemajuan kontinyu; mengidentifikasi pol abnormal, mem pengkajian dan segera.

4. Berikan informasi dan dukungan yang berhubungan dengan kemajuan persalinan.

4. Pertahankan supaya tetap mendapatkan tentang perkiraan menguatkan bahwa upaya yang dilakuka dan akhirnya sudah

5. Anjurkan klien atau pasangan untuk mengatur upaya untuk mengejan dengan spontan, daripada dilakukan terus menerus, mendorong selama kontraksi. Tekankan pentingnya menggunakan otot abdomen dan merelakskan dasar pelviks.

5. Upaya mengejan sp bukan terus menghindari efek n Valsava manuver dengan penuruna oksigen ibu dan janin dasr pelviks m tahanan untuk mendorong, mem upaya untuk me janin.

6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anestesi spinal, lokal, pudendal, sesuai indikasi. 2 Koping inefektif b.d kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan kala dua Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan persepsi klien atau keperawatn selama 1 jam, pasangan tentang respon diharapkan koping efektif perilaku terhadap persalinan. berkurang dengan KH: Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan. Klien mengungkapkan perasaan sesuai 2. Diskusikan perubahan yang normal dari emosi dan fisik dengan perilaku. serta variasi dalam respon Klien emosional. mendemonstrasikan keterampilan koping respon terhadap efektif dengan 3. Pantau kontraksi. Berikan instruksi menggunakan teknik dengan lemah lembut tapi yang diarahkan pada

6. Meningkatkan k memudahkan turun dan menurunkan res kandung kemih yang oleh bagian presentas 1.

Membantu perawat wawasan kedalam pasangan dan meng kebutuhan kebutuh

2.

Pemahaman memb mengatasi situa bekerjasama dalam mendorong.


23

3.

Keterlibatan aktif m arti positif dari ko membantu turunn

24

2.3.5. Implementasi Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara aktual, resiko, atau potensial. Kemudian dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai berdasarkan rencana intervensi yang telah ditetapkan. 2.3.6. Evaluasi Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai kriteria hasil, sehingga dapat diputuskan apakah intervensi tetap dilanjutkan, dihentikan, atau diganti jika tindakan yang sebelumnya tidak berhasil.

24

25

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Konsep persalinan normal mencakup pengertian persalinan secara normal itu sendiri, sebab sebab yang bisa menimbulkan terjadinya proses persalinan, tahapan dalam persalinan, sampai tanda tanda terjadinya persalinan. Terdapat lima faktor P yang mempengaruhi proses persalinan: Power, Passage, Passanger, Psikologikal respon, Penolong. Tanda dan Gejala persalinan meliputi kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek, dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir bercampur darah, dapat disertai ketuban pecah, Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks : Perlukaan cervix, Pendataran cervix, Pembukaan cervix. Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan servik sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Pada primigravida, umumnya kala dua berlangsung selama 50 menit dan pada multigravida 20 menit. Penatalaksanaan fisiologis kala dua: Mulai Mengejan, memantau selama penataksanaan kala dua persalinan, Posisi Ibu saat Meneran, Mekanisme Persalinan Normal meliputi Gerakan gerakan pokok persalinan yaitu engagement, desensus (penurunan kepala), fleksi, rotasi interna (putaran paksi dalam), ekstensi, rotasi eksterna (putaran paksi luar), dan ekspulsi. 3.2 Saran Dengan dibuatnya makalah Asuhan Keperawatan Kala Dua Persalinan ini, diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan terutama pada ibu berrsalin kala dua. Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini, dengan demikian penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang membutuhkannya.

25

26

DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marlyn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi: Pedoman Untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien. Jakarta: EGC F. Gary Cunningham, dkk. 2005. Obstetry William Ed.21. Jakarta: EGC JNP-KR/POGI. 2008. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Edisi. 3. Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Riff. 2008. Keperawatan inpartu. http://www.scribd.com/. Lamongan, 09 Mei 2010. 12.40 WIB (access online) Widjanarko B. 2009. Pertolongan Persalinan Kala Dua. http://reproduksiumj.blogspot.com/. Lamongan, 09 Mei 2010. 13.30 WIB (access online)

26

You might also like