You are on page 1of 6

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Perhitungan A. Hasil perhitungan nilai relative volatility pada distilat y1 0,572039 0,429631 0,316242 0,329548 0,281845 x1 0,477273 0,28125 0,193439 0,206897 0,155508 y2 0,427961 0,570369 0,683758 0,670452 0,718155 x2 0,427961 0,570369 0,683758 0,670452 0,718155 distilat 1,463965078 1,924976181 1,928462496 1,88420606 2,131255791

B. Hasil perhitungan nilai volative relatility pada Bottom product y1 0,082247 0,042022 0,056332 0,086737 0,092689 x1 0,037259 0,020179 0,02861 0,045235 0,045235 y2 0,917753 0,957978 0,943668 0,913263 0,907311 x2 0,962741 0,979821 0,97139 0,954765 0,954765 buttom 2,315675352 2,129919367 2,026780042 2,004626857 2,156253445 ave 1,841213689 2,02485655 1,977010192 1,943484003 2,143718181

C. Hasil perhitungan jumlah tray teoritis dan efisiensi tray 4,1782495 3,173556 2,0768561 1,5672165 0,7803131 52,22811889 39,66944974 25,96070129 19,59020673 9,753913197

n=

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN D. Hasil perhitungan F-factor boil up rate m/s 14 15 18 20 10 Vs m/s 0,069672 0,069561 0,079525 0,08832 0,042908 F (Kg/m)/s 0,0911076 0,0946136 0,1105947 0,1223795 0,0603165

III-2

III.2 Pembahasan Pada percobaan continuous ditillation, bertujuan untuk mendapatkan nilai boil up rate terhadap perubahan tekanan, mencari bacaan refraktometer untuk larutan etanol berbagai konsentrasi, dan membandingkan harga F-factor terhadap efisiensi dari kolom distilasi. Percobaan pertama adalah melakukan pengenceran larutan etanol 96% massa, mejadi larutan yang lebih encer, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%, 30%, 20%, 0% massa etanol. Pengenceran dilakukan dengan menggunakan M1 V1=M2 V2, sehingga dapat diperoleh larutang encer yang dikehendaki. Setelah itu melukakan pembacaan dengan refraktometer untuk memperoleh kurva kalibrasi untuk larutan etanol. Berikut ini kurva pembacaan refraktometer berupa indek bias.

Gambar III.1 kurva kalibrasi larutan etanol pada refraktometer

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-3

Indek bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indek bias berfungsi untuk identifikasi zat kemurnian, suhu pengukuran dilakukan pada suhu konstan dikarenakan sangat mempengaruhi indek bias. Indek bias aquadest murni adalah 1. Jika tercampur dengan etanol maka indeks bias semakin meningkat. Seperti terlihat pada gambar diatas semakin besar kadar etanol dalam larutan maka semakin tinggi nilai indeks bias. Setelah diperoleh grafik diatas, maka kadar etanol yang dihasilkan pada distilat atau bottom product dapat diketahui. Percobaan selanjutnya adalah melakukan distilasi continuous. Pada percobaan ini pertama-tama memastikan semua valve pada alat percobaan dalam kondisi tertutup, kecuali V1 pada boiler overflow pipe. C1 valve untuk 3 arah antara condenser outlet dengan distillate receiver harus diposisiskan ke arah distillate receiver. Hal ini agar yang bekerja dalam sistem ini adalah pada bagian reboiler, distillater receiver, dan refluks. Lalu, mengisi laruatan etanol 10% massa sebanyak 22,208 liter kedalam tangki reboiler. prosedur selanjutnya adalah menjalankan air pendingin dengan rate 3 liter/menit, menyalakan peralatan distilasi dan mengatur dayanya hingga 1,5 kWatt. Daya yang tinggi dipakai untuk mempercepat start up pada perlatan hingga tercapai keadaan steady. Setelah diperoleh daya yang diinginkan dengan mengatur pada bacaan voltmeter dan ampermeter, lalu mengamati kodisi kolom distilasi. Pada saat mulai terbentuk uap, uapnya akan mulai naik dan memasuki kondenser dan terlihat sebagai droplet pada tabung kaca distillate receiver. Dengan tidak menyalanya reflux pump, distilat yang terbentuk akan memenuhi distilat receiver dan mengalir ke tangki ditilat, hal ini menunjukan bahwa alat yang digunakan telah siap digunakan untuk power yang diinginkan. Jadi sebagai variabel pertama digunakan daya 0,7 kWatt. Vapor yang telah dipanaskan akan mengalir keatas akan tetapi ada yang mengalir turun, membentuk level liquida pada tray dan bergelembung ketika dilewati uap. Pada saat bacaan T pada T indikator telah konstan maka sistem tersebut telah mengalami kondisi kesetimbangan. Boil-up rate dapat diperoleh dengan mengtur valve C1 sehingga semua distilat dapat ditampung dengan gelas ukur, dan dengan menghitung waktu yang diperlukan untuk mencapai volume tertentu, dan dengan membuka valve V1 dan V3 presure drop pada

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-4

kolom distilasi dapat terlihat. Berikut ini grafik perbandingan boil-up rate terhadap pressure drop.

Gambar III.2 grafik hubungan pressure drop terhadap boil up rate Berdasarkan gambar diatas, dapat diamati bahwa semakin besar boil up rate dari distilat semakin besar juga pressure dropnya pada variabel 1.5, 1.3, 1.1, dan 0.9 kW. Hal ini disebabkan dengan boil up rate yang tinggi menghasilkan banyak distilat jadi uap yang terdapat dalam kolom distilasi akan terbentuk dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan daya yang lebih kecil. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya jet flooding. Jet flooding adalah kondisi dimana laju alir dari uap terlalu besar yang mengakibatkan terjadinya entrainment dari droplet liquid dan terbawa oleh uap. Pada Variabel 0.7 kW tidak sesuai dengan literatur dikarekan pada variabel ini pengambilan data belum dalam kondisi T yang setimbang sehingga ada penyimpangan boil up rate dan pressure drop. (http://kolmetz.com/pdf) Perhitungan efisiensi dari plate dapat diperoleh dengan mengunakan fenske method seperti yang telah di jabarkan di dasar teori. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh efisiensi 52,22% dengan jumlah tray teoritis 4,178 untuk penggunaan daya 1,5 kW, 39,669% dengan jumlah tray teoritis 3,173 untuk penggunaan daya 1,3 kW, 25,96% dengan jumlah tray teoritis 2,076 untuk penggunaan daya 1,1 kW, 19,59% dengan jumlah tray teoritis 1,567 untuk penggunaan daya 0,9 kW, dan 9,75% dengan jumlah tray teoritis 0,78 untuk penggunaan daya 0,7 kW. Ataupun dapat terlihat pada grafik berikut :

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-5

Gambar III.3 hubungan antara daya dengan efisiensi kolom distilasi Pada grafik terlihat semakin besar daya maka effisiensi semakin besar. Pada saat daya yang digunakan semakin besar, temperatur pada boiler akan meningkat sehingga pada temperatur yang lebih tinggi, effisiensi pemanasan akan semakin cepat dan pengontrol suhu pada T6 juga dapat mengontrol saat destilat diambil yaitu pada suhu 78oC sehingga air tidak ikut teruapkan. Hal ini dapat dilihat dari komposisi etanol pada distilat yang semakin besar dengan meningkatnya daya listrik yang digunakan untuk memanaskan larutan etanol. Selain itu, dapat dilihat bahwa jumlah tray teoritis hasil perhitungan sangat besar dengan daya yang besar. Penyebabnya kondisi ini adalah penggunaan total reflux yang bertujuan untuk mencari jumlah stage minimum untuk satu kolom distilasi pada kondisi tertentu dan destilasi dimulai dari daya yang terbesar sampai daya yang terkecil dikarenakan agar cepat selesai proses destilasinya. Percobaan ini juga bertujuan untuk mencari bilangan F-factor. F-factor merupakan faktor gas loading pada palte distillasi. F-factor merupakan suatu fungsi energi kinetik. berikut ini grafik hubungan antara efisiensi terhadap f-factor.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-6

Gambar III.4 hubungan antara efisiensi dengan F-factor Berdasarkan gambar diatas diperoleh nilai efisiensi yang turun pada kenaikan F-factor hal ini terjadi karena akibat floading di tiap tray. Akatetapi untuk effisiensi 9,75 % F-factor semakin menurun diakibatkan pada variabel ini pengambilan data belum dalam kondisi T yang setimbang sehingga ada penyimpangan boil up rate dan pressure drop. ( Perry, hal 14-26)

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

You might also like