Professional Documents
Culture Documents
memakannya, dan jika beliau tidak tertarik kepadanya maka beliau meninggalkannya. ( Diriwayatkan Abu Daud ) 7. Ia makan bersama orang lain, misalnya dengan tamu, atau isteri, atau anak, atau pembantu, karena Rasulullah SAW bersabda, Berkumpullah kalian di makanan kalian, niscaya kalian diberi keberkahan didalamnya. ( Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tarmidzi yang menshahihkannya ) Etika Ketika Sedang Makan Diantara etika sedang makan ialah sebagai berikut : 1. Memulai makan dengan mengucapkan Basmallah, karena Rasulullah SAW bersabda, Jika salah seorang dari kalian makan, maka sebutlah nama Allah Taala. Jika ia lupa tidak menyebut nama Allah, maka hendaklah ia menyebut nama Allah Taala pada awalnya dan hendaklah ia berkata, Dengan nama Allah, sejak awal hingga akhir. (Diriwayatkan At-Tarmidzi yang meng-shahih-kannya) 2. Mengakhiri makan dengan memuji Allah Taala, karena Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa makan makanan, dan berkata, Segala puji bagi Allah yang memberi makanan ini kepadaku, dan memberikannya kepadaku tanpa ada daya dan upaya dariku, maka dosa-dosa masa lalunya diampuni. (Muttafaq Alaih) 3. Ia makan dengan tiga jari tangan kanannya, mengecilkan suapan, mengunyah makanan dengan baik, makan dari makanan yang dekat dengannya (pinggir) dan tidak makan dari tengah piring, karena dalil-dalil berikut : Rasulullah SAW bersabda kepada Umar bin Salamah, Hai anak muda, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang dekat denganmu (pinggir). (Muttafaq Alaih) Rasulullah SAW bersabda, Keberkahan itu turun ditengah makanan. Maka oleh karena itu, makanlah dari pinggir-pinggirnya, dan jangan makan dari tengahnya. (Muttafaq Alaih) 4. Mengunyah makanan dengan baik, menjilat piring makanannya sebelum mengelapnya dengan kain, atau mencucinya dengan air, karena dalil-dalil berikut: Rasulullah SAW bersabda, Jika salah seorang dari kalian makan makanan, maka ia jangan membersihkannya jari-jarinya sebelum ia menjilatnya. (Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tarmidzi yang meng-shahih-kannya) Ucapan Jabir bin Abdullah Ra bahwa Rasulullah SAW memerintahkan menjilat jari-jari, dan piring. Beliau bersabda, Sesungguhnya kalian tidak mengetahui di makanan kalian yang mana keberkahan itu berada. (Diriwayatkan Muslim) 5. Jika ada makanannya yang jatuh, ia mengambil dan memakannya, karena Rasulullah SAW bersabda, Jika sesuap makanan kalian jatuh, hendaklah ia mengambilnya, membuang kotoran daripadanya, kemudian memakan sesuap makanan tersebut, serta tidak membiarkannya dimakan syetan. (Diriwayatkan Muslim)
6. Tidak meniup makanan yang masih panas, memakannya ketika telah dingin, tidak bernafas di air ketika minum, dan bernafas di luar air hingga tiga kali, karena dalil-dalil berikut : Hadits Anas bin Malik Ra berkata, Rasulullah SAW bernafas diluar tempat minum hingga tiga kali. (Muttafaq Alaih) Hadits Abu Said Al-Khudri Ra bahwa Rasulullah SAW melarang bernafas di minuman. (Diriwayatkan At-Tarmidzi yang meng-shahih-kannya) Hadits Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW melarang bernafas di dalam minuman, atau meniup didalamnya. (Muttafaq Alaih) 7. Menghindari kenyang yang berlebih-lebihan, karena Rasulullah SAW bersabda, Anak Adam tidak mengisi tempat yang lebih buruk daripada perutnya. Anak Adam itu sudah cukup dengan beberapa suap yang menguatkan tulang punggungnya. Jika ia tidak mau (tidak cukup), maka dengan sepertiga makanan, dan dengan sepertiga minuman, dan sepertiga yang lain untuk dirinya. (Diriwayatkan Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim. Hadits ini Hasan) 8. Memberikan makanan atau minuman kepada orang yang paling tua, kemudian memutarnya kepada orang-orang yang berada disebelah kanannya dan seterusnya, dan ia menjadi orang yang paling terakhir kali mendapatkan jatah minuman, karena dalil-dalil berikut : Sabda Rasulullah SAW, Mulailah dengan orang tua. Mulailah dengan orang tua. Maksudnya, mulailah dengan orang-orang tua. Rasulullah SAW meminta izin kepada Ibnu Abbas untuk memberi makanan kepada orang-orang tua disebelah kiri beliau, sebab Ibnu Abbas berada disebelah kanan Beliau, sedang orang-orang tua berada disebelah kiri Beliau. Permintanan izin Rasulullah SAW kepada Ibnu Abbas untuk memberikan makanan kepada orang-orang tua disebelah kiri beliau itu menunjukkan bahwa orang yang paling berhak terhadap minuman ialah orang yang duduk disebelah kanan. Sabda Rasulullah SAW, Pemberi minuman ialah orang yang paling akhir meminum. 9. Ia tidak memulai makan, atau minum, sedang diruang pertemuannya terdapat orang yang paling berhak memulainya, karena usia atau karena kelebihan kedudukannya, karena hal tersebut melanggar etika, dan menyebabkan perilakunya dicap rakus. Salah seorang penyair berkata, Jika tangan-tangan dijulurkan kepada perbekalan, maka aku tidak buru-buru mendahului mereka, sebab orang yang paling rakus ialah orang yang paling buru-buru terhadap makanan. 10. Tidak memaksa teman atau tamunya dengan berkata kepadanya, Silahkan makan, namun ia harus makan dengan etis (santun) sesuai dengan kebutuhannya tanpa merasa malu, atau memaksa diri malu-malu, sebab hal tersebut menyusahkan teman atau tamunya, dan termasuk riya, padahal riya itu diharamkan. 11. Ramah terhadap temannya ketika makan bersama dengan tidak makan lebih banyak dari porsi temannya, apalagi jika makanan tidak banyak, karena makan banyak dalam kondisi seperti itu termasuk memakan hak (jatah) orang lain.
12. Tidak melihat teman-temannya ketika sedang makan, dan tidak melirik mereka, karena itu bisa membuat malu kepadanya. Ia harus menahan pandangannya terhadap wanita yang makan di sekitarnya, dan tidak mencuri-curi pandangan terhadap mereka, karena hal tersebut menyakiti mereka, membuat mereka marah dan ia pun mendapat dosa karena perbuatannya tersebut. 13. Tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dipandang tidak sopan oleh masyarakat setempat. Misalnya, ia tidak boleh mengibaskan tangannya di piring, tidak mendekatkan kepalanya kepiring ketika makan agar tidak ada sesuatu yang jatuh dari kepalanya kepiringnya, ketika mengambil roti dengan giginya ia tidak boleh mencelupkan sisanya didalam piring, dan tidak boleh berkata jorok, sebab hal ini mengganggu salah satu temannya, dan mengganggu seorang Muslim itu haram hukumnya. 14. Jika ia makan bersama orang-orang miskan, ia harus mendahulukan orang miskin tersebut. Jika ia makan bersama saudara-saudaranya, ia tidak ada salahnya bercanda dengan mereka dalam batas-batas yang diperbolehkan. Jika ia makan bersama orang yang berkedudukan, maka ia harus santun, dan hormat terhadap mereka. Etika Setelah Makan Diantara etika setelah makan ialah sebagai berikut : 1. Ia berhenti makan sebelum kenyang. Karena meniru Rasulullah SAW agar ia tidak jatuh dalam kebinasaan, dan kegemukan yang menghilangkan kecerdasannya. 2. Ia menjilat tangannya, kemudian mengelapnya, atau mencucinya, namun mencucinya lebih baik. 3. Ia mengambil makanan yang jatuh ketika ia makan, karena ada anjuran terhadap hal tersebut, dan karena itu adalah bagian dari syukur nimat. 4. Membersihkan sisa-sisa makanan di gigi-giginya, dan berkumur untuk membersihkan mulutnya, karena dengan mulutnya itulah ia berdzikir kepada Allah Taala, berbicara dengan saudara-saudaranya, dan karena kebersihan mulut itu memperpanjang kesehatan gigi. 5. Memuji Allah Taala setelah ia makan, dan minum. Ketika ia minum susu, ia berkata, Ya Allah, berkahilah apa yang Engkau berikan kepada kami, dan tambahilah Rizki-mu (kepada kami). Jika berbuka puasa ditempat orang, ia berkata, Orang-orang yang mengerjakan puasa berbuka puasa ditempat kalian, orang-orang yang baik memakan makanan kalian, dan semoga para malaikat mendoakan kalian.
Apabila terlupa, tidak membaca Basmallah sebelum makan, maka diganti bacaan Bismillahi awalahu wa akhiru (dengan nama Allah yang mula dan akhir). Aisyah Ra berkata bahwa Rasulullah bersabda, Jika salah seorang siantara kamu hendak makan supaya membaca Bismillah, maka jika kamu lupa membaca mulanya, hendaklah membaca Bismillahi awalahu wa akhiru. (H.R. Abu Daud At-Tarmidzi) 3. Makan Dengan Tangan Kanan Makan dengan tangan kanan bukan sekedar adat atau kebiasaan orang Timur, lebih dari itu bahkan dituntunkan dalam Islam, sebagaimana ajaran Rasulullah SAW kepada Umar bin Abi Salamah ra : Dan makanlah dengan tangan kananmu.... (H.R Bukhari Muslim) 4. Tidak Boleh Mencela Makanan Mencela adalah suatu perbuatan yang tidak terpuji, apapun yang dicela, termasuk makanan. Makanan adalah pemberian dari Allah yang harus disyukuri, bukan untuk dicela. Oleh karena itu jika ada makanan dan tidak suka, hendaklah didiamkan saja, tanpa mencelanya. Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan selamanya. Jika ia suka dimakannya, jika ia tidak suka ditinggalkannya. (H.R Bukhari Muslim) 5. Sunnah Memuji Makanan Memuji makanan yang ada merupakan bagian dari akhlaq Muslim. Rasulullah tidak pernah mencela makanan bahkan suka memujinya. Jabir ra berkata bahwa : Nabi SAW menanyakan lauk-pauk kepada keluarganya, maka jawab mereka : Tidak ada lauk-pauk kecuali cuka. Maka Nabi SAW meminta cuka untuk dimakan dengan roti yang dihidangkan kepadanya, dambil bersabda, Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka. (H.R Muslim) 6. Makan Dari Yang Terdekat Jika ada hidangan makanan, dituntunkan kepada kita untuk memulai makan dan mengambil dari makanan yang terdekat. Umar bin Abi Salamah ra berkata : Ketika saya masih kecil dibawah asuhan Nabi SAW biasa aku menjulurkan tangan kanan kedalam nampan, maka Nabi SAW bersabda, Hai anak, bacalah Bismillah, dan makanlah dengan tangan kanan dan makanlah dari yang dekat-dekat kepadamu. (H.R Bukhari-Muslim) 7. Sunnah Makan Berjamaah Tabiat fitrah manusia adalah berjamaah. Begitu banyak isyarat dalam Quran untuk berjamaah dalam segala aktivitas. Termasuk dalam hal makan, Rasulullah menuntunkan untuk berjamaah, jika makan sendiri-sendiri tidak merasakan kenyang. Wasyi bin Harb ra berkata : Sahabat Nabi SAW mengadu : Ya Rasulullah, kami makan dan tidak merasakan kenyang, jawab Nabi : mungkin kamu makan sendiri-sendiri. Jawab
mereka, Benar. Bersabda Nabi SAW : Berkumpullah pada makananmu, dan bacalah Bismillah niscaya diberi berkat pada makanan itu. (H.R Abu Daud) 8. Makan Dari Pinggir Wadah Bukan Dari Tengah Adab yang lain dari makan, adalah mengambil makanan dimulai dari tepi atau pinggiran wadah, dan bukan dari tengah baru kepinggir. Ibnu Abbas ra berkata, bahwa Nabi SAW bersabda : Berkat itu turun ditengah-tengah makanan, maka makanlah dari tepinya, dan jangan makan dari tengah-tengahnya. (H.R.Abu Daud ,At Tarmidzi) 9. Makruh Makan Sambil Bersandar Rasulullah SAW mencontohkan, makan sambil duduk, tanpa bersandar. Abu Juhaifah bin Abdullah ra berkata, bersabda Rasulullah SAW : Saya tidak suka makan dengan bersandar. (H.R Bukhari) 10. Tuntunan Membersihkan Sisa Makanan Salah satu adab dalam makan adalah membersihkan sisa-sisa makanan yang masih ada dalam piring, ini sesuai denganajaran untuk tidak mubaxir, sekaligus penghargaan terhadap mkaanan karunia Allah. Ibnu Abbas ra berkata : Bahwa Rasulullah SAW bersabda, Jika makan salah seorang diantara kamu maka jangan keburu mengusap tangannya sebelum membersihkan makanan yang masih menempel padanya. (H.R Bukhari-Muslim) Dalam riwayat yang lain Jabir ra berkata : Rasulullah menyuruh membersihkan sisa makanan yang di piring maupun yang di jari, sembari bersabda, kamu tidak mengetahui dibagian manakah makananmu yang berkah. (H.R Muslim) 11. Mengambil Makanan Yang Jatuh Sedemikian rinci Islam memberikan perhatian terhadap hal makanan, sehingga sampai kepada masalah makanan yang terjatuh pun diberikan perhatian, Rasulullah SAW mengajarkan, agar mengambil makanan yang terjatuh kemudian membersihkan dari kotoran yang melekat dimakanan tersebut dan memakannya. Jabir ra berkata, bahwa Nabi SAW bersabda : Syaithan menghadiri semua urusanmu, hingga di waktu makanmu. Maka apabila jatuh makanan salah seorang diantaramu hendaknya diambil dan dibersihkan kotorannya kemudian dimakan, dan jangan dibiarkan dimakan oleh syaithan. (H.R Muslim) 12. Berdoa Seusai Makan Seusai makan dituntunkan berdoa sebagai salah satu perwujudan syukur atas karunia Allah. Abu Umamah ra berkata : Adalah Nabi SAW jika selesai makan dan mengangkat hidangannya,membaca (segala puji bagi Allah, pujian yang sebaik-baiknya yang baik dan berkat). Tiada terbalas, dan tidak dapat tidak tentu kami membutuhkan kepadanya. Hai Rabbkami. (H.R Bukhari)
13. Kemanfaatan Makan Untuk Ibadah Makan itu sendiri ibadah, dan setelah makan, tenaga yang didapatkan digunakan sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dalam artian yang luas. Demikianlah ciri Mukmin. Para ahli Mashiyat, makan sekedar untuk memenuhi syahwat perut, dan setelah kenyang menambah kuatnya mereka untuk kembali melakukan Mashiyat. Oleh karena itu menshifati orang kafir. Allah menunjuk kepada makan mereka: Dan orang-orang yang kafir bersenang-senang (didunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka tempat tinggal mereka. (Q.S Muhammad :12)
katakanlah, Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering, maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu. (Q.S Al-Mulk : 30) Fungsi Air Dalam Syariat Dalam ilmu pengetahuan alam kita mengenal tiga bentuk zat ciptaan Allah ; padat, cair, dan gas. Air adalah zat cair. Keadaannya selalu mengikuti bentuk dimana ia berada. Permukaannya senantiasa horizontal (datar), serta berjalan dari tempat tinggi ketempat yang lebih rendah. Dengan ketentuan seperti itu, air mendapat tempat yang sangat istimewa dalam hidup manusia. Kegunaannya sangat banyak, melebihi benda-benda manapun. Mulai dari minum, mandi, cuci, siram, semprot, guyur, rendam, rebus, masak, sampai memngkitkan tenaga listrik, serta manfaat-manfaat lain yang tidak terhitung. Lantaran itu. Syariat Islam yang lengkap dan sempurna pun membimbing manusia untuk mengenal fungsi-fungsi air ini sampai detail. Dalam Fiqih Islam air digolongkan bermacam-macam. Dijelaskan mana yang boleh dipakai bersuci (Thaharah) dan mana yang tidak. Air yang boleh dipakai untuk beribadah disebut air Mutlaq (yaitu air yang suci dan mensucikan). Selanjutnya untuk memahami konsep syariat tentang air, pembaca bisa melihat pada pendapat para fuqaha dalam Kitab-kitab Fiqih. Air Sebagai Tanda Kekuasaan Allah Didalam Kitab-Nya, Allah selalu mengingatkan kita tentang fungsi air bagi kehidupan. Tujuannya agar kita selalu ingat dan bersyukur pada karunia Allah yang sangat berharga ini. Tetapi kenyataannya banyak manusia yang lupa dan ingkar. Manusia memperoleh air dari hujan yang diturunkan Allah. Dengan panas sinar matahari, Allah menarik milyaran titik air dari permukaan laut melalui proses penguapan. Istimewanya, uap itu naik kelangit dalam wujud air tawar tanpa kadar garam. Dilangit terjadilah gumpalan awan bagaikn kolam raksasa yang melayang di udara. Dari atas lautan, awan itu diperjalankan Allah di udara ketempat-tempat didaratan. Awanpun menyelinap dibalik gunung-gunung, bergumpal-gumpal di atas udara pemukiman manusia, khususnya di dataran-dataran yang tinggi. Bila awan itu terbentur satu dengan yang lain terjadilah halilinta. Awan ini diatur Allah kesana kemari untuk membagi-bagikan rahmat-Nya berupa hujan. Hujan terjadi bila kolam raksasa tersebut telah cukup menampung air yangakan dicurahkan ke permukaan bumi. Ada bagian yang diberi-Nya banyak hujan dan ada bagian yang sedikit, sesuai kehendak-Nya. Proses turunnya ramat Allah (hujan) menunjukkan tanda-tanda kekuasaan Allah, antara lain : 1. Proses penguapan air yang menjernihkan air laut dari kadar garam yang dapat membahayakan manusia, binatang, dan tumbuhan. Didalamnya ada pengaturan Allah yang sangat bijaksana. Renungkanlah firman Allah berikut ini yang artinya : Tidakkah kamu perhatikan air yang kamu minum ? Kamukah yang menurunkannya dari awan atau Kami yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan ia asin, maka mengapkah kamu tidak bersyukur? ( Q.S Al-Waqiah : 68-70) 2. Adanya hukum Allah yang menghentikan uap air agar tidak terus naik ke langit, dan sirna di udara. Ini adalah hukum proses pendinginan (Kondensasi) Firman Allah yang artinya :
Dan Kami turunkan air dari langit menurut satu ukuran, lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi (tidak sirna diudara) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. ( Q.S Al-Muminun : 18) 3. Allah mengutus angin dengan membawa atom-atom berupa gas, campuran debu, dan zat-zat lain yang diperlukn agar bersenyawa dengan bagian-bagian uap air di udara dan merangsangnya. Kemudian uap air berkumpul disekitar bagian-bagian yang telah bersenyawa membentuk kantung-kantung air. Kantung-kantung ini mencapai ukuran-ukuran besar yang dapat kita saksikan dalam bentuk awan. Ketika itulah uap air semakin berat dengan bagianbagiannya yang berkumpul. Hal ini dapat membantunya untuk tidak meninggalkan daerah bumi. Firman Allah yang artinya : Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu merangsang awan dan Allah membentangkan air di langit menurut yang dikehendaki-Nya dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kami lihat hujan keluar dari celahcelahnya. Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendaki tiba-tiba mereka gembira. ( Q.S Ar-Rum : 48) 4.Adanya hukum Allah yang memindahkan air (awan) tersebut dari atas lautan ke tengah-tengah daratan melalui angin yang menghalaunya, tanpa bayar atau ongkos sedikit pun dari manusia. Angin itu tunduk pada pengaturan Allah yang hendak menyebarkan rahmat-Nya pada manusia : Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan), hingga bila angin itu telah membawa awan yang berat, Kami halau kesuatu daerah tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Dengan sebab hujan itu Kami keluarkan berbagai macam buahbuahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang mati agar kamu mengambil pelajaran. ( Q.S Al-Araaf : 57) 5.Adanya satu hukum Allah yang memproses turunnya hujan menjadi tetesan-tetesan kecil, tidak tertumpah sekaligus, hingga dapat merusak setiap benda yang dikenainya. 6. Ada hukum Ilahi yang menjadikan air mengalir menjadi sungai-sungai yang tesebar di bumi, seperti tersebarnya pembuluh darah dalam tubuh manusia. Dan Dia menancapkan gunung-gunung di atas bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, dan Dia menciptakan sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk. ( Q.S An-Nahl : 16) 7. Hukum Allah lainnya bekerja menyimpan air dekat permukaan bumi, hingga manusia, tumbuhan, dan hewan dapat memanfatkannya dalam berbagai bentuk. Manusia memperoleh mata alr dan sumur-sumur, pompa. Sebagian besar air itu masih disimpan dengan perantaan hamparan bantuan Ilahi yang telah menahan air di kulit bumi agar tidak merasuk terus jauh kedalam perut bumi. .........agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. ( Q.S Al-Furqan : 49 )
8. Adanya Undang-undang Allah yang mempergilirkan turunnya hujan di daratan yang dihuni manusia. Allah membuat adanya berbagai musim yang berbeda diberbagai tempat. Ada daerah yang banyak hujan dan ada daerah yang hujan dengan keistimewaan masing-masing untuk dapat saling bekerja sama. Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan diantara manusia supaya mereka mengambil pelajaran dari padanya, maka kebanyakan manusia tidak mau kecuali mengingkari (nimat). ( Q.S Al-Furqan : 50) Hujan seringkali disebut Allah sebagai rahmat (kasih sayang). Dengan melalui air Allah memberi kesejahteraan pada manusia, hewan, maupun tumbuhtumbuhan. Namun suatu ketika hujan pun bisa membawa bencana berupa banjir. Air bah yang menggunung disertai angin Puting Beliung yang menghancurkan. Semua merupakan kehendak Allah yang dapat diambil pelajaran oleh manusia.
3. Pembabatan hutan yang sering dilakukan orang saat ini sudah tanpa batas. Ini menyebabkan hilangnya bnyak pepohonan yang menjadi pengikat air di kulit bumi. Akibatnya terjadilah bencana banjir karena air tidak terserap oleh tanah lagi. Dikota seperti Jakarta sering terjadi banjir karena tiadanya tempat-tempat penampungan air hujan. Jika pengaturan Tata Kota dilakukan oleh orangorang yang tidak bertanggung jawab dan mengikuti hawa nafsu akan terjadi bencana bagi kota tersebut. Demikian juga program-program pendayagunaan potensi alam lainnya.