You are on page 1of 32

MODUL TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA

TEORI BELAJAR KOGNITIVISME


(Menurut Jean Piaget, Robert M. Gagne, Jerome S. Bruner, dan David P. Ausubel)

Disusun Oleh:
Desy Ayu Wulandari (F05111007) Indah Purnamasari (F0511114) Mutmainnah (F05111036) Noviana Tanugrah (F05111040) Survia (F05111027) Ely Savitri (F05111037) Hilza Chirilda (F05111012) Noning (F05111023) Nurul Oktavia (F0111011) Prisilia Ariani (F05111006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013

PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT Teori kognitif adalah teori yang mangatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diukur dan diamati. Dalam teori ini lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Teori pembelajaran ini adalah sebuah teori pembelajaran yang cenderung melakukan praktek-praktek yang mengarah pada kualitas intelektual peserta didik. Meskipun teori ini memiliki berbagai kelemahan akan tetapi, teori kognitif ini juga memiliki kelebihan yang harus diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu aspek positifnya adalah kecerdasan peserta didik perlu dimulai dari adanya pembentukan intelektual dan mengorganisasian alat-alat kognisi. Sebelum teori kognitif ini muncul ada beberapa teori belajar yang mendahuluinya, salah satunya adalah teori belajar behaviorisme dengan tokohnya B. F. Skinner, Thorndike, Watson dan lain-lain. Namun seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan, teori tersebut mempunyai beberapa kelemahan, karena behaviorisme itu bersifat otomatismekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon, sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot, padahal setiap manusia memiliki kemampuan mengarahkan diri (self-direction) dan pengendalian diri (self control) yang bersifat kognitif, dan karenanya ia bisa menolak respon jika ia tidak menghendaki, misalnya karena lelah atau berlawanan dengan kata hati, dan proses belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan. Oleh sebab itulah para ahli psikologi pendidikan mencoba memecahkan masalah itu dengan teori baru yaitu teori kognitif.

B. RELEVANSI
Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran.

Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. Memberikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya. Seorang guru harus mampu memahami dan memperhatikan perbedaan individual anak, karena hal ini merupakan faktor penentu keberhasilan dalam pembelajaran.

C. TUJUAN INTRUKSIONAL Agar memahami pengertian dari teori belajar. Agar mengerti pandangan teori belajar kognitif. Agar memahami implikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran.

PENYAJIAN
Kegiatan Belajar 1: Teori Belajar Kognitivisme Menurut Jean Piaget dan Robert M. Gagne
1. Teori Perkembangan Piaget Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan system syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif yang ada sekarang, sementara akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami. Dengan kata lain, apabila individu menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang telah dipunyainya. Proses ini disebut asimilasi. Sebaliknya, apabila struktur kognitif yang sudah dimilikinya yang harus disesuaikan dengan informasi yang diterima, maka hal ini disebut akomodasi. Asimilasi dan akomodasi akan terjadi apabila seseorang mengalami konflik kognitif atau suatu ketidak seimbangan antara apa yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau yang di alaminya sekarang. Proses ini akan mempengaruhi struktur kognitif. Menurut piaget, proses belajar akan terjadi jika mengetahui tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi

(penyeimbangan). Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan infromasi baru kedalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Proses akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Sebagai contoh, seorang anak sudah memahami prinsip pengurangan. Ketika mempelajari prinsip

pembagian, maka terjadi proses pengintegrasian antara prinsip penguranagn yang sudah dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah yang disebut dengan proses asimilasi. Jika anak tersebut diberikan soal-soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya, anak tersebut sudah dapat mengaplikaiskan atau memakai prinsip-prinsip pembagian dalam situasi yang baru dan spesifik. Agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah

pengetahuannya sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan proses penyeimbangan. Proses penyeimbangan yaitu

menyeimbangkan antara lingkungan luar dengan struktur kognitif yang ada dalam dirinya. Proses inilah yang disebut ekuilibrasi. Tanpa proses ekuilibrasi, perkembangan kognitif seseorang akan mengalami gangguan dan tidak teratur (disorganized). Hal ini misalnya tampak pada caranya berbicara yang tidak runtut, berbelit-belit, terputus-putus, tidak logis dan sebagainya. Adaptasi akan terjadi jika telah terdapat kesinambungan didalam struktur kognitif. Sebagaimana dijelaskan diatas, proses asimilasi dan akomodasi

mempengaruhi struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif merupakan fungsi dari pengalaman, dan kedewasaan anak terjadi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu. Menurut piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu: a. Tahap Sensorimotor (umur 0 2 tahun) Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain: 1. Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya.

2. Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara. 3. Suka memperhatikan sesuatu lebih lama. 4. Mendefenisikan sesuatu dengan memanipulasinya. 5. Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya. b. Tahap preoperasional (umur 2 7 / 8 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif. Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah: 1. Self counter nya sangat menonjol. 2. Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok. 3. Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda. 4. Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar. 5. Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan. Tahap intuitif (umur 4 7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolikterutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini adalah: 1. Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya. 2. Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.

3. Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide. 4. Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda.

c. Tahap operasional konkret(umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan tandai adanya reversible dan kekelan. Anak telah memiliki kecakapan berfikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi kedalam dirinya sehingga tindakanya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan,karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model kemungkinan dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani sistem klasifikasi. Namun sungguh pun anak telah dapat melakukan

pengklasifikasian, pengelompokan pun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokkan dan pengaturan masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Namun taraf berfikirnya sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berfikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan.

d. Tahap Operasional Formal (umur 11/12-18 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berfikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berfikir kemungkinan. Model berfikir ilmiah dengan tipe hipothetico deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan

mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berfikir anak sudah dapat: 1) Bekerja secara efektif dan sistematis 2) Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabanya, misalnya C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan. 3) Berfikir secara proporsional yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1, C2, dan R misalnya. 4) Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahp ini mula-mula piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling lambat pada usia 15 tahun. Tetapi berdasarkan penelitian maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun usianya telah melampaui, belum dapat melakukan formal-operations.

Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap preoperasional, dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional, konkret, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional formal. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif para muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan

tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.

Teori belajar dari Robert M.Gagne Gagne menghubungkan ide-ide behavior dan kognitivisme dalam pembelajaran. Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk di olah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemprosesan informasi terjadi intraksi antara kondisi internal dengan kondisi eksternal individu. Kondisi internal adalah keadaan dalam diri individu yang di perlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individudalam proses pembelajaran. Kondisi eksternal ini oleh gagne disebut sebagai sembilan peristiwa pembelajaran: 1. Memberikan perhatian (gain attention). Contoh sederhana tunjukan es krim,ceritakan kelezatan yang di peroleh dari memakannya. 2. Memberi tahu siswa tentang tujuan pembelajaran (inform learner of objectives), biarkan siswa mengetahui apa yang akan dipelajarinya. Contoh: Hari ini kita akan belajar membuat es krim). 3. Dibangun atas pengetahuan yang telah lalu (recall prior knowledge). Contohnya: apakah ada yang pernah membuat es krim? Dimana, kapan, dan bahan apa saja yang diperlukan? 4. Menyajikan pembelajaran sebagai rangsangan (present material). Contoh: tunjukan kepada siswa bagaimana membuat es krim. 5. Memberikan panduan belajar (provide guided learning), bantulah siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik pada saat pembelajaran langsung. 6. Menampilkan kinerja (elicit performance). Minta lah para siswa mengerjakan apa-apa yang di pelajarinya. Contoh, berikan kepada siswa bahan-bahan untuk membuat es krim dan mintalah agar membuat es krim sendiri.

7. Memberikan umpan balik (provide feedback), beritahu siswa kinerjanya masing-masing. Contoh: guru berkeliling kelas melihat bagaimana setiap siswa membuat es krim. 8. Menilai kinerja (assess peformance, nilailah siswa tentang pengetahuan nya mengenai topik pembelajaran, contoh: amati es krim hasil karya siswa, jika mereka benar cara membuatnya diperbolehkan memakan nya. 9. Meningkatkan retensi/ingatan dan trasfer pengetahuan (enhance retention and transfer). Bantulah siswa dalam mengingat-ingat dan menerapakan keterampilan baru itu. Contoh: siswa di tugas membuat es krim pada saat karya wisata sekolah.

Gagne mengidentifikasi adanya lima kategori belajar, seperti tercantum dalam tabel Taksonomi hasil belajar (Gagne, 1970).

Taksonomi hasil blajar Informasi verbal

Contoh tindakan khusus (specific operation) Mengungkapkan materi pembelajaran yan baru dipelajari seperti fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip dan prosedur, misalnya menyebutkan/ menulis gejala orang yang terserang DBD.

Keterampilan intelektual (deskriminasi, konkret, terdefinisikan, hukum, konsep konsep hukum-

Diskriminasi: membedakan objek, fitur atau simbol, misalnya mendengarkan permainan instrumen musik yang picthnya berbeda.

Konsep konkret: mengidentifikasi kelas suatu objek, fitur atau kejadian konkret, misalnya mengambil seluruh permen berwarna hijau dari sekaleng permen

hukum-hukum

tingkat tinggi

Konsep terdefinisikan: menggolongkan contoh-contoh baru dari suatu kejadian atau gagasan berdasarkan definisinya, minsalnya menandai frasa simak (emak) dengan simak sebagai aliterasi (sama bunyinya).

Hukum: menggunakan suatu hubungan tunggal untuk menyelesaikan sekelompok masalah. Misalnya

menggunakan hukum neuton 1 untuk menyelesaikan berbagai soal fisika. Hukum tingkat tinggi: menerapkan berbagai kombinasi baru untuk menyelesaikan masalah yang komplek. Misalnya menggunakan hukum kekekalan massa, hukum dalton, hukum avogadro untuk menyelesaikan soal hitungan kimia Strategi kognitif Menerapkan cara personal untuk memnadu belajar, berfikir, tindakan, dan merasakan. contoh menyusun suatu rencana perusahan untuk meningkatkan hubungan dengan pelanggan. Sikap Memilih tindakan personal yang di landasi oleh status internal (internal state) dari pemahaman dan kemampuan merasakan, minsalnya menetapkan untuk berolahraga setiap hari sebagai bagian dari usaha kesehatan preventif. Keterampilan motorik Melaksanakan kinerja yang melibatkan aktivitas otot-otot seperti berenang, lompat tinggi, berlari, angkat besi, dan lain-lain. Pengembangan lima kategori utama belajar (five major categories of learning) tersebut di atas ditenggarai berimplikasi terhadap hal-hal sebagai berikut: Hasil belajar yang berbeda memerlukan cara mengajar/instruksi yang berbeda pula, dengan kata lain guru harus mampu melaksanakan variasi dalam pembelajaran. Agar berlangsung peristiwa belajar,harus dihadirkan kondisi pembelajaran tertentu,atmosfer pembelajaran harus didesain

sedemikian rupa sehingga timbul keberanian siswa untuk merealisasikan ide kreatifnya. Diperlukan tindakan-tindakan khusus (spesific operation) yang menyusun kegiatan pengajaran yang berbeda untuk setiap jenis hasil pembelajran yang berbeda pula.

Latihan 1 1. Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Apa yang dimaksud dengan asimilasi dan akomodasi tersebut? 2. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat macam. Yang pertama adalah tahap sensorimotor (umur 0 2 tahun). Sebutkan kemampuan kemampuan yang dimiliki pada tahap ini! 3. Menurut Gagne, dalam pemprosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal dengan kondisi eksternal individu. Apa yang dimaksud dengan kondisi internal dan kondisi eksternal itu?

Kegiatan Belajar 2: Teori Belajar Kognitivisme Menurut Jerome S. Bruner dan David P. Ausubel
1. Teori Kognitif dari Bruner Jerome S. Bruner (1915) adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar, dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, Ia menganggap manusia sebagai pemproses, pemikir, dan pencipta informasi. Bruner, melalui teorinya itu, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya. Dengan memanipulasi keaktifannya. alat-alat peraga, siswa dapat belajar melalui yang dikemukakan oleh Bruner, belajar

Sebagaimana

merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar (melebihi) informasi yang diberikan pada dirinya. Teori Bruner tentang kegiatan manusia tidak terkait dengan umur atau tahap perkembangan (berbeda dengan Teori Piaget). Menurut Jerome Bruner, belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yakni: a. Memperoleh informasi baru. Informasi baru dapat merupakan

penghalusan dari informasi seelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi tersebut dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. b. Transformasi informasi. Transformasi informasi/pengetahuan

menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan. Informasi yang diperoleh, kemudian dianalisis, diubah atau ditransformasikan ke dalam

bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk halhal yang lebih luas. c. Evaluasi. Evaluasi merupakan proses menguji relevasi dan ketepatan pengetahuan. Proses ini dilakukan dengan menilai apakah cara kita memperlakukan pengetahuan tersebut cocok atau sesuai dengan prosedur yang ada. Pendewasaan pertumbuhan intlektual atau pertumbuhan kognitif seseorang menurut Bruner, adalah sebagai berikut: a. Pertumbuhan intlektual ditunjukan oleh bertambahnya

ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Dalam pertumbuhan intlektual ini, adakalanya kita melihat bahwa seorang anak

mempertahankan suatu respons dalam lingkungan stimulus yang berubah-ubah, atau belajar mengubah responsnya dalam lingkungan stimulus yang tidak berubah. Sehingga melalui pertumbuhan seseorang dapat memperoleh kebebasan dari pengontrolan stimulus melalui proses proses perantara yang mengubah stimulus sebelum respons. b. Pertumbuhan intlektual tergantung pada bagaimana menjadi seseorang system peristiwaperistiwa

menginternalisasikan

suatu

penyimpanan (storage system) yang sesuai dengan lingkungan. Sistem inilah yang memungkinkan peningkatan kemampuan anak untuk bertidak diatas informasi yang diperoleh pada suatu kesempatan. c. Pertumbuhan intlektual menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau kepada orang lain, dengan pertolongan katakata dan symbolsymbol, apa yang telah dilakukannya atau akan dilakukannya. Bruner membagi perkembangan kognitif anak atas tahaptahap tertentu. Menurut Bruner ada 3 tahap, yakni: a) Enaktif (Enactive) Tahap ini merupakan tahap representasi pengetahuan dalam melakukan tindakan . Pada tahap ini anak dalam tahap belajarnya menggunakan atau memanipulasi obyekobyek secara langsung.

b) Ikonik (Iconic) Tahap yang merupakan perangkuman bayangan secara visual. Pada tahap ini anak melihat dunia melalui gambargambar atau visualisasi. Dalam belajarnya, anak tidak memanipulasi obyekobyek secara langsung, tetapi sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari obyek. c) Simbolik (Symbolic) Tahap ini merupakan tahap memanipulasi symbolsymbol secara langsung dan tidak lagi menggunakan obyekobyek atau gambaran obyek. Pada tahap ini anak memiliki gagasangagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika. Menurut Bruner, untuk mengajarkan sesuatu tidak perlu ditunggu sampai anak mencapai suatu tahap perkembangan tertentu. Apabila bahan yang diberikan diatur dengan baik, maka anak dapat belajar meskipun usianya belum memadai. Jadi perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner ini dikenal sebagai Kurikulum spiral. Dalam model intruksional, Bruner memperkenalkan model yang dikenal dengan nama belajar penemuan (Discovery learning). Dalam belajar penemuan ini siswa akan berperan lebih aktif. Siswa berusaha sendiri memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan tertentu. Dengan cara ini akan memperoleh pengetahuan yang benarbenar bermakna. Bruner juga memperkenalkan Teori Intrumentalisme yang menekankan bahwa bahasa merupakan alat pemikiran manusia untuk menyempurnakan dan mengebangkan pikiran. Bahasa dapat membantu manusia agar dapat berfikir lebih sistematis. Menurut Bruner, peranan bahasa yang utama dalam meningkatkan pemikiran adalah dengan lahinya 4 jenis heuristic melalui bahasa, yakni; i. Transformasi, untuk menjelaskan lagi kenyataan dengan cara bergerak kearah pelahiran pikiran yang tinggi perumusannya. ii. Idealisasi, yang melibatkan kemampuan berdebat.

iii. Ekspansi, pengabungan dan penyekatan yang melibatkan cara pengurai contohcontoh. iv. Eksplikasi, tujuan yang melibatkan kemampuan penutur membuat tujuannya jelas kepada dirinya sendiri dan kapada pendengarnya. Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner a. Empat Tema tentang Pendidikan Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain. Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi. Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak. Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu. b. Model dan Kategori Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri. Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Ausubel. Setiap model seseorang khas bagi dirinya. Dengan menghadapi berbagai

aspek dari lingkungan kita, kita akan membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal-hal yang diketahui. c. Belajar sebagai Proses Kognitif Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Informasi baru dapat merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang mempelakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain. Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu tentang discovery yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulanganpenulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut kurikulum spiral. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara utuh. Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa menemukan konsep yang

baru dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan.

2. Teori Belajar Bermakna dari Ausubel Menurut David P. Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa, melalui peneriaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi tersebut pada sruktur kognitif yang telah ada. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa dalam bentuk: Belajar penerimaan (reception learning) yang menyajikan informasi tersebut dalam betuk final. Belajar penemuan (discovery learning) yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang dipelajari. Pada tingkat kedua siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi tersebut pada konsepkonsep dalam struktur kognitifisme; dalam hal ini terjadi belajar bermakna (meaningful learning). Siswa mungkin saja tidak mengaitkan informasi tersebut pada konsepkonsep yang ada dalam struktur kognitifnya; siswa hanya terbatas menghapal informasi baru; dalam hal ini terjadi belajar hafalan (rote learning). Collette dan Chiappetta

menggambarkan kedua dimensi ini dalam suatu salib sumbu. Sumbu vertical menyatakan dimensi pertama sedangkan sumbu horizontal menyatakan dimensi kedua. Ausubel mengemukakan bahwa belajar menerima dan belajar menemukan adalah dua hal yang berbeda. Pada belajar menerima, isi pokok yang akan dipelajari diberikan kepada siswa dalam bentuk catatan. Ausubel juga menjelaskan bahwa perbedaan antara belajar hafalan dan belajar bermakna sering dicampuradukkan dengan perbedaan antara belajar menerima dan belajar menemukan. Pencampuradukkan ini disebabkan adanya anggapan

bahwa belajar menerima adalah hafalan, sedangkan belajar menemukan adalah bermakna. Menghafal sebenarnya mendapatkan informasi yang terisolasi sedemikian hingga siswa tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh tersebut ke dalam sruktur kognitifnya. Belajar hafalan adalah suatu proses belajar yang dilakukan dengan mengingat kata demi kata, sedangkan belajar bermakna merupakan rangkaian proses belajar yang memberikan hasil yang bermakna. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifatsifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sah dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi. Demikian pemaparan dari dua dimensi pembelajaran tersebut, terdapat empat kemungkinan tipe belajar, yakni: Belajar menerima yang bermakna Ini terjadi bila informasi yang telah disusun secara logis disajikan kapada siswa dalam bentuk final. Selanjutnya siswa menghubungkan informasi baru tersebut dengan struktur kognitif yang telah ia miliki. Belajar penemuan yang bermakna Ini terjadi bila informasi pokok ditemukan oleh siswa. Siswa kemudian menghubungkan pengetahuan baru tersebut dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Belajar menerima yang hapalan (tidak bermakna) Ini terjadi bila informasi disajikan kepada siswa dalam bentuk final, siswa kemudian menghapalnya.

Belajar penemuan yang hapalan (tidak bermakna) Ini terjadi bila informasi pokok ditemukan oleh siswa. Siswa kemudian menghapal pengetahuan baru tersebut.

Langkahlangkah belajar bermakna Ausubel adalah : 1. Pengatur awal (Advance Organizer) Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya. 2. Diferensiasi Progregsif Dalam pembelajaran bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsep-konsep. Menurut Ausubel ada tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu: a. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat, b. Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip, c. Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar halhal yang mirip walaupun telah terjadi lupa. Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna. Ausubel selanjutnya memberikan dua prasyarat untuk belajar menerima yang bermakna, yakni: Siswa telah memiliki satu himpunan belajar bermakna. Artinya kondisi dan sikap siswa telah siap untuk mengerjakan tugas belajar yang sesuai dengan tujuan mereka. Tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan struktur kognitif siswa, sehingga siswa dapat mengasimilasikan bahan baru tersebut secara bermakna. Belajar bermakna terdahulu merupakan dasar atau penguat untuk belajar baru, sehingga belajar baru dan retensi tidak menjadi belajar hafalan. Ausubel mengembangkan suatu cara yang disebut sebagai Advance Organizer untuk mengorientasikan siswa pada materi yang akan dipelajari dan membantu mereka untuk mengingat kembali informasi-informasi yang

berkaitan dan yang dapat digunakan untuk membantu dalam menyatukan informasi-informasi baru yang akan dipelajari. Menurut Ausubel, paling sedikit terdapat tiga tujuan yang dapat dicapai oleh advance organizer. Pertama, advance organizer memberikan kerangka konseptual untuk belajar yang akan terjadi berikutnya. Kedua, advance organizer dipilih secara seksama sehingga dapat menjadi penghubung antara simpanan informasi siswa saat ini dan belajar yang baru. Ketiga, berlaku sebagai jembatan antara struktur kognitif lama dan struktur kognitif yang masih akan diperoleh. Bila kita membandingkan teori Bruner dan teori Ausubel maka terlihat bahwa perbedaan utama yang nampak adalah pada penekanan cara belajar. Bruner menekankan pentingnya penemuan (discovery) sedangkan Ausubel menekankan pada belajar penerimaan (reception). Kesamaan kedua teori ini diungkapkan oleh Reilley dan Lewis sebagai berikut: a. Keduanya menekankan makna dan pemahaman, meskipun menurut Bruner makna dan pemahaman tersebut harus ditemukan secara induktif, sedangkan menurut Ausubel harus diasimilasi secara deduktif. b. Belajar materi/substansi tidak hanya merupakan pengulangan secara verbatim. Apabila substansi diketahui maka materi selanjutnya dapat ditransfer dan dipakai secara lebih luas. c. Keduanya menekankan adanya suatu hubungan. Bruner menekankan bagaimana sesuatu yang dipelajari harus dihubungkan dengan bahanbahan lain dan bagaimana menemukan arti dalam hubungan tersebut. Ausubel menekankan bahwa apa yang dipelajari harus dihubungkan dengan apa yang telah ada di dalam struktur kognitif siswa. d. Keduanya menekankan pentingnya belajar konsep dan prinsip. e. Keduanya berbicara tentang struktur. Bruner menekankan struktur disiplin imu, sedangakan Ausubel menekankan adanya pengaturan materi ajaran di dalam struktur kognitif.

f. Proses belajar harus dipelajari seperti apa adanya didalam kehidupan sehari-hari dan tidak disederhanakan menjadi eksperimen-eksperimen dengan situasi labolatorium. g. Keduanya merupakan teori kognitif yang mempelajari proses-proses didalam pikiran dan tidak hanya apa yang terjadi di dunia fisik yang bersifat eksternal. h. Keduanya menekankan akan pentingnya bahasa sebagai dasar pikiran dan komunikasi, yang merupakan alat utama dalam proses belajar. i. Keduanya setuju bahwa perlu perbaikan pengajaran dengan tujuan pengajaran lebih bermakna. Dari pemahaman diatas, maka langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh masing-masing tokoh tersebut berbeda. Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: a. Langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner Menentukan tujuan pembelajaran Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya) 3. Memilih materi pembelajaran 4. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secra induktuf (dari contoh-contoh ke generalisasi) 5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa 6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang kongkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik, sampai ke simbolik. 7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. b. Langkah-langkah pembelajaran menurut Ausubel 1. 2. 3. 4. 5. 6. Menentukan tujuan pembelajaran Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya) Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep ini Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk alvance organizer yang akan dipelajari siswa Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkan dalam bentuk nyata/konkrit Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. 1. 2.

Latihan 2 1. Menurut Jerome Bruner, belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, jelaskan ketiga proses tersebut! 2. Dalam aplikasi teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran, bandingkan apa yang lebih ditonjolkan oleh Bruner dan Ausubel pada teori yang mereka kembangkan! 3. Jelaskan tiga tujuan yang dapat dicapai oleh Advance Organizer yang dikembangkan oleh Ausubel!

PENUTUP A. Rangkuman
1. Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan belajar dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Menurut Piaget, kegiatan beljar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. 2. Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. 3. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. 4. Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk di olah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Kondisi internal adalah keadaan dalam diri individu yang di perlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individudalam proses pembelajaran. 5. Menurut Jerome Bruner, belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yakni memperoleh informasi baru, transformasi informasi dan evaluasi. 6. Bruner membagi perkembangan kognitif anak atas 3 tahap yaitu tahap enaktif (Enactive) yang merupakan tahap representasi pengetahuan dalam melakukan tindakan, lalu tahap ikonik (Iconic) yaitu tahap yang merupakan perangkuman bayangan secara visual, dan terakhir tahap

simbolik (Symbolic) yang merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak lagi menggunakan obyek-obyek atau gambaran obyek. 7. Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. 8. Bruner memperkenalkan model belajar penemuan (Discovery learning) dimana siswa akan berperan lebih aktif, berusaha sendiri memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan tertentu yang benarbenar bermakna.
9. Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi yaitu

bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif dan bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya.
10. Ciri khas teori Bruner yaitu tentang discovery, belajar dengan

menemukan konsep sendiri. Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan sehingga pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa menemukan konsep yang baru dengan

menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan. 11. Menurut David P. Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu yang berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui peneriaan atau penemuan dan yang menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi tersebut pada sruktur kognitif yang telah ada. 12. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu.

13. Langkahlangkah belajar bermakna Ausubel yaitu pengatur awal (Advance Organizer) yang digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya dan diferensiasi progregsif untuk pengembangan dan kolaborasi konsepkonsep. 14. Ausubel mengembangkan suatu cara yang disebut sebagai Advance Organizer untuk mengorientasikan siswa pada materi yang akan dipelajari dan membantu mereka untuk mengingat kembali informasiinformasi yang berkaitan dan yang dapat digunakan untuk membantu dalam menyatukan informasi-informasi baru yang akan dipelajari. 15. Terdapat tiga tujuan yang dapat dicapai oleh advance organizer, yaitu memberikan kerangka konseptual untuk belajar yang akan terjadi berikutnya, menjadi penghubung antara simpanan informasi siswa saat ini dan belajar yang baru, dan berlaku sebagai jembatan antara struktur kognitif lama dan struktur kognitif yang masih akan diperoleh.

B. Tes Formatif
1. Apa pengertian belajar menurut teori kognitif? 2. Mengapa struktur kognitif yang dimiliki individu menjadi faktor utama yang mempengaruhi kebermaknaan dari perolehan pengetahuan baru? 3. Apakah yang diharapkan dari penggunaan Advance organizers yang dikembangkan oleh Ausubel? 4. Apa saja yang terkandung dalam penataan isi bidang studi atau materi pelajaran sebagai strategi pengorganisasikan isi pembelajaran berdasarkan teori skema? 5. Berdasarkan pada konsepsi organisasi kognitif yang dikemukakan oleh Ausubel, apa fungsi skemata sebagai struktur organisasional? 6. Apa saja yang mencakup langkah-langkah pembelajaran menurut Ausubel?

7. Dalam aplikasi teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran, apa yang lebih ditonjolkan oleh Ausubel? 8. Apa saja yang mencakup langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner? 9. Apa saja yang terkandung dalam penataan isi bidang studi atau materi pelajaran sebagai strategi pengorganisasikan isi pembelajaran berdasarkan kurikulum spiral? 10. Dalam aplikasi teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran, apa yang lebih ditonjolkan oleh Bruner?

Kunci Jawaban
Latihan 1 1. Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif yang ada sekarang, sementara akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami. Dengan kata lain, apabila individu menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang telah dipunyainya. Proses ini disebut asimilasi. Sebaliknya, apabila struktur kognitif yang sudah dimilikinya yang harus disesuaikan dengan informasi yang diterima, maka hal ini disebut akomodasi. 2. a. Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya. b. Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara. c. Suka memperhatikan sesuatu lebih lama. d. Mendefenisikan sesuatu dengan memanipulasinya. e. Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya. 3. Kondisi internal adalah keadaan dalam diri individu yang di perlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individudalam proses pembelajaran. Latihan 2 1. Peoses tersebut yaitu: a. Memperoleh informasi baru. Informasi baru dapat merupakan penghalusan dari informasi seelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi tersebut dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. b. Transformasi informasi. Transformasi informasi/pengetahuan

menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan. Informasi yang diperoleh, kemudian dianalisis, diubah atau ditransformasikan

ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk halhal yang lebih luas. c. Evaluasi. Evaluasi merupakan proses menguji relevasi dan ketepatan pengetahuan.Proses ini dilakukan dengan menilai apakah cara kita memperlakukan pengetahuan tersebut cocok atau sesuai dengan prosedur yang ada. 2. Bruner lebih banyak memberikan kebebasan pada siswa untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan (discovery). Cara demikian akan mengarahkan siswa pada untuk belajar induktif, yang menuntut banyak melakukan pengulangan. Hal ini tercemin dari model kurikulum spiral yang dikemukakannya. Sedangkan Ausubel lebih mementingkan struktur disiplin ilmu. Dalam proses belajar lebih banyak menekankan pada cara berfikir deduktif. Hal ini tampak dari konsepsinya mengenai Advance Organizer sebagai kerangka konseptual tentang isi pelajaran yang akan dipelajari siswa. 3. Pertama, advance organizer memberikan kerangka konseptual untuk belajar yang akan terjadi berikutnya. Kedua, advance organizer dipilih secara seksama sehingga dapat menjadi penghubung antara simpanan informasi siswa saat ini dan belajar yang baru. Ketiga, berlaku sebagai jembatan antara struktur kognitif lama dan struktur kognitif yang masih akan diperoleh. Tes Formatif 1. Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dalam pemahaman,yang tidak selalu bebentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertara dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. 2. Karena skemata yang telah dimiliki oleh seseorang menjadi penentu utama terhadap pengetahuan apa yang akan dipelajari oleh orang tersebut sehingga diperlukan adanya upaya untuk mengorganisasikan isi atau materi pelajaran

serta pelajaran penataan kondisi pembelajaran agar dapat memudahkan proses asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif orang yang belajar. 3. Advance organizers yang dikembangkan oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif didalam merancang

pembelajaran. Penggunaan Advance organizers sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, karena merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsepkonsep dasar tentang apa yang dipelajari, dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Advance organizers akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran baru, serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajari. 4. Teori skema menggunakan urutan umum ke rinci. Teori ini memandang bahwa proses belajar sebagai perolehan pengetahuan baru dalam diri seseorang dengan cara mengkaitkannya dengan struktur kognitif yang sudah ada. Hasil belajar sebagai hasil pengorganisasikan struktur konitif yang baru, merupakan integrasi antara pengetahuan yang lama dan yang baru. Struktur kognitif yang baru ini nantinya akan menjadi assimilative schema pada proses belajar berikutnya. 5. Sebagai struktur organisasional, skemata berfungsi untuk mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah, atau sebagai tempat untuk mengkaitkan pengetahuan baru atau dapat dikatakan bahwa skemata memiliki fungsi ganda, yaitu : a. Sebagai skema yang menggambarkan atau merepresentasikan organisasi pengetahuan. Seseorang yang ahli dalam suatu bidang tertentu akan dapat digambarkan dalam skemata yang dimilikinya. b. Sebagai kerangka atau tempat untuk mengkaitkan atau mencatolkan pengetahuan baru. 6. a. Menentukan tujuan pembelajaran b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya)

c. Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep ini d. Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk alvance organizer yang akan dipelajari siswa e. Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkan dalam bentuk nyata/konkrit f. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa 7. Ausubel lebih mementingkan struktur disiplin ilmu. Dalam proses belajar lebih banyak menekankan pada cara berfikir deduktif. Hal ini tampak dari konsepsinya mengenai Advance Organizer sebagai kerangka konseptual tentang isi pelajaran yang akan dipelajari siswa. 8. a. Menentukan tujuan pembelajaran b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya) c. Memilih materi pembelajaran d. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secra induktuf (dari contoh-contoh ke generalisasi) e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang kongkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik, sampai ke simbolik. g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. 9. Gagasan tentang kurikulum spiral yang dikemukakan oleh bruner dilakukan dengan cara mengurutkan pengajaran. Urutan pengajaran dimulai dengan mengajarkan isi pengajaran secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan isi yang lebih yang sama dengan cakupan yang lebih rinci. 10. Bruner lebih banyak memberikan kebebasan pada siswa untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan (discovery). Cara demikian akan

mengarahkan siswa pada untuk belajar induktif, yang menuntut banyak melakukan pengulangan. Hal ini tercemin dari model kurikulum spiral yang dikemukakannya.

DAFTAR PUSTAKA
Dahar dan Willis, Ratna. 1989. Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga. Suciati dan Irawan, Prasetya. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: PAUPPAI Universitas Terbuka. Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

You might also like