You are on page 1of 9

I.

TUJUAN Untuk memberikan panduan tata cara pembuatan sediaan parenteral volume besar

(infus dekstrosa), formulasi infus dekstrosa, dan evaluasi sediaan infus. II. FORMULATION Formula standar Infus dekstrosa Injeksi dextrose R/ Anhydrous dextrose WFI to 5g 100 mL(1)

Formula modifikasi Infus dekstrosa Dextrose monohidrat 5% HCl 0,1N WFI III. a. b. IV. ad 500 mL

TANGGUNG JAWAB Kelompok B4, selaku praktikan bertanggung jawab atas pelaksanaan prosedur tetap ini. Bayu Diwangkara, selaku supervisor dalam pelaksanaan prosedur tetap ini. DEFINISI Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan

dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 mL. Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak. Kecuali dinyatakan lain, infus intravenous tidak diperbolehkan mengandung bakterisida dan zat dapar. Larutan untuk infus intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel(2)(3). Penggolongan sediaan infus : Larutan elektrolit Asidosis Alkalosis Infus karbonat Larutan kombinasi elektrolit dan karbohidrat

Larutan irigasi Monografi Bahan Glukosa

Sinonim : Dekstrosa, Dekstrosum Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak berbau, rasa manis. Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol. Penyimpanan : dalam wadah tertutup. Asam Klorida ( FI III hal 53)

Rumus molekul : HCl

Pemerian : cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2
bagian air, asap hilang.bobot jenis kurang 1,8 (3). Stabilitas : bersifat korosif

Incompatibilitas : dengan basa, alkali karbonat, denga garam perak dan garam
merkuri( Martindale hala 783) (4). Penyimpanan : wadah tertutup rapat(3). Fungsi : peng- adjust pH Aqua Pro Injeksi Pemerian : keasaman-kebasaan; amonium, besi, tembaga, timbal, kalsium, klorida, nitrat, sulfat, zat teroksidasi memenuhi syarat yamg tertera pada Aqua Destillata(3). Penyimpanan : dalam wadah tertutup kedap, jika disimpan dalam wadah tertutup kapas berlemak harus digunakan dalam waktu 3 hari setelah pembuatan(3). Fungsi : sebagai cairan pembawa obat V. PELAKSANAAN Metode: Metode sterilasi yang dipilih : Termal Sterilization ( Sterilisasi Uap) Sterilisasi ini menggunakan autoklaf dengan tekanan uap 121oC selama 15 menit(3). Bahan : Dextrose anhidrat

HCl 0,1 N Aqua pro injeksi Alat : Batang pengaduk gelas Botol infus Corong gelas Gelas beker Gelas ukur Kaca arloji Karet pipet Labu erlenmeyer Pinset Pipet Spatel Prosedur kerja : 1. Sterilisasi alat : Cara Sterilisasi oven, 150C, 1 jam Nama Alat Kaca arloji, Spatel, Pinset, Pipet, Batang pengaduk gelas, Corong gelas Botol infus, Gelas beker, Gelas ukur, Labu erlenmeyer Karet pipet Aquades Ruangan 2. Penimbangan bahan formulasi : Infus dextrose 5% dalam 500 mL Dextrose anhidrat 5% HCl WFI 3. Perhitungan : Pembuatan infus 500 mL = 29,45 g = 531,55 mL qs pH 4,5 6,5 autoklaf, 121C, 15 menit larutan fenol 5%, 24 jam. didihkan 30 menit. lampu UV, 24 jam

Kelebihan volume wadah untuk cairan encer dengan volume > 50 mL = 2% 2% x 500 mL = 10 mL Kelebihan volume total selama proses = 10% = 10% x (500 + 10) = 51 mL Jadi volume total yang dibuat = 500 + 10 + 51 = 561 mL Dextrose 25 g/500 mL x 561 mL = 28,05 g Zat aktif dilebihkan 5% = 28,05 + (5/100 x 28,05) = 29,45 g Aqua p.i = 561 29,45 = 531,55 mL

4.

Pembuatan sediaan infus dextrosa : Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan Sterilkan alat dengan cara yang sesuai Timbang Dextrosa Larutkan dextrosa dalam aqua pro injeksi secukupnya, panaskan jika perlu Cek pH larutan , jika belum mencapai pH 4,5 6,5 tambahkan HCl Ditambahkan WFI sampai 500 mL, filter dengan vakum, filter dengan kertas saring Dimasukkan ke dalam wadah dan dievaluasi

5.

Evaluasi : 1) Uji kejernihan larutan Larutan dilihat di latar belakang hitam untuk melihat partikel putih

Larutan dilihat di latar belakang putih untuk melihat partikel berwarna dilihat dibawah cahaya yang terdifusi tegak lurus kearah bawah tabung 2) Uji kebocoran Wadah diletakkan terbalik dengan ujung di bawah Apabila wadah bocor maka isi dari wadah akan keluar 6. Pengemasan dan Penyimpanan : dalam wadah steril, tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. VI. PEMBAHASAN Praktikum pembuatan infus intravena dextrosa ini bertujuan untuk mampu memberikan panduan tata cara pembuatan sediaan parenteral volume besar (infus dekstrosa), formulasi infus dekstrosa, dan evaluasi sediaan infus. Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung kedalam vena dalam volume relative banyak. Emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar. Diameter fase dalam tidak lebih dari 5 m. kecuali, dinyatakan lain infuse intravena tidak diperbolehkan mengandung bakterisida dan zat dapar. Larutan untuk infuse intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel. Emulsi untuk infuse intravenous setelah dikocok harus homogeny dan tidak menunjukkan pemisahan fase (2). Area praktikum dibagi menjadi 3 ruang kerja, yaitu black area dengan jumlah partikel (non-patogen) ukuran 0,5 m > 100000/ft3 (dengan ventilasi udara yang memadai), grey area dengan jumlah partikel (non-patogen) ukuran 0,5 m maksimum 100000/ft3 dan white area dengan jumlah partikel (non-patogen) ukuran 0,5 m maksimum 100/ft3 . Pada black area dilakukan pembungkusan semua alat dengan kertas perkamen. Dimasukkan aquadest sebanyak 531,55 ml kedalam botol infus, kemudian ditutup rapat dan diikat simpul. Dibungkus seperti alat yang lain. Diserahkan semua alat ke gray area melalui pass box. Pada grey area semua alat disterilisasi dengan metode sterilisasi uap dengan menggunakan autoclave. Sterilisasi uap adalah proses sterilisasi termal menggunakan

uap jenuh di bawah tekanan berlangsung di suatu bejana. Siklus autoclave yang ditetapkan dalam farmakope, untuk media atau pereaksi adalah selama 15 menit, 121 C, kecuali dinyatakan lain. Prinsip dasar kerja alat adalah udara di dalam bejana diganti dengan uap jenuh, dan hal ini dicapai dengan menggunakan alat pembuka atau penutup khusus
(2)

. Sedangkan pada white area dilakukan pembuatan sediaan infus dextrosa di

area steril. Infus dekstrosa diindikasikan sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).Kontraindikasi pada hiperglikemia. Adverse reaction Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi pada pembuluh darah dan tromboflebitis. Dekstrosa dengan mudah dimetabolisme, dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan menambah kalori. Dekstrosa dapat menurunkan atau mengurangi protein tubuh dan kehilangan nitrogen, meningkatkan pembentukan glikogen dan mengurangi atau mencegah ketosis jika diberikan dosis yang cukup. Dekstrosa dimetabolisme menjadi CO2 dan air, maka larutan dekstrosa dan air dapat mengganti cairan tubuh yang hilang. Injeksi dekstrosa dapat juga digunakan sebagai diuresis dan volume pemberian tergantung kondisi klinis pasien. Persyaratan yang harus dimiliki oleh Infus Intravena adalah : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Sediaan steril berupa larutan atau emulsi. Bebas pirogen. Sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah. Infus emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar, diameter fase dalam tidak lebih dari 5 mikrometer. Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel. Emulsi untuk infus intravena setelah dikocok harus homogen dan tidak menunjukkan pemisahan fase, diameter globul fase terdispersi untuk infus intravena harus dinyatakan. 8) 9) Volume netto / volume terukur tidak kurang dari nilai nominal. Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal.

10) Penandaan :

a. Etiket pada larutan yang diberikan secara intra vena untuk melengkapi cairan, makanan bergizi, atau elektrolit dan injeksi manitol sebagai diuretika osmotik, disyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya. b. Jika keterangan mengenai osmolalitas diperlukan dlm monografi masing-masing, pada etiket hendaknya disebutkan kadar osmolar total dlm miliosmol per liter (2). 11) Memenuhi syarat injeksi. Kecuali dinyatakan lain, syarat injeksi meliputi : Keseragaman bobot. Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas yg tertera pada daftar berikut, kecuali satu wadah yang boleh menyimpang tidak lebih dari 2 kali batas yang tertera (1). Komplikasi pemberian obat secara intravena adalah : 1. Hematoma : darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh darah. 2. Infiltrasi : masuknya cairan infus kedalam jaringan sekitar ( bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah. 3. Trombo flebitis / bengkak pada pembuluh darah vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar. 4. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah. 5. Pendarahan. 6. Rasa perih / sakit. 7. Reaksi alergi. Evaluasi untuk sediaan infus dextrosa yang telah dibuat adalah dengan dilakukannya pemeriksaan pH, kebocoran, partikel asing dan kejernihan larutan sediaan. 1. Uji pH. Uji pH ini bertujuan untuk mengetahui sifat ke asam-basaan dari sediaan infus dextrosa yang dibuat. Uji pH ini berkaitan dengan stabilitas obat dan keamanan dalam penggunaan. Hasil pH larutan yang didapat yaitu 6,8 . Ini berarti belum memenuhi persyaratan untuk pH sediaan yang dikehendaki yaitu antara 4,5 sampai 6,5 karena pH tersebut isohidris dengan nilai pH darah dan cairan tubuh lainnya. Isohidris yaitu keadaan dimana pH larutan sama dengan pH darah ataupun cairan tubuh. Karena dalam uji ini belum memenuhi persyaratan pH maka perlu dilakukan penyesuaian pH agar memenuhi syarat dengan menambahkan larutan HCl 0,1 N. Tujuan dari pengaturan pH ini adalah untuk meningkatkan stabilitas obat. Selain itu juga untuk mencegah adanya rangsangan

atau rasa sakit sewaktu disuntikkan. Karena jika terlalu tinggi dapat menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan jika terlalu rendah maka menyebabkan rasa sakit sewaktu disuntikkan. 2. Uji kebocoran. Tujuan dilakukan uji kebocoran adalah untuk mengetahui apakah ada kebocoran atau tidak pada kemasan. Kaitan dari uji kebocoran ini adalah sterlilitas sediaan, dan volume sediaan. Uji ini dilakukan dengan membalikkan botol infus sehingga posisi tutup dibawah. Jika terdapat kebocoran, maka dapat berbahaya karena lewat lubang atau celah tersebut dapat menyebabkan masuknya mikroorganisme atau kontaminan lain yang berbahaya. Selain itu, isi infus juga dapat bocor keluar dan merusak penampilan kemasan. Dari hasil uji yang dilakukan, didapat bahwa tidak ada kebocoran. 3. Uji partikel asing. Tujuan dari uji partikel asing ini adalah agar mengetahui apakah ada partikel dalam larutan. Partikel asing tersebut merupakan partikel-partikel yang tidak larut yang dapat berasal dari larutan dan zat kimia yang terkandung, lingkungan, peralatan, personal, maupun dari wadah. Partikel asing tersebut dapat menyebabkan pembentukan granuloma patologis dalam organ vital tubuh. Untuk mengetahui keberadaan partikel asing dilakukan dengan menerawang sediaan pada sumber cahaya. Dari hasil uji ini didapat bahwa tidak terdapat partikel asing dalam infus. 4. Uji kejernihan. Tujuan dilakukan uji kejernihan ini adalah untuk mengetahui kejernihan dari larutan infus yang dibuat. Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, yang artinya sangat dipengaruhi oleh penilaian subjektif dari pengamat. Uji kejernihan dilakukan dengan mengamati larutan pada background putih untuk melihat adanya pengotor dan background hitam untuk melihat adanya partikel warna. Dari pemeriksaan yang dilakukan diperoleh bahwa larutan infus yang dibuat memenuhi syarat kejernihan. Syarat kejernihan yaitu sediaan larutan ( kecuali suspensi dan emulsi) adalah tidak ada zat yang terdispersi dalam larutan jernih. VII. 1. 2. ACUAN/REFERENSI PROSEDUR TETAP Carter, S.J., 1975, Cooper and Guns : Dispensing for Pharmaceutical Students 12th edition, Pitman Medical, London Anonim, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 19

3.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1020

VIII. -

LAMPIRAN Brosur Etiket Kotak

You might also like