You are on page 1of 36

HEAT EXCHANGER

I. TUJUAN Untuk dapat memahami prinsip kerja alat penukar panas pipa ganda (double pipe HE). Untuk mengetahui karakteristik alat pengukur panas dengan menghitung : LMTD pada aliran berlawanan arah. Koefisien perpindahan panas keseluruhan Tahanan keseluruhan terhadap aliran dalam pipa

II.

PERINCIAN KERJA Pengkalibrasian laju alir Penentuan suhu fluida panas (input dan output) dan penentuan suhu fluida dingin (input dan output)

III.

ALAT DAN BAHAN A. Alat yang digunakan Alat penukar panas (double pipe HE) Thermo bath (sumber fluida panas) Gelas ukur 500 ml Stop watch Jerigen penampung air dingin Data HE, panjang total= 1,5 ;pipa besar= 1 dan pipa kecil= B. Bahan yang digunakan Air

IV. A.

DASAR TEORI Pengertian Heat Exchanger Menurut Incropera dan Dewitt (1981), efektivitas suatu heat exchanger didefinisikan sebagai perbandingan antara perpindahan panas

yang diharapkan (nyata) dengan perpindahan panas maksimum yang mungkin terjadi dalam heat exchanger tersebut. Secara umum pengertian

Gambar 1. Perpindahan Kalor pada Heat Exchanger Prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari dua fluida pada temperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. a. Secara kontak langsung, panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dingin melalui permukaan kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida. Transfer panas yang terjadi yaitu melalui interfase / penghubung antara kedua fluida. Contoh : aliran steam pada kontak langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur), gas-liquid, dan partikel padat-kombinasi fluida. b. Secara kontak tak langsung, perpindahan panas terjadi antara fluida panas dan dingin melalui dinding pemisah. Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir. B. Jenis jenis Heat Exchanger Perlu diketahui bahwa untuk alat-alat ini terdapat suatu terminology yang telah distandarkan untuk menamai alat dan bagian-bagian alat tersebut yang dikeluarkan oleh Asosiasi pembuat Heat Exchanger yang dikenal dengan Tublar Exchanger Manufactures Association (TEMA). Standarisasi tersebut bertujuan untuk melindungi para pemakai dari bahaya kerusakan atau

kegagalan alat, karena alat ini beroperasi pada temperature dan tekanan yang tinggi. Didalam standar mekanik TEMA, terdapat dua macam kelas heat Exchanger, yaitu : 1. Kelas R, yaitu untuk peraalatan yang bekerja dengan kondisi berat, misalnya untuk industri minyak dan kimia berat. 2. Kelas C, yaitu yang dibuat untuk general purpose, dengan didasarkan pada segi ekonomis dan ukuran kecil, digunakan untuk proses-proses umum industri. Jenis-jenis Heat Exchanger dapat dibedakan atas : 1. Jenis Shell and Tube Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industri perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana didalamnya terdapat suatu bandle (berkas) pipa dengan diameter yang relative kecil. Satu jenis fluida mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya mengalir dibagian luar pipa tetapi masih didalam shell. Keuntungan Shell and Tube Heat exchanger merupakan Heat exchanger yang paling banyak digunakan di proses-proses industri karena mampu memberikan ratio area perpindahan panas dengan volume dan massa fluida yang cukup kecil. Selain itu juga dapat mengakomodasi ekspansi termal, mudah untuk dibersihkan, dan konstruksinya juga paling murah di antara yang lain. Untuk menjamin bahwa fluida pada shell-side mengalir melintasi tabung dan dengan demikian menyebabkan perpindahan kalor yang lebih tinggi, maka di dalam shell tersebut dipasangkan sekat/penghalang (baffles).

Gambar 2. Konstruksi alat penukar kalor jenis shell and tube Berdasarkan konstruksinya, Heat exchanger tipe Shell and Tube dibedakan atas: Fixed Tube Sheet Merupakan jenis shell and tube Heat exchanger yang terdiri dari tubebundle yang dipasang sejajar dengan shell dan kedua tube sheet menyatu dengan shell. Kelemahan pada tipe ini adalah kesulitan pada penggantian tube dan pembersihan shell. Floating Tube Sheet Merupakan Heat exchanger yang dirancang dengan salah satu tipe tube sheetnya mengambang, sehingga tube-bundle dapat bergerak di dalam shell jika terjadi pemuaian atau penyusutan karena perubahan suhu. Tipe ini banyak digunakan dalam industri migas karena pemeliharaannya lebih mudah dibandingkan fix tube sheet, karena tube-bundlenya dapat dikeluarkan, dan dapat digunakan pada operasi dengan perbedaan temperatur antara shell dan tube side di atas 200oF. U tube/U bundle Jenis ini hanya mempunyai 1 buah tube sheet, dimana tube dibuat berbentuk U yang ujung-ujungnya disatukan pada tube sheet sehingga biaya yang dibutuhkan paling murah di antara Shell and Tube Heat exchanger yang lain. Tube bundle dapat dikeluarkan dari shellnya setelah channel headnya dilepas. Tipe ini juga dapat digunakan pada tekanan

tinggi dan beda temperatur yang tinggi. Masalah yang sering terjadi pada Heat exchanger ini adalah terjadinya erosi pada bagian dalam bengkokan tube yang disebabkan oleh kecepatan aliran dan tekanan di dalam tube, untuk itu fluida yang mengalir dalam tube side haruslah fluida yang tidak mengandung partikel-partikel padat. 2. Jenis Double Pipe (Pipa Ganda) Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa mempunyai shell sendiri-sendiri. Untuk menghindari tempat yang terlalu panjang, heat exchanger ini dibentuk menjadi U. pada keperluan khusus, untuk meningkatkan kemampuan

memindahkan panas, bagian diluar pipa diberi srip. Bentuk siripnya ada yang memanjang, melingkar dan sebagainya.

Gambar 3. Alat penukar kalor jenis double pipa Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak langsung (indirect contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida sehingga kedua fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah (fluida pendingin) mengalir melalui pipa kecil, sedangkan fluida dengan suhu yang lebih tinggi mengalir pada pipa yang lebih besar (pipa annulus). Penukar kalor demikian mungkin terdiri dari beberapa lintasan yang disusun dalam susunan vertikal. Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida adalah proses konveksi, sedang proses konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida yang bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur rendah.

Keistimewaan jenis ini adalah mampu beroperasi pada tekanan yang tinggi, dank arena tidak ada sambungan, resiko tercampurnya kedua fluida sangat kecil, mudah dibersihkan pada bagian fitting, Fleksibel dalam berbagai aplikasi dan pengaturan pipa, dapat dipasang secara seri ataupun paralel, dapat diatur sedimikian rupa agar diperoleh batas pressure drop dan LMTD sesuai dengan keperluan,mudah bila kita ingin menambahkan luas permukaannya dan kalkulasi design mudah dibuat dan akurat Sedangkan kelemahannya terletak pada kapasitas perpindahan panasnya sangat kecil, mahal, terbatas untuk fluida yang membutuhkan area perpindahan kalor kecil (<50 m2), dan biasanya digunakan untuk sejumlah kecil fluida yang akan dipanaskan atau dikondensasikan. 3. Koil Pipa Heat Exchanger ini mempunyai pipa berbentuk koil yang dibenamkan didalam sebuah box berisi air dingin yang mengalir atau yang disemprotkan untuk mendinginkan fluida panas yang mengalir di dalam pipa. Jenis ini disebut juga sebagai box cooler (gambar 2.5) jenis ini biasanya digunakan untuk pemindahan kalor yang relative kecil dan fluida yang didalam shell yang akan diproses lanjut. 4. Jenis Pipa Terbuka (Open Tube Section) Pada heat exchanger ini pipa-pipa tidak ditempatkan lagi didalam shell, tetapi dibiarkan di udara. Prndinginan dilakukan dengan mengalirkan air atau udara pada bagian pipa. Berkas pipa itu biasanya cukup panjang. Untuk pendinginan dengan udara biasanya bagian luar pipa diberi sirip-sirip untuk memperluas permukaan perpindahan panas. Seperti halnya jenis coil pipa, perpindahan panas yang terjadi cukup lamban dengan kapasitas yang lebih kecil dari jenis shell and tube. 5. Jenis spiral Jenis ini menpunyai bidang perpindahan panas yang melingkar. Karena alirannya yang melingkar maka system ini dapat Self Cleaning dan mempunyai efisiensi perpindahan panas yang baik. Akan tetapi konstruksi seperti ini tidak dapat dioperasikan pada tekanan tinggi. 6. Jenis lamella

biasanya digunakan untuk memindahkan panas dari gas ke gas pada tekanan rendah. Jenis ini memiliki koefisien perpindahan panas yang baik/tinggi. 7. Gasketter plate exchanger Mempunyai bidang perpindahan panas yang terbentuk dari lembaran pelat yang dibuat beralur. Laluan fluida (biasanya untuk cairan) terdapat diantara lembaran pelat yang dipisahkan gasket yang dirancang khusus sehingga dapat memisahkan aliran dari kedua cairan. Perawatannya mudah dan mempunyai efisiensi perpindahan panas yang baik.

Komponen-komponen Heat Exchanger. Shell Kontruksi shell sangat ditentukan oleh keadaan tubes yang akan ditempatkan didalamnya. Shell ini dapat dibuat dari pipa yang berukuran besar atau pelat logam yang dirol. Shell merupakan badan dari heat exchanger, dimana didapat tube bundle. Untuk temperatur yang sangart tinggi kadang-kadang shell dibagi dua disambungkan dengan sambungan ekspansi. Tube (pipa) Tube atau pipa merupakan bidang pemisah antara kedua jenis fluida yang mengalir didalamnya dan sekaligus sebagai bidang perpindahan panas. Ketebalan dan bahan pipa harus dipilih pada tekanan operasi fluida kerjanya. Selain itu bahan pipa tidak mudah terkorosi oleh fluida kerja. Tube Sheet Tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga menjadi satu yang disebut tube bundle. HE dengan tube lurus pada umumnya menggunakan 2 buah tube sheet. Sedangkan pada tube tipe U menggunakan satu buah tube sheet yang berfungsi untuk menyatukan tube-tube menjadi tube bundle dan sebagai pemisah antara tube side dengan shell side.

Sekat (Baffle) Adapun fungsi dari pemasangan sekat (baffle) pada heat exchanger ini antara lain adalah untuk : 1. Sebagai penahan dari tube bundle 2. Untuk mengurangi atau menambah terjadinya getaran.

3. Sebagai alat untuk mengarahkan aliran fluida yang berada di dalam tubes. Ditinjau dari segi konstruksinya baffle dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu : 1. sekat plat bentuk segmen. 2. Sekat bintang (rod baffle) 3. Sekat mendatar. 4. Sekat impingement. Tie Rods Batangan besi yang dipasang sejajar dengan tube dan ditempatkan di bagian paling luar dari baffle yang berfungsi sebagai penyangga agar jarak antara baffle yang satu dengan lainnya tetap.

C. Pengukuran Kinerja Heat Exchanger Kinerja dari suatu Heat Exchanger dapat dilihat dari parameter-parameter berikut : a. Faktor Pengotor (Fouling Factor) Faktor pengotoran ini sangat mempengaruhi perpindahan panas pada heat exchanger. Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari fluida yang mengalir, juga disebabkan oleh korosi pada komponen dari heat exchange rakibat pengaruh dari jenis fluida yang dialirinya. Selama heat exchanger ini dioperasikan pengaruh pengotoran pasti akan terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu

atau memperngaruhi temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan ataau mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut. Beberapa faktor yang dipengaruhi akibat pengotoran antara lain : Temperatur fluida Temperatur dinding tube Kecepatan aliran fluida Faktor pengotoran (fouling factor, Rf) dapat dicari persamaan :

dimana U pipa yang sudah tua tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jika fouling factor di atas sudah memiliki nilai sedemikian besar, maka HE tersebut dapat disimpulkan sudah tidah baik kinerjanya. Fouling Resistance Jika sebuah pipa baru saja digunakan, maka keadaannya masih normal dan bersih sehingga tidak mengganggu proses perpindahan kalor. Namun pada suatu saat fluida yang terus menerus mengalir dalam pipa akan membentuk seperti sebuah lapisan yang akan mengganggu aliran kalor. Hal inilah yang disebut dengan fouling resistance. Untuk U<<10000 W/m2 C fouling mungkin tidak begitu penting, karena hanya menghasilkan resistan yang kecil. Namun pada water to water heat exchanger dimana nilai U disekitar 2000 maka fouling factor akan menjadi penting. Pada finned tube heat exchanger dimana gas panas mengalir di dalam tube dan gas yang dingin mengalir melewatinya, nilai U mungkin sekitar 200, fouling factor akan menjadi signifikan.

b. Koefisien perpindahan panas Semakin baik sistem maka semakin tinggi pula koefisien panas yang dimilikinya. Koefisien perpindahan kalor, U, terdiri dari dua macam yaitu : UC adalah koefisien perpindahan kalor keseluruhan pada saat alat penukar kalor masih baru UD adalah koefisien perpindahan kalor keseluruhan pada saat alat penukar kalor sudah kotor Secara umum kedua koefisien itu dirumuskan sebagai

c. Penurunan Tekanan (Pressure Drop) Pada setiap aliran dalam HE akan terjadi penurunan tekanan karena adanya gaya gesek yang terjadi antara fluida dan dinding pipa. Hal ini dapat terjadi pada sambungan pipa, fitting,atau pada HE itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan kehilangan energi sehingga perubahan suhu tidak konstan.

Untuk penurunan Tekanan pada Tube Side Besarnya penurunan tekanan pada tube side alat penukar kalor telah diformulasikan, persamaan terhadap faktor gesekan dari fluida yang dipanaskan atau yang didinginkan didalam tube.

Dimana : n = Jumlah pass aliran tube L = Panjang tube L.n = Panjang total.lintasan dalam ft Mengingat bahwa fluida itu mengalami belokan pada saat passnya, maka akan terdapat kerugian tambahan penurunan tekanan.

d. Konduktivitas Termal Daya hantar kalor yang dimiliki fluida maupun dinding pipa HE sangat berpengaruh pada kemampuan kalor tersebut berpindah.

e. Aliran Fluida yang Bertukar Kalor Aliran Kalor Sejajar, kurang efisien dan cepat untuk satu fluida. Aliran Kalor Berlawanan Arah, kalor yang ditransfer lebih banyak.

Metode-metode untuk menentukan efektivitas

Beda Suhu Rata-rata Log (LMTD)

Pada alat penukar-kalor pipa-ganda, fluidanya dapat mengalir dalam aliransejajar maupun aliran lawan-arah. Untuk menghitung perpindahan kalor dalam susunan pipa-ganda digunakan persamaan :

dimana : U = koefisien perpindahan-kalor menyeluruh A = luas permukaan perpindahan-kalor

Tm = beda-suhu rata-rata yang tepat untuk digunakan dalam penukar kalor. Untuk alat penukar-kalor aliran-sejajar , kalor yang dipindahkan melalui unsur luas dA dapat dituliskan sebagai:

dimana subskrip h dan c masing-masing menandai fluida-panas dan fluida-dingin. Perpindahan-kalor dapat pula dinyatakan sebagai

Dimana

dimana m menunjukkan laju aliran-massa dan c adalah kalor spesifik fluida. Jadi,

Jika dq diselesaikan dari persamaan (1) dan disubstitusikan ke dalam persamaan (2) maka didapatkan

Hasil kali

dan

dapat dinyatakan dalam perpindahan kalor total q dan

beda-suhu menyeluruh antara fluida-panas dan fluida dingin. Jadi,

Jika kedua hubungan di atas disubstitusikan ke persamaan (3) memberikan :

Jika persamaan diatas dibandingkan dengan persamaan sebelumnya terlihat bahwa beda suhu rata-rata merupakan pengelompokan suku-suku dalam kurung, Jadi,

Beda suhu ini disebut beda suhu rata-rata log (log mean temperature difference = LMTD). Dengan kata lain, LMTD ialah beda-suhu pada satu ujung penukar-kalor dikurangi beda-suhu pada ujung yang satu lagi dibagi dengan logaritma alamiah dari perbandingan kedua beda suhu tersebut. Penurunan persamaan LMTD tersebut didasarkan atas dua asumsi : (1) Kalor spesifik fluida tidak berubah menurut suhu (2) Koefisien perpindahan-kalor konveksi tetap, untuk seluruh penukarkalor. Jika suatu penukar-kalor yang bukan jenis pipa-ganda digunakan, perpindahankalor dihitung dengan menerapkan faktor koreksi terhadap LMTD untuk susunan pipa-ganda aliran lawan-arah dengan suhu fluida-panas dan fluida dingin yang sama. Bentuk persamaan perpindahan-kalor menjadi:

Metode NTU Efektivitas Dalam analisis penukar-kalor, pendekatan dengan metode LMTD berguna apabila suhu masuk dan suhu keluar fluida diketahui atau dapat ditentukan dengan mudah sehingga LMTD, luas permukaan dan koefisien perpindahan kalor dapat dengan mudah ditentukan. Namun, apabila kita harus menentukan terlebih dahulu suhu masuk dan suhu keluar fluida maka analisis lebih mudah dilakukan dengan metode yang berdasarkan efektivitas penukar kalor dalam memindahkan jumlah kalor tertentu atau disebut juga metode NTU (Number of Transfer Unit). Metode NTU dikhususkan untuk menghitung perpindahan secara counter currentHeat Exchanger sendiri adalah alat/perangkat yang energinya ditransfer dari satu fluida menuju fluida lainnya melewati permukaan padat. Metode NTU ini dijalankan/dikerjakan dengan menghitung laju kapasitas panas (contohnya laju alir dikalikan dengan panas spesifik) Ch dan Cc berturut-turut untuk fluida panas dan dingin. Dalam kasus dimana hanya ada temperatur awal untuk fluida panas dan cair yang diketahui, LMTD tidak dapat dihitung sebelumnya dan aplikasi/penerapan metode LMTD memerlukan pendekatan secara iterasi. Pendekatan yang dianjurkan adalah metode keefektifan atau -NTU. Keefektifan dari Heat Exchanger,, didefinisikan dengan :

dimana : q adalah nilai laju sebenarnya dari perpindahan panas dari fluida panas menuju fluida dingin, dan qmax merepresentasikan laju maksimum yang mungkin dari perpindahan panas, yang diberikan dengan hubungan :

dimana Cmin adalah laju kapasitas dari dua panas yang terkecil. Dengan demikian laju perpindahan panas sebenarnya diekspresikan sebagai :

dan dihitung, memberikan keefektifan heat exchanger, , laju alir massa, dan panas spesifik dua fluida dan temperatur awal. Untuk geometris aliran,, dapat dihitung menggunakan korelasi dengan istilah rasio kapasitas panas :

dan Bilangan Satuan Perpindahan, NTU :

dimana U merupakan koefisien perpindahan panas keseluruhan dan A adalah area perpindahan panas.

Beberapa masalah pada jenis heat exchanger. Naiknya pressure drop didalam HE 1. Penyebab : Ada kotoran dalam HE (HE tersumbat) Tindakan: -pipa sebelum start up

g masuk HE perlu diberi filter. 2. Penyebab : Viskositas Tindakan:

3. Penyebab : Kesalahan koneksi pada sistem perpipaan Tindakan: Check koneksi dan sesuaikan dengan drawing. 4. Penyebab: Kuantitas aliran terlalu besar Tindakan: Atur kuantitas aliran dengan benar. Menurunnya out put HE (menurunnya kapasitas) 1. Penyebab: PHE terkotori/tersumbat oleh kotoran dari luar, seperti serpihan plastik dsb. Tindakan: Bersihkan plate dan media yang masuk PHE perlu diberi filter. 2. Penyebab: Aliran terlalu tinggi/cepat. Tindakan:Setel dan sesuaikan. 3. Penyebab : Kesalahan koneksi terhadap sistem perpipaan 4. Tindakan: Check koneksi dan sesuaikan dengan drawing 5. Penyebab: Akumulasi secondary media di dalam HE (seperti oli, dan noncondensable gas) Tindakan: Buat alat yang sesuai untuk mengalirkannya. Alat ini bisa berupa oil drainage yang dibuka dalam periode tertentu sesuai dengan keadaan. Kebocoran 1. Penyebab: Tekanan dalam HE melebihi tekanan ijin. Tindakan: Kurangi tekenan sesuai dengan set point. 2. Penyebab: shock pressure/tekanan mendadak. Tindakan: Hindari terjadinya tekanan mendadak dengan mengatur sistem sebaik mungkin, membuka dan menutup sistem dengan smooth. 3. Penyebab: Rusaknya gasket karena pengaruh serangan medium. Tindakan: Ganti gasket, jika perlu ganti dengan material lain yang lebih baik. 4. Penyebab: Terbloknya aliran dalam HE. Tindakan: Bersihkan plate dan beri saringan/filter. Tercampurnya media.

1. Penyebab: Plate tidak terinstall dengan benar Tindakan: Install plate sesuai panduan. 2. Penyebab: Korosi Tindakan: a. Cari penyebab korosi dan ganti plate baru b. Ganti dengan plate yang dengan material yang tahan korosi. 3. Penyebab: Koneksi tidak sesuai Tindakan: Check dan sesuaikan dengan drawing.

Double pipe merupakan bentuk heat exchanger yang paling sederhana yang tersusun atas dua tabung/tube konsetris. Satu fluida mengalir di dalam inner tube, sementara yang lain mengalir dalam annular passage. Kalor dari fluida panas dipindahkan ke fluida dingin melalui dinding inner tube, dengan dinding luar annulus diinsulasi. Koefisien perpindahan kalor pada annulus bergantung pada rasio diameter kedua tabung, diameter dalam annulus (Di) dan diameter luar inner tube (do), karena bentuk dari profil kecepatan fluida. Metode yang paling sederhana untuk mengetahui perpindahan kalor dan pressure drop dalam annulus ialah dengan menggunakan pendekatan hydraulic (equivalent) diameter. Hydraulic diameter (Dh) dipengaruhi diameter tube pada internal flow correlation :

Rumus diatas dapat digunakan untuk perhitungan perpindahan kalor dan pressure drop. Validitas penggunaan hydraulic diameter telah dibuktikan melalui eksperimen dengan finned annulus. Wetted perimeter untuk perhitungan pressure drop di annulus didefinisikan sebagai :

dan heat transfer perimeter di annulus dihitung dengan :

Perbedaan antara hydraulic perimeter dan heat transfer perimeter terletak pada diameter dalam (Di) annulus. Hal ini disebabkan adanya friksi fluida dengan permukaan dalam annulus; namun hal ini bukanlah permasalahan heat transfer perimeter sebab perpindahan kalor hanya terjadi di dinding inner tube. Net free-flow area annulus :

Untuk pressure drop, hydraulic diameter akan dipengaruhi oleh total wetted perimeter :

Sedangkan, equivalent diameter akan dipengaruhi oleh heat transfer perimeter :

Bilangan Reynold, bilangan Graetz, dan rasio d terhadap L akan dapat diperoleh dengan mengetahui nilai hydraulic diameter. Sedangkan equivalent diameter dapat digunakan untuk menghitung koefisien perpindahan kalor dari bilangan Nusselt dan juga untuk mengetahui bilangan Grasshof pada konveksi natural. Untuk mengetahui nilai koefisien perpindahan kalor menyeluruh perlu diperhitungkan kedua sisi fluida, baik di inner tube maupun annulus. Kecepatan fluida dalam tube dan annulus :

Dengan mengetahui kecepatan fluida tersebut, akan didapatkan nilai bilangan Reynold fluida, yang merupakan fungsi dari :

Bilangan Reynold akan menentukan apakah aliran fluida tergolong aliran laminar atau turbulen. Semakin turbulen suatu aliran fluida maka akan semakin besar pula perpindahan kalor yang terjadi. Dengan mengetahui jenis aliran fluida, maka akan dapat diperoleh bilangan Nusselt melalui persamaan berikut :

( )

dimana f merupakan konstanta yang diperoleh dari :

Koefisien perpindahan kalor (h) terkait nilai bilangan Nusselt, konduktivitas thermal, dan juga laluan fluida tersebut.

Perhitungan kedua sisi fluida, baik fluida panas maupun fluida dingin, akan dapat diperoleh koefisien perpindahan kalor menyeluruh (U) untuk permukaan bersih :

Sedangkan dalam kondisi real akan melibatkan nilai pengotor dari masingmasing fluida yang digunakan :

Akhirnya, seluruh perhitungan perpindahan kalor di heat exchanger digunakan untuk mengetahui jumlah kalor yang dilepaskan dalam proses tersebut :

Instumentasi

Double pipe Heat exchanger merupakan suatu alat yang didisain untuk mempelajari dan mengevaluasi pengaruh perbedaan laju alir dan material teknik pada laju transfer panas melalui dinding tipis. Pengaturan Pipa (Pipe Arrangement) Alat ini terdiri atas dua pipa logam berdinding tipis yang tersusun dalam suatu panel vertikal. Pipa dapat beroperasi dengan baik pada aliran searah maupun berlawanan. Setiap pipa terdiri dari sebuah pipa tembaga luar dan dalam. Fluida panas mengalir melalui pipa bagian dalam, sedangkan fluida dingin mengalir melalui anulus antara pipa luar dan dalam. Pengaturan terhadap valve dalam rangkaian ini akan menghasilkan aliran yang sesuai dengan tujuan percobaan yaitu searah dan berlawanan arah. Sambungan (Fitting) Heat exchanger mempunyai sambungan pipa standar yang terletak sepanjang siku yang paling rendah dari panel. Tiga sambungan masuk dialokasikan di sebelah kanan panel. Valves Valve digunakan untuk mengatur kondisi aliran yang diinginkan dan untuk mengatur laju alir dari fluida. Unit ini memiliki empat needle type metering valve. Dua valve pada masukan tangkin pencampuran dan dua lainnya pada keluaran. Semua valve yang lain berjenis global type gate valve. Valve yang menangani fluida panas di cat berwarna merah sedangkan yang menangani fluida dingin di cat bewarna biru. Flowmeter Aliran dari suatu fluida diregulasikan dengan needle valve. Laju alir untuk fluida panas dan fluida dingin dengan specific gravity yang sama diukur dengan menggunakan single-pass-tube-type flowmeter. Flowmeter dilengkapi dengan sebuah skala logam yang dapat dipindahkan dan sudah dikalibrasi.

1. Double Pipe Heat Exchanger berfungsi mempertukarkan suhu antara dua fluida dengan melewati dua bidang batas. Bidang batas pada alat penukar kalor ini berupa pipa yang terbuat dari berbagai jenis logam sesuai dengan penggunaan dari alat tersebut. 2. Beberapa faktor yang menjadi parameter unjuk kerja dari alat Double Pipe Heat Exchanger adalah faktor kekotoran (dirt factor), luas permukaan perpindahan kalor, koefisien perpindahan kalor, beda temperatur rata-rata, jenis aliran (bilangan reynold) dan arah aliran (co-current atau counter current). 3. Faktor pengotoran akan memperkecil efisiensi HE. Parameter faktor kekotoran pada alat ini sangat mempengaruhi unjuk kerja alat tersebut. Hal ini terlihat dari koefisien perpindahan panas menyeluruh antara alat saat bersih (UC) dan saat kotor (UD) yang akan berpengaruh pada temperatur akhir yang diperoleh. 4. Aliran fluida berlawanan akan mempunyai selisih suhu uap dan air awal yang relatif sama dengan selisih suhu uap dan air pada kondisi akhir. 5. Aliran fluida searah akan memberikan selisih suhu uap dan air awal jauh lebih besar daripada selisih suhu uap dan air pada kondisi akhir. 6. Aliran counter current lebih efektif daripada aliran co current. Perpindahan panas yang terjadi pada aliran berlawanan lebih menyeluruh, fluida panas dan fluida dingin saling bertukar panas pada titik-titik yang memiliki perbedaan suhu yang besar sehingga jarak suhu steam dan air keluar cukup dekat.

7. laju air meningkat Re meningkat h0 dan hi meningkat Uc meningkat Rd meningkat UD menurun LMTD meningkat

meningkat NTU meningkat Prinsip kerja double pipe Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak langsung (indirect contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida sehingga kedua fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah (fluida pendingin) mengalir melalui pipa kecil, sedangkan fluida dengan suhu yang lebih tinggi mengalir pada pipa yang lebih besar (pipa annulus). Penukar kalor demikian mungkin terdiri dari beberapa lintasan yang disusun dalam susunan vertikal. Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida adalah proses konveksi, sedang proses konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida yang bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur rendah. Keistimewaan jenis ini adalah mampu beroperasi pada tekanan yang tinggi, dank arena tidak ada sambungan, resiko tercampurnya kedua fluida sangat kecil, mudah dibersihkan pada bagian fitting, Fleksibel dalam berbagai aplikasi dan pengaturan pipa, dapat dipasang secara seri ataupun paralel, dapat diatur sedimikian rupa agar diperoleh batas pressure drop dan LMTD sesuai dengan keperluan,mudah bila kita ingin menambahkan luas permukaannya dan kalkulasi design mudah dibuat dan akurat Sedangkan kelemahannya terletak pada kapasitas perpindahan panasnya sangat kecil, mahal, terbatas untuk fluida yang membutuhkan area perpindahan kalor kecil (<50 m2), dan biasanya digunakan untuk sejumlah kecil fluida yang akan dipanaskan atau dikondensasikan. Dalam desain pipa penukar panas ganda, merupakan faktor penting adalah jenis pola aliran dalam penukar panas. Sebuah penukar panas pipa ganda biasanya akan baik berlawanan arah / counterflow atau aliran paralel. Crossflow hanya tidak bekerja untuk penukar panas pipa ganda. Pola yang aliran dan tugas panas yang dibutuhkan pertukaran memungkinkan perhitungan log mean perbedaan suhu. Yang bersama-sama dengan perpindahan panas keseluruhan diperkirakan koefisien memungkinkan perhitungan luas permukaan perpindahan panas yang diperlukan. Kemudian ukuran pipa, panjang pipa dan jumlah tikungan dapat ditentukan.

Prinsip kerja dari alat ini adalah memindahkan panas dari cairan dengan temperature yang lebih tinggi ke cairan yang memiliki temperatur lebih rendah. Dalam percobaan kali ini, aliran panas (steam) dialirkan pada bagian dalam pipa konsentris sedangkan air dialirkan pada bagian luar dari pipa konsentris ini (bagian anulus). Namun, terkadang dalam beberapa alat seperti HE ini, akan ada pengotor didalam pipa yang membuat proses perpindahan kalor nya menjadi terganggu. Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari fluida yang mengalir, juga disebabkan oleh korosi pada komponen dari heat exchanger akibat pengaruh dari jenis fluida yang dialirinya. Selama heat exchanger ini dioperasikan pengaruh pengotoran pasti akan terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu atau memperngaruhi temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan ataau mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut. Beberapa faktor yang dipengaruhi akibat pengotoran antara lain : Temperatur fluida Temperatur dinding tube Kecepatan aliran fluida. Aliran Paralel (searah) dan aliran counter flo (berlawanan arah) dalam Penukar Kalor Pipa Ganda Pada percobban ini dilakukan 2 jenis aliran yaitu : a. Counter current flow atau Counter flow adalah aliran berlawanan arah, dimana fluida yang satu masuk pada satu ujung penukar kalor, sedangkan fluida yang satu lagi masuk pada ujung penukar panas yang lain, masingmasing fluida mengalir menurut arah yang berlawanan. b. Parallel flow atau Co-current flow adalah aliran searah ,dimana kedua fluida masuk pada ujung penukar panas yang sama dan kedua fluida mengalir searah menuju ujung penukar panas yang lain. Pada aliran searah, selisih temperatur antara temperatur fluida panas dan dingin akan menurun seiring dengan meningkatnya x. Hal ini dapat terjadi karena jika kita anggap ada sebuah molekul yang mengalir didalam pipa, maka molekulmolekul fluida panas dan dingin akan selalu bersama-sama hingga pada akhirnya panas akan berpindah diantaranya. Dibawah ini merupakan skema gambar dari aliran parallel flow dan counter flow.

Gambar 9. Aliran parallel flow dan counter flow Penurunan maupun kenaikan temperatur pada akan sebanding diantara keduanya karena kebersama-samaan molekul-molekul fluida panas dan dinginnya. Keuntungan utama dari penukar panas pipa ganda adalah bahwa hal itu dapat dioperasikan dalam pola berlawanan arah/counterflow sejati, yang merupakan pola aliran yang paling efisien . Artinya, ia akan memberikan koefisien perpindahan panas tertinggi keseluruhan untuk desain penukar panas pipa ganda. Juga, penukar panas pipa ganda dapat menangani tekanan tinggi dan temperatur. Ketika mereka beroperasi di berlawanan arah / counterflow, mereka bisa beroperasi dengan suhu berlawanan, yaitu, dimana suhu dingin sisi outlet lebih tinggi dari temperatur outlet sisi panas. Counter flow Heat Exchanger

Parallel-Flow Heat Exchanger:

V.

PROSEDUR KERJA Memastikan semua dalam keadaan bersih dan tersambung dengan sumber listrik Bak/baskom yang berfungi sebagai sumber fluida dingin diisi dengan air sampai batas tertentu

VI.
Q (kg/L) 100

DATA PENGAMATAN
volume ml 220 210 210 270 275 255 325 260 290 255 265 235 L 0.22 0.21 0.21 0.27 0.275 0.255 0.325 0.26 0.29 0.255 0.265 0.235 waktu (s) 8.57 8.1 7.63 6.59 6.79 6.42 5.96 4.66 5.32 4.18 3.93 3.52 DATA T1 oC T2 oC t1 oC t2 oC

150

200

250

I II III I II III I II III I II III

Panas 42 48.1 55.9 41 50.2 56.9 41.5 49.9 54.5 42.3 50 54

40 45 57.2 38.5 46.1 51 38.9 45.1 50 39.5 45.8 49.9

Dingin 29.5 32.2 35.5 30 33.4 36.51 30.9 34.2 37.9 31.5 35 38.9

32.9 37 41.5 32 38.1 41 32.4 37 40.5 33 37.1 41.3

VII. PERHITUNGAN A. Menghitung Qactual

Data selanjutnya terdapat dalam table perhitungan

B. Menghitung Qrata-rata (L/s)

L/s Data selanjutnya terdapat dalam table perhitungan

C. Konversi dari laju alir volum ke laju alir massa fluida panas dan dingin (lb/jam)

Data selanjutnya terdapat dalam table perhitungan D. Konversi temperature fluida panas dan dingin (OC ke OF)

Data selanjutnya terdapat dalam table perhitungan

E. Menghitung temperature rata-rata fluida panas dan dingin

Data selanjutnya terdapat dalam table perhitungan

F. Menghitung beda suhu fluida panas keluar dan fluida dingin masuk

Data selanjutnya terdapat dalam table perhitungan

G. Menghitung beda suhu fluida panas masuk dan fluida dingin keluar

Data selanjutnya terdapat dalam table perhitungan

H. Menghitung beda suhu rata-rata logaritma (LMTD)

Data selanjutnya terdapat dalam table perhitungan

I. Menentukan nilai viskositas pada temperature fluida panas dan dingin. Berdasarkan dari Fig. 4 dalam buku Process Heat Transfer by DQ. Kern J. Konversi nilai viskositas pada temperature fluida panas dan dingin (cP ke lb/ft.hr)

Data selanjutnya terdapat dalam table perhitungan

K. Menghitung konduktifitas panas Berdasarkan data dari Tabel 4 Thermal Conductivity of Liquids dalam buku Process Heat Transfer by DQ. Kern maka dibuat grafik.

Grafik hubungan k vs T (air)


200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 0 0.1 y = 2121.8x - 668.59 R = 0.9999

T (oF)

Series1 Linear (Series1)

0.2

0.3

0.4

0.5

k (Btu/hr.ft2.(oF/ft))

Diperoleh persamaan : y = 2121.x - 668.5 dimana y=(T,t)av dan x=k (T,t)av = 2121.k-668,5 Maka, Untuk fluida panas:

Untuk fluida dingin

Data selanjutnya terdapat dalam table perhitungan

L. Menentukan Kapasitas Panas Fluida Panas dan Dingin Cp dapat ditentukan melalui Fig. 2 Specific Heat of Liquids dari buku Process Heat Transfer by DQ. Kern dengan menggunakan suhu ratarata dari masing-masing fluida Data selanjutnya terdapat dalam tabel perhitungan

M. Menghitung heat balance Untuk fuida dingin

Karena diasumsikan q dingin=q panas maka, Untuk fluida panas

Data selanjutnya terdapat dalam tabel perhitungan

N. ANNULUS Untuk menentukan diameter dalam dan luar untuk masing-masing pipa digunakan tabel 11 Dimensions of Steel Pipe dari buku Process Heat Transfer by D.Q. Kern Data selanjutnya terdapat dalam tabel perhitungan

1) Menghitung luas penampang

2) Menghitung diameter ekivalen

3) Menghitung kecepatan massa

Data selanjutnya terdapat dalam tabel perhitungan

4) Menghitung bilangan Reynold

Data selanjutnya terdapat dalam tabel perhitungan

5) Penentuan nilai Jh Nilai Jh diperoleh dari Fig. 24. Tube-Side bent-transfer curve dalam buku Process Heat Transfer by D.Q. Kern berdasarkan dari bilangan reynold masing- masing dari fluida

Data selanjutnya terdapat dalam tabel perhitungan

VIII. PEMBAHASAN Secara umum pengertian alat penukar panas atau heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja.

Pada percobaan menggunakan double pipe heat exchanger, pertukaran panas terjadi karena adanya kontak antara air (fluida

dingin) dengan air panas (sebagai fluida panas).

Sebelum dilakukan pertukaran panas, laju alir fluida dingin harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk mengetahui laju massa yang akan digunakan dalam perhitungan. Dari data yang didapatkan dari hasil pengkalibrasian maka diperoleh grafik :

Grafik Hubungan W dan Q pembacaan


300 250 Q pembacaan (kg/L) 200 150 100 50 0 0 100 200 300 W (lb/jam) 400 500 600 y = 0.4737x R = 0.9939

Pada grafik tersebut, terlihat bahwa laju alir fluida berbanding lurus dengan laju massa yang telah dikalibrasi walaupun terdapat perbedaan yang sangat sedikit. Laju massa diperoleh dari laju alir actual dibagi dengan waktu kemudian dikali dengan densitas air.

Untuk dapat menghitung koefisien perpindahan panas dari double pipe heat exchanger, maka harus ditentukan terlebih dahulu data fisis yang dapat diperoleh dalam buku berdasarkan suhu yang telah didapatkan dari percobaan. Pada saat pembacaan data fisis, ketelitian harus sangat diperhatikan karena akan sangat berpengaruh terhadap hasil dari proses perhitungan.

Pada percobaan kali ini, arah aliran yang digunakan adalah berlawanan arah. Sehingga masing-masing fluida memiliki waktu kontak yang tepat dan proses pertukaran panas dapat berlangsung secara baik.

Akan tetapi, alat double-pipe yang digunakan sangatlah sederhana sehingga luas permukaannya sedikit. Oleh karena itu, waktu kontak antar fluida menjadi berkurang (sangat cepat) sehingga pertukaran panas antar fluida tidak berlangsung secara baik. Dalam industry, double-pipe digunakan untuk alran fluida dengan kapasitas kecil dan mempunyai luas permukaan <120 ft2. Double pipe disusun untuk menambah luas permukaan dan dibuat melengkung untuk mengurangi penggunaan lahan yang banyak.

Temperatur awal untuk fluida dingin harus selalu dijaga agar tetap konstan pada suhu ruang. Akan tetapi, udara dalam kompressor yang digunakan sebagai pendingin tidak dapat bekerja dengan baik sehingga menghasilkan udara panas untuk mendinginkan. Akibatnya, air (fluida dingin output) tidak dapat terdinginkan dan temperature awal untuk fluida dingin menjadi naik. Oleh karena itu, semakin lama beda suhu

antar fluida akan berkurang dan tidak akan terjadi pertukaran panas saat kedua fluida memiliki temperature yang sama.

Dari hasil perhitungan, didapatkan factor pengotor (Rd) di dalam pipa adalah 0,003159 dimana nilai tersebut sudah mencapai pada batas yang telah ditetapkan di industry (Rd>0,003). Sehingga double-pipe harus segera dibersihkan. Penggunaan alat dalam waktu yang panjang, dapat menyebabkan factor pengotornya tinggi, karena adanya endapan yang ditimbulkan oleh fluida ataupun korosi yang terjadi pada pipa.

Faktor pengotor mengurangi nilai koefisien perpindahan panas dari suatu fluida, sehingga jika factor pengotor semakin besar maka efisiensi kinerja dari alat double-pipe HE akan semakin berkurang, bahkan dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan aliran jika tak segera dibersihkan.

IX.

KESIMPULAN Prinsip kerja dari double-pipe HE yaitu menukarkan panas antara fluida panas dan fluida dingin berdasarkan beda suhu yang terjadi pada saat terjadi kontak diantara pipa besar dan pipa kecil. Nilai LMTD
T1 F Panas 107.6 118.58 132.62 105.8 122.36 134.42 106.7 121.82 130.1 108.14 T2 F t1 F Dingin 85.1 89.96 95.9 86 92.12 97.718 87.62 93.56 100.22 88.7 t2 F

LMTD 17.60996 21.47367 32.04221 15.74571 22.31564 27.33136 15.36875 21.36948 23.44845 15.54065

104 113 134.96 101.3 114.98 123.8 102.02 113.18 122 103.1

91.22 98.6 106.7 89.6 100.58 105.8 90.32 98.6 104.9 91.4

122 129.2

114.44 121.82

95 102.02

98.78 21.27406 106.34 21.29337

Semakin tinggi beda suhu, maka semakin tinggi pula nilai LMTDnya. Koefisien Perpindahan Panas Koefisien perpindahan panas pada saat bersih (Uc)
T1 F Panas 107.6 118.58 132.62 105.8 122.36 134.42 106.7 121.82 130.1 108.14 122 129.2 T2 F t1 F t2 F Uc (Btu/jam.ft3.oF) 67.75205 79.50023 81.32475 89.71864 116.8501 112.38 123.3954 129.9291 134.5611 145.3858 158.5238 162.7503

104 113 134.96 101.3 114.98 123.8 102.02 113.18 122 103.1 114.44 121.82

Dingin 85.1 91.22 89.96 98.6 95.9 106.7 86 89.6 92.12 100.58 97.718 105.8 87.62 90.32 93.56 98.6 100.22 104.9 88.7 91.4 95 98.78 102.02 106.34

Koefisien perpindahan panas actual (Ud)


T1 F Panas 107.6 118.58 132.62 105.8 122.36 134.42 106.7 121.82 130.1 108.14 122 129.2 T2 F t1 F t2 F Ud (Btu/jam.ft3.oF) 67.06871 77.64871 65.6976 66.23387 113.1869 88.2862 71.34096 95.77456 80.24613 83.54663 86.28882 100.4583

104 113 134.96 101.3 114.98 123.8 102.02 113.18 122 103.1 114.44 121.82

Dingin 85.1 91.22 89.96 98.6 95.9 106.7 86 89.6 92.12 100.58 97.718 105.8 87.62 90.32 93.56 98.6 100.22 104.9 88.7 91.4 95 98.78 102.02 106.34

Koefisien perpindahan panas secara teori/pada saat bersih (Uc) lebih besar daripada koefisien perpindahan panas secara actual (Ud)

Faktor pengotor yang diperoleh yaitu 0,003159, dimana Rd dari double pipe HE telah mencapai batas maksimal dari factor pengotor secara industry (0,003).

X.

SARAN Untuk menara pendingin, sebaiknya digunakan es batu yang diatur sedemikian rupa agar temperatur fluida dingin yang keluar kembali menjadi suhu ruang karena udara dari kompressor tidak cukup, shingga tidak menggangu beda suhu yang dihasilkan.

XI.

DAFTAR PUSTAKA Kern, DQ. 1965. Process Heat Transfer. Singapore : Mc. Graw Hill International Editions. Holman, J.P. 1986. Heat Transfer Sixth Editions. Singapore : Mc. Graw Hill Book Co. Welty, dkk. 1807. Fundamentals of Momentum, Heat, and Mass Transfer 5th Edition. United Stated of America : John Wiley & Sons, Inc. Petunjuk Praktikum Laboratorium Satuan Operasi I. Jurusan Teknik Kimia : Politeknik Negeri Ujung Pandang http://id.scribd.com/document_downloads/direct/30697438?extension =pdf&ft=1365390299&lt=1365393909&user_id=72144782&uah k=iTgIyUvN9iZwqeYhypB3DXV6nd8 http://id.scribd.com/document_downloads/direct/128229319?extensio n=pdf&ft=1365391033&lt=1365394643&user_id=72144782&ua hk=poFJW7rG6VOBTcs928OHF+a2elc

You might also like