You are on page 1of 6

Prosiding SENTIA 2009 Politeknik Negeri Malang

PERANCANGAN PEMBACA GOLONGAN DARAH DAN RHESUS MEMANFAATKAN LED DAN LDR
Hidayat Jurusan Teknik Komputer UNIKOM Jl. Dipati Ukur No. 112 Bandung Email : hiyan_05@yahoo.com ABSTRAK Pengujian dan pengamatan reaksi aglutinasi/non-aglutinasi dari sel darah merah yang telah diberi antisera/ serum untuk menentukan golongan darah dan rhesus seseorang selama ini masih dilakukan oleh orang yang berpengalaman dengan mengandalkan kemampuan mata secara langsung. Sementara itu, mata sangat dipengaruhi oleh faktor kejenuhan atau kelelahan. Sehingga cara ini kurang menguntungkan untuk pengujian sampel darah dalam jumlah yang banyak. Pada penelitian ini dirancanglah sebuah alat yang dapat membaca golongan darah dan rhesus secara elektronik untuk memudahkan pengujian sampel darah dalam jumlah yang banyak. Pengujian golongan darah dan rhesus pada alat ini menggunakan Sistem ABO dan Sistem Rhesus. Alat yang dirancang terdiri dari tiga pasang sensor cahaya, yang dibangun dari LED dan LDR, pengkondisi sinyal, yang terdiri dari Op-Amp dan komparator, pengolah data menggunakan mikrokontroler, dan 7-segment. Sensor akan mendeteksi terjadinya reaksi aglutinasi/ non-aglutinasi dari sampel darah yang diuji dengan antisera. Selanjutnya data dari sensor akan dikondisikan melalui op-amp dan komparator untuk diolah oleh mikrokontroler dan hasilnya ditampilkan pada 7-segment. Hasil pengujian yang dilakukan pada 20 sampel darah menunjukkan bahwa alat mengalami kegagalan pembacaan golongan darah dan rhesus hanya 10%. Katakunci : Golongan Darah, mikrokontroler, LED, LDR 1. PENDAHULUAN Pengujian dan pengamatan untuk menentukan golongan darah dan rhesus umumnya dilakukan dengan serangkaian percobaan pada sampel darah, yaitu melakukan reaksi antara cairan antisera (anti A, B, AB dan D) dengan sampel darah yang akan diuji pada sebuah gelas objek. Perubahan fisis yang terjadi dari reaksi tersebut adalah aglutinasi atau non-aglutinasi. Pengamatan reaksi ini biasanya langsung dilakukan oleh mata penguji sampel darah, dan kombinasi dari reaksi yang dihasilkan akan menentukan tipe golongan darah dan rhesus tertentu. Pengujian diatas harus dilakukan oleh orang yang berpengalaman sehingga keakuratan data yang diperoleh masih mengandalkan kemampuan mata penguji. Mata dipengaruhi oleh faktor kelelahan, sehingga cara ini kurang menguntungkan untuk pengujian sampel darah dalam jumlah yang banyak. Kesalahan dalam pembacaan tipe golongan darah dan rhesus ini dapat menimbulkan masalah yang sangat serius bagi seseorang, misalnya dalam proses transfusi darah atau identifikasi keturunan. Perancangan alat pembacaan golongan darah dan rhesus secara elektronik diharapkan mampu mengatasi permasalahan diatas. 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Penggolongan Darah Manusia Sistem penggolongan darah yang paling dikenal dan penting secara medis adalah kelompok A-1 darah ABO. Ada empat tipe golongan darah dalam kelompok darah ABO, yaitu: A, B, AB, dan O. Sistem pengujian untuk menentukan golongan darah dengan sistem ABO dilakukan berdasarkan proses aglutinasi/ non-aglutinasi sel darah merah oleh antisera yang terdiri dari anti A, B, dan AB. Hasil reaksi aglutinasi/ non-aglutinasi pada pengujian golongan darah ditunjukkan pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Reaksi aglutinasi/ non-aglutinasi tiap golongan darah.

Pengujian sebenarnya cukup dengan anti A dan anti B, karena anti AB digunakan untuk lebih membedakan antara golongan darah O dan AB. Rh atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Factor) digunakan untuk mengetahui rhesus darah. Pada sistem ini antisera yang digunakan untuk menentukan Rh adalah anti Rh (anti D). Bila dalam sampel darah tidak memiliki anti Rh, maka dinyatakan memiliki darah dengan Rhesus negatif (Rh-), sebaliknya bila ditemukan anti Rh maka dinyatakan memiliki darah dengan Rhesus positif (Rh+).

Prosiding SENTIA 2009 Politeknik Negeri Malang

Metoda yang digunakan pada pengujian golongan darah sistem ABO adalah metoda slide. Alat-alat yang dibutuhkan adalah sebuah gelas objek (object glass), pengaduk plastik khusus (mixing stick) dan cairan titer (anti A, anti B dan anti D). Langkah awal dilakukan dengan meneteskan sampel darah sebanyak tiga kali masing-masing 1/2 tetes diatas sebuah gelas objek. Kemudian memberikan cairan antisera-nya sebanyak 2 kali volume sampel darah (1 tetes) pada tiap tetes sampel darah tadi, kemudian meratakan campuran tersebut dengan pengaduk. Selanjutnya akan terjadi aglutinasi/ nonaglutinasi pada sampel darah yang sudah dicampur antisera tersebut. 2.5 LED dan LDR Light Emitting Diode (LED) merupakan komponen elektronika yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi cahaya. Light Dependent Resistance (LDR) merupakan komponen elektronika yang dapat mengubah energi cahaya menjadi nilai resistansi. Semakin besar intensitas cahaya yang diterima oleh penampang LDR maka semakin kecil nilai resistansi LDR tersebut. Sehingga jika diasumsikan arus yang mengalir tetap maka nilai tegangan yang dihasilkan LDR akan semakin besar. Sebaliknya, jika intensitas cahaya kecil maka nilai resistansi menjadi besar dan tegangan yang dihasilkan menjadi kecil. 3. Perancangan Secara umum perancangan perangkat keras meliputi empat bagian utama, yaitu: bagian sensor, bagian pengkondisi sinyal, bagian pemroses sinyal, dan bagian peraga.

aglutinasi. Respon yang terjadi adalah perubahan tegangan akibat perubahan resistansi pada LDR tersebut. Posisi LED dan LDR dibuat sejajar dengan sampel uji. Hal ini dilakukan agar cahaya yang dipancarkan tepat mengenai sampel sehingga perbedaan intensitas cahaya dapat langsung terdeteksi oleh LDR. Tiga sensor pengujian dibuat menjadi tiga rangkaian yang identik, yaitu : rangkaian sensor A, sensor B dan sensor C. Sensor A digunakan untuk mendeteksi aglutinasi/ nonaglutinasi sel darah dengan anti A, sensor B digunakan untuk mendeteksi aglutinasi/ nonaglutinasi sel darah dengan anti B, dan sensor C digunakan untuk mendeteksi aglutinasi/ nonaglutinasi sel darah dengan anti D. Gambar 3.2 menunjukkan rangkaian bagian sensor.

Gambar 3.2 Rangkaian sensor Hasil pendeteksian ketiga rangkaian tersebut adalah berupa sinyal analog yang akan dikuatkan oleh bagian pengkondisi sinyal. 3.2 Bagian Pengkondisi Sinyal Bagian pengkondisi sinyal terdiri dari rangkaian penguat sinyal (LF351) dan rangkaian komparator (LM311). Penguatan sinyal dilakukan untuk menguatkan sinyal dari sensor. Sedangkan komparator berfungsi untuk membandingkan tegangan masukan dengan tegangan referensi tertentu, sehingga didapat level tegangan digital (0 atau 1).

Gambar 3.1. Diagram blok pembaca golongan darah dan rhesus. 3.1 Bagian Sensor Bagian sensor terdiri dari tiga buah LED sebagai transmiter dan tiga buah LDR sebagai receiver. LED akan mengirimkan sinyal optik berupa intensitas cahaya yang akan melewati sampel uji, intensitas cahaya akan mengalami perubahan akibat reaksi yang terjadi antara sampel darah dengan antisera-nya, yaitu reaksi aglutinasi/nonA- 2

Gambar 3.3 Rangkaian pengkondisi sinyal 3.3 Bagian Pemroses Sinyal Pada bagian ini digunakan sebuah mikrokontroler AT89C51 sebagai pengolah data dengan konfigurasi penggunaan I/O yang ditunjukkan Tabel 3.1. Sinyal keluaran komparator selanjutnya dikirim ke bagian pemroses sinyal untuk diproses agar dihasilkan keluaran yang diinginkan.

Prosiding SENTIA 2009 Politeknik Negeri Malang

Tabel 3.1 Konfigurasi I/O Mikrokontroler


PORT P0.0 P0.6 P1.4 P1.2 P1.0 P1.1 P2.5 P2.6 P2.7 P2.0 P2.1 P2.2 I/O O I I I I O O O O O O FUNGSI Input pada 7-segment (a- g) masukan sensor 1 masukan sensor 2 masukan sensor 3 masukan tombol START driver seven-segment (1) driver seven-segment (2) driver seven-segment (3) indikator idle indikator prosses indikator finish

dinampilkan pada bagian peraga. Gambar 3.9 menunjukkan diagram alir dari alat pembaca golongan darah dan rhesus.

Gambar 3.4 Rangkaian pemroses sinyal. 3.4 Bagian Peraga Bagian peraga berfungsi untuk menampilkan tipe golongan darah. Sehingga pada bagian ini digunakan dua buah indikator 7-segment yang mampu menampilkan yaitu A, B, O dan AB dan sebuah segment yang mampu menampilkan rhesus +/-. Gambar 3.5 menunjukkan rangkaian bagian peraga. Gambar 3.6 Diagram alir perangkat lunak pembaca golongan darah 4. Hasil dan Pembahasan Pengujian alat pembaca golongan darah dan rhesus ini dilakukan secara bertahap, dimulai dari pengujian pada unit sensor, pengujian unit pengkondisi sinyal dan pengujian alat secara lengkap. Sebelum melakukan pengujian, setiap sampel darah yang akan diujikan terlebih dahulu diteteskan ke tiga lokasi pada gelas objek masing-masing sebanyak tetes, kemudian diteteskan anti A sebanyak satu tetes pada sampel darah lokasi pertama, satu tetes anti B pada sampel darah lokasi kedua, dan satu tetes anti D pada sampel darah lokasi ketiga, selanjutnya diaduk sampel darah yang sudah ditetesi antibodi tersebut dengan pengaduk plastik (mixing stick) hingga rata dan melebar hingga diameter 2 cm, kemudian gelas objek tersebut diletakkan tepat ditengah-tengah ketiga sensor. 4.1 Pengujian Sensor Pengujian sensor dilakukan dengan cara melakukan pengukuran tegangan keluaran dari sensor A, sensor B dan sensor C. Hasil pengukuran menghasilkan nilai tegangan keluaran yang berbeda saat terjadinya aglutinasi dan nonaglutinasi. Tegangan keluaran pada sensor akan lebih kecil saat A-3

Gambar 3.6 Rangkaian peraga 7-Segment 3.4 Perancangan Perangkat Lunak Bahasa pemrograman yang digunakan pada perancangan ini adalah bahasa asembler untuk keluarga MCS 51. Perangkat lunak pembaca golongan darah dirancang agar dapat membaca data dari sensor dan diproses untuk menentukan golongan darah dan rhesusnya serta hasilnya

Prosiding SENTIA 2009 Politeknik Negeri Malang

terjadi aglutinasi dibandingkan saat terjadi nonaglutinasi. Pengujian dan pengukuran dilakukan langsung menggunakan beberapa sampel darah golongan A, B, AB dan O yang telah diuji oleh anti A, anti B dan anti D melalui media gelas objek. Berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh, nilai threshold masing-masing sensor dapat ditentukan. Tabel 4.1 Pengukuran sensor A, sensor B, dan sensor C pada beberapa simpel darah

untuk memulai pembacaan dan hasil pembacaan alat akan dimunculkan pada peraga. Tabel 4.2 Hasil Pengujian alat pembaca golongan darah secara lengkap

Pada tabel 4.1, diperoleh tegangan maksimal sensor A saat terjadi aglutinasi adalah 0.28 volt, dan tegangan minimal saat terjadi nonaglutinasi sebesar 0.30 volt. Sehingga nilai threshold-nya adalah (0.28+0.30)/ 2 = 0.29 volt x 10 = 2.9 volt Pada sensor B tegangan maksimal saat terjadi aglutinasi adalah 0.24 volt, dan tegangan minimal saat terjadi nonaglutinasi sebesar 0.26 volt. Sehingga nilai threshold-nya adalah (0.24+0.26)/ 2 = 0.25 volt x 10 = 2.5 volt Pada sensor C tegangan maksimal saat terjadi aglutinasi adalah 0.28 volt, dan tegangan minimal saat terjadi nonaglutinasi sebesar 0.31 volt. Sehingga nilai threshold-nya adalah (0.28+0.31)/ 2 = 0.295 volt x 10 = 2.95 volt 4.2 Pengujian Alat secara Lengkap Pada tahap ini dilakukan pengujian perangkat keras dan perangkat lunak. Pengujian dilakukan dengan cara meletakkan sampel darah di gelas objek yang sudah dicampuri antisera tepat pada bagian sensor, selanjutnya ditekan tombol start pada alat A- 4

Dari hasil pengujian 20 sampel darah yang sudah diketahui golongan darah sebelumnya, alat ini mengalami kesalahan pembacaan sebanyak 2 kali, yaitu pada percobaan 5 dan 12. Percobaan 5 seharusnya terbaca golongan O+, namun yang terbaca adalah B+, hal ini diakibatkan tegangan pada sensor B sebesar 0.24 volt (lebih kecil dari nilai minimal nonaglutinasi). Begitupun percobaan 12, golongan yang terbaca seharusnya golongan O+, tegangan pada sensor B sebesar 0.25 volt (lebih kecil dari nilai min nonaglutinasi). Kesalahan pembacaan diatas terjadi karena reaksi sampel darah dengan anti B memiliki kepekatan yang lebih dibanding anti A. Sehingga diperlukan ketelitian dalam melakukan pengujian antara sampel darah dengan anti-nya agar kesalahan tersebut dapat diminimalisasi. Sebagai hasil secara lengkap, sistem mampu mendeteksi 18 sampel golongan darah dari 20 sampel darah yang diuji atau alat pembaca golongan darah dan rhesus ini memiliki tingkat kesalahan 10% dari pembacaan 20 sampel darah. 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, diantaranya: a. pembacaan golongan darah dan rhesus dapat diimplementasikan dengan menggunakan sensor optik, yaitu LED dan LDR. Alat

Prosiding SENTIA 2009 Politeknik Negeri Malang

b.

pembaca golongan darah dan rhesus ini direalisasikan dengan menggunakan beberapa rangkaian terintegrasi standar dan divais yang dapat diprogram. Sehingga sistem mampu membaca keempat golongan darah yang diujikan, yaitu golongan darah A, B, O dan AB beserta rhesusnya. hasil pengujian 20 sampel darah menunjukkan bahwa alat yang dirancang dapat melakukan pembacaan golongan darah dan rhesus sebanyak 18 sampel darah. Sehingga tingkat kesalahan pembacaan dari 20 sampel darah hanya 10%.

Acknowledgment Penulis mengucapkan terima kasih Wendi Zarman dan Taufik Isra Al Miraj yang telah banyak membantu dalam penelitian ini serta kepada Unit Tranfusi Darah PMI cabang Kota Bandung yang telah memfasilitasi penelitian ini. Daftar Pustaka 1. 2. Malvino, P.A., Electronic Principles, 5TH Edition, Singapore: Mc Graw Hill, 2004. Coughlin, R. F. & Driscoll F. F., Operation Amplifiers and Linear Integrated Circuits, 4TH Edition, Prentice Hall International, 1991. Nalwan P. A., Panduan Praktis Teknik Antar Muka dan Pemograman Mikrokontroler AT89C51, PT Elexmedia Komputido, Jakarta, 2003. www.en.wikipedia.org/wiki/blood_ type http://anthro.palomar.edu/blood/ABO_ system.htm

5.2 Saran-saran Adapun saran yang dapat disampaikan untuk pengembangan alat ini, diantaranya : a. data golongan darah hasil pembacaan sebaiknya dapat disimpan di database komputer untuk mempermudah pendataan tranfusi darah. b. untuk mengatasi masalah penggunaan tenaga menusia dalam pengoperasian alat uji ini, dapat dikembangkan suatu sistem elektromekanik pada alat ini, seperti untuk meneteskan antisera ke sampel darah dan pengadukan campuran sampel darah dengan antisera. c. Jumlah sampel darah yang lebih banyak diharapkan dapat meningkatkan keakuratan tingkat keberhasilan alat yang dirancang.

3.

4. 5.

A-5

Prosiding SENTIA 2009 Politeknik Negeri Malang

A- 6

You might also like