Professional Documents
Culture Documents
Referat
DIAGNOSIS DAN
PENATALAKSANAAN
MALARIA
OLEH:
LIZA NOVITA
0210333
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dengan
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Malaria dapat ditemui hampir di
tahunnya ditemukan 300-500 juta kasus malaria yang mengakibatkan 1,5-2,7 juta
daerah endemis malaria bertambah luas, bahkan menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB).
terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Dari 295
endemis malaria.(3)
antara lain meliputi diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan
penularan malaria.(3)
kedokteran.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Definisi
Malaria merupakan suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan oleh
protozoa genus Plasmodium dengan manifestasi klinis berupa demam, anemia dan
pembesaran limpa. Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan suatu penyakit
infeksi akut maupun kronik yang disebakan oleh infeksi Plasmodium yang
2.2 Epidemiologi
Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan dengan
perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-
laki, namun kehamilan dapat maningkatkan resiko malaria. Ada beberapa faktor
terhadap enzim ini merupakan penyakit genetik dengan manifestasi utama pada
wanita.
2.3 Etiologi
darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya.(6,7)
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai malaria
menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling
berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia
yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam peredaran darah
selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati
dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang
terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus
eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Pada P. vivak dan
tetapi ada yang memjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit
tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-
tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam
peredaran darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah merah,
eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi
sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang disebut dengan siklus eritrositer.
Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah
merah dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina.(3,7)
gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan
pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian
7
akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya akan
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit
masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan
atau rentang waktu mulai dari sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang
menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa
mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering
terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada
falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Selain itu
eritrosit juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk
roset. (4).
mengandung merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit
non parasit, sehingga berbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang
antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan
1. Penghancuran eritrosit
Fagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga
dan hipoksemia jaringan. Pada hemolisis intravascular yang berat dapat terjadi
2. Mediator endotoksin-makrofag
9
mungkin berasal dari saluran cerna dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan
faktor nekrosis tumor (TNF) yang merupakan suatu monokin, ditemukan dalam
peredaran darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dan
endothelium dan membentuk gumpalan yang mengandung kapiler yang bocor dan
eritrosit yang merupakan proses patologi dari penyakit malaria. Proses terjadinya
patologi malaria serebral yang merupakan salah satu dari malaria berat adalah
terjadinya perdarahan dan nekrosis di sekitar venula dan kapiler. Kapiler dipenuhi
leukosit dan monosit, sehingga terjadi sumbatan pembuluh darah oleh roset
mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes.
Selain itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara
2. Keluhan-keluhan prodromal
malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot,
anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di
3. Gejala-gejala umum
11
secara berurutan:
Periode dingin
membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering
meningkatnya temperatur(4,11,`2).
Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan
panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita membuka
muntah dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama dari fase
berkeringat(4,11,12).
Periode berkeringat
merasa capek dan sering tertidur. Bial penderita bangun akan merasa sehat dan
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan lebih
sering ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi setelah
3 hari dari serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan
hiperemis(4,12).
12
sebagai infeksi P. falciparum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi
sebagai berikut:(4,12)
2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung
parasit >10.000/µl.
3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa
4. Edema paru.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai
hipertermis.
Dehidrogenase.
13
2.8 Diagnosis
1. Anamnesis
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.
Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang lalu
Kejang-kejang.
Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.
2. Pemeriksaan Fisik
Demam (≥37,5oC)
Pembesaran limpa
Pembesaran hati
sebagai berikut:
Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan <50 mmHg
pada anak-anak.
Frekuensi napas >35 kali permenit pada orang dewasa atau >40 kali
permenit pada balita, dan >50 kali permenit pada anak dibawah 1
tahun.
Penurunan kesadaran.
Tanda-tanda dehidrasi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Kepadatan parasit
- Semi kuantitatif:
- Kuantitatif
c. Tes serologi
malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang
beberapa hari parasitemia. Titer >1:200 dianggap sebagai infeksi baru, dan
malaria falciparum tanpa komplikasi. Kina merupakan obat anti malaria pilihan
untuk pengobatan radikal malaria falciparum tanpa komplikasi. Selain itu kina
juga digunakan untuk pengobatan malaria berat atau malaria dengan komplikasi.
Rumah Sakit, obat tersebut dapat digunakan dengan kombinasi obat antimalaria
lain, untuk mengobati penderita resisten multidrugs. Obat antibiotika yang sudah
bekerja cepat dan menghasilkan efek potensiasi antara lain dengan kina(14).
penderita dewasa yan dapat diberikan untuk artesunat dan amodiakuin masing-
(dewasa, 2x/hr selama 7 hari), 2 mg/kgBB/hr (8-14 th, 2x/hr selama 7 hari),
penderita obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur, sesuai dengan tabel.
obat, ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari keempat) dan
tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ketujuh(3). Pengobatan tidak
Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang atau
Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari
ke-15 sampai hari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru).
(selama 14 hari).
Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis berdasarkan
ditingkatkan. Dosis klorokuin diberikan 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis
total 25 mg/kgBB dan primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5
mg/kgBB/hari. Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakui - - ½ 1 1½ 2
1
n
Klorokuin ¼ ½ - 2 3 3-4
Primakui - - ½ 1 1½ 2
2
n
Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2
Primakui - - ½ 1 1½ 2
3
n
14-14 Primakui - - ½ 1 1½ 2
d. Kemoprofilaksis
sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ini
ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam waktu
22
yang tidak terlalu lama, seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain.
Untuk kelompok atau individu yang akan bepergian atau tugas dalam jangka
maka doksisiklin menjadi pilihan. Doksisiklin diberikan setiap hari dengan dosis 2
mg/kgBB selama tidak lebih dari 4-6 minggu. Kemoprofilaksis untuk P. vivax
dapat diberikan klorokuin dengan dosis 5 mg/kgBB setiap minggu. Obat tersebut
kembali.(3).
2.10 Prognosis
3. Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik
BAB III
3.1 Kesimpulan
Malaria merupakan suatu penyakit yang bersifat akut maupun kronik, yang
anemia dan pembesaran limpa. Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari
melibatkan hospes perantara yaitu nyamuk anopheles betina. Daur hidup spesies
malaria terdiri dari fase seksual dalam tubuh nyamuk anopheles betina dan fase
aseksual dalam tubuh manusia. Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks
antara parasit, inang dan lingkungan. Pada malaria berat berkaitan dengan
3.2 Saran
dan sebagainya).
25
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien kepada pasien yang meliputi diagnosis
secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat untuk mendapatkan hasil
yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Klorokuin. MEDIKA. No. XI, Tahun ke XXIII. Jakarta, 1997; Hal: 873.
4. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV.
(editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta.
11. Mansyor A dkk. Malaria. Dalam: kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga,