You are on page 1of 3

RETINOPATI DIABETIK Pendahuluan Retinopati diabetik adalah salah satu penyebab utama kebutaan di negara-negara Barat, terutama di individu

usia produktif. Hiperglikemia kronik, hipertensi, hiperkolesterolemia, dan merokok merupakan faktor risiko timbul dan berkembangnya retinopati. Orang muda dengan diabetes tipe I (dependen-insulin) baru mengalami retinopati paling sedikit 3-5 tahun setelah awitan penyakit sistemik ini. Pasien diabetes tipe II (tidak dependen-insulin) dapat sudah mengalami retinopati pada saat diagnosis ditegakkan, dan mungkin retinopati merupakan manifestasi diabetes yang tampak pada saat itu. Definisi Retinopati merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang. Retinopati diabetes adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada penderita diabetes melitus. Retinopati akibat diabetes melitus lama berupa aneurismata, melebarnya vena, perdarahan dan eksudat lemak. Skrining Deteksi dan terapi retinopati diabetik sejak dini penting dilakukan. Kelainan-kelainan yang mudah terdeteksi timbul sebelum penglihatan terganggu. Skrining retinopati diabetik harus dilakukan dalam 3 tahun sejak diagnosis diabetes tipe I, pada saat diagnosis tipe II, dan selanjutnya setahun sekali pada keduanya. Fotografi fundus digital terbukti merupakan metode skrining yang efektif dan sensitif. Fotografi tujuh bidang merupakan pemeriksaan skrining baku-emas, tetapi pemeriksaan dua bidang 45 derajat, satu difokuskan pada makula dan satu lagi pada diskus, telah menjadi metode pilihan pada sebagian besar program skrining. Midriasis diperlukan untuk mendapatkan foto yang berkualitas baik, terutama bila terdapat katarak. Retinopati diabetik dapat berkembang dengan cepat selama masa kehamilan. Setiap wanita diabetes yang hamil harus diperiksa oleh seorang oftalmolog atau dilakukan pemeriksaan fotografi fundus digital pada trimester pertama dan sedikitnya setiap 3 bulan sampai waktu persalinan. Klasifikasi Retinopati diabetik dapat digolongkan ke dalam retinopati nonploriferatif, makulopati, dan retinopati ploriferatif. Retinopati nonploriferatif Retinopati diabetik adalah suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh kecil. Kelainan patologik yang paling dini adalah penebalan membran basal endotel kapiler dan berkurangnya jumlah perisit. Kapiler membentuk kantung-kantung kecil menonjol seperti titik-titik yang disebut mikroaneurisma. Perdarahan akan berbentuk nyala api karena lokasinya berada didalam lapisan serat saraf yang berorientasi horizontal. Retinopati nonploriferatif ringan ditandai oleh sedikitnya satu mikroaneurisma. Pada retinopati nonploriferatif sedang, terdapat mikroaneurisma luas, perdarahan intraretina, gambaran manik-manik pada vena (venous beading), dan/ atau bercak-bercak cotton wool. Retinopati nonploriferatif berat ditandai oleh bercak-bercak cotton wool, gambaran manikmanik pada vena dan kelainan mikrovaskular intraretina. Stadium ini terdiagnosis dan

ditemukannya perdarahan intraretina di empat kuadran, gambaran manik-manik vena di dua kuadran, atau kelainan mikrovaskular intraretina berat di satu kuadran. Makulopati Makulopati diabetik bermanifestasi sebagai penebalan atau edema retina setempat atau difus, yang terutama disebabkan oleh kerusakan sawar darah-retina pada tingkat endotel lapiler retina, yang menyebabkan terjadinya kebocoran cairan dan konstituen plasma ke retina sekitarnya. Makulopati lebih sering dijumpai pada pasien diabetes tipe II dan memerlukan penanganan segera setelah kelainannya bermakna secara klinis, yang ditandai oleh penebalan retina sembarang pada jarak 500 mikron dari fovea, eksudat keras pada jarak 500 mikron dari fovea yang berkaitan dengan penebalan retina, atau penebalan retina yang ukurannya melebihi satu diameter diskus dan terletak pada jarak satu diameter diskus dari fovea. Makulopati juga bisa terjadi karena iskemia, yang ditandai oleh edema makula, perdarahan dalam dan sedikit eksudasi. Angiografi fluoresein menunjukkan hilangnya kapiler-kapiler retina disertai pembesaran zona avaskular fovea. Retinopati ploriferatif Komplikasi mata yang paling parah pada diabetes melitus adalah retinopati diabetik ploriferatif. Iskemia retina yang progresif akhirnya merangsang pembentukan pembuluhpembuluh halus baru yang menyebabkan kebocoran protein-protein serum (dan fluoresens) dalam jumlah besar. Retinopati diabetik ploriferatif awal ditandai oleh kehadiran pembuluhpembuluh baru pada diskus optikus atau di bagian retina manapun. Ciri yang berisiko tinggi ditandai oleh pembuluh darah baru pada diskus optikus yang meluas lebih dari sepertiga diameter diskus, sembarang pembuluh darah baru pada diskus optikus yang disertai perdarahan vitreus, atau pembuluh darah baru dibagian retina manapun yang besarnya lebih dari setengah diameter diskus dan disertai perdarahan vitreus. Pembuluh-pembuluh baru yang rapuh berploriferasi ke permukaan posterior vitreus dan akan menimbul saat vitreus mulai berkontraksi menjauhi retina. Apabila pembuluh tersebut berdarah, perdarahan vitreus yang masif dapat menyebabkan penurunan penglihatan mendadak. Sekali terjadi pelepasan total vitreus posterior, mata berisiko mengalami neovaskularisasi dan perdarahan vitreus. Pada mata retinopati diabetik ploriferatif dan adhesi vitreoretinal persisten, jaringan neovaskular yang menimbul dapat mengalami perubahan fibrosa dan membentuk pita-pita fibrovaskular rapat, yang menyebakan traksi vitroretina. Hal ini dapat menyebabkan ablatio retina akibat traksi progresif atau, apabila terjadi robekan retina, ablatio retina regmatogenosa. Ablatio retina dapat ditandai dan ditutupi oleh perdarahan vitreus. Apabila kontraksi vitreus di mata tersebut telah sempurna, retinopati ploriferatif cenderung masuk ke dalam stadium involusional atau burned-out. Penyakit mata diabetik lanjut juga dapat disertai komplikasi neovaskularisasi iris (rubeosis iridis) dan glaukoma neovaskular.

Terapi Progesivitas retinopati terutama dicegah dengan melakukan pengendalian yang baik terhadap hiperglikemia, hipertensi sistemik, dan hiperkolesterolemia. Terapi pada mata bergantung dari lokasi keparahan retinopatinya. Mata dengan edema makula diabetik yang belum bermakna klinis sebaiknya dipantau secara ketat tanpa dilakukan terapi laser. Yang bermakna klinis ditemukan focal laser bila lesinya setempat, dan grid laser bla lesinya difus.

You might also like