You are on page 1of 104

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

RANSEL LAPTOP DI UMKM YOGI TAS


DESA LALADON KECAMATAN CIOMAS
KABUPATEN BOGOR





Oleh
ROFIQ IRFANI
H24063201







DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
i

RINGKASAN
ROFIQ IRFANI. H24063201. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ransel
Laptop di UMKM Yogi Tas Desa Laladon Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.
Di bawah Bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO dan R. DIKKY
INDRAWAN.

Pertumbuhan penggunaan laptop yang terus meningkat membuka peluang
bagi pengusaha untuk memproduksi dan memasarkan aksesoris pendukung
laptop, khususnya ransel laptop. Yogi Tas yang semula memproduksi berbagai
macam tas bermaksud untuk mengembangkan usahanya dengan membuat satu
divisi khusus yang memproduksi ransel laptop. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
Mengkaji kelayakan pengembangan usaha Yogi Tas dilihat dari aspek pasar dan
pemasaran, teknis dan operasi, hukum dan manajemen, ekonomi sosial,
lingkungan dan keuangan, (2) Melakukan analisis sensitivitas untuk mengukur
tingkat kepekaan usaha terhadap variabel yang dianggap paling berpengaruh.
Penelitian ini dilakukan di UMKM Yogi Tas Desa Laladon, Kecamatan
Ciomas, Kabupaten Bogor pada bulan Agustus-Oktober 2010. Analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif untuk data yang bersifat kualitatif pada aspek
pasar dan pemasaran, teknis dan operasi, hukum dan manajemen, sosial ekonomi,
dan lingkungan. Data kuantitatif pada aspek keuangan dianalisis dengan
menggunakan analisis kriteria investasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa : (1) Pengembangan usaha layak dari
aspek pasar dan pemasaran dengan mempertimbangkan hasil forecasting yang
dilakukan, (2) Pengembangan usaha layak dari aspek teknis dan operasi dengan
mempertimbangkan proses produksi, lokasi usaha, dan teknologi yang digunakan,
(3) Pengembangan usaha layak dari aspek hukum dan manajemen dengan
mempertimbangkan izin-izin usaha, pembagian tugas yang jelas, serta sistem
kompensasi, (4) Pengembangan usaha layak dari aspek sosial ekonomi dengan
pertimbangan penyerapan tenaga kerja walaupun kecil, (5) Pengembangan usaha
layak dari aspek lingkungan karena tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan, (6) Pengembangan usaha layak dari aspek finansial dengan
menghasilkan kriteria investasi berupa NPV sebesar Rp 251.207.000, IRR sebesar
28,46%, Net B/C sebesar 1,79, Gross B/C sebesar 1,23, PI sebesar 2,52, dan PBP
selama 2 tahun 10 bulan 27 hari, (7) Analisis sensitivitas dengan metode
switching value menggunakan parameter inflasi menunjukkan usaha masih layak
dijalankan hingga angka maksimum inflasi menyentuh nilai 14,37%. Lebih dari
itu usaha tidak layak untuk dijalankan lagi.






ii

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA


RANSEL LAPTOP DI UMKM YOGI TAS
DESA LALADON KECAMATAN CIOMAS
KABUPATEN BOGOR




SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor



Oleh :
ROFIQ IRFANI
H24063201



DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
iii

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ransel Laptop Di


UMKM Yogi Tas Desa Laladon Kecamatan Ciomas
Kabupaten Bogor
Nama : Rofiq Irfani
NIM : H24063201





Menyetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,






(Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc) (R. Dikky Indrawan, SP. MM)
NIP : 19491210 197803 1 002





Mengetahui :
Ketua Departemen,






(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc)
NIP : 19610123 198601 1 002









Tanggal Lulus :



iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada
tanggal 6 Mei 1985 dan memiliki nama
lengkap Rofiq Irfani. Penulis merupakan
anak ke tujuh dari tujuh bersaudara
pasangan Bapak Syaifudin Irfan dan Ibu Siti
Amanah.
Penulis memulai pendidikan di
Sekolah Dasar Negeri 7 Argamakmur, Bengkulu Utara dan lulus pada tahun 1997.
Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri 1 Argamakmur, Bengkulu Utara, tamat tahun 2000. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah Al Zaytun,
Indramayu (lulus tahun 2003) dan Madrasah Aliyah Al Zaytun, Indramayu (lulus
tahun 2006). Pada tahun 2006 penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian
Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Selama masa Perkuliahan, penulis aktif di kelembagaan tingkat fakultas.
Pada tahun 2007/2008, penulis aktif di Karemata (Keluarga Ekonomi dan
Manajemen Pencinta Alam) sebagai Ketua Divisi Logistik. Selanjutnya pada
tahun 2008/2009, penulis aktif menjadi staf divisi mounteneering Karemata,
anggota Coast Futsal dan Voli BEM FEM IPB. Selain itu, penulis juga aktif
mengikuti kepanitiaan di berbagai acara yang diselenggarakan oleh FEM.









v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan nikmat waktu dan kesehatan sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan proses penyusunan skripsi yang berjudul Analisis
Kelayakan Pengembangan Usaha Ransel Laptop di UMKM Yogi Tas Desa
Laladon Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor ini dari awal sampai akhir
dengan lancar. Penyusunan skripsi ini penulis lakukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Pertumbuhan penggunaan laptop yang semakin meningkat secara tidak
langsung juga meningkatkan kebutuhan akan aksesoris pendukung laptop
tersebut, salah satunya yaitu ransel laptop. Peningkatan penggunaan laptop yang
diiringi dengan pemakaian ransel laptop yang semakin meningkat membuka
peluang usaha bagi produsen tas untuk terjun dalam bisnis ini.
CV. Yogi Tas merupakan salah satu produsen tas di Bogor yang
bermaksud mengembangkan usahanya di bidang ransel laptop dengan
membentuk satu divisi baru yang khusus menangani produksi dan pemasaran
ransel laptop. Untuk melakukan pengembangan usaha ini perlu dilakukan suatu
kajian awal mengenai kelayakan pengembangan usaha sesuai dengan teori dalam
Studi Kelayakan Bisnis agar usaha ini dapat berhasil dan sustainable.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc dan Bapak R. Dikky Indrawan, SP, MM
selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dalam menyusun skripsi
dan kepada Mas Yogi selaku pemilik CV. Yogi Tas atas kesempatan yang telah
diberikan untuk melakukan penelitian.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para
pembaca. Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan mohon maaf apabila
masih banyak kekurangan.
Bogor, Februari 2011

Penulis
vi

UCAPAN TERIMA KASIH



Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara
moril maupun materi. Oleh karena itu, penulis mempersembahkan skripsi ini
kepada :
1. Ibu, Bapak dan kakak-kakakku tercinta atas segala doa, dukungan, kasih
sayang, dan kesabaran dalam menghadapi penulis.
2. Seluruh staff pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM
IPB
3. Irna Monalisa atas segala waktu, tenaga, pikiran, kasih sayang, dorongan,
perhatian, doa, dan kesabaran dalam menghadapi penulis.
4. Bewok, Kuya, Hombreng, Sedeng, Begung, dan seluruh anggota Karemata atas
doa dan dukungan serta kebersamaannya di Karemata.
5. Wiwid, Lintang, Yunita, Gae, Neni, Maul, Hari dan Lisma atas kebersamaan
kita sebagai satu bimbingan.
6. Toni, Galih, Afif, Ojan, dan seluruh rekan Manajemen43 atas doa dan
dukungan serta kebersamaannya di FEM.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Akhir kata penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada seluruh pihak, semoga Allah SWT memberikan balasan yang
berlipat ganda.

vii

DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vi
DAFTAR ISI .....................................................................................................vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ..................................... 6
2.1.1 Pengertian UMKM ...................................................................... 6
2.1.2 Kriteria UMKM ........................................................................... 6
2.1.3 Peran UMKM dalam Pembangunan Nasional ............................ 7
2.2 Studi Kelayakan Bisnis ......................................................................... 8
2.2.1 Siklus Bisnis ................................................................................ 8
2.2.2 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis ......................................... 9
2.3 Analisis Sensitivitas .............................................................................. 17
2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................................................... 18
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran .............................................................................. 21
3.1.1 Aspek Pasar ................................................................................. 21
3.1.2 Aspek Teknis ............................................................................... 21
3.1.3 Aspek Manajemen dan Hukum ................................................... 22
3.1.4 Aspek Ekonomi Sosial ................................................................ 22
3.1.5 Aspek Finansial ........................................................................... 22
3.2 Metode Penelitian ................................................................................. 24
3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 24
3.2.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 24
3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................. 24
3.3.1 Analisis Kriteria Investasi ........................................................... 24
3.3.2 Analisis Sensitivitas..................................................................... 27
3.4 Asumsi-Asumsi Penelitian .................................................................... 27

viii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Usaha ....................................................................... 29
4.2 Visi dan Misi ......................................................................................... 30
4.3 Analisis Kelayakan Usaha .................................................................... 30
4.3.1 Aspek Pasar dan Pemasaran ........................................................ 32
4.3.2 Aspek Teknis ............................................................................... 34
4.3.3 Aspek Manajemen dan Hukum ................................................... 40
4.3.4 Aspek Sosial dan Ekonomi .......................................................... 45
4.3.5 Aspek Lingkungan....................................................................... 46
4.3.6 Aspek Finansial ........................................................................... 46
4.4 Implikasi Manajerial ............................................................................. 55
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan ................................................................................................... 57
2. Saran .............................................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 58
LAMPIRAN ....................................................................................................... 59






























ix

DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Jumlah penjualan laptop berdasarkan segmen ........................................ 2
2. Tren penjualan PC (notebook dan desktop) di Indonesia ....................... 3
3. Kriteria UMKM. ..................................................................................... 6
4. Penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2000
dan 2003 (orang) ..................................................................................... 7
5. Metode peramalan time series dan nilai parameter kesalahan................ 31
6. Kapasitas optimum produksi ransel laptop ............................................. 32
7. Perbandingan ramalan penjualan dan kapasitas optimum
produksi usaha yogi tas ........................................................................... 34
8. Peralatan dan perlengkapan dalam pembuatan pola ............................... 40
9. Peralatan dan perlengkapan dalam proses pemotongan ......................... 40
10. Ringkasan rencana anggaran biaya ......................................................... 48
11. Ringkasan biaya operasional .................................................................. 49
12. Nilai kriteria investasi pengembangan Usaha Yogi Tas ......................... 50
13. Rekapitulasi Analisis Aspek Finansial ................................................... 54
14. Fungsi manajemen dan penjabarannya pada pengembangan
Usaha Yogi Tas ...................................................................................... 55





















x

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Siklus Bisnis ........................................................................................... 9
2. Kerangka Pemikiran Penelitian .............................................................. 23
3. Model Tren Kuadratik ............................................................................ 31
4. Peta Lokasi Usaha .................................................................................. 36
5. Bagan Proses Produksi ........................................................................... 39

































xi

DATA LAMPIRAN

No. Halaman
1. Alur Pikir Penelitian ............................................................................. 59
2. Asumsi peramalan penjualan pada pengembangan
usaha Yogi Tas ..................................................................................... 60
3. Program linear penentuan kapasitas optimum produksi ...................... 63
4. Perhitungan rencana kapasitas dan kebutuhan produksi
pada pengembangan usaha Yogi Tas ................................................... 65
5. Dasar perhitungan rencana kebutuhan fisik menurut item ................... 67
6. Rencana kebutuhan fisik pada pengembangan usaha Yogi Tas ........... 71
7. Rencana indeks harga pada pengembangan usaha Yogi Tas ............... 74
8. Rencana anggaran biaya pada pengembangan usaha Yogi Tas.77
9. Perhitungan biaya penyusutan pada pengembangan
usaha Yogi Tas ..................................................................................... 80
10. Perhitungan modal awal pada pengembangan usaha Yogi Tas ........... 81
11. Proyeksi penerimaan pada pengembangan usaha Yogi Tas ................. 83
12. Rekapitulasi biaya pada pengembangan usaha Yogi Tas ..................... 84
13. Perhitungan kriteria investasi pada pengembangan usaha Yogi Tas ... 85
14. Perhitungan analisis sensitivitas dengan metode switching value
pada pengembangan usaha Yogi Tas (parameter inflasi) ..................... 88
15. Dokumentasi penelitian ........................................................................ 90

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia merupakan
salah satu unsur penting dalam menopang perekonomian nasional secara
menyeluruh. UMKM telah lama menjadi pondasi yang kokoh sekaligus
penggerak dinamika dari sistem ekonomi kita. Di tengah badai krisis
ekonomi yang melanda, UMKM justru mampu untuk bertahan karena
usahanya yang bergerak di sektor riil tidak terlalu banyak terpengaruh
dibandingkan dengan sektor moneter. UMKM juga sangat berperan dalam
membantu program pemerintah dalam hal menciptakan lapangan pekerjaan
sekaligus mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan pendapatan
masyarakat.
Data statistik tahun 2008 menyebutkan bahwa dari jumlah tenaga
kerja dari sektor industri di Kabupaten Bogor sebanyak 21.050 orang,
16.640 orang berasal dari industri kecil dan menengah (Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, 2008). Hal ini dengan jelas
menunjukkan bahwa UMKM memegang peranan yang sangat penting
dalam hal penyerapan tenaga kerja untuk mengurangi tingkat pengangguran
dan melebihi sektor industri besar.
Pada dasarnya, keberadaan UMKM tidak lepas dari usaha pemiliknya
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup. Pola
fikir (mindset) pelaku usaha kecil dan menengah adalah selalu ada
keuntungan selama usaha masih dapat berjalan serta sangat mengandalkan
intuisi atau insting bisnis dalam menjalankan usaha. Ada banyak faktor yang
bisa menentukan usaha itu dapat sukses atau tidak diantaranya peluang
pasar, kondisi persaingan, trend bisnis, dan lain-lain. Oleh karena itu, secara
teori tidak cukup hanya mengandalkan insting dalam mengambil keputusan
di dunia bisnis. Lebih dari itu, diperlukan suatu kalkulasi yang
komprehensif baik secara kualitatif maupun kuantitatif dari segala aspek
yang berkaitan dengan usaha yang akan kita buat. Agar UMKM dapat lebih
bersaing dan memiliki prospek perkembangan yang bagus, maka sebelum
2

mendirikan UMKM sebaiknya dilakukan studi kelayakan usaha terlebih


dahulu. Hal ini berguna untuk memperhitungkan kemungkinan apakah
usaha dapat bersaing dan bertahan diantara para kompetitornya sekaligus
melihat kemungkinan pengembangan usaha di masa depan dilihat dari
berbagai aspek/sudut pandang.
Salah satu UMKM di Bogor adalah Yogi Tas yang terletak di
Laladon. Yogi Tas bergerak di bidang produksi berbagai macam tas dan
menerima pesanan. Setiap bulan pesanan selalu fluktuatif, tetapi dari data
yang ada menunjukkan pertumbuhan pesanan (produksi). Segmen pasar
yang cukup potensial untuk pengembangan usaha pada Yogi Tas ini adalah
pada bagian ransel laptop (notebook). Hal ini berdasarkan permintaan laptop
yang terus meningkat tiap tahun dikarenakan perkembangan teknologi yang
sangat cepat. Saat ini laptop bukan hanya sebagai alat kerja, tetapi juga telah
menjadi gaya hidup dan bagian dalam pergaulan masyarakat.
Total penjualan laptop semester I pada tahun 2010 mencapai 2,18 juta
unit, mengalami pertumbuhan 32,46 persen dibandingkan dengan total
penjualan laptop semester I pada tahun 2009 sebesar 1,6 juta unit. Kenaikan
ini terjadi karena laptop tidak lagi menjadi barang mewah di Indonesia. Baik
karyawan, mahasiswa, maupun pelajar mulai beralih dari desktop ke laptop
(tekno.kompas.com).
Tabel 1. Jumlah penjualan laptop berdasarkan segmen
1

Segmen Konsumer
Kuartal 1
(unit)
Kuartal 2
(unit)
Total (unit)
2010 993.000 1.020.000 2.013.000
2009 749.000 753.000 1.502.000
Pertumbuhan 32% 35% 34%
Segmen Bisnis
Kuartal 1
(unit)
Kuartal 2
(unit)
Total (unit)
2010 82.000 88.000 170.000
2009 70.000 76.000 146.000
Pertumbuhan 17,1% 15,7% 16,4%


1
www.tekno.kompas.com [28-09-2010]
3

Tabel 2. Tren penjualan PC (notebook dan desktop) di Indonesia


2

Tahun Jumlah Pertumbuhan
2010 5,1 juta 53%
2009 3,3 juta 36%
2008 2,4 juta n/a

Adanya tren peningkatan penggunaan laptop tentu juga berimbas
kepada aksesoris yang mendukungnya, diantaranya tas khusus laptop.
Penggunaan tas ini selain mem udahkan dalam mobilitas juga berguna untuk
melindungi laptop dari benturan atau goresan. Hal ini menciptakan peluang
bagi Yogi Tas untuk mengembangkan usahanya dengan membentuk bagian
khusus untuk memproduksi dan memasarkan tas khusus laptop ini.
Asumsi dasar dalam pengembangan usaha ini adalah dengan
melakukan peramalan (forecasting) dengan menggunakan aplikasi Minitab
14 dengan input data time series tingkat penjualan ransel laptop Yogi Tas
selama 22 bulan (Januari 2009-Oktober 2010). Hasil peramalan ini
kemudian akan di bandingkan dengan perhitungan kapasitas optimum
produksi usaha dengan bantuan aplikasi Lindo32, sehingga akan didapat
angka produksi ransel laptop yang akan di supply ke pasar. Hasil peramalan
menunjukkan tren positif dalam penjualan ransel laptop dalam beberapa
tahun kedepan, sehingga dengan pertimbangan sumber daya yang dimiliki
pengembangan ini cukup prospektif.
1.2. Rumusan Masalah
Prediksi penjualan notebook di Indonesia tahun 2011, meningkat
sekitar 30% atau mencapai 1,8 - 2 juta unit
3
. Sayangnya, kenaikan itu belum
diimbangi dengan peningkatan produksi tas laptop atau digital case
nasional. Apalagi produsen di dalam negeri masih sangat terbatas, sehingga
produk tas laptop impor banyak membajiri pasar Indonesia.
Peningkatan penjualan laptop dan pasar tas laptop tersebut dapat
dijadikan peluang oleh Yogi Tas untuk mengembangkan usahanya dengan
mendirikan satu bagian khusus yang memproduksi tas ransel laptop. Selama

2
www.tekno.kompas.com [28-09-2010]
3
Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) [1-10-2010]
4

ini, sebagian besar pasar sasaran ransel laptop Yogi Tas adalah segmen
instansi pemerintah dan masyarakat umum. Sebelum mendirikan bagian
khusus ini, perlu dilakukan suatu analisis awal mengenai kelayakan
pengembangan usaha tersebut dilihat dari berbagai macam aspek,
diantaranya aspek pasar, teknis dan operasi, manajemen, sosial ekonomi,
dan finansial. Hal itu diperlukan untuk mengetahui bagaimana prospek
pengembangan usaha ke depannya. Dari studi kelayakan tersebut dapat
dilihat dari awal bagaimana prospek pemasarannya, sampai perhitungan
matematis mengenai modal awal dan proyeksi penerimaan sehingga dapat
dijadikan tolak ukur apakah usaha pengembangan layak dijalankan atau
tidak.
Untuk melihat prospek pengembangan usaha ransel laptop Yogi Tas,
penulis merumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini
diantaranya :
1. Bagaimana gambaran usaha Yogi Tas selama ini serta kemungkinan
pengembangan usaha ransel laptop dilihat dari aspek pasar dan
pemasaran, keuangan, teknis dan operasi, manajemen dan hukum,
ekonomi sosial, dan dampak lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan rencana pengembangan usaha ransel laptop apabila
terjadi perubahan pada beberapa variabel yang dianggap paling
berpengaruh?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mengkaji kelayakan pengembangan usaha Yogi Tas dilihat dari aspek
hukum, pasar dan pemasaran, keuangan, teknis dan operasi,
manajemen/organisasi, ekonomi sosial dan dampak lingkungan.
2. Melakukan analisis sensitivitas untuk mengukur tingkat kepekaan usaha
terhadap variabel yang dianggap paling berpengaruh.



5

1.4. Manfaat Penelitian


1. Sebagai masukan dan pertimbangan bagi pihak Yogi Tas dalam
perencanaan dan pelaksanaan operasional usaha kedepannya.
2. Sebagai aplikasi ilmu manajemen yang didapat penulis selama
perkuliahan, dan sebagai rujukan bagi penulis lain yang membutuhkan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di UKM CV. Yogi Tas Laladon. Penelitian
berfokus pada aspek-aspek yang berpengaruh pada kelayakan
pengembangan usaha ransel laptop, yakni pada aspek pemasaran, teknis,
manajemen dan hukum, sosial ekonomi, dan finansial. Pemilihan ransel
laptop didasarkan pada data yang ada selama ini menunjukkan permintaan
ransel laptop lebih banyak dibandingkan jenis yang lain, serta pertumbuhan
penjualan laptop di pasar yang semakin tinggi. Studi kelayakan usaha ini
akan mencoba untuk memproyeksikan pengembangannya di masa yang
akan datang dengan menggunakan asumsi-asumsi penelitian yang telah
ditetapkan.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
2.1.1. Pengertian UMKM
Pengertian UMKM menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun
2008 adalah :
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini
1
.
2.1.2. Kriteria UMKM
Kriteria UMKM dapat dilihat dalam tabel berikut yang sesuai
dengan ketentuan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008.
Tabel 3. Kriteria UMKM
2

No. Uraian
Kriteria
Asset Omzet
1 Usaha Mikro Maks. 50 juta Maks. 300 juta
2 Usaha Kecil >50 juta-500 juta >300 juta-2,5 miliar
3 Usaha Menengah >500 juta-10 miliar >2,5 miliar-50 miliar

1
www.depkop.go.id [11-07-2010]
2
www.depkop.go.id [11-07-2010]
7
2.1.3. Peran UMKM dalam Pembangunan Nasional
Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam
perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: (1)
kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di
berbagai sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3)
pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber
inovasi, serta (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran
melalui kegiatan ekspor. Posisi penting ini sejak dilanda krisis belum
semuanya berhasil dipertahankan sehingga pemulihan ekonomi
belum optimal
3
.
Usaha mikro, kecil dan menengah memberikan lapangan kerja
bagi 99,45% tenaga kerja di Indonesia, dan masih akan menjadi
tumpuan utama penyerapan tenaga kerja pada masa mendatang.
Selama periode 2000 2003, usaha mikro dan kecil telah mampu
memberikan lapangan kerja baru bagi 7,4 juta orang dan usaha
menengah mampu memberikan lapangan kerja baru sebanyak 1,2
juta orang. Pada sisi lain, usaha besar hanya mampu memberikan
lapangan kerja baru sebanyak 55.760 orang selama periode 2000
2003. Hal ini merupakan bukti bahwa UMKM merupakan katup
pengaman, dinamisator dan stabilisator perekonomian Indonesia
4
.
Untuk lebih jelasnya, jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala
usaha dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4. Penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun
2000 dan 2003 (orang)
5

No Skala Usaha 2000 2003 Pertumbuhan
1 Usaha Mikro dan Kecil
62.856.765
(88,79)
70.282.178
(88,43)
7.425.413
(11,81%)
2 Usaha Menengah
7.550.674
(10,67)
8.754.615
(11,02)
1.203.941
(15,94%)
3 Usaha Besar
382.438
(0.54)
438.198
(0,55)
55.760
(14,58%)
Jumlah Tenaga Kerja
70.789.877
(100)
79.474.991
(100)
8.685.114
(12,27%)

3
www.smecda.com [8-10-2010]
4
www.smecda.com [8-10-2010]
5
www.smecda.com [8-10-2010]
8
2.2. Studi Kelayakan Bisnis
Bisnis merupakan seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-
orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang,
konsumen, dan industri dimana perusahaan berada) dalam rangka
memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka ( Umar, 2003).
Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang
apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila
dilaksanakan (Nurmalina dkk, 2009).
Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis
yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi
juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian
keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya
rencana peluncuran produk baru (Umar, 2003).
2.2.1. Siklus Bisnis
Menurut Nurmalina dkk (2009), siklus bisnis meliputi:
a. Identifikasi
Tahap ini dilakukan dengan maksud untuk mendapat
gambaran mengenai kemampuan potensial dari bisnis yang akan
dilaksanakan (identifikasi potensi bisnis). Usulan bisnis bisa
datang dari berbagai sumber, yaitu: investor, para ahli dalam
bidang teknis, pemerintah daerah setempat, konsultan dan
pebisnis itu sendiri.
b. Persiapan dan analisis
Tahap persiapan dan analisis meliputi semua kegiatan
yang perlu dilakukan. Tahap ini dilakukan dengan melakukan
persiapan terhadap pelaksanaan suatu bisnis yang akan
dilaksanakan. Hal ini biasanya diawali dengan pembuatan studi
kelayakan bisnis dari kegiatan bisnis di lokasi tertentu yang sudah
ditentukan.
c. Penilaian (appraisal)
Merupakan suatu proses pengkajian atau penilaian oleh
tim penilai dari manajemen perusahaan, investor atau kreditor
9
apakah suatu binsis yang direncanakan itu layak atau tidak untuk
dijalankan.
d. Pelaksanaan
Merupakan tahapan terpenting dalam siklus bisnis yang
direncanakan. Pelaksanaan bisnis harus fleksibel, mengingat
keadaan akan selalu berubah. Perubahan ini dapat bersifat teknis,
perubahan harga dan perubahan lingkungan ekonomi dan politik
yang akan merubah cara pelaksanaan suatu bisnis.
e. Evaluasi
Kegiatan bisnis perlu dievaluasi secara sistematis apakah
berjalan sesuai rencana dan mendatangkan manfaat atau
keuntungan. Evaluasi atau penilaian yang telah dilakukan
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
rekomendasi bagi rencana bisnis yang akan datang.








Gambar 1. Siklus Bisnis

2.2.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Dalam tahap persiapan dan analisis suatu kelayakan bisnis
perlu dipertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat dan
saling berkaitan satu sama lain. Menurut Nurmalina dkk (2009),
secara umum aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam studi
kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi, aspek lingkungan,
dan aspek finansial.
Pelaksanaan
Persiapan dan Analisis
Identifikasi
Evaluasi
Appraisal
10
1. Aspek Pasar
Menurut Stanton dalam Umar (2003), pasar adalah
kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas,
uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakannya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan ditelaah dalam
aspek ini adalah(Nurmalina dkk, 2009):
a. Permintaan, baik secara total atau diperinci menurut daerah,
jenis konsumen, perusahaan besar pemakai. Disini juga perlu
diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut.
b. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun yang
berasal dari impor. Bagaimana perkembangannya di masa lalu
dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-
faktor yang mempengaruhi penawaran ini seperti jenis barang
yang bisa menyaingi, kebijakan dari pemerintah, dan
sebagainya perlu diperhatikan.
c. Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor
dan produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan
perubahan harga dan bagaimana polanya.
d. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan
dipergunakan bauran pemasaran (marketing mix). Identifikasi
siklus kehidupan produk (product life cycle), pada tahap apa
produk akan dibuat.
e. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market
share yang bisa dikuasai perusahaan.
Kotler (2004) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu
proses tempat individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan melalui menciptakan dan
mempertukarkan produk dan nilai dengan orang lain. Dua sasaran
pemasaran yang utama adalah menarik konsumen baru dengan
menjanjikan nilai yang unggul dan mempertahankan konsumen
saat ini dengan memberikan kepuasan. Sedangkan menurut
Stanton dalam Umar (2007), pemasaran adalah keseluruhan
11
sistem yang berhubungan dengan kegiatan usaha, yang bertujuan
merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan
mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan
kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial.
Agar berhasil di dalam pasar dengan tingkat persaingan
yang cukup tinggi, perusahaan harus memperhatikan pelanggan,
meraih pelanggan dari pesaing, mempertahankan dan
mengembangkan mereka dengan nilai yang lebih baik (Kotler,
2004).
Menurut Kotler (2004), ada tiga langkah dalam proses
mendesain strategi untuk melayani pelanggan secara lebih baik,
yaitu :
a. Segmentasi Pasar (Segmentation)
Merupakan proses membagi pasar ke dalam kelompok
pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan,
karakteristik, atau perilakunya yang mungkin membutuhkan
bauran produk atau bauran pemasaran yang terpisah.
Konsumen dapat dikelompokkan dan dilayani dengan berbagai
cara berdasarkan faktor geografis, demografis, psikografis, dan
perilaku.
b. Membidik Pasar (Targeting)
Meliputi mengevaluasi daya tarik masing-masing
segmen pasar dan memilih satu atau beberapa segmen yang
akan dimasuki. Perusahaan harus membidik segmen dimana
perusahaan dapat memberikan nilai yang terbesar bagi
pelanggan dan mempertahankannya dalam jangka waktu yang
cukup lama.
c. Penetapan Posisi di Pasar (Positioning)
Merupakan pengaturan agar suatu produk menempati
tempat yang jelas, terbedakan dan diinginkan dalam benak
konsumen sasaran dibandingkan dengan tempat produk
pesaing.
12
2. Aspek Teknis
Pengkajian aspek teknis dalam studi kelayakan
dimaksudkan untuk memberikan batasan garis besar parameter-
parameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik proyek.
Pengkajian aspek teknis sangat erat hubungannya dengan aspek-
aspek lain, terutama aspek finansial, ekonomi, dan pasar.
Hubungan erat ini diartikan sebagai saling memberi masukan, dan
keputusan mengenai aspek yang satu tergantung bagaimana
dampaknya terhadap aspek yang lain dan sebaliknya. Pada studi
kelayakan aspek ini masih dalam bentuk konseptual. Baru nanti di
tahap berikutnya dilanjutkan dan dikembangkan menjadi desain
engineering terinci, dan menjadi cetak biru proyek yang akan
dibangun (Soeharto, 1999).
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan
dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan
pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun.
Pelaksanaan evaluasi dari aspek ini seringkali tidak dapat
memberikan suatu keputusan yang baku, atau dengan kata lain
masih tersedia berbagai alternatif jawaban. Karenanya sangat
perlu diperhatikan beberapa pengalaman pada bisnis lain yang
serupa di lokasi lain yang menggunakan teknologi serupa.
Keberhasilan penggunaan teknologi sejenis di tempat lain sangat
membantu dalam pengambilan keputusan akhir (Nurmalina dkk,
2009).
Menurut Nurmalina dkk (2009), faktor-faktor yang perlu
mendapat jawaban dari aspek teknis ini adalah:
a. Lokasi bisnis, yakni dimana suatu bisnis akan dilaksanakan
baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun
lokasi bukan pabrik.
b. Seberapa besar skala operasi/luas produksi ditetapkan untuk
mencapai suatu tingkatan skala ekonomis.
13
c. Kriteria pemilihan mesin dan equipment utama serta alat
pembantu mesin dan equipment.
d. Bagaimana proses produksi dilakukan dan layout pabrik yang
dipilih, termasuk juga layout bangunan dan fasilitas lain.
e. Apakah jenis teknologi yang diusulkan cukup tepat.
Sebelum semua faktor di atas diidentifikasi ada beberapa
hal yang harus diketahui terlebih dahulu yaitu karakteristik
produk yang dihasilkan yang meliputi standar kualitas, dimensi,
warna, paten, trade mark, lisensi, syarat penyimpanan, packing,
syarat pengiriman dan juga kemungkinan untuk
mempertimbangkan bahwa tidak keseluruhan komponen produk
dibuat sendiri (Nurmalina dkk, 2009).
3. Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam
masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi.
Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa
pelaksana bisnis tersebut, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis
tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek
kelayakan bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi, hal yang
dipelajari adalah bagaimana bentuk organisasi/badan usaha yang
dipilih, bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi
masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja yang
digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan
tenaga inti (Nurmalina dkk, 2009).
Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha
yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan
konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa
disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa
pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Selain itu aspek
hukum mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada
saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain.

14
4. Aspek Sosial dan Ekonomi
Dalam aspek sosial yang perlu diperhatikan adalah
penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran di
sekitar lokasi dimana bisnis dijalankan. Lebih jauh lagi,
bagaimana pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana
pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis
seperti semakin ramainya daerah tersebut, lalu lintas yang
semakin lancar, adanya penerangan listrik, telepon, dan sarana
lainnya (Nurmalina dkk, 2009).
Sedangkan dari aspek ekonomi suatu bisnis dapat
memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat,
pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat
menambah aktivitas ekonomi.
5. Aspek Lingkungan
Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis
terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis tersebut
lingkungan menjadi semakin baik atau sebaliknya. Pertimbangan
tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu
bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu
sendiri, sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila
tidak bersahabat dengan lingkungan (Hufschmidt dalam
Nurmalina dkk, 2009).
6. Aspek Finansial
Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi
kelayakan bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi
melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan
membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti
ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan bisnis untuk
membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah
ditentukan dan menilai apakah bisnis akan dapat berkembang
terus (Umar, 2003).
15
Dalam pengkajian aspek keuangan diperhitungkan berapa
jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian
mengoperasikan kegiatan bisnis. Dana untuk membangun usaha
disebut dana modal tetap yang dipergunakan untuk membiayai
kegiatan pra investasi, pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan
dan biaya lain yang bersangkutan dengan pembangunan bisnis.
Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk memutar roda operasi
bisnis setelah selesai dibangun disebut dana modal kerja
(Nurmalina dkk, 2009).
Studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu
menganalisis bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi. Adapun
beberapa indikator yang sering digunakan untuk menentukan
kelayakan usaha dari aspek keuangan diantaranya :
a. Payback Period (PBP)
Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan
untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash
investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain
payback period merupakan rasio antara initial cash investment
dengan cash inflow nya yang hasilnya merupakan satuan
waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan
maksimum payback period yang dapat diterima (Umar, 2003).
b. Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang
menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di
masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan
investasi awal (Umar, 2003).
c. Net Present Value (NPV)
Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah
selisih antara total present value manfaat dengan total present
value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih
tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan dalam
16
perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Nurmalina
dkk, 2009).
d. Profitability Index (PI)
Pemakaian metode Profitability Index ini caranya adalah
dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang
(present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih
di masa yang akan datang dengan nilai sekarang dari investasi
yang telah dilaksanakan (Umar, 2003).
e. Break Event Point (BEP)
Break Event Point adalah titik pulang pokok dimana
total revenue sama dengan total cost (TR=TC), tergantung
pada lama arus penerimaan sebuah bisnis dapat menutupi
segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal
lainnya. Selama suatu usaha masih di bawah BEP, maka
perusahaan masih mengalami kerugian. Semakin lama
mencapai titik pulang pokok, semakin besar saldo rugi karena
keuntungan yang diterima masih menutupi segala biaya yang
dikeluarkan (Nurmalina dkk, 2009).
f. Net Benefit Cost Ratio
Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang
bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif.
Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis
yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis
tersebut (Nurmalina dkk, 2009).
g. Gross Benefit Cost Ratio
Gross B/C Ratio merupakan kriteria kelayakan lain yang
biasa digunakan dalam analisa bisnis. Baik manfaat maupun
biaya adalah nilai kotor (gross). Dengan menggunakan kriteria
ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan
biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima (Nurmalina
dkk, 2009).

17
2.3. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu
keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan.
Menurut Gittinger dalam Nurmalina dkk (2009), analisis sensitivitas
merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian. Analisis
sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel
yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi
dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi.
Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel
tersebut berdampak pada hasil kelayakan (NPV, IRR, B/C).
2.4. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis)
Gittinger dalam Nurmalina dkk (2009) menyatakan bahwa suatu
variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value).
Switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan
maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga
output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow
(peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat
ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Oleh karena itu perubahan jangan
melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak layak
untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan
terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).
Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas yang biasa
dilakukan dengan analisis switching value ini adalah pada analisis
sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik (misal:
penurunan harga output 20%) untuk selanjutnya dihitung dampaknya
terhadap hasil kelayakan. Sedangkan pada switching value justru
perubahan tersebut yang dicari (misal: berapa perubahan maksimum dari
penurunan harga output yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih
tetap layak). Hal ini menunjukkan bahwa harga output tidak boleh turun
melebihi nilai pengganti tersebut. Bila melebihi nilai pengganti tersebut,
maka bisnis tidak layak atau NPV < 0.
18
Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung
secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat
perubahan di dalam komponen inflow atau outflow.
2.5. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Moch. Luthfi Zakaria (2010) melakukan penelitian mengenai studi
kelayakan bisnis pengembangan usaha isi ulang minyak wangi pada usaha
perseorangan Boss parfum, Bogor. Analisis kelayakan pengembangan usaha
dilakukan pada empat aspek, yaitu aspek pasar dan pemasaran, teknis,
manajemen dan operasional, dan finansial. Hasil dari aspek pasar dan
pemasaran menunjukkan Boss parfum memiliki pangsa pasar konsumen di
Bogor sebesar 5 % dengan segmen konsumen menengah ke atas dengan
range usia 14 60 tahun. Bentuk pasar yang dimasuki adalah pasar
persaingan sempurna dan pasar konsumen yang dipilih adalah penjualan
langsung (direct selling) ke konsumen dan reseller. Dari aspek teknis baik
dari segi lokasi, penyediaan bahan baku, dan proses produksi dapat
dikatakan memenuhi kriteria untuk dijalankan. Dalam aspek manajemen dan
operasional, Boss parfum telah mengantongi berbagai macam perizinan
untuk mendukung legalitas usaha. Analisis aspek finansial menghasilkan
kriteria investasi berupa Net Present Value (NPV) sebesar Rp 57.494.385
(positif, arus masuk >arus keluar), Internal Rate of Return (IRR) 21% (lebih
besar dari tingkat pinjaman 13%), Net (B/C) 1,24 (lebih besar dari 1), Break
Even Point (BEP) Rp 391.161.287, dan Payback Period (PP) sebesar 1,12
(kurang dari umur proyek). Hasil dari kriteria investasi menunjukkan bahwa
usaha pengembangan layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan
pada dua skenario yaitu peningkatan biaya variabel sebesar 5% dan
penurunan penjualan 10%. Peningkatan biaya variabel 5% menyebabkan
usaha tidak layak karena menghasilkan IRR sebesar 8%, sedangkan
penurunan penjualan 10% usaha masih layak dijalankan.
Penelitian Diky Satria (2010) mengkaji tentang analisis kelayakan
pengembangan usaha peternakan kambing perah peranakan ettawa di
peternakan Cordero, Kabupaten Bogor. Ada lima aspek yang dianalisis,
yaitu aspek pasar dan pemasaran, teknis, manajemen, ekonomi dan sosial,
19
dan finansial. Hasil aspek pasar dan pemasaran menunjukkan prospek yang
bagus karena data menunjukkan permintaan akan susu kambing masih
defisit 173 liter per hari dan ini dapat dijadikan peluang dalam pemasaran.
Aspek teknis menunjukkan semua tahapan teknis dalam operasional
peternakan kambing beserta fasilitas pendukung dapat diakomodasi dengan
baik sehingga layak dijalankan. Aspek legalitas dalam manajemen
peternakan Cordero masih dalam tahap pengusahaan namun tidak
menghalangi kegiatan usaha dan struktur organisasi dan deskripsi pekerjaan
telah efektif dijalankan. Dalam aspek ekonomi dan sosial keberadaan
peternakan Cordero memberi manfaat bagi masyarakat sekitar dan tidak
mengakibatkan efek negatif yang berarti. Analisis aspek finansial
menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan dengan maenghasilkan NPV
sebesar Rp 908.058.246, IRR 32,14%, Net B/C 2,32, PP 4,1 tahun, dan BEP
4,6 tahun. Analisis sensitivitas menggunakan pendekatan analisis nilai
pengganti (switching value), dimana parameter yang dibahas adalah tingkat
inflasi, harga pakan per tahun, dan harga jual susu kambing. Tingkat inflasi
maksimum yang dapat ditoleransi sebesar 57,16%, kenaikan harga pakan
maksimum 44,66% ceteris paribus, dan penurunan harga jual susu
maksimum sebesar 49,16%.
Billy (2010) meneliti tentang kelayakan pengembangan usaha pada
pengolahan kerupuk Ichtiar di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor. Studi kelayakan dilakukan pada enam aspek, yaitu aspek
pemasaran, hukum, manajemen sumber daya manusia, produksi operasi,
lingkungan ekonomi dan sosial, serta finansial. Studi pada aspek pemasaran
menunjukkan segmentasi yang dilakukan yaitu segmentasi geografis yang
mencakup wilayah Bogor dan sekitarnya sebagai tempat pemasaran, target
yang disasar adalah pedagang eceran dan memposisikan produk pada mutu
dan ukuran produk yang lebih besar beserta pelayanan yang baik dalam
penjualan. Aspek hukum menunjukkan aspek legalitas usaha dari sisi
perizinan telah mendapat izin berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
dengan No 238/10-21/PK/V/1994. Aspek manajemen telah melaksanakan
fungsi manajemen berupa perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
20
pengendalian dengan baik untuk mencapai tujuan perusahaan. Aspek
produksi dan operasi melihat lokasi produksi, proses produksi, dan fasilitas
produksi yang digunakan cukup memadai. Aspek lingkungan, ekonomi dan
sosial menunjukkan manfaat dari adanya proyek berupa penyerapan tenaga
kerja walaupun tidak terlalu banyak dan tidak mengganggu kehidupan sosial
di sekitar lingkungan usaha.
21

III. METODE PENELITIAN



3.1. Kerangka Pemikiran
Sebagai salah satu pelaku industri kerajinan tas yang berskala kecil
dan menengah di Bogor, Yogi Tas bermaksud untuk melakukan
pengembangan usahanya. Hal ini dilakukan selain untuk meningkatkan
profitabilitas yang didapat, juga sebagai salah satu langkah diferensiasi
untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Bentuk pengembangan usaha yang dipilih adalah dengan menambah
lini produknya dengan membangun satu bagian khusus yang menangani
produksi tas ransel laptop. Hal ini dipilih melihat perkembangan teknologi
yang semakin cepat dan menurunnya harga barang teknologi diantaranya
laptop yang semakin terjangkau. Pengembangan produksi ini akan berimbas
pada beberapa faktor diantaranya bahan baku, fasilitas produksi, dan tenaga
kerja. Agar rencana pengembangan usaha ini dapat berjalan efektif dan
efisien, maka diperlukan studi awal berupa analisis kelayakan
pengembangan usaha.
Studi kelayakan pengembangan usaha akan menganalis rencana
pengembangan usaha dari berbagai aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen, aspek ekonomi sosial, serta aspek finansial. Dari hasil
analisis ini akan diberikan rekomendasi apakah rencana pengembangan
usaha layak untuk dijalankan atau tidak.
3.1.1. Aspek Pasar
Tujuan analisis pada aspek pasar yaitu untuk melihat peluang
atau pangsa pasar tas yang akan dimasuki oleh produk yang
dihasilkan. Pada aspek pasar dilakukan analisis terhadap bentuk
pasar, persaingan usaha, strategi pemasaran (segmentasi, targeting,
positioning), serta bauran pemasaran (marketing mix).
3.1.2. Aspek Teknis
Analisis pada aspek teknis dilakukan untuk mengukur apakah
pengembangan usaha pada Yogi Tas layak dilakukan secara teknis
dan operasional. Hal-hal yang perlu dianalisis meliputi lokasi bisnis
22

dan layoutnya, proses produksi, kapasitas produksi, dan fasilitas


produksi.
3.1.3. Aspek Manajemen dan Hukum
Dalam aspek manajemen dan hukum, hal yang dipelajari dan
dianalisis adalah bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih,
struktur organisasi, deskripsi pekerjaaan, dan jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan. Tujuan dari analisis aspek ini adalah untuk
mengetahui apakah proses perencanaan dan pengelolaan bisnis yang
ada sudah efektif dan efisien, sehingga dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.
3.1.4. Aspek Ekonomi Sosial
Tujuan dari analisis aspek ini adalah untuk melihat manfaat
dari bisnis Yogi Tas yang dijalankan terhadap lingkungan sekitarnya
baik bagi masyarakat maupun pemerintah. Faktor yang menjadi tolak
ukur adalah peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan
kesempatan kerja warga sekitar, dan pajak bagi pemerintah setempat.
3.1.5. Aspek Finansial
Dalam pengkajian aspek finansial diperhitungkan berapa
jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian
mengoperasikan kegiatan bisnis. Secara umum dalam aspek finansial
yang diperhitungkan antara lain rencana kebutuhan fisik, rencana
anggaran biaya, biaya penyusutan, modal dan rencana penerimaan,
biaya operasional, analisis kriteria investasi, dan analisis kepekaan
(sensitivitas).
1. Analisis Kriteria Investasi
Kriteria yang digunakan untuk menentukan kelayakan
bisnis berdasarkan kriteria investasi antara lain: Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C),
Payback Period (PBP), dan Profitability Index (PI).
2. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah variabel
yang dianggap penting dan berpengaruh pada kelangsungan
23

produksi baik pada variabel input atau output. Pada variabel


input, hal yang dianggap paling berpengaruh adalah kenaikan
harga bahan baku, sedangkan pada variabel output yaitu
penurunan harga jual produk.








































Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Usaha Produksi Tas
Yogi Tas
Identifikasi kondisi yang
ada:
Penggunaan laptop
terus bertambah
Permintaan ransel
laptop cenderung
meningkat dan lebih
besar dari jenis lain
Layak
Tidak layak
Analisis pengembangan usaha:
Aspek pasar
Aspek teknis
Aspek manajemen dan hukum
Aspek sosial ekonomi
Aspek lingkungan
Aspek finansial
- kriteria investasi (NPV, IRR, PBP,
Net B/C, PI)
- analisis sensitivitas
Potensi pengembangan:
Menerima pesanan dan
menyediakan stok
ransel laptop
Mendirikan divisi
produksi ransel laptop
Implementasi
24

3.2. Metode Penelitian


3.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Yogi Tas, yang merupakan salah satu
UMKM di Bogor yang bergerak di bidang industri kerajinan tas.
Yogi Tas berada di wilayah Kabupaten Bogor dan berlokasi di
sebelah Terminal Laladon. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus
sampai September 2010.
3.2.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pemilik usaha
Yogi Tas dengan teknik wawancara dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya, dan pengamatan
langsung di tempat usaha. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
buku-buku, hasil penelitian terdahulu, dan publikasi elektronik.
3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang didapat dari hasil penelitian terdiri dari data kualitatif dan
data kuantitatif, yang selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan jenisnya.
Analisis data kualitatif dilakukan pada aspek pasar, teknis, manajemen, dan
ekonomi sosial. Analisis data kuantitatif dilakukan untuk menganalisis
kelayakan pengembangan usaha produksi tas dari aspek finansial. Kemudian
hasil dari pengolahan ini diinterpretasikan secara deskriptif untuk
menggambarkan tentang kelayakan pengembangan usaha. Analisis
kuantitatif yang berkenaan dengan aspek finansial dengan menghitung Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio
(B/C), Payback Period (PBP), Profitability Index (PI), serta analisis
sensitivitas dengan bantuan program komputer Microsoft Excel 2007.
3.3.1. Analisis Kriteria Investasi
1. Net Present Value(NPV) / Nilai Bersih Sekarang.
Rumus :
NPV =
Bt-Ct
(1+)
t
n
t=1
...........................................................(1)
Dimana :
25

Bt = Manfaat pada tahun t


Ct = Biaya pada tahun t
i = Discount rate (%)
t = Tahun kegiatan bisnis (t= 0, 1, 2, 3, ...., n)
n = Umur usaha (tahun)
Kriteria :
NPV > 0 : usaha layak
NPV = 0 : usaha tidak untung dan tidak rugi
NPV < 0 : usaha tidak layak
2. I nternal Rate of Return (IRR)
Rumus :
IRR = i
1
+
NPv1
NPv1-NPv2
(i
2
-i
1
) ......................................(2)
Dimana :
NPV
1
= NPV positif
NPV
2
= NPV negatif
i
1
= Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i
2
= Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
Kriteria :
IRR discount rate : usaha layak
IRR < discount rate : usaha tidak layak
3. Benefit Cost Ratio (B/C)
a. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Rumus :
Gross B/C =

Bt
(1=i)
t
n
t=0

Ct
(1+i)
t
n
t=0
...............................................(3)
Dimana :
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
N = Umur bisnis
I = Discount rate (%)
26

Kriteria :
Gross B/C 1 : usaha layak
Gross B/C < 1 : usaha tidak layak
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Rumus :
Net B/C =

Bt-Ct
(1+i)
t
n
t=0

Ct-Bt
(1+i)
t
n
t=0
..................................................(4)
Dimana :
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
N = Umur bisnis
I = Discount rate (%)
Kriteria :
Net B/C > 1 : usaha layak
Net B/C = 1 : usaha tidak untung atau rugi
Net B/C < 1 : usaha tidak layak
4. Payback Period (PBP)
Rumus :

PBP =
NIu Incstus
Kus Musuk Bcsh
X 1 tahun ................................(5)

Kriteria :
PBP > periode maksimum : usaha tidak layak
PBP < periode maksimum : usaha layak
5. Profitability Index (PI)
Rumus :

PI =
Pv Kus Musuk
Pv Kus KcIuu
...................................................... (6)

27

Kriteria :
PI > 1 : usaha layak
PI < 1 : usaha tidak layak
3.3.2. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui dampak dari
perubahan yang terjadi di masa yang akan datang terhadap
kelangsungan bisnis dengan menggunakan metode switching value.
Perubahan yang dianalisis adalah dari variabel input yaitu kenaikan
seluruh komponen biaya operasional yang disebabkan kenaikan
tingkat inflasi. Dari hasil analisis akan terlihat sampai tingkat inflasi
berapa usaha masih layak untuk dijalankan.
3.4. Asumsi-Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian digunakan sebagai dasar dalam analisis dan
perhitungan dalam aspek keuangan. Asumsi dalam penelitian ini adalah :
1. Periode/umur usaha yang dianalisis dalam proyek pengembangan usaha
Yogi Tas adalah lima tahun. Hal ini berdasarkan umur ekonomis aset
yang paling berpengaruh, yaitu mesin jahit dan kesepakatan dengan
pemilik usaha.
2. Dasar penentuan harga awal produk dan investasi adalah harga yang
berlaku pada saat pengambilan data bulan Agustus-September 2010.
3. Reinvestasi dilakukan pada fasilitas dan perlengkapan produksi dengan
harga yang disesuaikan dengan tingkat inflasi tiap tahun.
4. Modal usaha seluruhnya berasal dari pemilik usaha sendiri.
5. Produk yang dihasilkan terdiri dari empat jenis model. Model akan
dimodifikasi setiap 6 bulan agar variatif dengan mengubah atau
memodifikasi bentuk model dengan asumsi tidak terlalu berpengaruh
pada bahan baku, hanya merubah sedikit pola.
6. Tingkat inflasi yang digunakan sebesar 11% per tahun, yang merupakan
rata-rata tingkat inflasi tertinggi selama 5 tahun terakhir (2006-2010).
7. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito
berjangka 12 bulan Bank Negara Indonesia 46 (BNI 46) pada bulan
November 2010, yaitu sebesar 6%.
28

8. Jumlah tenaga kerja 11 orang dengan jam kerja dalam 1 hari kerja 13
jam dan dalam sebulan ada 26 hari kerja.
9. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja tetap dengan sistem
remunerasi dengan dua jenis yaitu upah borongan untuk tenaga kerja
pola, potong, dan jahit, sedangkan tenaga kerja pembelian dengan
sistem gaji.
10. Tenaga kerja penjahitan sebanyak 8 orang diasumsikan mengerjakan
produksi secara merata untuk tiap model. Rata-rata 13 unit/orang untuk
model 1, 3, 4, dan 24 unit/orang untuk model 2.
11. Kapasitas produksi ditetapkan berdasarkan peramalan penjualan dan
disesuaikan dengan kemampuan optimum sumber daya yang dimiliki
usaha.
12. Waktu pengerjaan tiap produk adalah lima jam untuk produk 1, 2, dan
3, serta 6 jam untuk produk 4. Waktu pengerjaan berdasarkan proses
yang paling lama yaitu penjahitan.
13. Perhitungan biaya penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus.
14. Asset yang terkena biaya penyusutan merupakan asset yang memiliki
umur ekonomis lebih dari satu tahun.
15. Nilai sisa dihitung berdasarkan nilai buku dari masing-masing aset.
16. Perhitungan pajak dilakukan dengan menggunakan analisis rugi laba
berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 Pasal 17 tentang
wajib pajak orang pribadi, yaitu sebagai berikut :
a. Kurang dari sama dengan Rp 25.000.000,00 ; besarnya pajak 5 %.
b. Rp 25.000.000,00 s.d. Rp 50.000.000,00 ; besarnya pajak 10 %.
c. Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 100.000.000,00 ; besarnya pajak 15 %.
d. Rp 100.000.000,00 s.d. Rp 200.000.000,00 ; besarnya pajak 25 %.
e. Lebih besar dari Rp 200.000.000,00 besarnya pajak 35 %.
29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1. Gambaran Umum Usaha
Usaha produksi tas CV. Yogi Tas terletak di Desa Laladon,
Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Secara geografis, Kecamatan
Ciomas merupakan salah satu wilayah dari Kabupaten Bogor yang
berbatasan langsung dengan wilayah Kotamadya Bogor. Lokasi usaha Yogi
Tas berada di pinggir jalan besar dan tidak jauh dari terminal Laladon yang
merupakan salah satu urat nadi transportasi yang menghubungkan wilayah
Kabupaten Bogor dengan Kotamadya Bogor. Jaringan listrik dan air minum
juga sudah cukup stabil untuk menunjang kegiatan usaha. Kondisi geografis
dan dukungan infrastruktur yang baik, menjadi keuntungan tersendiri bagi
Yogi Tas, baik dari segi pengadaan sumberdaya (bahan baku, tenaga kerja,
dan energi) serta pemasaran hasil produksi.
Usaha Yogi Tas mulai dirintis pendiriannya pada tahun 2006. Pada
awalnya Mas Yogi yang merupakan pemilik usaha ini hanya menjual
outdoor equipment di kalangan teman-teman pecinta alamnya. Saat itu, Mas
Yogi sudah memiliki brand sendiri yang dinamakan Pacet Bag. Untuk
produksinya sendiri masih dipegang orang tuanya di Tasikmalaya. Namun
dikarenakan pangsa pasar yang kecil karena hanya di kampus dan terbatas
anggota pecinta alam, usaha ini kurang berkembang. Setelah itu Mas Yogi
menyewa sebuah rumah di Laladon untuk dijadikan tempat produksi dan
mulai mencoba menerima pesanan dari konsumen. Pada awal pendiriannya
Yogi Tas hanya memiliki dua karyawan dan dua mesin jahit serta konsumen
yang masih sangat sedikit. Kendala promosi dan pemasaran sangat
dirasakan dalam periode awal usaha ini. Seiring berjalannya waktu, dengan
kekuatan pemasaran dan promosi yang sederhana yaitu dari mulut ke mulut
(word of mouth) usahanya telah berkembang dan sampai saat ini memiliki
12 orang karyawan dan 10 buah mesin jahit. Menurut Mas Yogi usaha
dengan sistem pesanan tidak membutuhkan modal yang banyak dan
perputaran modalnya lebih cepat. Produk yang dihasilkan sangat bervariasi,
mulai dari tas kantor, tas tote, ransel sekolah, dan ransel laptop.
30

4.2. Visi dan Misi


CV. Yogi Tas termasuk ke dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) yang mempunyai keterbatasan dalam hal modal dan sumber daya.
Hal tersebut tidak mengurangi keinginan pemiliknya untuk mengembangkan
usahanya agar mampu bersaing dengan kompetitor lain dan mampu tumbuh
menjadi perusahaan yang lebih besar. Mas Yogi yang merupakan pemilik
CV Yogi Tas ini mengatakan bahwa usahanya mempunyai visi dan misi
dalam menjalankan usahanya dan upaya untuk pengembangannya.
Visi yang ditetapkan adalah menjadikan Yogi Tas sebagai salah satu
produsen tas yang memiliki spesifikasi yang khas di mata konsumen. Untuk
mencapai visi diperlukan misi yang merupakan langkah-langkah yang
ditempuh agar visi tersebut dapat tercapai. Misi dari CV. Yogi tas menurut
Mas Yogi adalah:
1. Menciptakan produk yang bermutu bagi konsumen.
2. Menjaga kualitas produk.
3. Mengutamakan kualitas pelayanan kepada konsumen.
4.3. Analisis Kelayakan Usaha
Dalam perjalanan usahanya, Yogi Tas bermaksud untuk melakukan
pengembangan usahanya dengan memperluas skala unit usaha dan produksi.
Usaha Yogi Tas selama ini adalah menerima pesanan berbagai macam tas
dari konsumen. Untuk keperluan produksi, Yogi Tas telah memiliki aset
berupa bangunan serta peralatan dan perlengkapan yang cukup memadai.
Bentuk pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh Yogi Tas adalah
dengan membuat divisi atau unit usaha yang difokuskan untuk
memproduksi tas jenis ransel laptop dengan empat jenis model tas. Untuk
rencana pengembangan usaha ini Yogi Tas telah menyiapkan seluruh aset
baru yang diperlukan mulai dari bangunan, peralatan, dan perlengkapan
yang terpisah dari usaha sebelumnya. Bangunan berlokasi di wilayah yang
sama dengan usaha sebelumnya, dan berada di bawah badan hukum yang
sama dengan usaha sebelumnya. Bentuk pengembangan ini atas dasar
permintaan ransel laptop di pasar yang terus meningkat. Pengembangan
usaha tersebut sudah pasti akan berpengaruh terhadap beberapa variabel
31

produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, dan sumber daya lainnya.
Analisis kelayakan usaha dapat digunakan untuk menilai apakah
pengembangan tersebut layak untuk diusahakan atau tidak.
Skala produksi awal akan ditentukan dengan menggunakan
pendekatan peramalan (forecasting) penjualan dengan berdasarkan deret
waktu (time series) serta pertimbangan kapasitas optimum produksi dengan
mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki usaha. Data peramalan yang
digunakan adalah data penjualan selama 22 bulan (Januari 2009 - Oktober
2010 ) dan proses peramalan dilakukan dengan bantuan aplikasi Minitab 14.
Metode peramalan yang baik adalah yang mempunyai standar kesalahan
yang paling kecil. Parameter kesalahan yang dipakai dalam aplikasi Minitab
ada tiga, yaitu Mean Absolute Percentage Error (MAPE), Mean Absolute
Deviation (MAD), dan Mean Squared Deviation (MSD). Dari hasil
pengujian didapat bahwa metode peramalan yang tepat adalah dengan
menggunakan metode analisis tren dengan model kuadratik karena
menghasilkan nilai MAD yang paling kecil yaitu 58,83. Analisis tren
kuadratik memperlihatkan hasil peramalan yang menunjukkan tren yang
selalu meningkat di tiap tahunnya selama lima tahun periode usaha.
Tabel 5. Metode peramalan time series dan nilai parameter kesalahan
Jenis Peramalan MAPE MAD MSD
Analisis Tren Linear 70,9 72,9 10364,9
Analisis Tren Kuadratik 87,76 58,83 6635,93
Moving Average 62,0 66,8 12635,7
Single Exponential Smoothing 75,6 67,1 11865,2
Double Exponential Smoothing 75,13 65,38 9819,35
Gambar 3. Model Tren Kuadratik
Index
R
a
n
s
e
l

L
a
p
t
o
p
80 72 64 56 48 40 32 24 16 8 1
10000
8000
6000
4000
2000
0
Accuracy Measures
MAPE 87,76
MAD 58,83
MSD 6635,93
Variable
Forecasts
Actual
Fits
Trend Analysis Plot for Ransel Laptop
Quadratic Trend Model
Yt = 161,994 - 29,8739*t +1,70151*t**2
32

Untuk mengetahui berapa kapasitas produksi optimum dari usaha


maka dibuat model linear dimana pemecahannya menggunakan aplikasi
Lindow32. Dengan nilai variabel yang telah ditentukan didapat kapasitas
optimum produksi yaitu 100 unit tas/bulan untuk model 1,3, dan 4, serta 190
unit tas/bulan untuk model 2. Asumsi peramalan penjualan dan kapasitas
optimum produksi yang didapat inilah yang akan menjadi dasar penilaian
kelayakan usaha pembentukan unit usaha ransel laptop pada usaha Yogi
Tas.
Tabel 6. Kapasitas optimum produksi ransel laptop
Jenis ransel laptop yang diproduksi
Kapasitas Optimum
(unit/bulan)
Model 1 100
Model 2 190
Model 3 100
Model 4 100

Untuk lebih jelasnya mengenai asumsi peramalan penjualan dan
kapasitas optimum produksi dapat dilihat pada Lampiran 2. Asumsi
Peramalan Penjualan pada Pengembangan Usaha Yogi Tas dan Lampiran 3.
Program Linear Penentuan Kapasitas Optimum Produksi. Aspek-aspek
kelayakan usaha pada Yogi Tas yang akan menjadi dasar penilaian
kelayakan usaha meliputi aspek pasar dan pemasaran, teknis, manajemen
dan hukum, sosial ekonomi dan lingkungan, dan finansial.
4.3.1. Aspek Pasar dan Pemasaran
Pengembangan usaha di bidang produksi ransel laptop
mempunyai prospek yang cukup potensial di Indonesia. Indonesia
tercatat sebagai negara yang memiliki pangsa pasar Notebook PC
(laptop) yang berkembang sangat pesat di Asia Tenggara. Data
triwulan II 2010 dari International Data Corporation (IDC)
menunjukkan pasar Indonesia mengalami pertumbuhan lebih dari
40%. Menurut perkiraan dengan pertumbuhan yang tinggi ini dalam
lima tahun kedepan Indonesia akan menjadi pasar notebook atau
laptop terbesar di Asia Tenggara. Kwartal ini dari Oktober hingga
Desember, pasar notebook Indonesia diperkirakan sekitar 1,4 juta
33

unit. Tahun depan, IDC memperkirakan adanya kenaikan hingga


sekitar 6 juta unit
1
. Dijelaskan, penjualan tas laptop juga mengalami
kenaikan sekitar 10%-20% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kenaikan ini seiring dengan meningkatnya grafik penjualan laptop
yang sangat tinggi. Bodypack yang merupakan produsen ransel
laptop dalam negeri yang terbesar hanya mampu memenuhi
kebutuhan pasar sekitar 30% dari total produksi Bodypack sekitar
20.000 unit per bulan.
Dari segi penjualan perusahaan sendiri menunjukkan tren
yang cenderung meningkat tiap bulan. Peramalan penjualan yang
dilakukan juga menunjukkan tren positif dimana angka penjualan
selalu meningkat di tiap bulannya. Dengan mempertimbangkan
ramalan penjualan yang terus meningkat serta kapasitas optimum
produksi usaha dan sumber daya yang tersedia, maka ditetapkan
angka penjualan sebesar 5880 unit tas per tahun untuk empat jenis
model tas. Pertumbuhan penjualan laptop dan ransel laptop yang
positif ini merupakan pasar tersendiri yang cukup menjanjikan bagi
Yogi Tas untuk mengembangkan produksi ransel laptop.
Pada awalnya produksi ransel laptop hanya berdasarkan
jumlah pesanan. Penjualan dengan berdasarkan sistem pesanan ini
menunjukkan peningkatan tiap bulannya. Dengan
mempertimbangkan penggunaan laptop yang terus bertambah dan
asumsi kebutuhan ransel laptop yang berbanding lurus dengan
pertumbuhan jumlah laptop, perluasan segmen pemasaran diperlukan
dengan menggunakan pendekatan persediaan (make to stock).
Dengan perubahan pendekatan pemasaran ini tentu dibutuhkan usaha
promosi dan menjalin relasi yang lebih luas dengan sentra penjualan
laptop di dalam maupun luar daerah Bogor.
Dengan membandingkan antara ramalan penjualan dan
kapasitas optimum produksi, dapat dilihat bahwa peluang penjualan
di tahun pertama sebesar 10.247 unit. Dengan kapasitas produksi

1
www.detikfinance.com [24-10-2010]
34

sebesar 5.880 unit dapat diasumsikan bahwa jumlah yang disupply


ke pasar oleh Yogi Tas dapat terserap seluruhnya. Supply ransel
laptop dari Yogi Tas ini seluruhnya di masukkan ke outlet dan toko-
toko penjual laptop dan aksesorisnya yang sudah menjadi langganan
selama ini dan outlet baru untuk menunjang pemasarannya. Oleh
karena itu, dari aspek pasar usaha pengembangan ransel laptop ini
layak untuk dijalankan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel
7 dibawah ini.
Tabel 7. Perbandingan ramalan penjualan dan kapasitas
optimum produksi usaha yogi tas
Tahun 2011
Ramalan penjualan
(unit/bln)
Kapasitas Optimum
Produksi (unit/bln)
Januari 479 490
Februari 535 490
Maret 596 490
April 660 490
Mei 727 490
Juni 797 490
Juli 871 490
Agustus 948 490
September 1029 490
Oktober 1113 490
November 1200 490
Desember 1292 490
Total (1 tahun) 10.247 5.880

4.3.2. Aspek Teknis
Setelah aspek pasar maupun pemasaran menyatakan suatu
usaha layak untuk dijalankan, tahap berikutnya yang akan dianalisis
adalah mengenai aspek teknis dan teknologi. Aspek teknis
merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan
proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut
selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 1994). Tujuan dari aspek
ini adalah untuk meyakini secara teknis bahwa rencana
pengembangan usaha layak dilaksanakan. Adapun hal-hal yang
menjadi pertimbangan dalam aspek teknis meliputi lokasi usaha,
proses produksi, dan fasilitas produksi.

35

1. Lokasi Usaha
Dalam pendirian suatu usaha, aspek lokasi usaha menjadi
suatu hal yang penting baik untuk penentuan tempat produksi
(pabrik) maupun tempat untuk memasarkan produk yang
dihasilkan. Dalam hal penentuan lokasi usaha untuk tempat
produksi, hal-hal yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan
meliputi aspek ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang
dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas
transportasi. Usaha Yogi Tas sendiri terletak di Desa Laladon RT
05/04 Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Lokasi pembelian
bahan baku berada di Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat. Tempat
ini dipilih karena faktor kelengkapan bahan baku yang
dibutuhkan. Secara geografis lokasi pembelian bahan baku
terbilang jauh karena sudah berbeda wilayah pemerintahan yaitu
di Provinsi DKI Jakarta. Namun dari sisi jarak dan akses
transportasi menuju ke lokasi pembelian bahan baku hal itu
tergolong relatif dekat dan mudah karena Bogor sendiri
merupakan daerah penyangga Jakarta dan jarak antara Bogor dan
Jakarta tidak terlalu jauh yaitu dapat ditempuh selama lebih
kurang dua jam perjalanan. Akses transportasi berupa jalan raya
dan kendaraan umum juga sangat memadai sehingga tidak terlalu
menjadi masalah dalam hal penyediaan bahan baku.
Sejak awal berdiri, target awal dari konsumen yang dibidik
adalah yang berada di wilayah Bogor, terutama instansi
pemerintah dan lembaga pendidikan yang memang cukup banyak
berada di dekat lokasi usaha ini. Sehingga dari segi pasar yang
dituju pun lokasi usaha layak dijalankan. Ketersediaan energi
untuk mendukung proses produksi berupa listrik dan air juga
sudah terjamin karena wilayah ini sudah cukup ramai sehingga
pasokan energi tidak mengalami masalah. Tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh Yogi Tas adalah tenaga kerja terlatih dan tidak
memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi, sehingga untuk
36

mendapatkannya dari wilayah sekitar tidaklah susah. Sedangkan


untuk fasilitas transportasi, infrastruktur di sekitar lokasi usaha
sangat menunjang yaitu ketersediaan jalan utama atau jalan besar
(raya), moda transportasi berupa angkutan umum 24 jam, dan
keberadaan dua terminal yang menjadi urat nadi transportasi
Kabupaten dan Kota Bogor yaitu Terminal Laladon dan Bubulak.
Untuk lebih jelasnya, peta lokasi usaha Yogi Tas dapat dilihat
pada gambar 4 dibawah ini.








Gambar 4. Peta Lokasi Usaha
2. Proses Produksi
Produk yang dihasilkan dalam pengembangan usaha Yogi
Tas ini berupa ransel laptop. Untuk menghasilkan ransel laptop,
ada beberapa tahapan produksi yang harus dilakukan. Urutan
proses produksi dapat dilihat pada Gambar 5.
a. Pembuatan Pola dan Sampel
Pola merupakan cetakan dari ransel laptop yang akan
dibuat. Pola dibuat dengan menggunakan bahan karton.
Biasanya pola yang akan dibuat berdasarkan produk ransel
laptop yang bagus dan sudah ada di pasar, serta mengalami
sedikit modifikasi. Pembuatan pola tergantung dari bentuk tas
model. Untuk tas yang tidak terlalu rumit atau tidak mempuyai
bentuk yang asimetris pola dapat langsung dibuat dengan
Lokasi Usaha
37

mengukur langsung tas model tersebut dan dibuat modelnya di


atas karton. Sedangkan untuk tas yang rumit dengan banyak
bagian yang asimetris tas model tersebut akan dibedah terlebih
dahulu. Tas yang dijadikan model akan dibedah menjadi
bagian-bagian kecil. Kemudian bagian-bagian ini dijiplak di
atas karton dengan menggunakan pulpen dan disesuaikan
ukurannya dengan menggunakan meteran kain dan dipotong
sesuai dengan ukurannya dengan gunting atau cutter. Pembuat
pola akan membuat ukuran pola dan ditambah atau dilebihkan
sedikit untuk proses penjahitan nanti. Hal ini dilakukan dengan
perkiraan dari pembuat pola karena sudah terbiasa dengan
proses ini. Proses pemotongan pola dilakukan di atas triplek
tebal (multiplek). Setelah proses pembuatan pola selesai,
dibuat sampel jadi dari pola yang dibuat sehingga diketahui
kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat satu
tas. Dalam usaha pengembangan Yogi Tas direncanakan akan
dibuat empat model tas, sehingga diperlukan empat buah pola
yang berbeda.
b. Pemotongan Bahan
Proses pemotongan bahan pada prinsipnya hampir sama
dengan pembuatan pola. Seperangkat alat yang dibutuhkan
adalah rolan bahan yaitu tempat gulungan bahan yang akan
dipotong. Kemudian triplek tebal (multiplek) sebagai alas
untuk memotong bahan. Multiplek ini berukuran 1,5 m x 2 m.
Gunting dan cutter untuk memotong dan penggaris besi
sebagai alat bantu proses pemotongan. Dari hasil pembuatan
pola didapat bentuk dari bagian-bagian tas yang akan dibuat
dalam bentuk pola di atas karton beserta ukurannya. Satu per
satu pola karton tadi dijiplak ke bahan tas yang di taruh di atas
multiplek. Kemudian dipotong dengan menggunakan cutter
atau gunting. Setelah satu bagian pola tas dipotong maka
diperbanyak dengan menumpuk pola yang sudah dipotong tadi
38

di atas bahan sejumlah tas yang akan dibuat, kemudian


dipotong seperti tadi lagi. Pemotongan bahan ini terutama
untuk bahan utama tas seperti bahan D1680, jala mesh, D420
hitam, saten polos, bisban 2,5 cm dan sebagainya. Sedangkan
untuk bahan pelengkap lainnya seperti kepala resleting,
benang, pegangan, gesper disiapkan sesuai dengan kebutuhan
untuk satu tas ransel. Proses pemotongan ini sangat sederhana
dan sangat mengandalkan ketelitian dan kecermatan, karena
dalam proses pemotongan akan diusahakan penggunaan bahan
semaksimal mungkin dan tidak ada bahan yang terbuang.
c. Penjahitan
Proses ini menggabungkan seluruh bagian dari bahan-
bahan yang sudah dipotong tadi, mulai dari badan tas hingga
pernak pernik perlengkapannya seperti resleting, kepala
resleting, dan lain sebagainya, hingga akhirnya menjadi produk
jadi yang siap dipasarkan.
Bagan lengkap dari proses produksi ransel laptop di Yogi
Tas dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini.














39


































Gambar 5. Bagan Proses Produksi
3. Peralatan dan Perlengkapan Produksi
Untuk menjalankan proses produksi tentu dibutuhkan
sarana dan prasarana berupa peralatan dan perlengkapan yang
berkaitan dengan setiap proses produksi. Peralatan dan
perlengkapan dibagi berdasarkan alur proses produksi.
a. Proses Pembuatan Pola
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam
proses ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Pembuatan pola
Stok bahan baku untuk
produksi satu bulan
Pembelian bahan baku Pembelian jika ada
tambahan produksi
Jenis tas yang akan dibuat
Penyiapan bahan
Pemotongan bahan
Pembuatan pola setiap 6
bulan agar variatif
Kepala sleting, pegangan,
disiapkan
Bahan siap dijahit
Penjahitan
Packaging
Perapihan benang
sisa jahitan
40

Tabel 8. Peralatan dan perlengkapan dalam pembuatan


pola
No. Item Jumlah
Umur
Ekonomis
1. Karton
2. Penggaris siku 1 1 tahun
3. Penggaris panjang 1 m 1 4 tahun
4. Meteran kain 1 6 bulan
5. Jangka 1 4 tahun
6. Pensil, bolpoint, spidol 1 6 bulan
7. Triplek tebal (multiplek) 1 1 tahun
8. Calculator 1 2 tahun
9. Gunting 1 4 tahun
10. Cutter 1 6 bulan

b. Proses pemotongan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam
proses ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 9. Peralatan dan perlengkapan dalam proses
pemotongan
No. Item Jumlah
Umur
Ekonomis
1. Cutter 1 6 bulan
2. Penggaris besi 1 5 tahun
3. Meteran kain 1 6 bulan
4. Pensil 1 6 bulan
5. Gunting 1 4 tahun
6.
Triplek tebal
(multiplek)
1 6 bulan
7. Rolan bahan 1 3 tahun
8. Isi cutter 20 pak 1 bulan

c. Penjahitan
Peralatan yang dibutuhkan dalam proses ini adalah mesin
jahit listrik yang mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun.
Dalam usaha pengembangan Yogi Tas ini diperlukan 8 unit
mesin jahit.
4.3.3. Aspek Manajemen dan Hukum
Penilaian kelayakan pengembangan usaha dalam aspek
manajemen dan hukum meliputi hal yang berkaitan dengan perizinan
dan legalitas badan hukum usaha, struktur organisasi, kepemilikan,
41

deskripsi pekerjaan, sistem kompensasi, dan sistem penerimaan


tenaga kerja.
1. Perizinan dan Legalitas Badan Hukum Usaha
Yogi Tas termasuk ke dalam golongan perusahaan
manufaktur yang mengolah bahan mentah atau setengah jadi
menjadi barang jadi. Skala usahanya masih tergolong usaha kecil
baik dilihat dari tingkatan produksi maupun aset yang
dimilikinya. Dalam pendirian usaha, secara formal disyaratkan
untuk meminta izin usaha kepada pihak yang terkait, karena hal
ini berkaitan dengan birokrasi yang harus dipenuhi. Dalam hal
perizinan, Yogi Tas sudah memiliki izin usaha yang dikeluarkan
oleh Badan Perizinan Terpadu Pemerintah Kabupaten Bogor
berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk usaha skala
kecil dengan nomor 00390/10-20/PK/PO/VI/2009. Selain itu dari
perangkat desa dan kecamatan juga sudah memberikan izin
berupa surat izin domisili.
Badan hukum usaha merupakan bentuk kekuatan (legalitas )
usaha di mata hukum. Dengan memiliki bentuk badan hukum,
usaha akan memperoleh banyak kemudahan, seperti dalam hal
menjalin kerjasama (networking) dengan pihak lain. Yogi Tas
sendiri telah memiliki bentuk badan hukum usaha dalam bentuk
CV (Commanditaire Vennootschap) yang dikukuhkan dengan
akta notaris Khadijah Budi Astuti SH dengan nomor 321/AN-
CV/2009 dan disahkan oleh Pengadilan Negeri Cibinong.
2. Struktur Organisasi
Struktur formal organisasi dalam suatu perusahaan dibuat
untuk menunjukkan kedudukan struktural masing-masing
individu serta menunjukkan tugas dan fungsi mereka. Menurut
Husnan dan Suwarsono (1994), struktur organisasi tersebut
menggambarkan lima aspek, yaitu (1) pembagian pekerjaan, (2)
manajer dan bawahan, (3) tipe pekerjaan yang dilakukan, (4)
pengelompokan bagian-bagian pekerjaan, dan (5) tingkatan
42

manajemen. Dengan adanya struktur organisasi akan


memudahkan dalam pendelegasian tugas dan wewenang sehingga
dapat memudahkan pencapaian tujuan yang diinginkan
perusahaan. Struktur organisasi Yogi Tas sendiri masih sangat
sederhana. Hampir semua fungsi manajerial dipegang sendiri oleh
pimpinan perusahaan sekaligus pemiliknya. Pimpinan usaha
langsung membawahi 11 orang karyawan. Pembagian tugas
secara spesifik dilakukan pada proses produksinya dimana
terdapat tiga kegiatan utama dalam proses produksi, yaitu
pembuatan pola, pemotongan pola, dan penjahitan. Dengan
struktur organisasi seperti ini, pengambilan keputusan dalam
segala hal menjadi wewenang dari pimpinan usaha.
3. Kepemilikan
Pemilik pengembangan usaha Yogi Tas ini adalah Yogi
Alwan Fauzi yang sekaligus bertindak sebagai pimpinan yang
membawahi 10 orang karyawan. Modal dalam menjalankan
pengembangan usaha ini seluruhnya dikeluarkan oleh Mas Yogi
sendiri.
4. Deskripsi Pekerjaaan
Dalam pengembangan usaha ransel laptop pada Yogi Tas
ini, pemilik sekaligus pimpinan merencanakan untuk
menggunakan 10 orang karyawan yang terdiri dari 1 orang tukang
belanja, 1 orang tukang pola dan tukang potong, dan 8 orang
tukang jahit.
a. Pimpinan (pemilik)
Pemilik yang merupakan pimpinan usaha ini memegang
peranan penting dalam menjalankan roda perusahaan. Seluruh
kegiatan pra produksi, produksi, dan pasca produksi menjadi
tanggung jawab dan wewenang dari pimpinan. Secara umum
tugas dari pimpinan mencakup hal-hal sebagai berikut :
43

1. Memegang tanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan


fungsi manajerial usaha, mulai dari pemasaran, produksi,
sumber daya manusia, dan keuangan.
2. Menjalin dan menjaga hubungan yang baik dengan
konsumen.
3. Mengambil keputusan yang tepat dan cepat dalam
menghadapi suatu permasalahan.
b. Tenaga kerja pembelian bahan
Bertanggung jawab dalam proses pembelian bahan baku
produksi. Bahan baku dibeli di pasar Tanah Abang Jakarta
Pusat dengan pertimbangan kelengkapan bahan.
c. Tenaga kerja pembuatan pola
Bertanggung jawab dalam pembuatan pola dari ransel
laptop yang akan dibuat. Proses ini membutuhkan ketelitian
yang tinggi karena pola harus dibuat sedetail mungkin dan
menuntut akurasi ketepatan dalam setiap ukuran bagian-bagian
pola yang dibuat.
d. Tenaga kerja pemotongan
Bertanggung jawab memotong bahan sesuai dengan pola
yang telah dibuat sebelumnya. Proses ini menyiapkan bahan
utama yang akan dijahit dalam proses selanjutnya. Pemotongan
bahan dilakukan secara manual dengan menggunakan
seperangkat alat potong yang terdiri dari gunting, penggaris
besi, pensil/pulpen, busur, dan sebagainya.
e. Tenaga kerja penjahitan
Bertanggung jawab dalam melakukan proses penjahitan
bahan yang telah dipotong menjadi satu bagian ransel laptop
yang utuh. Proses ini membutuhkan waktu yang paling lama
dan yang paling menentukan bentuk fisik ransel laptop yang
diproduksi.


44

5. Sistem Kompensasi
Sistem pemberian kompensasi kepada tenaga kerja Yogi
Tas terdiri dari dua jenis, yaitu sistem upah (borongan) dan sistem
gaji (bulanan). Adanya pembedaan ini dikarenakan skala usaha
yang masih kecil, sehingga perlu dilakukan efisiensi dalam
operasionalnya dan salah satunya adalah dengan menerapkan
sistem upah borongan. Untuk tenaga kerja yang mendapat
kompensasi dengan gaji adalah tenaga kerja bagian pembelian
bahan yang mendapat gaji sebesar Rp 600.000. Tenaga kerja
pembuatan pola dibayar sebesar Rp 300.000 untuk satu buah pola
yang dibuat. Dalam satu tahun, pola dibuat sebanyak dua kali
sebagai variasi, sehingga dalam satu tahun akan ada delapan pola.
Tenaga kerja pemotongan mendapat upah yang bervariasi
tergantung model ransel laptop yang dibuat. Upah yang diterima
berkisar antara Rp 1.500-3000 per ransel. Tenaga kerja bagian
penjahitan mendapat upah yang relatif lebih besar karena
pekerjaannya relatif lebih sulit dan membutuhkan waktu lebih
lama. Upah yang diterima tenaga kerja penjahitan juga bervariasi
tergantung model dan tingkat kesulitan. Upah yang diterima
tenaga kerja penjahitan berkisar antara Rp 10.000-20.000 per
ransel. Selain pemberian kompensasi berupa gaji dan upah, para
tenaga kerja Yogi Tas mendapatkan uang makan setiap hari kerja
sebesar Rp 10.000.
6. Sistem Penerimaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang direkrut oleh Yogi Tas semuanya berasal
dari Bogor. Untuk proses pengembangan divisi ransel laptop,
tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 10 orang yang terdiri dari
8 orang tukang jahit, 1 orang tukang potong dan tukang pola, dan
1 orang tukang belanja. Semua tenaga kerja ini berasal dari
wilayah Bogor. Sistem perekrutan tenaga kerja di Yogi Tas masih
sangat sederhana. Pada awalnya, tenaga kerja yang dipakai masih
terbatas pada orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan
45

pemiliknya. Hal ini dikarenakan pemilik sudah mengetahui


kualitas kerja dari orang yang bersangkutan. Lama kelamaan satu
orang tadi mengajak teman temannya yang rata-rata sudah
mempunyai keahlian dan pengalaman dalam hal pembuatan tas
dan begitu seterusnya. Untuk pengembangan Yogi Tas tenaga
kerja sebanyak 11 orang juga didapatkan dengan proses seperti
itu, dimana satu orang yang sudah dipercaya dan berpengalaman
mengajak teman maupun saudaranya yang tentunya sudah
mempunyai kemampuan sesuai tugas yang dibutuhkan. Dengan
cara ini lebih memudahkan pemilik untuk mencari tenaga kerja
yang diperlukan dan mempunyai keahlian yang bagus.
4.3.4. Aspek Sosial dan Ekonomi
Dalam aspek sosial ekonomi akan dilihat seberapa besar
kontribusi dari usaha yang ada terhadap kehidupan sosial dan
ekonomi dari lingkungan sekitar tempat usaha didirikan. Dilihat dari
aspek sosial, dengan adanya Yogi Tas di Desa Laladon akan
membuka peluang kesempatan kerja dan dapat menyerap tenaga
kerja dari masyarakat sekitar (10 orang) , sehingga secara tidak
langsung keberadaan usaha ini dapat membantu pemerintah daerah
Kabupaten Bogor dalam upaya mengurangi angka pengangguran
walaupun dalam jumlah kecil. Dari segi ekonomi, keberadaan Yogi
Tas dapat meningkatkan jumlah pendapatan baik pemilik usaha
maupun masyarakat sekitar serta pemerintah daerah.
Semakin besar skala usaha yang didirikan akan semakin besar
manfaat sosial dan ekonomi yang dapat dirasakan. Selain skala usaha
Yogi Tas yang masih tergolong kecil, daerah tempat usaha
merupakan daerah yang strategis sehingga geliat dan aktifitas
ekonominya pun cukup ramai, sehingga dampak sosial ekonomi bagi
lingkungan tidak terlalu besar dan tidak terlalu kelihatan, namun
dapat dikatakan Yogi Tas tetap mempunyai dampak positif secara
sosial dan ekonomi walaupun sedikit.

46

4.3.5. Aspek Lingkungan


Pada dasarnya setiap usaha dan bisnis harus memperhatikan
keadaan lingkungan sekitarnya dan dampak yang dapat ditimbulkan
usaha terhadap lingkungan sekitar. Aspek lingkungan
menitikberatkan pada dampak negatif sisa produksi yang mungkin
dihasilkan usaha. Hal ini sangat penting karena usaha merupakan
bagian dari kehidupan masyarakat sekitar, apabila perusahaan tidak
tanggap dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah
diakibatkannya terhadap lingkungan sekitar tentu perusahaan
tersebut tidak akan disukai dan bisa saja pada akhirnya masyarakat
sekitar meminta usaha tersebut untuk ditutup.
Pada usaha pengembangan Yogi Tas dapat dikatakan tidak
menghasilkan sisa atau limbah yang dapat mengganggu lingkungan
sekitar. Sisa atau limbah produksi pada umumnya berupa sisa karton
dalam pembuatan pola, potongan-potongan bahan yang tidak ikut
terpakai, dan sisa-sisa benang yang terdapat pada produk yang
dihasilkan. Semua limbah tersebut tidak dapat digunakan lagi dan
pada akhirnya akan dibuang ke tempat pembuangan.
4.3.6 Aspek Finansial
Analisis finansial adalah kegiatan melakukan penilaian dan
penentuan satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak
dari keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha (Sofyan,
2003). Pada pengembangan usaha Yogi tas ini analisis kelayakan
aspek finansial terdiri dari rencana kebutuhan fisik, rencana
anggaran biaya, biaya operasional, modal dan penerimaan, dan
analisis kriteria investasi.
1. Rencana Kebutuhan Fisik
Rencana kebutuhan fisik pada usaha Yogi Tas merupakan
suatu perencanaan mengenai kebutuhan fisik yang diperlukan
oleh usaha mulai dari awal hingga periode usaha akan berakhir.
Rencana kebutuhan fisik ini berguna untuk memetakan kebutuhan
masing-masing kebutuhan fisik yang menunjang aktifitas usaha
47

secara detail pada tiap tahun analisis usaha. Kebutuhan fisik ini
terdiri dari bangunan untuk tempat usaha, peralatan dan
perlengkapan produksi, bahan baku produksi, energi, dan tenaga
kerja. Kebutuhan bangunan berupa sebuah rumah yang berukuran
150 m
2
yang digunakan untuk mendukung seluruh aktifitas
usaha, mulai dari produksi, administrasi, dan penjualan.
Peralatan produksi yang dibutuhkan relatif banyak dan
terdiri dari berbagai jenis, sesuai tahap produksi yang dilakukan,
mulai dari tahap pembuatan pola, pemotongan, dan penjahitan.
Beberapa diantaranya adalah gunting, cutter, penggaris besi, dan
mesin jahit. Bahan baku produksi dibutuhkan dalam setiap kali
aktifitas produksi. Produk yang dihasilkan terdiri dari empat
model, namun kebutuhan bahan bakunya relatif sama hanya
jumlah yang berbeda. Untuk lebih memudahkan kebutuhan bahan
baku dijumlahkan untuk semua model dalam setiap kali produksi.
Kebutuhan energi utama adalah ketersediaan pasokan listrik
untuk menjalankan mesin jahit dan penerangan selama aktifitas
produksi. Kebutuhan fisik terakhir adalah kebutuhan akan tenaga
kerja. tenaga kerja berjumlah 10 orang yang masing-masing
mempunyai tugas spesifik. Satu orang karyawan bertanggung
jawab dalam proses pembelian bahan baku, satu orang
bertanggung jawab dalam proses pembuatan pola dan
pemotongan, dan delapan orang bertanggung jawab dalam proses
penjahitan. Rincian kebutuhan fisik yang lebih detail dapat dilihat
pada Lampiran 6. Rencana Kebutuhan Fisik.
2. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana anggaran biaya merupakan rekapitulasi dari
seluruh biaya yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha Yogi
Tas. Secara umum rencana anggaran biaya ini merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan fisik yang telah
direncanakan sebelumnya. Anggaran biaya ini merupakan jumlah
keseluruhan biaya yang dibutuhkan untuk investasi dan
48

memenuhi kebutuhan operasional usaha selama umur usaha.


Biaya-biaya yang termasuk dalam rencana anggaran biaya terdiri
dari berbagai macam pos, diantaranya biaya bangunan sebesar Rp
300.000.000, biaya peralatan dan perlengkapan produksi sebesar
Rp 19.110.000, biaya bahan baku produksi sebesar Rp
274.825.000, biaya energi sebesar Rp 3.568.500, upah tenaga
kerja sebesar Rp 98.760.000, dan biaya lainnya sebesar Rp
47.400.000.
Tabel 10. Ringkasan rencana anggaran biaya
Item
Rencana Anggaran
Biaya (Rp)
Bangunan 300.000.000
Peralatan dan Perlengkapan
Produksi
19.110.000
Bahan Baku Produksi 274.825.000
Energi 3.568.500
Upah Tenaga Kerja 98.760.000
Biaya Lainnya 47.400.000
Total 743.663.500
Rencana anggaran biaya yang lebih rinci dapat dilihat pada
Lampiran 8.
3. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dibutuhkan usaha
untuk menjalankan roda perusahaan dan aktifitas operasionalnya.
Pada pengembangan usaha Yogi Tas biaya operasional pada
tahun pertama yang dibutuhkan sebesar Rp 438.864.000. Biaya
operasional terdiri dari biaya tetap (fixed costs) dan biaya variabel
(variabel costs). Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya
tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi atau
penjualan dalam satu satuan waktu. Biaya tetap pada
pengembangan Yogi Tas terdiri dari gaji bagian pembelian,
listrik, telepon, transportasi, dan konsumsi karyawan. Total biaya
tetap sebesar Rp 62.969.000. Biaya variabel adalah biaya yang
besar kecilnya selaras dengan perkembangan produksi atau
penjualan setiap satu satuan waktu. Besarnya biaya variabel pada
49

pengembangan usaha ini adalah Rp 361.585.000. Biaya variabel


ini terdiri dari biaya untuk bahan baku dan upah tenaga kerja
(pola, potong, jahit) yang bersifat borongan.
Tabel 11. Ringkasan biaya operasional
Biaya Operasional Jumlah (Rp)
Biaya Tetap (fixed costs) 62.969.000
Biaya Variabel (variabel costs) 361.585.000
Total 424.554.000

Untuk lebih jelasnya perhitungan biaya operasional dapat
dilihat pada Lampiran 12.
4. Modal dan Penerimaan
Modal merupakan keseluruhan biaya yang diperlukan untuk
membangun dan menjalankan usaha. Komponen modal terdiri
dari biaya investasi yang dilakukan pada tahun ke 0 dan dana
modal kerja pada saat memulai kegiatan usaha pada tahun ke 1.
Dana yang dialokasikan untuk investasi pada usaha Yogi Tas
digunakan untuk memenuhi kebutuhan bangunan dan peralatan
serta perlengkapan produksi. Keseluruhan biaya investasi
berjumlah Rp 319.110. Sedangkan dana modal kerja terdiri dari
bahan baku produksi, kebutuhan listrik, upah tenaga kerja, dan
alokasi biaya lainnya. Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk dana
modal kerja sebesar Rp 424.553.000. Jumlah biaya modal kerja
ini tidak termasuk biaya penyusutan. Rekapitulasi modal awal
yang lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 10. Perhitungan
modal awal.
Arus penerimaan memuat semua komponen yang
merupakan pemasukan dalam bisnis, pada saat permulaan atau
selama bisnis berjalan. Komponen yang terdapat dalam arus
penerimaan pada pengembangan usaha Yogi Tas terdiri dari
penjualan hasil produksi dan nilai sisa. Penjualan hasil produksi
merupakan total penerimaan dari penjualan empat jenis model tas
yang diproduksi dengan nilai total sebesar Rp 571.800.000. Nilai
sisa merupakan nilai dari barang modal yang tidak habis dipakai
50

selama umur bisnis. Nilai sisa didapat dari asset yang terkena
biaya penyusutan. Jumlah arus penerimaan relatif sama untuk
tahun pertama sampai tahun ke empat. Pada akhir periode atau
tahun kelima penerimaan sedikit lebih besar dengan adanya
tambahan nilai sisa asset. Penerimaan perusahaan lebih rinci tiap
tahunnya dapat dilihat pada Lampiran 11. Proyeksi penerimaan
pada pengembangan usaha Yogi Tas.
5. Analisis Kriteria Investasi
Analisis kriteria investasi bertujuan untuk menentukan
kelayakan suatu bisnis atau usaha dari sisi finansial dengan
memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money).
Perhitungan kriteria investasi menggunakan bantuan metode
Discounted Cash Flow, dimana seluruh manfaat dan biaya untuk
setiap tahun didiskonto dengan Discount Factor (DF) untuk
mendapatkan nilai masa kini dari manfaat dan biaya agar dapat
dibandingkan. Analisis kriteria investasi yang digunakan pada
pengembangan usaha Yogi Tas terdiri dari Net Present Value
(NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net
B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Payback Period
(PBP), dan Profitability Index (PI). Hasil perhitungan dari analisis
kriteria investasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 12. Nilai kriteria investasi pengembangan Usaha Yogi
Tas
Kriteria Investasi Nilai
Net Present Value (NPV) Rp 251.207.000
Internal Rate Return (IRR) 28,46%
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,79
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) 1,23
Payback Period (PBP) 2 thn 10 bln 27 hari
Profitability Index (PI) 2,52

a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah
selisih antara total present value manfaat dengan total present
value biaya. Nilai NPV pada pengembangan usaha Yogi Tas
51

ini adalah Rp 251.207.000. Nilai ini menunjukkan keuntungan


yang akan diperoleh selama umur atau periode usaha yang
berdurasi lima tahun jika dinilai pada saat ini dengan tingkat
suku bunga 6% per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
pengembangan usaha layak dijalankan karena NPV yang
dihasilkan lebih besar dari nol (NPV > 0).
b. I nternal Rate Return (IRR)
Internal Rate Return merupakan tingkat pengembalian
usaha terhadap modal yang ditanamkan. Suatu usaha layak
dijalankan apabila nilai IRR nya lebih besar dari tingkat suku
bunga yang ditetapkan. Nilai IRR pada pengembangan usaha
Yogi Tas adalah 28,46%. Angka ini lebih besar dari tingkat
suku bunga deposito yang ditetapkan sebesar 6% yang berarti
modal yang ditanamkan dalam usaha akan mempunyai tingkat
pengembalian yang lebih menguntuntungkan dibandingkan
melakukan investasi dalam bentuk deposito. Dari segi IRR
usaha pengembangan ini juga layak dilaksanakan.
c. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara
present value manfaat yang diterima usaha dengan biaya yang
dikeluarkan. Benefit Cost Ratio terdiri dari dua jenis, yaitu
Gross benefit cost ratio (Gross B/C) dan Net benefit cost ratio
(Net B/C).
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross B/C merupakan perbandingan antara present value
manfaat kotor dengan present value biaya kotor. Suatu
usaha layak dijalankan apabila nilai Gross B/C nya lebih
besar dari satu. Nilai Gross B/C pada pengembangan usaha
Yogi Tas adalah 1,23. Hal ini berarti setiap Rp 1 yang
dikeluarkan akan mendapat manfaat kotor Rp 1,23 selama
umur usaha dengan tingkat suku bunga 6%. Dari segi Gross
B/C usaha ini layak dijalankan.
52

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)


Net B/C merupakan perbandingan antara present value
manfaat bersih yang bernilai positif dan present value
manfaat bersih yang bernilai negatif. Nilai Net B/C pada
pengembangan usaha Yogi Tas ini adalah 1,79. Hal ini
berarti setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan mendapat
manfaat bersih sebesar Rp 1,79. Karena nilai Net B/C ini
lebih besar dari satu maka usaha layak untuk dijalankan.
d. Payback period (PBP)
Metode ini digunakan untuk mengukur seberapa cepat
investasi yang ditanamkan bisa kembali. Secara umum usaha
layak untuk dijalankan apabila PBP lebih kecil dari umur
maksimum proyek. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai
PBP dari usaha pengembangan Yogi Tas yaitu selama 2 tahun
10 bulan 27 hari. Nilai ini lebih kecil dari umur maksimum
proyek yaitu 5 tahun sehingga layak untuk dijalankan.
e. Profitability I ndex (PI)
Profitability Index merupakan perbandingan antara
present value dari rencana penerimaan kas bersih masa yang
akan datang dengan present value dari investasi yang telah
dilaksanakan. Hasil perhitungan menunjukkan nilai PI pada
pengembangan usaha Yogi Tas sebesar 2,52. Hal ini
menunjukkan usaha layak dilaksanakan karena lebih besar dari
satu.
6. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari
suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis
kelayakan. Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan merubah
nilai beberapa variabel input maupun output yang mempengaruhi
kelayakan usaha dengan nilai tertentu yang telah ditetapkan, atau
dengan metode switching value, yaitu mencari nilai maksimal dari
perubahan variabel yang mempengaruhi usaha.
53

Dalam pengembangan usaha Yogi Tas analisis sensitivitas


dilakukan dengan metode switching value. Variabel yang
digunakan dalam analisis ini adalah tingkat inflasi yang terjadi.
Penggunaan tingkat inflasi sebagai parameter dalam analisis
switching value didasarkan pada dampak yang diakibatkan oleh
adanya perubahan pada tingkat inflasi tersebut. Perubahan pada
tingkat inflasi akan mempengaruhi sebagian besar variabel input
maupun output diantaranya komponen biaya. Komponen biaya
inilah yang sangat mempengaruhi arus kas usaha yang nantinya
akan sangat mempengaruhi perhitungan kelayakan usaha dari
aspek finansial. Dengan analisis switching value akan dilihat
sampai tingkat inflasi berapa usaha masih layak untuk dijalankan.
Dari hasil perhitungan, kenaikan maksimal dari inflasi yang
masih dapat ditoleransi adalah sebesar 14,37%. Apabila angka
inflasi melebihi angka tersebut maka usaha Yogi Tas tidak layak
dijalankan karena menghasilkan NPV yang negatif. Hasil
rekapitulasi analisis dalam aspek finansial dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.

























54

Tabel 13. Rekapitulasi Analisis Aspek Finansial


Ringkasan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
No Item Rencana Anggaran Biaya (Rp)
1 Bangunan 300.000.000
2 Peralatan dan Perlengkapan Produksi 19.110.000
3 Bahan Baku Produksi 274.825.000
4 Energi 3.568.500
5 Upah Tenaga Kerja 98.760.000
6 Biaya Lainnya 47.400.000
Total 743.663.500

Ringkasan Biaya Operasional
No Biaya Operasional Jumlah (Rp)
1 Biaya Tetap (fixed costs) 62.969.000
2 Biaya Variabel (variabel costs) 361.585.000
Total 424.554.000

Ringkasan Modal dan Penerimaan
No Item Jumlah (Rp)
1 Kebutuhan Modal Awal 743.663.000
Investasi 319.110.000
Modal Kerja 424.553.000
2 Arus Penerimaan (Hasil penjualan) 571.800.000

Ringkasan Analisis Kriteria Investasi
No Item Nilai
1 Net Present Value (NPV) Rp251.207.000
2 Internal Rate Return (IRR) 28,46%
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,79
4 Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) 1,23
5 Payback Period (PBP) 2 thn 10 bln 27 hari
6 Profitability Index (PI) 2,52

Ringkasan Analisis Sensitivitas
No Item
Tingkat Inflasi (%)
5 10 15
1 NPV (tahun ke 0 sampai tahun ke 5) -319110 -335066 -351021
103829 85607,3 68026,76
97646,6 77484,8 58826,48
91820,6 70122,4 50862,51
86930,1 64065,2 44502,71
190091 149372 112689,11
Total 251207 111586 -16113,4
Inflasi Maksimum 14,37%
2 Net B/C -319110 -335066 -351021
103829 85607,3 68026,76
97646,6 77484,8 58826,48
91820,6 70122,4 50862,51
86930,1 64065,2 44502,71
190091 149372 112689,11
1,787 1,333 0,954


55

4.4. Implikasi Manajerial


Implikasi manajerial merupakan rekomendasi atau penjelasan secara
detail mengenai langkah strategis yang dapat di ambil oleh pihak
manajemen dalam menjalankan fungsi manajemen untuk mengelola
jalannya roda perusahaan. Rekomendasi ini tertuang dalam bentuk
perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian
(controling).
Pada pengembangan usaha Yogi Tas, pemilik yang menjalankan
fungsi manajemen dapat melakukan beberapa langkah strategis pada
beberapa aspek, diantaranya aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen
dan hukum, aspek teknis, aspek sosial ekonomi, aspek lingkungan, dan
aspek finansial. Fungsi manajemen pada pengembangan usaha Yogi Tas
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 14. Fungsi Manajemen dan Penjabarannya Pada Pengembangan
Usaha Yogi Tas
Aspek Perencanaan Pelaksanaan Pengendalian
Pasar
dan
Pemasaran
Perusahaan mampu menangkap
peluang pasar baik secara pesanan
dari langganan dan secara retail
kepada konsumen umum.
Promosi melalui berbagai media
yang menekankan fungsi dan
manfaat ransel laptop lebih
ditingkatkan
Inovasi dan menjaga kualitas
Lebih fokus
kepada
pelanggan
yang sudah
menjadi mitra
selama ini dan
menjalin
kemitraan
dengan pusat-
pusat
penjualan
laptop dan
aksesorisnya
Pengiriman
katalog,
email, jejaring
sosial
Variasi model
tas
Menjaga
hubungan
yang baik
dengan
pelanggan dan
mitra serta
mengevaluasi
pasar yang
ada dan pasar
lain yang
potensial.
Memperbarui
katalog secara
berkala
Melihat tren
model ransel
laptop
56

Lanjutan Tabel 14.


Aspek Perencanaan Pelaksanaan Pengendalian
Manajemen
dan Hukum
Lebih menitik beratkan pada
manajemen sumber daya manusia
dalam hal ini tenaga kerja sebagai
tulang punggung usaha dengan
memperhatikan sistem kompensasi.

Memperhatikan
kesejahteraan
karyawan
dengan
mengusahakan
upah tenaga
kerja yang
memadai dan
menyediakan
tunjangan lain
seperti
tunjangan hari
raya, kesehatan,
dan kecelakaan
kerja.
Dengan
memperhatikan
arus penerimaan
dan
pengeluaran,
semakin besar
keuntungan
kesejahteraan
karyawan dapat
ditingkatkan.
Teknis Kegiatan produksi operasi dengan
berdasarkan Standard Operating
Procedure (SOP).
Menyusun SOP
setiap kegiatan
produksi
sehingga
kegiatan
produksi lebih
terkontrol.
Melakukan
evaluasi kinerja
produksi secara
keseluruhan tiap
bulannya.
Sosial
Ekonomi
Berusaha lebih peka terhadap
lingkungan sekitar seperti interaksi
dengan penduduk sekitar dan
penyediaan lapangan kerja jika
memungkinkan.
Lebih
memprioritaskan
tenaga kerja dari
lingkungan
sekitar dengan
tetap
memperhatikan
kualifikasi yang
dibutuhkan.
Menyesuaikan
diri dengan
kehidupan sosial
di lingkungan
sekitar dan
berusaha
memberi nilai
tambah ke
lingkungan.
Lingkungan Turut serta menjaga kondisi
lingkungan sekitar baik dari
penanganan limbah sisa produksi atau
lingkungan secara umum.
Turut serta
dalam kegiatan
pembersihan
lingkungan
seperti kerja
bakti dan
penyediaan
tempat sampah.
Aktifitas usaha
tidak
mengganggu
kenyamanan
lingkungan
sekitar dan
berusaha
memberikan
impact positif
kepada
lingkungan.
Finansial Membuat sistem pencatatan laporan
keuangan yang lebih baik
Aktifitas yang
mengeluarkan
dan
menghasilkan
uang di catat
dengan rapih,
agar
memudahkan
pengontrolan.
Melakukan
evaluasi bulanan
terhadap sistem
pencatatan
keuangan.
57

KESIMPULAN DAN SARAN



1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan baik dari aspek kualitatif dan
kuantitatif, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai kelayakan
pengembangan usaha pada Yogi Tas, diantaranya:
a. Hasil analisis dari aspek kualitatif atau non finansial yang terdiri dari aspek
pasar dan pemasaran, teknis, manajemen dan hukum, sosial ekonomi, dan
lingkungan menunjukkan pengembangan usaha Yogi Tas cukup layak
dilaksanakan.
b. Hasil analisis dari aspek finansial menunjukkan pengembangan usaha ini
layak dijalankan dengan umur proyek selama lima tahun pada tingkat
discount rate sebesar 6%. Analisis kriteria investasi menghasilkan NPV
sebesar Rp 251.207.000, IRR sebesar 28,46%, Net B/C sebesar 1,79, Gross
B/C sebesar 1,23, PI sebesar 2,52, dan PBP selama 2 tahun 10 bulan 27 hari.
c. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa tingkat kepekaan
maksimum usaha terhadap kenaikan inflasi berada pada batas 14,37%.
Apabila inflasi melebih 14,37% maka usaha menjadi tidak layak dijalankan.
Kenaikan inflasi tersebut akan berpengaruh terhadap komponen biaya
operasional usaha.
2. Saran
Saran yang dapat dijadikan masukan bagi Usaha Yogi Tas dan untuk
penelitian selanjutnya adalah:
a. Aplikasi teknik perencanaan produksi untuk produk tas lainnya. Hal ini
penting karena berkaitan dengan sumber daya tersedia yang dimiliki
perusahaan.
b. Bila sudah memungkinkan, dilakukan pembagian tanggung jawab dalam
menjalankan fungsi manajerial agar pelaksanaan fungsi manajerial bisa
lebih optimal.
58

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2009. Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan
Indonesia.http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_su
byek=03&notab=4. [5 Oktober 2010]

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat. 2008. Sebaran Unit
Usaha; Tenaga Kerja dan Investasi Sektor Industri di Jawa Barat Tahun
2008.http://disperindag-
jabar.go.id/potensi%20industri%202008/Potensi%20Industri%202008.htm.
[22 Juli 2010]

Husnan, S dan Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Revisi. UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.

Kotler, P dan Gary Amstrong. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi 9. Alih
Bahasa; Alexander Sindoro. PT Indeks, Jakarta.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Departemen
Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Permana , B.E. 2010. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Kerupuk (Studi
Kasus : Perusahaan Perorangan Ichtiar di Desa Cibanteng, Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi pada Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Satria, D. 2009. Analisis Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah Peranakan
Ettawa (Studi Kasus : Peternakan Cordero, Desa Sukajaya, Kecamatan
Taman Sari, Kabupaten Bogor). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek: dari konseptual sampai operasional.
Erlangga, Jakarta.

Sofyan, I. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Umar, H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi 3. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Zakaria, M.L. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pengembangan Usaha Isi Ulang
Minyak Wangi pada Usaha Perseorangan Boss Parfum Bogor. Skripsi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lampiran 1. Alur Pikir Penelitian



Lingkungan Eksternal:
- Kebijakan pemerintah
- Ekonomi global



INPUT OUTPUT








Ket:
FBDD=Faktor Berpengaruh yang Dapat Dikendalikan
FBTD=Faktor Berpengaruh yang Tidak Dapat Dikendalikan
Gambar 3. Bagan Alur Pikir Penelitian
Pengumpulan data:
- Studi literatur
- Pengamatan
- Wawancara
FBTD:
1. Kemajuan Teknologi
Informasi
2. Persaingan barang
impor
3. Harga bahan baku
FBDD:
- Modal
- Teknologi
- Tenaga kerja
Analisis:
- Peramalan
(forecasting)
menggunakan Minitab
- Rencana kapasitas
produksi
menggunakan
Lindo32
- Kriteria Investasi
(NPV, IRR, B/C
Ratio, PBP, PI)
- Analisis sensitivitas
Keadaan saat ini:
- Semakin bertambahnya
jumlah penggunaan
laptop
- Penjualan ransel laptop
cenderung meningkat
- Rencana pengembangan
usaha
Data/informasi :
- Angka penjualan ransel
laptop
- Jumlah dan harga
bahan baku yang
dibutuhkan
- Modal

Parameter Kontrol:
- NPV>0
- IRR>DF
- B/C Ratio>1
- PI>1
- PBP>periode
usaha maksimal
Feedback
Output:
- Rencana
penjualan
- Nilai kriteria
investasi
- Rencana
kebutuhan fisik
Outcome:
Langkah strategis
bagi perusahaan
5
9

60

Lampiran 2. Asumsi Peramalan Penjualan pada Pengembangan Usaha Yogi Tas



Data Time Series Penjualan Ransel Laptop Yogi Tas

1. Fungsi Autokorelasi



2. Model Analisis Tren Linear


Lag
A
u
t
o
c
o
r
r
e
l
a
t
i
o
n
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
-0,2
-0,4
-0,6
-0,8
-1,0
Autocorrelation Function for Ransel Laptop
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
Index
R
a
n
s
e
l

L
a
p
t
o
p
80 72 64 56 48 40 32 24 16 8 1
800
700
600
500
400
300
200
100
0
Accuracy Measures
MAPE 70,9
MAD 72,9
MSD 10364,9
Variable
Forecasts
Actual
Fits
Trend Analysis Plot for Ransel Laptop
Linear Trend Model
Yt = 5,45455 +9,26087*t
2009 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
15 140 178 85 63 32 37 87 0 60 0 52
2010 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
0 100 25 315 122 143 172 165 145 527
61

Lanjutan Lampiran 2

3. Model Analisis Tren Kuadratik




4. Moving Average




Index
R
a
n
s
e
l

L
a
p
t
o
p
80 72 64 56 48 40 32 24 16 8 1
10000
8000
6000
4000
2000
0
Accuracy Measures
MAPE 87,76
MAD 58,83
MSD 6635,93
Variable
Forecasts
Actual
Fits
Trend Analysis Plot for Ransel Laptop
Quadratic Trend Model
Yt = 161,994 - 29,8739*t +1,70151*t**2
Index
R
a
n
s
e
l

L
a
p
t
o
p
80 72 64 56 48 40 32 24 16 8 1
600
500
400
300
200
100
0
Moving Average
Length 3
Accuracy Measures
MAPE 62,0
MAD 66,8
MSD 12635,7
Variable
Forecasts
95,0% PI
Actual
Fits
Moving Average Plot for Ransel Laptop
62

Lanjutan Lampiran 2

5. Single Exponential Smoothing




6. Double Exponential Smoothing



Index
R
a
n
s
e
l

L
a
p
t
o
p
80 72 64 56 48 40 32 24 16 8 1
600
500
400
300
200
100
0
Smoothing Constant
Alpha 0,380236
Accuracy Measures
MAPE 75,6
MAD 67,1
MSD 11865,2
Variable
Forecasts
95,0% PI
Actual
Fits
Single Exponential Smoothing Plot for Ransel Laptop
Index
R
a
n
s
e
l

L
a
p
t
o
p
80 72 64 56 48 40 32 24 16 8 1
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
-1000
Smoothing Constants
Alpha (level) 0,137900
Gamma (trend) 0,784442
Accuracy Measures
MAPE 75,13
MAD 65,38
MSD 9819,35
Variable
Forecasts
95,0% PI
Actual
Fits
Double Exponential Smoothing Plot for Ransel Laptop
63

Lampiran 3. Program Linear Penentuan Kapasitas Optimum Produksi



MAX 22000X1+34000X2+38000X3+52000X4
ST
52935X1+51045X2+61590X3+87810X4<=30000000
X1>100
X2>100
X3>100
X4>100
X1+X2+X3+X4<1000
5X1+5X2+5X3+6X4<=2704
END
LP OPTIMUM FOUND AT STEP 1

OBJECTIVE FUNCTION VALUE

1) 0.1770526E+08

VARIABLE VALUE REDUCED COST
X1 100.000000 0.000000
X2 191.331177 0.000000
X3 100.000000 0.000000
X4 100.000000 0.000000


ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES
2) 0.000000 0.666079
3) 0.000000 -13258.889648
4) 91.331177 0.000000
5) 0.000000 -3023.802490
6) 0.000000 -6488.392578
7) 508.668823 0.000000
8) 147.344101 0.000000

NO. ITERATIONS= 1


















64

Lanjutan Lampiran 3.















Tidak



Ya

Kapasitas optimum
produksi



Urutan / Sistematika Perhitungan Kapasitas Produksi dengan Aplikasi Lindo32
Mulai
Margin laba
Biaya pokok produksi
Modal
Jumlah minimum produksi
Jam kerja
Lama pengerjaan
Formulasi persamaan linear:
Maksimalisasi keuntungan
Fungsi kendala

Eksekusi
Lindo;
optimum?
Lampiran 4. Perhitungan Rencana Kapasitas dan Kebutuhan Produksi pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
Perhitungan Rencana Kapasitas dan Kebutuhan Produksi Pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
No. Uraian Satuan
Tahun ke-
1 2 3 4 5
A Rencana Kapasitas Produksi unit/thn 5.880 5.880 5.880 5.880 5.880
(26 hari kerja/bln)
model 1=1200 unit/thn
model 2=2280 unit/thn
model 3=1200 unit/thn
model 4=1200 unit/thn
B Kebutuhan Bahan Baku
1 bahan d1680 m/thn 2.700 2.700 2.700 2.700 2.700
2 jala mesh m/thn 625,2 625,2 625,2 625,2 625,2
3 d420 hitam m/thn 2.826 2.826 2.826 2.826 2.826
4 saten polos m/thn 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560
5 jala tebal m/thn 300 300 300 300 300
6 pur 100 gr hitam m/thn 625,2 625,2 625,2 625,2 625,2
7 bisban 2,5 cm m/thn 10.110 10.110 10.110 10.110 10.110
8 helm 2,5 cm pcs/thn 7.080 7.080 7.080 7.080 7.080
9 gesper 2,5 cm pcs/thn 11.760 11.760 11.760 11.760 11.760
10 sleting no 10 zipp m/thn 4.440 4.440 4.440 4.440 4.440
11 kepala amco no 10 pcs/thn 7.200 7.200 7.200 7.200 7.200
12 sleting no 5 zipp m/thn 6.960 6.960 6.960 6.960 6.960
13 kepala ykk pcs/thn 28.200 28.200 28.200 28.200 28.200
14 kepala amco no 5 pcs/thn 3.600 3.600 3.600 3.600 3.600
15 plipit 2 cm m/thn 17.688 17.688 17.688 17.688 17.688
16 pegangan set/thn 2.400 2.400 2.400 2.400 2.400
17 bisban 2,5 cm bolong m/thn 720 720 720 720 720
18 prepet 5 cm m/thn 216 216 216 216 216
19 bisban 2 cm m/thn 1449,6 1449,6 1449,6 1449,6 1449,6
20 benang 20/2 hitam gulung/thn 2.370 2.370 2.370 2.370 2.370
6
5

Lanjutan Lampiran 4
Perhitungan Rencana Kapasitas dan Kebutuhan Produksi Pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
No. Uraian Satuan
Tahun ke-
1 2 3 4 5
Kebutuhan Bahan Baku
21 foam 10 mm m/thn 360 360 360 360 360
22 foam 8 mm m/thn 813,6 813,6 813,6 813,6 813,6
23 foam 6 mm m/thn 1.176 1.176 1.176 1.176 1.176
24 ring D pcs/thn 2.400 2.400 2.400 2.400 2.400
25 lapis saten jepang m/thn 840 840 840 840 840
26 elastis 5 cm m/thn 360 360 360 360 360
27 benang coklat tua gulung/thn 300 300 300 300 300
28 benang hitam gulung/thn 300 300 300 300 300
29 mesh hitam m/thn 240 240 240 240 240
30 saten bludru m/thn 342 342 342 342 342
31 busa tery m/thn 364,8 364,8 364,8 364,8 364,8
32 bahan variasi m/thn 228 228 228 228 228
33 rotan sedang m/thn 3.192 3.192 3.192 3.192 3.192
34 pur dobel m/thn 364,8 364,8 364,8 364,8 364,8
35 sleting amco no 5 m/thn 3.876 3.876 3.876 3.876 3.876
36 sleting no 3 m/thn 570 570 570 570 570
37 kepala no 3 pcs/thn 2.280 2.280 2.280 2.280 2.280
38 D4800 hitam m/thn 1094,4 1094,4 1094,4 1094,4 1094,4
C Kebutuhan Energi
Listrik Kwh/thn 4500 4500 4500 4500 4500
D Tenaga Kerja
1 pimpinan orang/thn 1 1 1 1 1
2 pembelian orang/thn 1 1 1 1 1
3 pola dan pemotongan orang/thn 1 1 1 1 1
4 penjahitan orang/thn 8 8 8 8 8

6
6

67

Lampiran 5. Dasar Perhitungan Rencana Kebutuhan Fisik Menurut Item



A. Bangunan

Secara keseluruhan bangunan yang digunakan mempunyai panjang 15 m dan lebar
10 m. Bangunan ini digunakan untuk keseluruhan tahapan produksi.






15 m








10 m
Rincian penggunaan bangunan:
1. Administrasi dan display produk = 7 m x 4 m = 28 m
2

2. Pemotongan bahan = 7 m x 5 m = 35 m2
3. Penjahitan =12 m x 3 m= 36 m2
4. Gudang 1 = 7 m x 3 m = 21 m2
5. Gudang 2 = 3,5 m x 3 m = 10,5 m2
6. Dapur dan kamar mandi = 3 m x 3 m = 9 m2
7. Kamar tidur =3,5 m x 3 m=10,5 m2
Total = 150 m2

B. Peralatan Produksi
Semua peralatan dan perlengkapan produksi yang dialokasikan pada lampiran 5
disesuaikan dengan kapasitas produksi optimum yang telah ditetapkan sebelumnya.

C. Bahan Baku Produksi
Bahan baku produksi dihitung berdasarkan kebutuhan untuk masing-masing model
tas, dan kemudian dijumlahkan secara keseluruhan.



Dapur Kamar tidur Kamar
mandi


Tempat pemotongan bahan


Administrasi dan display
produk


Gudang




Tempat
penjahitan
Gudang
68

Lanjutan Lampiran 5.
Model 1
No. Nama Bahan
Jumlah
kebutuhan
Satuan
Kebutuhan
1tahun
1 D1680 coklat 0,65 m 780
2 D420 hitam 0,4 m 480
3 lapis saten jepang 0,7 m 840
4 pur 100 gr hitam 0,1 m 120
5 foam 10 mm 0,1 m 120
6 foam 6 mm 0,2 m 240
7 sleting no 5 zipp 2,5 m 3000
8 kepala ykk 7 pcs 8400
9 elastis 5 cm 0,3 m 360
10 prepet 5 cm 0,06 m 72
11 bisban 2,5 cm 1,5 m 1800
12 plipit 2 cm 2 m 2400
13 gesper 2,5 cm 2 pcs 2400
14 benang coklat tua 0,25 gulung 300
15 benang hitam 0,25 gulung 300
16 mesh hitam 0,2 m 240
17 bisban 2 cm 0,2 m 240
18 kepala amco no 5 1 pcs 1200
19 foam 8 mm 0,15 m 180










Model 2
No. Nama Bahan
Jumlah
kebutuhan
Satuan
Kebutuhan
1tahun
1 D4800 hitam 0,48 m 1094,4
2 D420 hitam 0,45 m 1026
3 saten bludru 0,15 m 342
4 busa tery 0,16 m 364,8
5 pur 100 gr hitam 0,09 m 205,2
6 jala mesh 0,09 m 205,2
7 bahan variasi 0,1 m 228
8 foam 8 mm 0,12 m 273,6
9 foam 6 mm 0,2 m 456
10 plipit 2 cm 4,6 m 10488
11 sleting amco no 5 1,7 m 3876
12 kepala ykk 5 pcs 11400
13 bisban 2,5 cm 1,75 m 3990
14 bisban 2 cm 0,32 m 729,6
15 gesper 2,5 cm 2 pcs 4560
16 sleting no 3 0,25 m 570
17 kepala no 3 1 pcs 2280
18 rotan sedang 1,4 m 3192
19 helm 2,5 cm 1 pcs 2280
20 pur dobel 0,16 m 364,8
21 benang 20/2 hitam 0,25 gulung 570
69




Lanjutan Lampiran 5
Model 3


No. Nama Bahan
Jumlah
kebutuhan
Satuan
Kebutuhan
1tahun
1 bahan d1680 0,7 m 840
2 jala mesh 0,15 m 180
3 d420 hitam 0,5 m 600
4 saten polos 0,6 m 720
5 jala tebal 0,1 m 120
6 pur 100 gr hitam 0,1 m 120
7 bisban 2,5 cm 1,8 m 2160
8 helm 2,5 cm 2 pcs 2400
9 gesper 2,5 cm 2 pcs 2400
10 sleting no 10 zipp 1,2 m 1440
11 kepala amco no 10 2 pcs 2400
12 sleting no 5 zipp 1,8 m 2160
13 kepala ykk 2 pcs 2400
14 kepala amco no 5 1 pcs 1200
15 plipit 2 cm 2,2 m 2640
16 pegangan 1 set 1200
17 bisban 2,5 cm bolong 0,3 m 360
18 prepet 5 cm 0,06 m 72
19 bisban 2 cm 0,2 m 240
20 benang 20/2 hitam 0,5 gulung 600
21 foam 10 mm 0,1 m 120
22 foam 8 mm 0,15 m 180
23 foam 6 mm 0,2 m 240
24 ring D 2 pcs 2400
Model 4
No. Nama Bahan Jumlah kebutuhan Satuan
Kebutuhan
1tahun
1 bahan d1680 0,9 m 1080
2 jala mesh 0,2 m 240
3 d420 hitam 0,6 m 720
4 saten polos 0,7 m 840
5 jala tebal 0,15 m 180
6 pur 100 gr hitam 0,15 m 180
7 bisban 2,5 cm 1,8 m 2160
8 helm 2,5 cm 2 pcs 2400
9 gesper 2,5 cm 2 pcs 2400
10 sleting no 10 zipp 2,5 m 3000
11 kepala amco no 10 4 pcs 4800
12 sleting no 5 zipp 1,5 m 1800
13 kepala ykk hitam 5 pcs 6000
14 kepala amco no 5 1 pcs 1200
15 plipit 2 cm 1,8 m 2160
16 pegangan 1 set 1200
17 bisban 2,5 cm bolong 0,3 m 360
18 prepet 5 cm 0,06 m 72
19 bisban 2 cm 0,2 m 240
20 benang 20/2 hitam 1 gulung 1200
21 foam 10 mm 0,1 m 120
22 foam 8 mm 0,15 m 180
23 foam 6 mm 0,2 m 240
70

Lanjutan Lampiran 5
Jumlah Kebutuhan Bahan Baku 1 Tahun


D. Energi
Penggunaan energi listrik yang digunakan untuk penerangan dan menjalankan
mesin jahit diasumsikan tetap setiap tahun sebesar 4500 Kwh/thn.

E. Tenaga Kerja
Alokasi tenaga kerja disesuaikan dengan kapasitas produksi usaha.
No. Nama Bahan
Kebutuhan
1 tahun
No. Nama Bahan
Kebutuhan
1 thn
No. Nama Bahan
Kebutuhan
1 thn
1 bahan d1680 2700 13 kepala ykk 28200 25 lapis saten jepang 840
2 jala mesh 625,2 14 kepala amco no 5 3600 26 elastis 5 cm 360
3 d420 hitam 2826 15 plipit 2 cm 17688 27 benang coklat tua 300
4 saten polos 1560 16 pegangan 2400 28 benang hitam 300
5 jala tebal 300 17 bisban 2,5 cm bolong 720 29 mesh hitam 240
6 pur 100 gr hitam 625,2 18 prepet 5 cm 216 30 saten bludru 342
7 bisban 2,5 cm 10110 19 bisban 2 cm 1449,6 31 busa tery 364,8
8 helm 2,5 cm 7080 20 benang 20/2 hitam 2370 32 bahan variasi 228
9 gesper 2,5 cm 11760 21 foam 10 mm 360 33 rotan sedang 3192
10 sleting no 10 zipp 4440 22 foam 8 mm 813,6 34 pur dobel 364,8
11 kepala amco no 10 7200 23 foam 6 mm 1176 35 sleting amco no 5 3876
12 sleting no 5 zipp 6960 24 ring D 2400 36 sleting no 3 570
13 kepala ykk 28200 25 lapis saten jepang 840 37 kepala no 3 2280
14 kepala amco no 5 3600 26 elastis 5 cm 360 38 D 4800 hitam 1094,4
15 plipit 2 cm 17688 27 benang coklat tua 300
16 pegangan 2400 28 benang hitam 300
17 bisban 2,5 cm bolong 720 29 mesh hitam 240
18 prepet 5 cm 216 30 saten bludru 342
19 bisban 2 cm 1449,6 31 busa tery 364,8
20 benang 20/2 hitam 2370 32 bahan variasi 228
21 foam 10 mm 360 33 rotan sedang 3192
22 foam 8 mm 813,6 34 pur dobel 364,8
Lampiran 6. Rencana Kebutuhan Fisik pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
Rencana Kebutuhan Fisik Pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
No. Item Satuan
Tahun ke-
Jumlah
0 1 2 3 4 5
A Bangunan
(kantor, produksi, mes karyawan) m2 150 150

B Peralatan Produksi
1 Penggaris siku unit 1 1 1 1 1 5
2 Penggaris panjang 1 m unit 1 1
3 Meteran kain unit 2 2 4 4 4 4 20
4 Jangka unit 1 1 2
5 Pensil/bolpoint unit 2 2 4 4 4 4 20
6 Triplek tebal (multiplek) pola unit 1 1 1 1 1 5
7 Triplek tebal (multiplek) potong unit 1 1 2 2 2 2 10
8 Calculator unit 1 1 1 3
9 Gunting unit 2 2 4
10 Cutter unit 2 2 4 4 4 4 20
11 Penggaris besi unit 1 1
12 Rolan bahan unit 1 1 2
13 Isi cutter pak 20 220 240 240 240 240 1200
14 Mesin jahit unit 8 8
Perlengkapan
1 Meja unit 1 1 2
2 Kursi unit 3 3 3 9
3 Lemari pajang unit 2 2 4
4 Lemari unit 1 1 2
C Bahan Baku Produksi
1 bahan d1680 m/thn 2.700 2.700 2.700 2.700 2.700 13.500
2 jala mesh m/thn 625,2 625,2 625,2 625,2 625,2 3.126
3 d420 hitam m/thn 2.826 2.826 2.826 2.826 2.826 14.130
7
1

Lanjutan Lampiran 6
Rencana Kebutuhan Fisik Pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
No. Item Satuan
Tahun ke- Jumlah
0 1 2 3 4 5
Bahan Baku Produksi
4 saten polos m/thn 1.560 1.560 1.560 1.560 1.560 7.800
5 jala tebal m/thn 300 300 300 300 300 1.500
6 pur 100 gr hitam m/thn 625,2 625,2 625,2 625,2 625,2 3126
7 bisban 2,5 cm m/thn 10.110 10.110 10.110 10.110 10.110 50.550
8 helm 2,5 cm pcs/thn 7.080 7.080 7.080 7.080 7.080 35.400
9 gesper 2,5 cm pcs/thn 11.760 11.760 11.760 11.760 11.760 58.800
10 sleting no 10 zipp m/thn 4.440 4.440 4.440 4.440 4.440 22.200
11 kepala amco no 10 pcs/thn 7.200 7.200 7.200 7.200 7.200 36.000
12 sleting no 5 zipp m/thn 6.960 6.960 6.960 6.960 6.960 34.800
13 kepala ykk pcs/thn 28.200 28.200 28.200 28.200 28.200 141.000
14 kepala amco no 5 pcs/thn 3.600 3.600 3.600 3.600 3.600 18.000
15 plipit 2 cm m/thn 17.688 17.688 17.688 17.688 17.688 88.440
16 pegangan set/thn 2.400 2.400 2.400 2.400 2.400 12.000
17 bisban 2,5 cm bolong m/thn 720 720 720 720 720 3.600
18 prepet 5 cm m/thn 216 216 216 216 216 1.080
19 bisban 2 cm m/thn 1449,6 1449,6 1449,6 1449,6 1449,6 7.248
20 benang 20/2 hitam gulung/thn 2.370 2.370 2.370 2.370 2.370 11.850
21 foam 10 mm m/thn 360 360 360 360 360 1.800
22 foam 8 mm m/thn 813,6 813,6 813,6 813,6 813,6 4.068
23 foam 6 mm m/thn 1.176 1.176 1.176 1.176 1.176 5.880
24 ring D pcs/thn 2.400 2.400 2.400 2.400 2.400 12.000
25 lapis saten jepang m/thn 840 840 840 840 840 4.200
26 elastis 5 cm m/thn 360 360 360 360 360 1.800
27 benang coklat tua gulung/thn 300 300 300 300 300 1.500
28 benang hitam gulung/thn 300 300 300 300 300 1.500
29 mesh hitam m/thn 240 240 240 240 240 1.200
7
2

Lanjutan Lampiran 6
Rencana Kebutuhan Fisik Pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
No. Item Satuan
Tahun ke- Jumlah
0 1 2 3 4 5
Bahan Baku Produksi
30 saten bludru m/thn 342 342 342 342 342 1.710
31 busa tery m/thn 364,8 364,8 364,8 364,8 364,8 1.824
32 bahan variasi m/thn 228 228 228 228 228 1.140
33 rotan sedang m/thn 3.192 3.192 3.192 3.192 3.192 15.960
34 pur dobel m/thn 364,8 364,8 364,8 364,8 364,8 1.824
35 sleting amco no 5 m/thn 3.876 3.876 3.876 3.876 3.876 19.380
36 sleting no 3 m/thn 570 570 570 570 570 2.850
37 kepala no 3 pcs/thn 2.280 2.280 2.280 2.280 2.280 11.400
38 D4800 hitam m/thn 1094,4 1094,4 1094,4 1094,4 1094,4 5472
D Energi
listrik Kwh/thn 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 22.500
E Tenaga Kerja
1 pimpinan orang/thn 1 1 1 1 1 1
2 bagian pembelian orang/thn 1 1 1 1 1 1
3 bagian pola dan pemotongan orang/thn 1 1 1 1 1 1
4 bagian penjahitan orang/thn 8 8 8 8 8 8







7
3

Lampiran 7. Rencana Indeks Harga pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
Rencana Indeks Harga Pada Pengembangan Usaha Yogi Tas (Rp 000)
No. Item Satuan
Tahun ke-
0 1 2 3 4 5
A Bangunan
(kantor, produksi, mess karyawan) Rp/m2 2.000
A Peralatan Produksi
1 Penggaris siku Rp/unit 10 10 10 10 10 10
2 Penggaris panjang 1 m Rp/unit 40 40 40 40 40 40
3 Meteran kain Rp/unit 5 5 5 5 5 5
4 Jangka Rp/unit 50 50 50 50 50 50
5 Pensil/bolpoint Rp/unit 3 3 3 3 3 3
6 Triplek tebal (multiplek) pola Rp/unit 150 150 150 150 150 150
7 Triplek tebal (multiplek) potong Rp/unit 360 360 360 360 360 360
8 Calculator Rp/unit 50 50 50 50 50 50
9 Gunting Rp/unit 250 250 250 250 250 250
10 Cutter Rp/unit 15 15 15 15 15 15
11 Penggaris besi Rp/unit 50 50 50 50 50 50
12 Rolan bahan Rp/unit 100 100 100 100 100 100
13 Isi cutter Rp/pak 4 4 4 4 4 4
14 Mesin jahit Rp/unit 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Perlengkapan
1 Meja Rp/unit 400 400 400 400 400 400
2 Kursi Rp/unit 150 150 150 150 150 150
3 Lemari pajang Rp/unit 350 350 350 350 350 350
4 Lemari Rp/unit 200 200 200 200 200 200
C Bahan Baku Produksi
1 bahan d1680 Rp/m 24.500 24.500 24.500 24.500 24.500
2 jala mesh Rp/m 35.500 35.500 35.500 35.500 35.500
3 d420 hitam Rp/m 9.000 9.000 9.000 9.000 9.000
4 saten polos Rp/m 4.600 4.600 4.600 4.600 4.600
7
4

Lanjutan Lampiran 7
Rencana Indeks Harga Pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
No. Item Satuan
Tahun ke-
0 1 2 3 4 5
Bahan Baku Produksi
5 jala tebal Rp/m 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500
6 pur 100 gr hitam Rp/m 4.700 4.700 4.700 4.700 4.700
7 bisban 2,5 cm Rp/m 800 800 800 800 800
8 helm 2,5 cm Rp/pcs 500 500 500 500 500
9 gesper 2,5 cm Rp/pcs 125 125 125 125 125
10 sleting no 10 zipp Rp/m 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500
11 kepala amco no 10 Rp/pcs 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
12 sleting no 5 zipp Rp/m 650 650 650 650 650
13 kepala ykk Rp/pcs 400 400 400 400 400
14 kepala amco no 5 Rp/pcs 200 200 200 200 200
15 plipit 2 cm Rp/m 200 200 200 200 200
16 pegangan Rp/set 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
17 bisban 2,5 cm bolong Rp/m 800 800 800 800 800
18 prepet 5 cm Rp/m 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500
19 bisban 2 cm Rp/m 600 600 600 600 600
20 benang 20/2 hitam Rp/gulung 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
21 foam 10 mm Rp/m 11.500 11.500 11.500 11.500 11.500
22 foam 8 mm Rp/m 8.500 8.500 8.500 8.500 8.500
23 foam 6 mm Rp/m 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
24 ring D Rp/pcs 150 150 150 150 150
25 lapis saten jepang Rp/m 4,6 4,6 4,6 4,6 4,6
26 elastis 5 cm Rp/m 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
27 benang coklat tua Rp/gulung 6 6 6 6 6
28 benang hitam Rp/gulung 6 6 6 6 6
29 mesh hitam Rp/m 20 20 20 20 20
30 saten bludru Rp/m 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5
7
5

Lanjutan Lampiran 7
Rencana Indeks Harga Pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
No. Item Satuan
Tahun ke-
0 1 2 3 4 5
Bahan Baku Produksi
31 busa tery Rp/m 13 13 13 13 13
32 bahan variasi Rp/m 20 20 20 20 20
33 rotan sedang Rp/m 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15
34 pur dobel Rp/m 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5
35 sleting amco no 5 Rp/m 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
36 sleting no 3 Rp/m 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
37 kepala no 3 Rp/pcs 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
38 D4800 hitam Rp/m 30 30 30 30 30
D Energi
listrik Rp/kwh 793 793 793 793 793
E Tenaga Kerja
1 pembelian Rp/orang/thn 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000
2 pola dan pemotongan Rp/orang/thn
3 penjahitan Rp/orang/thn
(pemotongan dan penjahitan
berdasarkan borongan)








7
6

Lampiran 8. Rencana Anggaran Biaya pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
Rencana Anggaran Biaya Pada Pengembangan Usaha Yogi Tas (Rp 000)
No. Item Satuan
Tahun ke-
0 1 2 3 4 5
A Bangunan
(kantor, produksi, mes karyawan) Rp 300.000

Total biaya bangunan 300.000
B Peralatan Produksi
1 Penggaris siku Rp 10 10 10 10 10
2 Penggaris panjang 1 m Rp 40
3 Meteran kain Rp 10 10 10 10 10
4 Jangka Rp 50 50
5 Pensil/bolpoint Rp 6 6 12 12 12 12
6 Triplek tebal (multiplek) pola Rp 150 150 150 150 150
7 Triplek tebal (multiplek) potong Rp 360 360 720 720 720 720
8 Calculator Rp 50 50 50
9 Gunting Rp 500 500
10 Cutter Rp 30 30 60 60 60 60
11 Penggaris besi Rp 50
12 Rolan bahan Rp 100 100
13 Isi cutter pak 4 44 48 48 48 48
14 Mesin jahit Rp 16.000
Perlengkapan
1 Meja Rp 400 400
2 Kursi Rp 450 450 450
3 Lemari pajang Rp 700 700
4 Lemari Rp 200 200
Total biaya peralatan dan perlengkapan 19110 440 1010 1510 1110 3360
C Bahan Baku Produksi
1 bahan d1680 Rp/thn 66.150 66.150 66.150 66.150 66.150
7
7

Lanjutan Lampiran 8
Rencana Anggaran Biaya Pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
No. Item Satuan
Tahun ke-
0 1 2 3 4 5
2 jala mesh Rp/thn 22.194,6 22.194,6 22.194,6 22.194,6 22.194,6
3 d420 hitam Rp/thn 25.434 25.434 25.434 25.434 25.434
4 saten polos Rp/thn 7.176 7.176 7.176 7.176 7.176
5 jala tebal Rp/thn 2.250 2.250 2.250 2.250 2.250
6 pur 100 gr hitam Rp/thn 2.938,44 2.938,44 2.938,44 2.938,44 2.938,44
7 bisban 2,5 cm Rp/thn 8.088 8.088 8.088 8.088 8.088
8 helm 2,5 cm Rp/thn 3.540 3.540 3.540 3.540 3.540
9 gesper 2,5 cm Rp/thn 1.470 1.470 1.470 1.470 1.470
10 sleting no 10 zipp Rp/thn 6.660 6.660 6.660 6.660 6.660
11 kepala amco no 10 Rp/thn 7.200 7.200 7.200 7.200 7.200
12 sleting no 5 zipp Rp/thn 4.524 4.524 4.524 4.524 4.524
13 kepala ykk Rp/thn 11.280 11.280 11.280 11.280 11.280
14 kepala amco no 5 Rp/thn 720 720 720 720 720
15 plipit 2 cm Rp/thn 3.537,6 3.537,6 3.537,6 3.537,6 3.537,6
16 pegangan Rp/thn 2.400 2.400 2.400 2.400 2.400
17 bisban 2,5 cm bolong Rp/thn 576 576 576 576 576
18 prepet 5 cm Rp/thn 540 540 540 540 540
19 bisban 2 cm Rp/thn 869,76 869,76 869,76 869,76 869,76
20 benang 20/2 hitam Rp/thn 14.220 14.220 14.220 14.220 14.220
21 foam 10 mm Rp/thn 4.140 4.140 4.140 4.140 4.140
22 foam 8 mm Rp/thn 6.915,60 6.915,60 6.915,60 6.915,60 6.915,60
23 foam 6 mm Rp/thn 7.644 7.644 7.644 7.644 7.644
24 ring D Rp/thn 360 360 360 360 360
25 lapis saten jepang Rp/thn 3.864 3.864 3.864 3.864 3.864
26 elastis 5 cm Rp/thn 900 900 900 900 900
27 benang coklat tua Rp/thn 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800


7
8

Lanjutan Lampiran 8
Rencana Anggaran Biaya Pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
No. Item Satuan
Tahun ke-
0 1 2 3 4 5
28 benang hitam Rp/thn 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800
29 mesh hitam Rp/thn 4.800 4.800 4.800 4.800 4.800
30 saten bludru Rp/thn 2.565 2.565 2.565 2.565 2.565
31 busa tery Rp/thn 4.742,4 4.742,4 4.742,4 4.742,4 4.742,4
32 bahan variasi Rp/thn 4.560 4.560 4.560 4.560 4.560
33 rotan sedang Rp/thn 478,8 478,8 478,8 478,8 478,8
34 pur dobel Rp/thn 1.641,6 1.641,6 1.641,6 1.641,6 1.641,6
35 sleting amco no 5 Rp/thn 3.100,8 3.100,8 3.100,8 3.100,8 3.100,8
36 sleting no 3 Rp/thn 228 228 228 228 228
37 kepala no 3 Rp/thn 684 684 684 684 684
38 D4800 hitam Rp/thn 32.832 32.832 32.832 32.832 32.832
Total biaya bahan baku 274824,6 274824,6 274824,6 274824,6 274824,6
D Energi
Listrik Rp/thn 3568,5 3568,5 3568,5 3568,5 3568,5
Total biaya energi 3568,5 3568,5 3568,5 3568,5 3568,5
E Upah Tenaga Kerja
1 Pembelian Rp/thn 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000
2 Pembuatan Pola Rp/thn 2.400 2.400 2.400 2.400 2.400
3 Pemotongan Rp/thn 12.360 12.360 12.360 12.360 12.360
4 Penjahitan Rp/thn 72.000 72.000 72.000 72.000 72.000
Total biaya upah 98.760 98.760 98.760 98.760 98.760
F Biaya Lainnya
1 Transportasi Rp/thn 9.600 9.600 9.600 9.600 9.600
2 Telepon Rp/thn 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
3 Konsumsi Rp/thn 31.200 31.200 31.200 31.200 31.200
4 Pajak Bumi dan Bangunan Rp/thn 600 600 600 600 600
Total biaya lainnya 47.400 47.400 47.400 47.400 47.400
7
9

Lampiran 9. Perhitungan Biaya Penyusutan pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
Perhitungan Biaya Penyusutan Pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
No.
Jenis Asset Terkena Nilai Awal Nilai Akhir Umur Penyusutan Nilai Buku
Biaya Penyusutan Asset (Rp) Asset (Rp) 10% Ekonomis (thn) Asset (Rp) Asset (Rp)
A Bangunan
(kantor, produksi, mess karyawan) 300.000.000 30.000.000 25 10800000 246000000
Peralatan Produksi
1 Penggaris panjang 1 m 40.000 4.000 5 7200 4.000
2 Jangka 50.000 5.000 4 11250
3 Calculator 50.000 5.000 2 22500
4 Gunting 250.000 25.000 4 56250
5 Penggaris besi 50.000 5.000 5 9000 5.000
6 Rolan bahan 100.000 10.000 3 30000
7 Mesin jahit 16.000.000 1.600.000 5 2880000 1.600.000
Perlengkapan
1 Meja 400.000 40.000 4 90000
2 Kursi 450.000 45.000 2 202500
3 Lemari pajang 700.000 70.000 4 157500
4 Lemari 200.000 20.000 4 45000
Total Penyusutan 14.311.200 247.609.000









8
0

Lampiran 10. Perhitungan Modal Awal pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
Perhitungan Modal Awal Pada Pengembangan Usaha Perhitungan Modal Awal Pada Pengembangan Usaha
Yogi Tas (Rp 000) Yogi Tas (Rp 000)
No. Uraian Satuan
Tahun ke-
No. Uraian Satuan
Tahun ke-
0 1 0 1
A Bangunan C Bahan Baku Produksi
(kantor, produksi, mes karyawan) Rp 300.000 1 bahan d1680 Rp 66.150
2 jala mesh Rp 22.194,6
Total biaya bangunan Rp 300.000 3 d420 hitam Rp 25.434
B Peralatan Produksi 4 saten polos Rp 7.176
1 Penggaris siku Rp 10 5 jala tebal Rp 2.250
2 Penggaris panjang 1 m Rp 40 6 pur 100 gr hitam Rp 2.938,44
3 Meteran kain Rp 10 7 bisban 2,5 cm Rp 8.088
4 Jangka Rp 50 8 helm 2,5 cm Rp 3.540
5 Pensil/bolpoint Rp 6 9 gesper 2,5 cm Rp 1.470
6 Triplek tebal (multiplek) pola Rp 150 10 sleting no 10 zipp Rp 6.660
7 Triplek tebal (multiplek) potong Rp 360 11 kepala amco no 10 Rp 7.200
8 Calculator Rp 50 12 sleting no 5 zipp Rp 4.524
9 Gunting Rp 500 13 kepala ykk Rp 11.280
10 Cutter Rp 30 14 kepala amco no 5 Rp 720
11 Penggaris besi Rp 50 15 plipit 2 cm Rp 3.537,6
12 Rolan bahan Rp 100 16 pegangan Rp 2.400
13 Isi cutter Rp 4 17 bisban 2,5 cm bolong Rp 576
14 Mesin jahit Rp 16.000 18 prepet 5 cm Rp 540
Perlengkapan 19 bisban 2 cm Rp 869,76
1 Meja Rp 400 20 benang 20/2 hitam Rp 14.220
2 Kursi Rp 450 21 foam 10 mm Rp 4.140
3 Lemari pajang Rp 700 22 foam 8 mm Rp 6.915,60
4 Lemari Rp 200 23 foam 6 mm Rp 7.644
Total biaya peralatan Rp 19110 24 ring D Rp 360
dan perlengkapan 25 lapis saten jepang Rp 3.864
Total modal investasi Rp 319.110 26 elastis 5 cm Rp 900
8
1

Lanjutan Lampiran 10
Perhitungan Modal Awal pada Pengembangan Perhitungan Modal Awal Pada Pengembangan Usaha
Usaha Yogi Tas (Rp 000) Usaha Yogi Tas (Rp 000)
No. Uraian Satuan
Tahun ke-
No. Uraian Satuan
Tahun ke-
0 1 0 1
Bahan Baku Produksi 4 Pajak Bumi dan Bangunan Rp 600
27 benang coklat tua Rp 1.800 Total biaya lainnya Rp 47.400
28 benang hitam Rp 1.800 Total Modal Kerja Awal Rp 424.553
29 mesh hitam Rp 4.800 Total Modal Awal Rp 743.663,1
30 saten bludru Rp 2.565
31 busa tery Rp 4.742,4
32 bahan variasi Rp 4.560
33 rotan sedang Rp 478,8
34 pur dobel Rp 1.641,6
35 sleting amco no 5 Rp 3.100,8
36 sleting no 3 Rp 228
37 kepala no 3 Rp 684
38 D4800 hitam Rp 32.832
Total biaya bahan baku Rp 274824,6
D Energi
Listrik Rp 3568,5
Total biaya energi Rp 3568,5
E Upah Tenaga Kerja
1 Pembelian Rp 12.000
2 Pembuatan Pola Rp 2.400
3 Pemotongan Rp 12.360
4 Penjahitan Rp 72.000
Total biaya upah Rp 98.760
F Biaya Lainnya
1 Transportasi Rp 9.600
2 Telepon Rp 6.000
3 Konsumsi Rp 31.200
8
2

Lampiran 11. Proyeksi Penerimaan pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
Perhitungan Penerimaan Pengembangan Usaha Yogi Tas (Rp 000)
No. Uraian Satuan Harga (Rp/unit) Jumlah
Tahun ke-
1 2 3 4 5
A Penjualan Hasil Produksi
Model 1 unit 75 1.200 90.000 90.000 90.000 90.000 90.000
Model 2 unit 85 2.280 193.800 193.800 193.800 193.800 193.800
Model 3 unit 100 1.200 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Model 4 unit 140 1.200 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000
Total Penerimaan Penjualan Rp 571.800 571.800 571.800 571.800 571.800

B Nilai Sisa
Nilai buku kursi unit 150 3 45 45
Nilai buku calculator unit 50 1 5 5
Nilai buku rolan bahan unit 100 1 10
Nilai buku jangka unit 50 1 5
Nilai buku gunting unit 250 2 25
Nilai buku meja unit 400 1 40
Nilai buku lemari pajang unit 350 2 70
Nilai buku lemari unit 200 1 20
Nilai buku lainnya unit 247.609
Total penerimaan Rp 571.800 571.850 571.810 572.010 819.409





8
3

Lampiran 12. Rekapitulasi Biaya pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
Rekapitulasi Biaya pada Pengembangan Usaha Yogi Tas (Rp 000)
No. Jenis Biaya
Tahun ke-
0 1 2 3 4 5
A Biaya Investasi
Bangunan 300.000
Peralatan dan Perlengkapan 19.110 440 1.010 1.510 1.110 3.360
Total Biaya Investasi 319.110 440 1.010 1.510 1.110 3.360
B Biaya Tetap (fixed cost=FC)
1 Gaji pembelian 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000
2 Listrik 3.568,5 3.568,5 3.568,5 3.568,5 3.568,5
3 Telepon 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
4 Transportasi 9.600 9.600 9.600 9.600 9.600
5 Konsumsi 31.200 31.200 31.200 31.200 31.200
6 Pajak Bumi dan Bangunan 600 600 600 600 600
Total Biaya Tetap 62.969 62.969 62.969 62.969 62.969
C Biaya Tidak Tetap (variable cost=VC)
1 Bahan Baku Produksi 274.824,6 274.824,6 274.824,6 274.824,6 274.824,6
2 Upah tenaga kerja 86.760 86.760 86.760 86.760 86.760
(pola, potong, jahit)
Total Biaya Tidak Tetap 361.584,6 361.584,6 361.584,6 361.584,6 361.584,6
Total Biaya Operasional (FC+VC) 424.553 424.553 424.553 424.553 424.553
D Total Biaya 319.110 424.993 425.563 426.063 425.663 427.913





8
4

Lampiran 13. Perhitungan Kriteria Investasi pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
Perhitungan Net Present Value(NPV) dan Net B/C pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
No. Item
Tahun Analisa
0 1 2 3 4 5
A Total Penerimaan 571.800 571.850 571.810 572.010 819.409
B Total Pengeluaran 319.110 424.993 425.563 426.063 425.663 427.913
C Pendapatan Kotor (319.110) 146.807 146.287 145.747 146.347 391.496
Pajak (25%) 36.702 36.572 36.437 36.587 137.024
D Pendapatan Bersih (319.110) 110.105 109.715 109.310 109.760 254.472
E Discount Factor (DF) 6% 1 0,943 0,890 0,840 0,792 0,747
F Present Value (PV) (319110) 103.829 97.647 91.821 86.930 190.091
G PV positif 570317
H PV negatif (319110)
I NPV 251207
J Net B/C 1,79
Perhitungan I nternal Rate Ratio (IRR) pada Pengembangan Usaha Yogi Tas
No. Item
Tahun Analisa
0 1 2 3 4 5
A Pendapatan Bersih (319.110) 110.105 109.715 109.310 109.760 254.472
B Suku bunga positif 6%
DF 1 0,943 0,890 0,840 0,792 0,747
PV positif (319.110) 103.829 97.647 91.821 86.930 190.091
NPV positif 251.207
C Suku bunga negatif 29%
DF 1 0,775 0,601 0,466 0,361 0,280
PV negatif (319110) 85.353 65.931 50.920 39.636 71.235
NPV negatif (6036)
D IRR 0,2846
IRR (persentase) 28,46
8
5

Lanjutan Lampiran 13
Perhitungan Gross B/C, Payback Period (PBP), dan Profitability Index (PI)
No. Item
Tahun Analisa
PV
0 1 2 3 4 5
1 Biaya operasional rutin + pemeliharaan 424.553 424.553 424.553 424.553 424.553
(operational cost=OC)
2 Biaya total 319.110 424.993 425.563 426.063 425.663 427.913
(investasi + operasional=TC)
3 Pajak penghasilan 25% 36.702 36.572 36.437 36.587 137.024
4 Total cost + pajak 319.110 461.695 462.135 462.500 462.250 564.937
4 Penerimaan kotor 571.800 571.850 571.810 572.010 819.409
(gross benefit=GB)
5 Penerimaan bersih (319.110) 110.105 109.715 109.310 109.760 254.472
(net benefit=NB)
6 Discount Factor (DF)=6% 1 0,943 0,890 0,840 0,792 0,747
7 Present Value (PV) dari OC 400.354 377.852 356.625 336.246 317.141 1.788.218
8 Present Value (PV) dari TC 319.110 400.768 378.751 357.893 337.125 319.651 2.113.299
9 Present Value (PV) dari GB 539.207 508.947 480.320 453.032 612.099 2.593.604
Jumlah kumulatif PV dari GB 539.207 1.048.154 1.528.474 1.981.506 2.593.604
10 Present Value (PV) dari NB (319110) 103.829 97.647 91.821 86.930 190.091 570.317
Jumlah kumulatif PV dari NB 103.829 201.476 293.296 380.226 570.317
Perhitungan Gross B/C
Gross B/C = jumlah PV GB/jumlah PV TC
2.593.604/2.113.299
Gross B/C = 1,23
Perhitungan Profitability Index (PI)
PI = (jumlah PV GB-jumlah PV OC)/Total investasi
(2.593.604-1.788.218)/319.110
PI = 2,52
8
6

Lanjutan Lampiran 13
Perhitungan Payback Period (PBP)
No. Item
Tahun ke-
0 1 2 3 4 5
1 investasi 319.110
2 manfaat bersih (319.110) 110.105 109.715 109.310 109.760 254.472
PBP = (nilai investasi-kas masuk bersih) X 1 tahun
319.110-110.105= 209.005 (thn 1)
209.005-109.715= 99.290 (thn 2)


PBP = 2 tahun + (99.290/109.310) X 12 bulan
2 tahun + 10 bulan + 27 hari
PBP = 2 tahun 10 bulan 27 hari







8
7

Lampiran 14. Perhitungan Analisis Sensitivitas dengan Metode Switching Value pada Pengembangan Usaha Yogi Tas (parameter inflasi)
inflasi (%) 5 10 15 20 25 30
tahun total benefit total biaya
0 0 319110 335065,5 351021 366976,5 382932 398887,5
1 571800 424993 446242,65 467492,3 488741,95 509991,6 531241,25
2 571850 425563 446841,15 468119,3 489397,45 510675,6 531953,75
3 571810 426063 447366,15 468669,3 489972,45 511275,6 532578,75
4 572010 425663 446946,15 468229,3 489512,45 510795,6 532078,75
5 819409 427913 449308,65 470704,3 492099,95 513495,6 534891,25

selisih
0 -319110 -335065,5 -351021 -366976,5 -382932 -398887,5
1 146807 125557,35 104307,7 83058,05 61808,4 40558,75
2 146287 125008,85 103730,7 82452,55 61174,4 39896,25
3 145747 124443,85 103140,7 81837,55 60534,4 39231,25
4 146347 125063,85 103780,7 82497,55 61214,4 39931,25
5 391496 370100,35 348704,7 327309,05 305913,4 284517,75

pajak
0
1 36701,75 31389,3375 26076,925 12458,7075 9271,26 4055,875
2 36571,75 31252,2125 25932,675 12367,8825 9176,16 3989,625
3 36436,75 31110,9625 25785,175 12275,6325 9080,16 3923,125
4 36586,75 31265,9625 25945,175 12374,6325 9182,16 3993,125
5 137023,6 129535,1225 122046,645 114558,1675 107069,69 99581,2125

DF
5 10 15 20 25 30

0 1 1 1 1 1 1
1 0,943 0,909 0,870 0,833 0,800 0,769
2 0,89 0,826 0,756 0,694 0,640 0,592
3 0,84 0,751 0,658 0,579 0,512 0,455
4 0,792 0,683 0,572 0,482 0,410 0,350
5 0,747 0,621 0,497 0,402 0,328 0,269
8
8

Lanjutan Lampiran 14
manfaat bersih
0 -319110 -335065,5 -351021 -366976,5 -382932 -398887,5
1 110105,25 94168,0125 78230,775 70599,3425 52537,14 36502,875
2 109715,25 93756,6375 77798,025 70084,6675 51998,24 35906,625
3 109310,25 93332,8875 77355,525 69561,9175 51454,24 35308,125
4 109760,25 93797,8875 77835,525 70122,9175 52032,24 35938,125
5 254472,4 240565,2275 226658,055 212750,8825 198843,71 184936,5375

npv
0 -319110 -335065,5 -351021
1 103829,25 85607,28 68026,76
2 97646,57 77484,82 58826,48
3 91820,61 70122,38 50862,51
4 86930,12 64065,22 44502,71
5 190090,88 149372,08 112689,11
Total 251207,43 111586,287 -16113,416

Inflasi Maksimum 14,37%
Net B/C
0 -319110 -335065,5 -351021
1 103829,25 85607,28 68026,76
2 97646,57 77484,82 58826,48
3 91820,61 70122,38 50862,51
4 86930,12 64065,22 44502,71
5 190090,88 149372,08 112689,11
Net B/C 1,787 1,333 0,954

8
9

90

Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian


Model 1 Model 2
Model 3 Model 4
91

Lanjutan Lampiran 15

You might also like