You are on page 1of 2

Comparison Of Rapid Immunochromatography Test And Peripheral Blood Smear Microscopically For Malaria Diagnosis In Endemic Region, Center

Of Halmahera (Perbandingan Tes Rapid Imunokromatografi Dan Tes Mikroskopis Dalam

Mendiagnosis Malaria Di Daerah Endemik Halmahera Tengah) 1. Pendahuluan Diagnosis malaria berdasarkan penemuan parasit dalam tetes darah tebal masih menjadi masalah di daerah endemik karena keterbatasan peralatan dan sumber daya manusia sebaliknya tes cepat (rapid test) menggunakan metode imunokromatografi dapat mendeteksi Plasmodium secara spesifik, cepat dan tidak memerlukan keterampilan khusus. Penggunaan nonmicroscopic rapid diagnosis tests (RDT) untuk diagnosis malaria harus mendekati akurasi dari mikroskop yaitu sensitivitas di atas 95% dan untuk parasitemia pada level 100 parasit/l (0.002% parasitemia) sensitivitas harus 100%. Informasi kuantitatif dan semikuantitatif dari densitas parasit dari sirkulasi darah merupakan hal yang sangat esensial. Antigen malaria dapat bersifat umum untuk seluruh spesies misalnya Plasmodium-spesific lactate dehydrogenase (PLDH) atau Plasmodium aldolase dari glycolytic pathway dan ada yang spesifik untuk spesis tertentu seperti Plasmodium falciparum histidine rich protein-2 (Pf HRP-2). Di daerah endemik khususnya di kabupaten Halmahera, sumber dayamanusia yang terlatih untuk melakukan pemeriksaan mikroskopik malaria masih terbatas sehingga terjadi overdiagnosis malaria. Oleh karena itu, penggunaan dipstik untuk diagnosis penyakit ini mungkin bisa menjadi solusinya. Namun, sebelum metode ini dipakai perlu dilakukan suatu penelitian untuk melihat sensitifitas dan spesifisitas metode ini terhadap pemeriksaan mikroskopik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sensitivitas dan spesifisitas tes rapid dengan tes mikroskopis untuk diagnosis malaria. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk memilih metode tes diagnostik malaria di daerah endemik di Indonesia. 2. Metodologi Metode dari penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan empat puluh sampel darah dari pasien suspek malaria dari Desa Wale dan desa Dote Kecamatan Weda Kabupaten Halmahera Tengah Propinsi Maluku Utara diperiksa secara mikroskopis dan dengan menggunakan cara cepat (dipstick). Sensitivitas dan spesifisitas di uji dengan tes Mc.Nemar. Tes Rapid dilakukan sesuai dengan prosedur dari Paracheck. 3. Hasil Dan Pembahasan

Berdasarkan umur, prevalensi malaria tertinggi pada kelompok umur 1-4 tahun baik untuk tes rapid maupun mikroskopis. Total hasil tes mikroskopis yang positif adalah 75%, hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan total tes rapid positif yang hanya mendapatkan 67.5%. Hal ini dapat disebabkan pada tes rapid, hasil positif terjadi bila dalam darah terdapat Pf HRP-2 yaitu jika terinfeksi P. falsiparum dan mixed (campuranP. falsiparum dan P. vivaks) sedangkan tes mikroskopis dapat langsung mengidentifikasi P. falsiparum, P.vivaks maupun mixed. Tes rapid Paracheck Pf akan menurun sensitivisitas dan spesifisitas bila digunakan didaerah endemis malaria yang disebabkan P.falciparum dan P. vivaks, karena akan meningkatkan negatif palsu. Sebaliknya sensitivisitas dan spesitifitas Paracheck Pf akan meningkat bila digunakan di daerah endemis P. falciparum saja. Tes rapid Paracheck adalah tes imunokromatografi untuk mendeteksi HRP-2 yang terdapat pada darah penderita yang terinfeksi P. falsiparum. Dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik, tes cara cepat (dipstick) mempunyai sensitivitas 88% dan spesitifitas 66.6% . Kedua metode tersebut dengan menggunakan uji statistik Mc.Nemar didapatkan tidak adanya perbedaan bermakna (p> 0.05) antara tes rapid dengan tes mikroskopis, maka tes rapid dapat menggantikan tes mikroskopis. Tes rapid positif sebanyak 162 dengan hasil hitung parasit sebagai berikut: tidak ditemukan parasit sebanyak 19, hitung parasit 1- 99/L sebanyak 14, hitung parasit 100-499/ L sebanyak 22, hitung parasit 500-4999/ L sebanyak 53, dan hitung parasit > 5000/ L sebanyak 54. Tes rapid paracheck ini dapat mendeteksi protein histidine-rich II P.falciparum yang terdapat dalam darah penderita, maka hasil positif pada tes rapid jika penderita terinfeksi P.falciparum atau terinfeksi P.falciparum dan P.vivaks (mixed) dan hasil negatif adalah jika penderita terinfeksi P.vivaks saja atau tidak terinfeksi malaria. Hasil tes rapid negatif sebanyak 78 dengan hasil hitung parasit sebagai berikut: tidak ditemukan parasit sebanyak 41, hitung parasit 1-99/ L sebanyak 8, hitung parasit 100-499/ L sebanyak 10, hitung parasit 500-4999/ L sebanyak 12, dan hitung parasit >5000/ L sebanyak 7. 4. Kesimpulan Penelitian diatas menyimpulkan bahwa sensitivitas dan spesitifitas dipstick Paracheck Pf rendah bila digunakan didaerah endemis P.falciparum dan P.vivaks namun cukup tinggi bila digunakan di daerah endemis P.falsiparum sehingga dapat menggantikan metode pemeriksaan mikroskopis dalam mendiagnosis malaria di daerah endemik.

You might also like