You are on page 1of 20

STATUS ORTODONTI

Disusun oleh:

Haniyah Kamal Bahasuan 160110080032

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2012

PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL

1.

Tipe Muka (a) Berdasarkan analisis frontal perbandingan panjang dan lebar dengan menggunakan perhitungan

Indeks Morfologi Fasial = Tinggi Morfologi Wajah/ Lebar Bizigomatik

Tinggi morfologi fasial adalah tinggi nasion sampai gnation Lebar bizigomatik adalah lebar antara kedua arkus zigomatikus Klasifikasi tipe muka yaitu ; i) Hypereuryprosop ii) Euryprosop Skeletal Fasial Lebar iii) Mesoprosop Skeletal Fasial Normal iv) Leptoprosop v) Hyperleptoprosop Skeletal Fasial Sempit : x 78,9 : 79 83,9 :84 87,9 : 88 92,9 : 93 x

(b) Berdasarkan analisis frontal arah vertikal dan transversal dengan garis patokan: i) Garis vertikal ii) Garis horizontal atas : facial midsagital plane (nasion sampai subnasal) : bipupilary plane

iii) Garis horizontal bawah : pada stomion, sejajar bipupilary plane

Klasifikasi tipe muka : Simetris Asimetris

2.

Profil Muka Profil muka ditentukan berdasarkan titik : (a) Jaringan lunak : glabela, ujung terluar bibir atas, dan pogonion (Rakosi), atau (b) Jaringan keras : nasion, subnasion, dan pogonion (Profit)

Klasifikasinya : (a) Datar : jika garis yang dibentuk titik acuan relatif lurus

(b) Cembung/ konveks : jika garis yang dibentuk titik acuan membentuk sudut lebih ke belakang (posterior divergen, kelas II hubungan rahang) (c) Cekung/ konkaf : jika garis yang dibentuk titik acuan membentuk sudut

lebih ke depan (anterior divergen, kelas III hubungan rahang)

Pemeriksaan profil wajah didapatkan dari analisis gambaran radiografi lateral sepalometri melalui titik glabela, sulkus nasolabial anterior dan pogonion. Terdapat tiga tujuan dalam analisis profil wajah yang didapat melalui tahapan berikut : (1) Pemeriksaan dilakukan pada arah sagital. Tegakkan rahang, posisi badan dalam keadaan duduk tegak atau berdiri. Pada keadaan tersebut catat hubungan antara dua garis, yaitu satu garis dari titik terluar dahi lalu bagian terdalam hidung hingga batas bibir atas dan yang kedua perpanjangan dari titik tadi ke bawah dagu. Sudut yang terbentuk mengindikasikan profil konveks (rahang atas terletak lebih depan dari dagu) atau profil

konkav ( rahang atas terletak di belakang dagu ). Profil konveks mengindikasikan relasi kelas II skeletal, sedangkan profil konkav mengindikasikan relasi kelas III skeletal. Jika profil hampir tegak, tidak masalah jika terdapat kecondongan lebih anterior (divergen anterior) atau ke posterior (divergen posterior). Kecembungan muka dapat dipengaruhi oleh latar belakang ras dan etnik pasien. Orang Indian Amerika dan oriental anterior divergen, sedangkan orang Eropa Utara posterior divergen, dan orang Eropa Timur profil muka sangat tegak.

(2) Evaluasi postur bibir dan kecenderungan gigi incisive. Deteksi peningkatan protusif incisive (sering) atau retrusi (jarang) sangat penting sebab berpengaruh terhadap lengkung gigi. Jika gigi incisive protusif, lengkung rahang akan menjadi lebih besar dan tempat yang tersedia cukup luas. Sedangkan pada kasus retrusi tidak ada tempat yang cukup. Pada kasus ekstrim, protusi incisive akan menyebabkan adanya crowding parah incisive hingga ke bibir fungsi berlebih protusi dentoalveolar bimaksiler. Protusi dentoalveolar bimaksiler adalah suatu kondisi dimana kedua rahang mengalami gigi protusi (divergen anterior). Protusi gigi akan meningkat jika dua kondisi bertemu 1. Bibir kedepan (lip prominence) dan gerakan bibir dari dalam ke luar, 2. Bibir terpisah saat istirahat > 3-4 mm (bibir incompetent). Evaluasi postur bibir dan kecembungan gigi incisive adalah dengan melihat bibir pasien dalam keadaan istirahat. Dilakukan dengan menarik garis vertikal melewati dasar mulut dan dengan menghubungkan bibir bawah ke dagu. Jika bibir lebih depan dari garis, maka dapat dipastikan prominent, jika bibir dibelakang garis retrusi. Jika bibir prominent dan incompetent protrusive berlebihan

(3) Evaluasi proporsi wajah vertikal dan sudut bidang mandibula. Proporsi wajah yang benar dapat dibagi menjadi 3 bagian vertikal. Pada pemeriksaan klinis, inklinasi bidang mandibula secara horizontal. Hal ini penting karena tingginya sudut bidang mandibula berhubungan dengan panjang dimensi vertikal anterior wajah dan maloklusi open bite anterior. Terkadang sudut bidang mandibula yang datar berhubungan dengan lebar wajah yang sempit dan maloklusi deep bite.

3.

Bibir Konfigurasi bibir dilihat melalui beberapa kriteria yaitu : lebar, panjang, dari keadaan otot bibir. Dalam keadaan normal panjang bibir atas adalah 1/3 (diukur dari subnasal sampai dengan stomion), bibir bawah dan dagu 2/3 panjang wajah bagian bawah.

A. Tonus normal : bibir menutup dengan mudah tidak ada kontraksi berlebih. B. Hipotonus menutup bibir C. Hipertonus berlebih : keadaan bibir yang panjang dimana pada saat menutup tonus otot : keadaan bibir yang pendek sehingga harus berkontraksi jika akan

4.

Relasi Bibir Pada pemeriksaan bibir, pasien harus dalam keadaan rileks Competent lips : bibir kontak saat otot dalam keadaan istirahat

Incompetent lips

: bibir tidak dapat berkontak saat otot dalam keadaan

istirahat. Bibir akan bertemu jika otot orbikularis oris dan mentalis kontraksi. Postur bibir saat biasa : secara anatomis bibir pendek dengan adanya celah yang lebar antara bibir atas dan bawah pada posisi istirahat.

Potentially incompetent lips

keadaan

bibir

sebenarnya

normal,

hanya

penutupan bibir terhalang oleh gigi incisive yang protusif. Untuk menutup rongga mulut. Ujung lidah akan kontak dengan bibir bawah. Kontak bibir akan terjadi tanpa adanya kontraksi otot perioral.

Everted lips

: bibir hipertrofi dengan jaringan yang berlebih tetapi

kekuatan ototnya lemah . otot lemah dapat terlihat dengan ronsen cepalometri. Biasanya terjadi pada pasien protrusive bimaksiler (Rakosi, 1993).

5.

TMJ Pemeriksaan klinis TMJ dapat dilakukan dengan auskultasi dan palpasi. Penemuan klinis

dapat berupa : (a) sakit saat ditekan (b) clicking pada joint : i) inisial ii) intermedia iii) terminal iv) resiprokal (c) krepitasi (d) pergerakan kondilus yang tidak sama

Pemeriksaan TMJ : (a) Auskultasi TMJ Suara dapat didengar menggunakan stetoskop. Lamanya kliking selama membuka dan menutup mulut harus dicatat apakah inisial, intermedia, terminal, atau resiprokal. (b) Palpasi i) TMJ lateral : gunakan tekanan pada prosesus kondiloid dengan jari telunjuk. Palpasi kedua sisi secara bersamaan. Catat jika terdapat rasa sakit saat TMJ dipalpasi dan jika terdapat perbedaan pergerakan kondilus selama gerakan membuka dan menutup mulut.

ii) TMJ posterior : posisikan jari kelingking di meatus auditorius eksternus dan palpasi permukaan posterior kondilus selama pergerakan membuka dan menutup mandibula. Palpasi harus dilakukan hati-hati karena kondilus akan memindahkan posisi jari kelingking saat menutup dengan oklusi penuh.

iii) Otot pterigoid lateral : proyeksi daerah sakit pada otot pterigoid lateral adalah dengan palpasi daerah proksimal leher kondilus dan kapsul joint dibelakang tuberositas maksilaris. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan mulut terbuka dan mandibula dan mandibula bergerak secara lateral. Pada tahapan inisial disfungsi

TMJ, otot akan terasa sakit saat dipalpasi hanya pada satu sisi. Pada tahap selanjutnya, sakit biasanya bilateral.

iv) Otot temporal : otot temporal dipalpasi secara ekstraoral dan bilateral. Otot anterior, media, dan posterior diperiksa secara terpisah. Palpasi dilakukan ketika otot kontraksi secara bersamaan. Perlekatan otot temporal pada prosesus koronoideus, yaitu pada regio postolateral pada vestibulum atas, juga dipalpasi. Posisi mulut saat diperiksa harus terbuka setengah.

v) Otot masseter ; permukaan otot masseter dipalpasi dibawah mata, inferior sampai arkus zigomatikus. Bagian dalam dipalpasi pada tingkat yang sama, kira-kira lebar 2 jari di depan tragus. Selama otot berkontraksi secara bersamaan, luas permukaan otot masseter dan arah yang menonjol di sekitar sudut gonial diperiksa. Perlekatan otot ini harus diperiksa untuk mengetahui adanya rasa sakit atau tidak saat dipalpasi. Sesekali daerah tersebut terasa sakit.

(c) Mengukur jarak interincisal dalam keadaan mulut terbuka maksimum : pada pembukaan maksimal rahang, jarak antara incisal edge atas dan bawah gigi incisive sentral diukur dengan alat ukur Boley. Pada kasus overbite, jumlah ini ditambah dengan nilai yang diperoleh pada saat gigitan terbuka. Besarnya pembukaan maksimal mulut antar incisal edge biasanya 40-45 mm. Pada kasus disfungsi TMJ, hipermobiliti biasanya terjadi pada tahap inisial dan keterbatasan membuka mulut akan terjadi pada tahap lanjut (Rakosi, 1993).

PEMERIKSAAN INTRA ORAL

1.

Kebersihan Mulut (a) Oral Hygiene Index menurut Green dan Vermillion (1964) Dikenal juga sebagai simple OHI (OHI-S). OHI-S juga memiliki dua komponen perhitungan yaitu indeks debris dan indeks kalkulus. Enam gigi yang digunakan dalam pemeriksaan terdiri dari empat gigi posterior dan dua gigi anterior. Gigi tersebut dipilih berdasarkan gigi pertama yang erupsi sempurna pada distal gigi premolar kedua. Jadi yang bisa dihitung adalah gigi molar pertama namun kadang molar kedua atau ketiga juga dapat dihitung. Pada bagian anterior, bagian labial gigi 11 diperiksa. Untuk rahang bawah diperiksa bagian labial gigi 41. Gigi yang diperiksa :
6 6 1 1 6 6

Outline hijau : diperiksa pada bagian bukal Outline merah : diperiksa pada bagian lingual

Kriteria penilaian debris : 0 1 2 3 : tidak ada debris atau stain : debris lunak menutupi < 1/3 permukaan gigi : debris menutupi 1/3 -2/3 permukaan gigi : debris lunak menutupi > 2/3 permukaan gigi

Klasifikasi indeks kalkulus : 0 1 2 : tidak ada kalkulus : kalkulus supragingiva menutupi < 1/3 permukaan gigi : kalkulus supragingiva menutupi 1/3 2/3 permukaan gigi dan tampak kalkulus

subgingiva pada sekeliling serviks gigi atau keduanya. 3 : kalkulus supragingiva menutupi > 2/3 permukaan gigi atau tampak kalkulus

subgingiva pada sekeliling serviks gigi atau keduanya.

Nilai indeks debris = jumlah total nilai setiap gigi / jumlah permukaan yang diperiksa

Derajat kebersihan mulut : Baik Sedang Buruk : 0 1,2 : 1,3 3 : 3,1 6

(b) Indeks Plak Loe dan Silness (1964) Pemeriksaan dilakukan pada seluruh permukaan gigi (labial, lingual, mesial, dan distal), gigi yang hilang tidak dihitung. Kriteria penilaian : 0 1 2 3 : tidak ada plak di daerah gingiva : plak tipis di sekitar daerah gingiva : plak cukup tebal yang dapat dilihat oleh mata telanjang : plak sangat tebal dan dapat langsung dilihat

Nilai Indeks Plak= jumlah nilai per gigi dibagi 4 kemudian dijumlahkan seluruh gigi yang diperiksa / jumlah gigi yang diperiksa

2.

Gingiva / Mukosa Pemeriksaan mukosa gusi mencakup beberapa kriteria, yaitu : (a) Tipe atau jenis dari mukosa gusi (b) Inflamasi yang terjadi (c) Lesi mukogingiva

Pada kasus anak, gingivitis umumnya disebabkan akibat akumulasi plak dan hanya bisa diatasi dengan perbaikan kebersihan mulut. Sedangkan pada kasus gingivitis yang terjadi pada orang dewasa, perawatan periodontal harus diberikan seperti skeling, kuret, atau bedah mukogingival, sebelum dilakukan perawatan ortodontik. Lesi gusi lokal kemungkinan merupakan suatu gejala dari kelainan seperti bernapas lewat mulut, oklusi

abnormal, atau akibat penggunaan obat seperti epilepsy (mengakibatkan hyperplasia gusi). Gingivitis dan kebersihan mulut yang jelek merupakan suatu kontraindikasi bagi perawatan ortodontik. Perawatan baru bisa dilaksanakan apabila kebersihan mulut sudah sempurna dan terjadinya peningkatan kesehatan gigi dan gusi (Rakosi, 1993).

Gusi Sehat Gusi sehat Gingivitis

Gingivitis

Hiperplasia Gingiva

: tidak terdapat inflamasi gingiva : dapat disebabkan karena oral hygiene buruk. Bentuk odem, warna

terlihat merah, interdental papil membulat, konsistensi lunak, pitting test positif, dan permukaan licin. Periodontitis : ditandai dengan hilangnya perlekatan, kadang disertai dengan tes perkusi positif, terdapat kegoyangan gigi, dan penurunan tulang alveolar.

3.

Frenulum Labii Frenulum labii adalah ikatan yang menghubungkan bibir dengan mukosa yang meliputi dengan mukosa yang meliputi tulang alveolar. Pemeriksaan frenulum dapat dilakukan dengan Blach test. Blach test dilakukan dengan cara menarik bibir ke atas kemudian dipertahankan sehingga regio tersebut menjadi pucat. Frenulum normal 2-3 mm dari puncak papila incisivum. Di antara kelainan frenulum, frenulum labialis rahang atas pada gigi campuran memiliki kekhususan tersendiri. Frenulum labial yang tebal dapat menyebabkan diastema sentral. Indikasi frenektomi tergantung dari diferensial diagnosis. Hal itu hanya diindikasikan ketika perlekatan dalam dengan perluasan jaringan fiber ke interdental papil. Pada frenulum labialis jarang menyebabkan diastema, hanya saja menyebabkan resesi gusi anterior (Rakosi, 1993).

Macam-macam kelainan frenulum labial : (a) Frenulum labial yang melekat dalam pada gigi sulung. Pada tahap ini tidak diindikasikan frenektomi sampai incisive permanennya erupsi. (b) Frenulum labial rahang atas yang melekat dalam. Eksisi dengan membedah tidak hanya jaringan lunak tetapi juga serat interosesus. (c) Anomaly frenulum labial rahang bawah. Frenulum labialis yang dalam menimbulkan tarikan yang kuat pada perlekatan mukosa gigi rahang bawah anterior dan memicu timbulnya lesi mukogingiva.

Frenulum rendah rahang atas

4.

Lidah Bentuk, warna, dan konfigurasi dilihat saat pemeriksaan klinis. Lidah dapat kecil, panjang, atau luas. Penemuan ini tidak memberikan kesimpulan mengenai ukuran relative lidah. Lidah yang panjang dan luas tidak berarti makroglosia. Perubahan posisi lidah dan mobilitas kemungkinan berkaitan dengan kelainan frenulum lingual. Penilaian kasar mengenai ukuran lidah dalam hubungannya dengan ukuran rongga mulut dapat terlihat dari mempelajari foto sepalometrik lateral. Diagnosis makroglosia membutuhkan pemeriksaan diagnostik yang lebih detail dan dapat dilakukan setelah analisis yang tepat dari posisi lidah dan mobilitas lidah, dan pengamatan fungsi fisiologis (bicara dan menelan). Lidah yang besar akan meluas sampai ke arkus dental. Adanya cetakan gigi pada margin lateral lidah mengindikasikan adanya ketidaksesuaian antara lebar arkus dentalis dan lebar lidah.

5.

Palatum Kedalaman palatum dapat diukur dengan menggunakan kaca mulut nomer 3 yang diletakkan di dasar palatum, jika kedalaman kurang dari setengah kaca mulut maka palatum tersebut dangkal dan jika lebih dari setengah kaca mulut maka palatum tersebut tinggi. Palatum normal setinggi setengah kaca mulut. Kedalaman palatum menurut Korkhaus didefinisikan sebagai garis vertikal yang tegak lurus dengan midpalatal raphe yang berjalan dari permukaan bidang oklusal. Hal ini diukur antara titik referensi pada Indeks Pont untuk lebar lengkung posterior. Tinggi palatal diukur pada bidang midsagital gigi molar pertama, dalam oklusal plane. Ketinggiannya merupakan jarak yang tegak lurus yang diukur dari garis tengah dari fisur molar pertama kanan dan kiri ke permukaan palatal. Korkhaus (1939) mengevaluasi bentuk palatal melalui indeks :

Indeks Tinggi Palatal : tinggi palatal x 100 / lebar arkus posterior

Nilai rata-rata indeks adalah 42%. Indeks bertambah pada palatal tinggi dan berkurang pada palatal dangkal. Palatal yang dalam memberikan gambaran prosesus alveolar yang sempit, dimana terlihat pada kasus bernapas melalui mulut, rakhitis, dan pada kebiasaan menghisap jari.

6.

Tonsil Pemeriksaan tonsil dilakukan dengan cara membuka mulut lebar-lebar, lidah bagian medial ditekan ke bawah hingga terlihat tonsil. Pasien diminta mengatak A kemudian lihat tonsil. Memeriksa besar tonsil : T0 T1 T2 T3 T4 : tonsil di dalam fossa tonsil atau sudah diangkat : bila besarnya jarak arkus anterior ke uvula : bila besarnya jarak arkus anterior ke uvula : bila besarnya jarak arkus anterior ke uvula : bila besarnya mencapai uvula atau lebih

Ukuran dan derajat inflamasi dari tonsil harus diperiksa terutama pemeriksaan spasia orofaringeal. Kelainan tonsil dapat berefek dari posisi lidah dan bernapas lewat mulut.

7.

Garis Median Garis median merupakan pertengahan diantara lengkung rahang kanan dan kiri. Pemeriksaan garis median dapat dilakukan secara intraoral dan ekstra oral. Garis median pada model rahang atas dimulai dari frenulum labial rahang atas kemudian dihubungkan dengan garis yang dibentuk dari papila incisivum dengan digabungkan lagi dengan dua titik anatomi di bagian palatum rahang atas. Titik ini dibagi menjadi dua, yaitu titik anterior yang ada di cross section rugae palatine kedua dengan palatinal raphe. Titik posterior yaitu batas antara palatum lunak-keras di pertengahan foveola. Garis median rahang bawah merupakan proyeksi dari garis median rahang atas.

Garis median ini sangat penting untuk analisis simetris transversal. Analisis dan pengukuran garis median di model dapat dilakukan dengan menggunakan simentrograf dan ortokros dengan bidang orientasi pada midpalatal raphe dan bidang tuberositas. Setelah didapat garis median rahang atas dan bawah , dapat dilihat apakah garis median tersebut : (a) Rahang atas dan bawah sesuai atau tidak (b) Rahang atas bergeser ke kanan atau ke kiri (c) Rahang bawah bergeser ke kanan atau kekiri

8.

Overbite Over bite adalah jarak vertikal antara ujung incisal gigi incisive rahang atas dengan ujung incisal gigi incisive rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. (a) Normal Overbite normal dimana permukaan gigi akan menutupi - incisal gigi incisive rahang bawah. (b) Dalam Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian incisal incisivus maksila terhadap incisal incisivus mandibula dalam arah vertikal melibihi . Ada dua jenis deep bite, yaitu : (1) Incomplete deep bite dengan incisivus maksila (2) Complete deep bite : hubungan incisivus mandibula berkontak dengan : bila hubungan incisivus mandibula tidak beroklusi

permukaan palatal incisivus maksila atau jaringan palatal ketika gigi dalam oklusi sentrik. (c) Openbite Open bite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau incisal dari gigi saat rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Open bite terbagi dua jenis, yaitu : (1) Openbite dental Terjadi akibat infraposisi anterior atau supra posisi gigi molar Pada masa transisi gigi sulung ke gigi tetap akan mengalami perbaikan spontan tanpa perawatan

(2) Openbite skeletal Terdapat kelainan pertumbuhan dalam arah vertikal Antero inklinasi basis maksila Perawatan sulit dilakukan dengan alat lepasan Pada kasus yang parah diperlukan tindakan pembedahan

Jenis lain dari openbite adalah openbite anterior dan lateral.

(d) Edge to edge Permukaan incisal incisive rahang atas berkontak dengan incisive rahang bawah.

9.

Overjet

Overjet adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisive sentral rahang atas dengan permukaan labial gigi incisive sentral rahang bawah. Nilai rata-rata overjet pada oklusi normal kurang lebih sebesar 2 mm atau 1-3 mm. (a) Normal (b) Besar Overjet lebih dari 3 mm.

(c) Edge to edge Overjet nol atau permukaan incisal gigi incisive rahang atas berkontak dengan permukaan incisive rahang bawah.

Besarnya overjet ditentukan oleh posisi gigi anterior maksila dan mandibula. Iregularitas pada overjet dikaitkan dengan fungsi lidah dan bibir yang abnormal atau ada ketidaksesuaian ukuran gigi antara lengkung anterior maksila dan mandibula.

10.

Crossbite Crossbite adalah suatu keadaan jika rahang dalam keadaan relasi sentrik terdapat kelainankelainan dalam arah transversal dari gigi geligi maksila terhadap gigi geligi mandibula yang dapat mengenai seluruh atau setengah rahang, sekelompok gigi, atau satu gigi saja. Berdasarkan lokasinya crossbite dibagi menjadi dua, yaitu : (a) Crosbite anterior Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik namun terdapat satu atau beberapa gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi anterior mandibula.

(b) Crosbite posterior Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior mandibula. bonjol bukal P/M rahang atas terletak lebih ke palatal dari bonjol bukal P/M rahang bawah.

11.

Diastema Diastema adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang seharusnya berkontak. Diastema ada dua macam : (a) Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi , dapat disebabkan karena gigi supernumerer, frenelum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada, kebiasaan jelek, dan persistensi. (b) Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh faktor keturunan, lidah yang besar, dan oklusi yang traumatis.

12.

Kurva Spee Kurva Spee adalah kurva yang dibentuk oleh garis oklusi bila dilihat dari lateral. Kurva Spee normal adalah 1,5 mm. Cara pemeriksaan kurva Spee yaitu dengan menempatkan ujung instrument pada permukaan incisal gigi incisive rahang bawah dan bagian distal cups pada gigi molar paling belakang. Pengukuran dilakukan pada masing masing rahang.

Normal

Dalam

Terbalik

Datar

13.

Erupsi Erupsi gigi adalah proses berkesinambungan meliputi perubahan posisi gigi melalui beberapa tahap mulai pembentukan sampai muncul ke arah oklusi dan kontak dengan gigi antagonisnya.

14.

Jumlah Gigi Jumlah gigi normal pada orang dewasa adalah 28-32. Perhatikan apakah terdapat supernumerer atau agenesis gigi.

15.

Penutupan Mandibula Gerakan mandibula dari posisi istirahat sampai dengan oklusi sentrik berupa suatu lengkung atau gerakan yang kontinu dan tidak terpatah-patah. Dalam keadaan normal misalnya karena adanya premature kontak akan menyebabkan gangguan dalam gerak penutupan mandibula sehingga terjadi deviasi mandibula baik ke anterior maupun ke lateral. Cara pemeriksaan yaitu pasien diinstruksikan untuk membuka mulut lebar, lalu pasien menutup meulut dengan perlahan. Perhatikan gerakan mandibula dengan teliti. (a) Normal (b) Deviasi (c) Defleksi

You might also like