Professional Documents
Culture Documents
BAB. I. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Menurut Depkes RI, angka kejadian kusta tahun 2000 Indonesia sebanyak 20.724 kasus.
Data WHO, jumlah pasien baru kusta di dunia pada tahun 2006 adalah sekitar 259.017 kasus
Propinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menduduki peringkat 17 nasional sebagai propinsi yang memiliki pasien kusta terbanyak di Indonesia
KUSTA
Sekitar 1.500 kasus kecacatan tingkat 2 tiap tahun di Indonesia.
Kusta juga menyebabkan kecacatan sehingga menimbulkan masalah secara ekonomi, psikis dan sosial karena bisa memberikan stigma yang sangat besar pada pasien dan masyarakat.
Data Dinas Kesehatan mencatat, jumlah kusta di Sumsel pada 2009 mencapai 220 kasus, dan pada 2010 menjadi 225 kasus
LATAR BELAKANG
Diduga kecacatan kusta dapat terjadi melalui 2 proses, yaitu: infiltrasi langsung M. leprae ke susunan saraf tepi dan melalui reaksi kusta. (Depkes, 2007) Dalam penelitian Gunadi (2000), menyatakan bahwa reaksi kusta merupakan salah satu faktor risiko kecacatan. Reaksi kusta diharapkan dapat ditangani dengan cepat dan tepat sehingga dapat menghindari kecacatan
Menurut hasil penelitian Kurnianto (2002), pasien kusta yang tidak melakukan perawatan diri memiliki risiko kecacatan 4 kali lebih tinggi daripada pasien yang melakukan perawatan diri
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah ada hubungan antara reaksi kusta terhadap kecacatan pasien kusta. 2. Apakah ada hubungan antara perawatan diri terhadap kecacatan pasien kusta.
TUJUAN PENELITIAN
UMUM
Mengetahui hubungan reaksi kusta dan perawatan diri terhadap kecacatan pasien kusta di RSK Dr. Rivai Abdullah Palembang pada tahun 2012.
KHUSUS
1. Menentukan hubungan reaksi kusta terhadap kecacatan pasien kusta di RSK Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun 2012 2. Menentukan hubungan perawatan diri terhadap kecacatan pasien kusta di RSK Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun 2012
MANFAAT PENELITIAN
TEORITIS
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, pengetahuan, dan wawasan tentang kecacatan kusta dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber acuan untuk penelitian lebih lanjut.
PRAKTIS
Dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan kulit, khususnya dalam hal pencegahan kecacatan kusta yang dapat dicegah dengan diagnosis dini, reaksi kusta dan perawatan diri.
TINJAUAN PUSTAKA
Kusta disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Kusta menyerang saraf tepi, kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis, kecuali susunan saraf pusat.
KERANGKA TEORI
Mycobacterium Leprae
Faktor lainnya: Faktor Sosial Ekonomi Lama Menderita Kusta Lama Bekerja Diagnosis dini
Tanpa Cacat
Cacat Kusta Tingkat Cacat 1. Reaksi Kusta 2. Perawatan Diri Mata, Tangan dan Kaki
Primer
Sekunder
HIPOTESIS
Hipotesis pertama: Ada hubungan antara reaksi kusta terhadap kecacatan pasien kusta di RSK. Dr. Rivai Abdullah Palembang pada tahun 2012
Hipotesis kedua: Ada hubungan antara perawatan diri terhadap kecacatan pasien kusta di RSK. Dr. Rivai Abdullah Palembang pada tahun 2012
JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan survei analitik dengan rancangan penelitian potong lintang
TEMPAT
RSK. Dr. Rivai Abdullah Palembang
SAMPEL
Sampel penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi
KRITERIA EKSLUSI
1. Kecacatan bukan karena kusta 2. Tidak bersedia dan menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian.
VARIABEL PENELITIAN
VARIABEL DEPENDEN
Kecacatan Kusta
VARIABEL INDEPENDEN
KERANGKA KONSEP
Kusta
Kecacatan Kusta
DEFINISI OPERASIONAL
Kecacatan Kusta
Definisi
: Keadaan kelainan kulit / syaraf yang terjadi pada mata, kaki dan tangan pasien kusta. : Hasil rekam medik : Hasil rekam medik : 1. Ada kecacatan kusta 2. Tanpa kecacatan kusta : Nominal
DEFINISI OPERASIONAL
Reaksi Kusta
Definisi : Suatu episode akut perjalanan kronis kusta yang ditandai dengan peradangan pada kulit, saraf tepi dan organ tubuh yang lain. (Depkes,2007) : Hasil rekam medik : Hasil rekam medik : 1. Ada reaksi kusta 2. Tidak ada reaksi kusta : Nominal
DEFINISI OPERASIONAL
Perawatan Diri
Definisi : Perawatan diri adalah tindakan merawat diri pasien yang meliputi perawatan mata, tangan dan kaki. : Kuesioner : Wawancara : 1. Merawat diri 2. Tidak merawat diri : Nominal
Analisis univariat (Independen) dengan rumus distribusi frekuensi Analisa bivariat (Hubungan Independen dan Dependen) dengan menggunakan chi square
Pasien kusta yang di rawat inap di RSK dr Rivai Abdullah Kriteria Inklusi dan eksklusi
ALUR PENELITIAN
Informed Consent
Pelaksanaan Penelitian dan pengambilan data Membagikan kuesioner pada sampel yang telah dipilih dan melihat hasil rekam medik
Hasil
Kesimpulan
Pada hasil penelitian yang menggunakan dua metode teknis analisis data yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.
ANALISIS UNIVARIAT
Kecacatan Kusta
Kecacatan Kusta 1. Ada 2. Tidak Ada Total Jumlah 43 6 49 Persentase (%) 87,8% 12,2% 100%
Reaksi Kusta
Reaksi Kusta
1. Ada 2. Tidak Ada Total
Jumlah
32 17 49
Persentase (%)
65,3% 34,7% 100%
ANALISIS UNIVARIAT
Perawatan Diri
Perawatan Diri 1. Ya 2. Tidak Total Jumlah 15 34 49 Persentase (%) 30,6% 69,4% 100%
ANALISIS BIVARIAT
Hubungan Reaksi Kusta terhadap Kecacatan Pasien Kusta di RSK Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun 2012
Kecacatan Kusta Reaksi Kusta N Ada 30 13 Ada % 93,8% 76,5% Tidak Ada N 2 4 % 6,3% 23,5% N Jumlah % PR (95% CI) P
32 17
43
87,8%
12,6%
49
100%
Nilai p= 0,039 ( p <0,05 ). Maka dapat disimpulkan bahwa kecacatan pasien kusta di RSK Dr. Rivai Abdullah Palembang berhubungan dengan terjadinya reaksi kusta. Nilai PR (prevalence rate) 2.615 (PR > 1) yang berarti reaksi kusta merupakan faktor risiko dari terjadinya kecacatan kusta (95% CI=0,749-4,425).
PEMBAHASAN
Pada penelitian Kurnianto (2002), didapatkan hasil yang hampir sama (p=0,001) yaitu adanya hubungan antara reaksi kusta terhadap kecacatan kusta.
Gunadi (2001), didapatkan hasil adanya hubungan antara reaksi kusta dengan kecacatan kusta (p=0,01) dengan nilai (OR=4,5 95% Cl=1,2-13,5) yang menjadikan penelitian ini cukup terbukti untuk menyatakan hubungan tersebut.
Pada penelitian Nugroho (2002), didapatkan hubungan yang bermakna antara reaksi kusta dengan kecacatan kusta (p=0,000).
ANALISIS BIVARIAT
Hubungan Antara Perawatan Diri terhadap Kecacatan Pasien Kusta di RSK Dr. Rivai Abdullah Palembang tahun 2012.
Kecacatan Kusta Perawatan Diri N Ya Tidak Jumlah 11 32 43 Ada % 73,3% 94,1% 87,8% Tidak Ada N 4 2 6 % 26,7% 5,9% 12,2% N 15 34 49 Jumlah % PR (95% CI)
1,172 (0,0281,772)
0,041
Nilai p= 0,041 ( p < 0,05) bahwa kecacatan pasien kusta di RSK Dr. Rivai Abdullah Palembang berhubungan dengan perawatan diri pasien, dimana nilai PR sebesar 1,172 (PR > 1) artinya adalah perawatan diri merupakan faktor risiko terjadinya kecacatan kusta ( 95% CI= 0,028-1,772).
PEMBAHASAN
Menurut penelitian Kurnianto (2002), diperoleh hasil bahwa kecacatan pasien kusta yang tidak melakukan perawatan diri sebesar (63,8%) lebih tinggi dibandingkan kecacatan pasien kusta yang melakukan perawatan diri (30,0%). Secara statistik diperoleh cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara ada tidaknya perawatan diri dengan kecacatan pasien kusta (p<0,01) dan besarnya risiko kecacatan pasien kusta yang tidak melaksanakan perawatan diri adalah 4 kali lebih tinggi dibandingkan pasien kusta yang melaksanakan perawatan diri (OR=4,1 95% Cl=2,0-8,3).
KESIMPULAN
Ada hubungan antara reaksi kusta dengan kecacatan kusta (p = 0,039). Ada hubungan antara perawatan diri dengan kecacatan kusta (p = 0,041).
SARAN
Bagi Peneliti Lain Dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan antara reaksi kusta dan perawatan diri terhadap kecacatan pasien kusta dengan menggunakan desain penelitian kasus kontrol agar dapat mengetahui hubungan sebab akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhi kecacatan kusta dan mengenai faktor lain yang belum dapat diteliti seperti usia, faktor sosial ekonomi, lama menderita kusta, diagnosis dini, tipe kusta dan kepatuhan pengobatan
SARAN
Bagi RSK Dr.Rivai Abdullah Palembang Perlu peningkatkan pelayanan petugas Rawat Inap berstandar SPM khususnya dalam penanganan reaksi serta program pencegahan kecacatan pasien kusta. Bagi Dokter Umum Sebagai dokter umum dapat dilakukan edukasi serta memberikan pengetahuan mengenai kusta secara umum, bahaya reaksi kusta, pengobatan secara teratur dan pencegahan kecacatan melalui perawatan diri yang cepat dan tepat.
KETERBATASAN PENELITIAN
Keterbatasan pada metode yang digunakan, dapat terjadi karena waktu penelitian yang singkat. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode potong lintang sehingga tidak memerlukan waktu yang cukup lama dan tidak perlu mengikuti perkembangan penyakit pada subjek secara bertahun tahun.
Jumlah pasien kusta pada penelitian ini berjumlah 49 orang, sehingga belum bisa mewakili seluruh populasi kusta berbasis Instalasi Rawat Inap RSK Dr. Rivai Abdullah Palembang.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3