You are on page 1of 10

PENGEMBANGAN ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH TUGAS : ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION (ADR) DOSEN : Prof.

Dr. IBRAHIM. R. SH. MH

OLEH : I WAYAN BUDHIYASA NIM : 0990561037

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2010
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah. Satu persoalan yang sedang dihadapi bangsa saat ini adalah persoalan yang terjadi dibidang penegakan hukum, disatu sisi kuantitas dan kualitas sengketa yang terjadi dalam masyarakat cendrung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Sedangkan disisi lain, pengadilan yang memegang kewenangan mengadili nenurut undang-undang mempunyai kemampuan yang relatif terbatas, terlebih lagi belakangan ini lembaga pengadilan sedang mengalami krisis kepercayaan didalam menyelesaikan sengketa. Sengketa jangan dibiarkan berlangsung berlarut-larut karena akan menggangu keseimbangan tatanan masyarakat. Agar tata kehidupan diperlukan oleh tanah, masyarakat suatu dapat berlangsung terhadap dengan dengan harmonis, perlindungan Demikian juga penyelenggaraan penyelenggaraan banyak dijumpai bagi dalam

kepentingan masyarakat berupa suatu kaidah-kaidah yang dipatuhi masyarakat. karena kepentingan masyarakat yang berkaitan dengan kebutuhan akan dalam keidupan sehari-hari permasalahan pertanahan yang memerlukan penanganan serius. Mengingat penyelenggaraan tanah kehidupan merupakan berbangsa modal dan dasar bernegara

mewujudkan kemakmuran rakyat. Oleh karena itulah penguasaan, pemilikan, penggunaan maupun pemanfaatan tanah memperoleh jaminan perlindungan hukum dari pemerintah. Pengaduan masalah pertanahan pada dasarnya merupakan suatu fenomena yang

mempesoalkan kebenaran suatu hukum yang berkaitan dengan pertanahan.


1

Munculnya sengketa pertanahan karena tanah terutama di daerah perkotaan menjadi komoditi primadona, tidak selamanya dapat diselesaikan melalui pengadilan umum baik dalam perkara perdata maupun pidana. Kehadiran suatu cara penyelesaian sengketa untuk menangani sengketa pertanahan dianggap sebagai suatu hal yang mendesak, mengingat banyaknya penyelesaian yang selama ini banyak yang belum tuntas dan sangat lambat. Solusinya dengan pengembangan alternatif penyelesaian sengketa merupakan hal yang perlu dilakukan. Alternatif penyelesaian sengketa adalah suatu bentuk penyelesaian sengketa di luar pengadilan berdasarkan kata sepakat (konsensus) yang dilakukan oleh para pihak yang bersengketa baik tanpa ataupun dengan bantuan pihak ketiga yang netral. 2 Sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan alternatif Penyelesaian Sengketa pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak melaui altrnatif penyelesaian sengketa yang didasarkan pada itikad baik dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di pengadilan negeri. Dengan demikian maka perlu adanya pengembangan alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan terhadap penyelesaian sengketa pertanahan untuk mendapatkan win-win solution . 1.2 Rumusan masalah. Berdasarkan uraian latar belakan masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

Rahmad, Abdul, 2010. Peranan ADR dalam Penyelesaian Perkara Tanah, Serial Januari, Available from : URL http : //www.padangtoday.org/index.php=com. 2 Usman, Rachmadi, 2003. Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan. Bandung, Citra Aditya Bakti, hal 11

1. Bagaimanakan prosedur pengembangan Alternative Dispute Resolutian dalam penyelesaian sengketa tanah ? BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengembangan Alternative Dispute Resolution dalam penyelesaian sengketa tanah. Alternative Dispute Resolution di Indonesia merupakan bagian dari tradisi dari masyarakat, oleh karena itu pengembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor budaya. Namun sering kali faktor ketidak efisienan penyelesaian sengketa melalui pengadilan turut memperkuat komitmen mengunakan altrnatif penyelesaian sengketa di laur pengadilan. Pengembangan penyelesaian sengketa alternatif di Indonesia diperlukan sekurang-kurannya 5 faktor utama yaitu : 1. Sebagai upaya meningkatkan daya saing dalam mengundang penanaman modal ke Indonesia. Kepastian hukum termasuk ketersediaan sistem penyelesaian sengketa yang efisein dan reliable merupaka faktor penting bagi pelaku ekonomi. Penyelesaian sengketa alternatif yang didasarkan pada prinsip kemandirian dan profesionalisme dapat menepis keraguan tentang keberadaan penyelesaian sengketa yang mampu menjamin rasa keadilan. 2. Tuntutan masyarakat terhadap mekanisme penyelesaian sengketa yang efisien dan mampu memenuhi rasa keadilan. 3. Upaya untuk mengimbangi meningkatnya daya kritis masyarakat yang dibarengi dengan tuntutan berperan serta aktif dalam proses pembangunan (termasuk pengambilan keputusan terhadap urusanurusan publik) menimbulkan konskuensi diperlukannya mekanisme penyelesaian sengketa untuk mewadahi perbedaan pendapat yang muncul keperansertaan masyarakat tersebut. 4. Menumbuhkan iklim persaingan sehat ( peer pressive ) bagi lembaga peradilan, kehadiran lembaga penyelesaian sengketa alternatif apabila sifatnya pilihan (optional), maka akan terjadi proses seleksi yang menggambarkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga penyelesaian sengketa tertentu. Kehadiran pembanding (peer) dalam bentuk lembaga penyelesaian sengketa alternatif ini diharapkan mendorong

lembaga-lembaga penyelesaian sengketa tersebut meningkatkan citra dan kepercayaan masyarakat. 5. Sebagai langkah antisipatif membendung derasnya arus perkara mengalir ke pengadilan. 3 Pengembangan alternatif penyelesaian sengketa juga adanya dukungan serta komitmen pemerintah yang sangat besar dengan diterbitkannya perundang-undangan sebagai landasan penerapannya antara lain : a. Di bidang lingkungan hidup melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. b. Di bidang perburuhan melalui Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan c. Di bidang hak atas kekayaan intelektual seperti : 1. UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang Hak Paten 2. UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merk 3. UU nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Selain itu pengembangan alternatif penyelesaian sengketa adalah dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Ada hal penting dari substansi undang-undang pengembangan tersebut alternatif yang dianggap relevan yaitu dengan pertama penyelesaian sengketa

diberikanya tugas dan kewajiban kepala desa untuk mendamaikan perselisihan masyarakat di desanya, kedua dimungkinkannya lembaga desa adat untuk berperan membantu tugas kepala desa mendamaikan perselisahan masyarakat. Setiap lembaga penyelesaian sengketa mengandung keuntungan dan kekurangannya dalam rangka masing-masing, penyelesaian karena masalah pendekatan menggunakan dengan penyelesaiannya yang berbeda-beda. Proses penyelesaian sengketa alternatif pendekatan
3

kepentingan-kepentingan

yang

berkaitan

Santoso, Mas Achmad, 1999, Perkembangan Pelembagaan ADR di Indonesia, Proceeding Lokakarya hasil Penelitian Teknik Mediasi Tradisional Tanggal 27 Nopember 1999, Th Asian Foundation, Indonesia Center For Enviromental Law dan Pusat Kajian Pilihan Penyelesaian Snegketa Universitas andalas, Padang

persoalan yang diajukan, artinya bahwa penyelesaian sengketa alternatif menekankan pada kemanfaatan bagi para pihak dalam menyelesaikan sengketa yang dihadapi. 4 Dengan penekanan kemanfaatan tersebut berbagai kepentingan para pihak yang saling bersengketa dapat diakomodir secara maksimal. Hal ini akan berpengaruh pada kepuasan para pihak atas penyelesaian sengketa yang diputuskan sehingga mereka secara sukarela melaksanakan putusan yang dihasilkan. Selain itu terdapat keuntungan lain dari segi prosedural penyelesaian sengketa alternatif dirasakan lebih sederhana dibandingkan dengan penyelsaian sengketa lainnya seperti melalui lembaga peradilan. Hal ini disebabkan para pihak tidak semata-mata berlindung dengan pembuktian-pembuktian, melainkan juga mencari pemecahan masalah yang dihadapi atau win-win solotion dengan mempertemukan perbedaan pendapat sehingga dapat digali akar permasalah yang sebenarnya. Sementara penyelesaian sengketa melalui pengadilan didasarkan atas kebenaran bukti-bukti dari segi formal bukan kebenaran materiil dan memerlukan waktu yang cukup lama. Berbeda halnya dengan melalui penyelesaian sengketa alternatif, para pihak dapat mengemukakan kehendaknya dan akan dipertemukan guna mencari penyelesaian yang terbaik melalui negosiasi sehingga menghasilkan kesepakatan penyelesaian sengketa yang dapat diterima oleh para pihak, dan tidak kalah pentingnya adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh para pihak sangat murah dalam menyelesaikan sengketanya. Ada beberapa catatan yang berkaitan dengan pengembangan penyelesaian sengketa alternatif antara lain pertama walaupun pola penyelesaian sengketa secara konsensus dan musyawarah telah dikenal dan mengakar dalam masyarakat, namun konsensus dan musyawarah sebagai embrio penyelesaian sengketa alternatif belum
4

Abdurasyid, Priyatna, 2002. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (suatu Pengantar). Jakarta, PT. Fikahati, hal 56

dipahami oleh masyarakat luas, kedua pemgembangan kelembagaan penyelesaian sengketa alternatif harus didasari praktek-praktek penyelesaian sengketa alternatif dalam masyarakat tradisional sehingga lebih cepat diterima dan mengakar dalam masyarakat, ketiga dukungan serta komitmen pemerintah terhadap penyelesaian sengketa alternatif sangat besar. 5 Dalam pengembangan penyelesaian sengketa alternatif di Indonesia masih terdapat banyak kendala dari aspek budaya hukum ( legal culture ) yaitu masyarakat belum mengenal dan belum memahami secara jelas bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa alternatif bidang pertanahan. Pertanahan pada hakekatnya mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam hidup dan penghidupan manusia secara pribadi, dalam pergaulan masyarakat maupun bagi negara, karena tanah merupakan sumber kemakmuran dan kebahagiaan baik secara lahiriah maupun batiniah. Pengelolaan pertanahan dapat dilihat dari aspek publik, dimana tanah dikuasai oleh negara untuk dipergunakan bagi sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat, sementara dari aspek privat hakhak tanah mengandung kewenangan bagi pemegang hak untuk menggunakan tanah tersebut untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum. 6 Timbulnya sengketa tanah sama halnya dengan masalah sengketa perdata lainnya, yang umum terdapat individu yang merasa haknya dirugikan oleh individu lainnya. Sengketa yang dihadapi oleh para pihak, penyelesaiannya tidak harus dilakukan di pengailan akan tetapi bisa dilakukan sendiri antara pihak secara musyawarah dan mufakat, dan yang terpenting adalah adanya rasa kekeluargaan, karena cara ini tidak merusak hubungan kekerabatan. Akan tetapi karena pertanahan terdapat aspek hukum publik dan hukum privat, maka tidak semua sengketa pertanahan dapat diselesaikan memalui
5 6

Op cit Nurlinda, Ida, 2009. Prinsip-Prinsip Pembaharuan Agraria Perspektif Hukum, Jakarta, Rajawali Pers, hal 122

penyelesaian sengketa alternatif. Hanya sengketa pertanahan yang sepenuhnya pemegang hak yang dapat diselesaikan melalui penyelesaian sengketa alternatif. Salah satu ciri dari penyelesaian sengketa alternatif adalah diselesaikan dalam pertemuan langsung yang dirumuskan secara bebas oleh para pihak. Mereka boleh menentukan pilihan penyelesaian masalahnya dan dirumuskan dalam bentuk kesepakatan ( agreemen t), walaupun demikian dalam menentukan kesepakatan tidak boleh melanggar norma-norma yang berlaku. Dengan demikian disamping adanya dukungan dan komitmen dari pemerintah, bahwa budaya masyarakat telah memberikan landasan yang kuat bagi pengembangan penyelesaian sengketa alternatif di Indonesia. Dan apabila para pihak tidak sepakat diadakannya penyelesaian sengketa alternatif, maka pihak yang bersengketa dapat menyelesaikan permasalahannya melalui lembaga litigasi atau lembaga peradilan umum.

BAB III PENUTUP

3.1.

Simpulan Berdasarkan dari uraian pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Disamping adanya dukungan dan komitmen pemerintah, bahwa budaya masyarakat merupakan landasan kuat bagi pengembangan penyelesaian sengketa alternatif di Indonesia. Pengembangan penyelesaian sengketa alternatif merupakan pilihan yang tepat untuk mengurangi derasnya arus perkara yang masuk kepengadilan disamping pertimbangan budaya, pola penyelesaian masyarakat. memiliki sengketa Selain dengan itu pendekatan konsensus dan musyawarah mufakat telah lama dikenal dan mengakar dalam penyelesaian jika sengketa alternatif dengan banyak keuntungan dibandingkan

penyelesaian melalui pengadilan, akan tetapi kendala yang dihadapi adalah masih rendahnya minat masyarakat untuk menyelesaikan sengketa alternatif.

Daftar Pustaka

Abdurasyid, Priyatna, 2002. Arbitrase dan Alternatif (suatu Pengantar). Jakarta, PT. Fikahati

Penyelesaian Sengketa

Nurlinda, Ida, 2009. Prinsip-Prinsip Pembaharuan Agraria Perspektif Hukum, Jakarta, Rajawali Pers Rahmad, Abdul, 2010. Peranan ADR dalam Penyelesaian Perkara Tanah, Serial Januari, Available from : URL http : /www.padangtoday.org/index.php=com Santoso, Mas Achmad, 1999, Perkembangan Pelembagaan ADR di Indonesia, Proceeding Lokakarya hasil Penelitian Teknik Mediasi Tradisional Tanggal 27 Nopember 1999, Th Asian Foundation, Indonesia Center For Enviromental Law dan Pusat Kajian Pilihan Penyelesaian Snegketa Universitas andalas, Padan Usman, Rachmadi, 2003. Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan. Bandung, Citra Aditya Bakti, Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

10

You might also like