You are on page 1of 26

LAPORAN KASUS

APPENDISITIS AKUT
Pembimbing: dr Haiman M. ,Sp.B

Oleh: Bagoes Ario Bimo

IDENTITAS PENDERITA
Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Agama Alamat Tanggal MRS Tanggal periksa No. Reg : Ny. M : 43 tahun : Perempuan : Ibu Rumah Tangga : Islam : Pakisaji : 29-08-2013 : 31-08-2013 : 329362

ANAMNESA

Keluhan utama : Nyeri perut kanan bawah Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke RSUD Kanjuruhan Kepanjen dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak kemarin. Nyeri seperti ditusuk-tusuk, awalnya nyeri timbul secara tiba-tiba, nyeri semakin bertambah parah saat beraktifitas dan sedikit mereda saat beristirahat. Saat pasien datang kerumah sakit pasien tidak mengeluhkan mual, muntah, namun badan terasa panas, nafsu makan menurun. BAB dan BAK lancar, nyeri menjalar ke pinggang.

Riwayat penyakit dahulu - Pasien mengaku tidak pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya. - DM (disangkal) - Hipertensi (disangkal) - Alergi (disangkal) Riwayat penyakit keluarga

Riwayat kebiasaan Jarang makan makanan berserat; sayur, buah Minum: minum air putih sekitar 3-4 gelas/hari. Kopi (-) Olahraga : (-)

DM (-), Alergi (-), liver (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak kesakitan, compos mentis Vital sign : Tensi : 130/80 mmHg Nadi : 84 x/mnt RR : 20 x/mnt Suhu : 37,4 0C

Kepala Bentuk mesocephal, rambut tidak mudah dicabut. Mata Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-). Telinga Bentuk normotia, sekret (-), pendengaran berkurang (-). Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-). Mulut dan tenggorokan Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-),tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-). Leher JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-). Paru Suara nafas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-). Jantung Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-).

Status Lokalis Regio Iliaka Dextra Inspeksi : Jaringan parut (-), massa (-) Auskultasi: Bising usus (+) normal Perkusi : Timpani Palpasi : Defans muskuler (+), nyeri tekan titik Mc Burney (+), nyeri lepas titik Mc Burney (+), rovsing sign (-), Blumberg sign (-),psoas sign (+), obturator sign (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Lab(29-08-2013)
Jenis Pemeriksaan Hemoglobin 12,6 Hasil Normal L.13,5-18 P.12-16 Satuan g/dl

Hematokrit
Hitung Eritrosit Hitung Lekosit

36,7
4,28 13.740

L. 40-54 P. 35-47
L. 4,5-6,5 P. 4,0-6,0 4.000 11.000

%
juta/cmm sel/cmm

Hitung Trombosit
Hitung Jenis GDS

232.000
1/0/82/7/11 112

150.000 450.000
1-5/0-1/50-70/20-35/3-8 <140

sel/cmm
e/b/n/l/m Mg/dl

SGOT
SGPT Ureum

16
18 25

L. <43 P. <36
L. <43 P. <36 20 40

U/l
U/l mg/dl

Kreatinin

0,86

L. 0,6 1,1 P.0,5 0,9

mg/dl

PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG Abdomen
Hepar : Tak membesar, tepi regular. Intensitas echoparenchym homogen rata. Sistem vaskuler/bilier/porta tak tampak kelainan Tak tampak nodul/kista/abses. Gall Bladder : Dinding tak menebal, tak tampak batu/sludge. Pancreas/Lien : Kontur normal. Tak tampak kalsifikasi nodul. Ren D/S : Ukuran dan bentuk dalam batas normal. Intensitas echocortex tak meningkat, batas cortex medula baik. Sistema pelviocalyceal tak dilatasi, tak tampak batu/kista/nodul. Vesica Urinaria : Dinding tak menebal. Tak tampak Batu Uterus dan adnexa : d/s sulit dievaluasi Pada daerah Mc burney tampak appendix oedematous diameter sekitar 1,3 cm, nyeri tekan transducer (+), kesan terdapat fluid collection Kesimpulan : Appendicitis akut

RESUME

Anamnesa Ny. M ( 43 tahun), Perempuan Nyeri perut kanan bawah Badan terasa panas

Pemeriksaan Fisik (Regio Iliaca Dextra) Defans muskuler (+) nyeri tekan titik Mc Burney (+) nyeri lepas titik Mc Burney (+) ,psoas sign (+), obturator sign (+)

Pemeriksaan Penunjang Darah Lengkap: Leukositosis dan Neutrofilia USG Abdomen: Kesan Appendisitis Akut

DIAGNOSA Appendisitis akut

PLANNING TERAPI
Non Operatif Non Operatif
Non Farmakologi: KIE : non medikamentosa: Bed rest dan edukasi pasien dan keluarga tentang penyakityang dideritanya.. IVFD : RL 20 tpm, cefotaxim 3x 1 gram, Ketolorac 3x 30 mg, metronidazole 3x 500 mg

Farmakologi:

Operatif
Pro Appendiktomi

Tinjauan Pustaka

Anatomi

Posisi Apendiks

Appendisitis
infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan parasit.

Epidemiologi
Semua Umur (< 1tahun jarang, 20-30 tahun sering) Laki-laki > Perempuan (20-30 tahun)

Etiologi
Penyebab Infeksi Bakteri
Bacteriodes fragililis Eschericia coli, Splanchicus sp, Lactobacilus sp, Pseudomonas sp, Bacteriodes splanicus

Pencetus
Sumbatan Lumen apendiks Hiperplasia Jar. Limfe Tumor Apendiks Cacing Askaris

PATOFISIOLOGI
Obstruksi pada appendix

Gangguan pasase

1. Hiperplasia jar. Limfe 2. Fekalit 3. Neoplasma 4. Cacing ascaris 5. Corpus alienum Nyeri kolik

Akumulasi sekret appendix

Dilatasi lumen

Pertumbuhan kuman meningkat

Reaksi inflamasi

Nyeri pindah dari epigastrium ke hipokondrium ka bawah


Edema appendix

Dilatasi dinding appendix

Gambaran Klinis
Rasa sakit di daerah epigastrum, daerah periumbilikus, di seluruh abdomen atau di kuadran kanan bawah merupakan gejala-gejala pertama. Anoreksia, mual, dan muntah Demam tidak tinggi (kurang dari 38C), Nyeri tekan didaerah kuadran kanan bawah.

Pemeriksaan
Nyeri tekan dan lepas Di titik Mc. Burney Rovsings Sign

Psoas Sign

Obturator sign

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Darah lengkap C-reactive protein (CRP). Urinalisa

Radiologi
ultrasonografi (USG) Computed Tomography Scanning (CT-scan)

Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita appendicitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik.
4,7

4. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta: EGC 7. Soeparman, Sarwono Waspadji, 1990. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Penerbit FKUI. Jakarta

Operasi

Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendicitis maka tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).4

4. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta: EGC

Komplikasi
Abses Perforasi Peritonitis

2. Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., Bedah Digestif, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Cetakan Kelima. Media Aesculapius, Jakarta, 2005, hlm. 307-313

You might also like