You are on page 1of 39

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Dalam suatu analisa farmasi, yang ditentukan bukan hanya untuk uji kualitas, tetapi juga untuk uji kuantitasnya. Atau dengan kata lain menentukan adanya suatu zat dalam seidaan dan menentukan seberapa besar kandungan zat aktifnya. Analisa kuatitatif dan kualitatif suatu senyawa obat yang diproduksi sangat penting untuk dilakukan, karena obat-obat yang beredar di pasaran harus diketahui kadar dan mutunya secara pasti. Senyawa atau bahan kimia obat harus esuai dengan yang tercantum dalam Farmakope dan buku-buku resmi lainnya. Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui cara-cara penarikan zat aktif dari sediaan obat serta cara penentuan kadarnya dengan metode titrasi atau metode lainnya. Sehingga ditentukan bahwa kadar suatu zat memenuhi syarat atau tidak. Dan diharapkan keterampilan dalam bekerja dapat meningkat. Dalam praktikum kali ini akan dilakukan analisa kualitatif maupun kuantitatif dari sediaan suspensi kotrimoksazol yang mengandung

sulfametoksazol dan trimetorim. Analisa kualitatif digunakan untuk menentukan ada tidaknya suatu zat dalam sediaan berdasarkan hasil yang positif pada penambahan/reaksi dengan pereaksi golongan maupun pereaksi spesifik. Hasil

positif dapat berupa perubahan warna atau terbentuknya endapan. Dalam analisa kuantitatif akan ditentukan kadar sulfametoksazol dalam sediaan suspensi dengan metode titrasi. I.2 Maksud dan Tujuan I.2.1 Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami identifikasi dan cara penentuan kadar suatu senyawa obat dalam suatu sediaan farmasi. I.2.2 Tujuan Percobaan Penentuan kadar sulfameoxazol dalam Sanprima suspensi dengan

metode nitrotometri serta uji kualitatifnya dengan menggunakan pereaksi yang spesifik. I.3 Prinsip Percobaan 1. Identifikasi sulfametoxazol dalam Sanprima suspensi dengan pemeriksaan organoleptis yang meliputi warna, bau, rasa, bentuk, kelarutan, dan pemijaran yang dilanjutkan dengan uji reaksi kimia dengan pereaksi tertentu berdasarkan terbentuknya gas, perubahan warna atau endapan. 2. Penetapan kadar sulfametoxazol dalam Sanprima suspensi dengan metode diazotasi berdasarkan pembentukan garam diazonium dari gugusan amin aromatis bebas yang terdapat pada sulfametoxazol dengan asam nitrit, dimana asam nitrit diperoleh dari reaksi antara natrium nitrit dengan asam klorida dengan menggunakan indikator campuran tropeolin oo dan metilen biru sebanyak 5 : 3 tetes.dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan

warna dari ungu menjadi warna biru kehijauan, dan indikator luar kertas kanji iodida dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna menjadi biru tua.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena berbagai zat organik dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun demikian agar tirasi redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut harus dipenuhi (1) : 1. Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran elektron secara stokhiometri. 2. Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur (kesempurnaan 99%). 3. Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai. Reaksi diazotasi telah digunakan secara umum untuk penetapan gugusan amin aromatis dalam industri zat warna dan dapat dipakai untuk penetapan sulfanilamid dan semua senyawa yang mengandung gugusan amin aromatis bebas atau gugusan amin aromatis yang diperoleh dari hasil hidrolisa dan reduksi. Dasar dari diazotasi ini digunakan untuk menetapkan kadar obatobatan. (1) Reaksi diazotasi didasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugusan amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana

asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam. NaNO2 + HCl ArNH2 + HNO2 + HCl HNO2 + NaCl ARN2Cl + 2 H2O (1)

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada reaksi diazotasi, yaitu (1) : 1. suhu. Titrasi sebaiknya dilakukan pada suhu rendah lebih kecil dari 15oC, karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi NaNO2 dengan asam tidak stabil dan mudah terurai, dan garam diazonium yang terbentuk pada hasil titrasijuga tidak stabil. 2. Kecepatan reaksi Reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi berjalan agak lambat, titrasi sebaiknya dilakukan secara perlahan-lahan. Reaksi diazotasi dapat dikatalisa dengan penambahan KBr atau NaBr sebagai katalisator. Pada gugusan amino dalam senyawa terikat dengan gugusan yang lain atau tidak bebas, seperti kloramfenikol dan senyawa-senyawa lain disini guus asil dihidrolisa dengan asam atau alkali encer untuk membebaskan gugus amin aromatis yang kemudian dapat bereaksi dengan HNO2 dengan reaksi diazotasi. (1) Sudah kita lihat bahwa dalam titrasi redoks ada dua jenis indikator, indikator khusus yang bereaksi dengan salah satu komponen yang bereaksi, dan

indikator oksidasi reduksi yang sebenarnya tidak tergantung dari salah satu zat, tetapi hanya pada potensial larutan selama titrasi. Pemilihan indikator yang cocok ditentukan oleh kekuatan oksidasi titran dan titrat, dengan perkataan lain, potensial titik ekivalen titrasi tersebut. Bila potensial peralihan indikator tergantung dari pH, maka juga harus diusahakan agar pH tidak berubah selama titrasi berlangsung (3). Dalam titrasi diazotasi, digunakan dua macam indikator, yaitu indikator dalam dan indikator luar. Sebagai indikator dalam digunakan campuran indikator tropeolin oo dan metilen biru, yang mengalami perubahan warna dari ungu menjadi biru kehijauan. Sedangkan untuk indikator luarnya digunakan kertas kanji iodida (2). Sulfonamid termasuk antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba. Sulfonamid mempunyai spectrum antibakteri yang luas. Meskipun kurang kuat dibandingkan dengan antibiotik dan strain mikroba yang resisten makin meningkat. Golongan obat ini umumnya hanya bersifat bakteriostatik. Namun pada kadar yang tinggi dalam urin, sulfonamid dapat bersifat bakterisid (1).

II.2 Uraian Bahan 1. Sulfametoxazol (5,6) Nama resmi Nama lain Rumus molekul/BM Rumus struktur : : : : Sulfamethoxazolum Sulfametoxazol C10H11N3O3S / 253,28 H2N SO2NH2 N O Pemerian : CH2

Serbuk hablur, putih sampai hampir putih, praktis tidak berbau

Kelarutan

Praktis tidak larut dalam air, dalam 50 bagian etanol (95%), larut dalam 3 bagian aseton p, mudah larut dalam larutan natrium hidroksida

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

Persyaratan kadar

Sulfametoxazol mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % C10H11N3O3S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan

Khasiat Kegunaan

: :

Antibakteri Sebagai sampel

2. Air suling (5) Nama resmi Nama lain Rumus molekul/BM Pemerian : : : : Aqua destillata Aquades, air suling H2O/18,02 Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa Penyimpanan Kegunaan 3. Natrium nitrit (5,6) Nama resmi Nama lain Rumus molekul/BM Pemerian : : : : Natrii nitras Natrium nitrit NaNO2/69,0 Hablur atau granul, tidak berwarna atau putih kekuningan, merapuh Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam etanol (95%) p Penyimpanan Kegunaan Khasiat 4. Asam klorida (5,6) Nama resmi Nama lain : : Acidum hydrochloridun Asam klorida : : : Dalam wadah tertutup baik Sebagai titran Murni peraksi : : Dalam wadah tertutup baik Sebagai pelarut

Rumus molekul/BM Pemerian

: :

HCl/36,46 Cairan, tidak berwarna, berasap, bau

merangsang jika diencrkan dengan 2 bagian air asap dan bau hilang Penyimpanan Khasiat Kegunaan : : : Dalam wadah tertutup rapat Zat tambahan. Sebagai pembentuk asam nitrat / memberi suasana asam 5. Metilen biru (5) Nama resmi Nama lain Rumus molekul/BM Rumus Bangun : : : : N CI-.2H2O (CH3)2N Pemerian : S N(CH3)2 Serbuk hablur, mengkilat seperti logam atau suram kehijauan Kelarutan : Larut dalam 40 bagian air, dalam 40 bagian etanol (95%) p dan dalam 450 bagian kloroform Penyimpanan Khasiat : : Dalam wadah tertutup baik Antimethomoglobinemi Methylhionini choxidum Metilen biru C16H18CIN35.2H2O

Kegunaan 6. Tropeolin OO (7) Nama resmi Nama lain Rumus molekul/BM Rumus molekul/BM Pemerian Kelarutan Penyimpanan Kegunaan Range pH Perubahan warna 7. Asam asetat glasial (5) Nama resmi Nama lain Rumus kimia / BM Rumus bangun

Sebagai indikator

: : : :

Dyphylamine orange Tropeolin oo C18H14N3O3NaS/375,38 NaO3S N=N H N

: : : : : :

Kuning orange atau serbuk kuning Larut dalam air Dalam wadah tertutup rapat Sebagai indikator 1,4 - 2,6 Merah ke kuning

: : : :

Acidum aceticum glasiale Asam asetat C2H4O2/60,05 O O

CH3-C-O-C-CH3 Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas menusuk, rasa yang tajam

Kelarutan

Dapat bercampur baik dengan air, etanol, dan dengan gliserol

Penyimpanan Khasiat Kegunaan 8. Kalium Iodida (5) Nama resmi Nama lain Rumus kimia / BM Pemerian

: : :

Dalam wadah tertutup rapat Zat tambahan Sebagai pelarut

: : : :

Kalii iodium Kalium iodida KI/166,00 Hablur heksahedral, transparan atau tidak berwarna, opak dan putih, atau serbuk butiran putih, higroskopi

Kelarutan

Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol (95 %) P, mudah larut dalam gliserol P

Penyimpanan Khasiat Kegunaan

: : :

Dalam wadah tertutup rapat anti jamur Indikator dalam

8. Trimetoprim (5) Nama resmi Nama lain Rumus kimia / BM Rumus bangun : : : : CH2 NH2 CH3O OCH3 OCH3 Pemerian Kelarutan : : Serbuk putih, tidak berbau, rasa sangat pahit Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 300 bagian etanol (95)% P, dalam 55 bagian kloroform P dan dalam 80 bagian metanol P, praktis tidak larut dalam eter P. Penyimpanan Khasiat Kegunaan : : : Dalam wadah tertutup baik anti bakteri Sampel Trimethoprimum Trimetoprim C14H18N4O3/290,3 N N NH2

II.3 Prosedur Kerja 1. Analisa kualitatif (8,9) a. Bentuk dan Warna Sulfa A SG SD Elkosin SMer SMex : : : : : : Puder menggumpal Puder halus Puder halus putih Puder halus putih Puder halus putih Puder putih

b. Rasa SA SG SD SMer SMex Elkosin : : : : : : Putih Tidak berasa seperti pasir Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa seperti pasir Tidak berasa seperti pasir

c. Dengan DAB-HCl SA SG SD Elkosin SMer : : : : : Kuning orange, kristal bentuk sel Kuning orange agak putih Orange pucat bergerak cepat Orange merah larutan tidak bergerak Merah seperti tomat

SMex Phts

: :

Kuning orange Negatif

d. Dengan reagen Parri Zat larutan dalam alcohol + Parri + NaOH 1 tetes SA SG SD Elkosin SMer SMex Phts : : : : : : : Biru tua Biru hijau larut Hijau kotor, ungu Hijau kotor Violet - pink Violet - pink Violet jamben

e. Cuprifil Zat larutkan dalam NaOH, netralkan dengan HCl + CuSO4 SA SG SD SMer SMex Elkosin : : : : : : Biru muda hijau Biru muda hijau Kuning lama-lama violet (spesifik) Hijau abu-abu coklat Kuning hijau sedikit coklat abu-abu Biru muda agak hijau muda

f. Reaksi diazotasi untuk amin aromatis primer (9)

Zat + 2 tetes HCl 2 N dan air tambahkan NaOH dan teteskan 0,1 g beta naftol dalam 1 ml NaOH, endapan jingga kemudian merah darah, kalau yang dipakai alfa naftol : merah ungu. g. Pemeriksaan unsur S (5) Terbakar dengan nyala biru, membentuk belerang dioksida 1 mg zat + 2 ml piridina P panas + 0,2 ml larutan natrium bikarbonat, didihkan : terjadi warna biru atau hijau h. Reaksi korek api (9) Zat + HCl e dicelupkan korek api Jingga 2. Analisa Kuantitatif a. Penetapan kadar Sulfametoxazol (5,6) Timbang seksama lebih kurang 500 ml, larutkan dalam campuran 20 ml asam asetat glasial dan 40 ml air, tambahkan 15 ml asam klorida p, dinginkan hingga suhu 15 C dan segera titrasi dengan NaNO 2 0,1 M LV. Tetapkan secara potensiometri menggunakan elektrode kalomel dan platina. 1 ml NaNO2 0,1 N ~ 25,33 C10H11N3O3S Lakukan penetapan kadar menurut cara nitritometri menggunakan larutan yang dibuat sebagai berikut : Timbang seksama 500 mg, larutkan dalam campuran 10 ml asam klorida P dan 75 ml air, dinginkan.

1 ml Natrium 0,1 M ~ 17,22 mg C6H8N2O2S 0,2 0,3 sampel sulfonamide dilarutkan dalam sejumlah kecil NaOH 0,1 N, larutan diubah untuk memberikan warna biru seperti timolftalein dan diencerkan dengan 50 ml air. Warna biru dari indikator diperbaharui dengan 1 atau 2 tetes asam sulfat 0,1 N dan tambahkan 25 ml perak nitrat 0,1 N setelah disimpan dalam tempat gelap, endapan dikumpulkan di atas kertas saring ganda dan di cuci (8). b. Pembuatan indikator KI Indikator pasta KI dibuat dengan cara melarutkan 0,75 g KI dalam 5 ml air dan 2 g Zink klorida dalam 10 ml air. Campurkan larutan itu dan tambahkan 100 ml air, panaskan sampai mendidih dan tambahkan sambil diaduk terus. Suspensi 5 g pati dalam 35 ml air dididihkan selama 2 menit dan dinginkan. Kanji adalah harus disimpan dalam wadah yang tertutup baik dan diletakkan di tempat yang sejuk (4). Celupkan kertas yang tidak mengkilap ke dalam larutan kanji P yang telah diencerkan dengan larutan kalium iodida P 0,4 % b/v dengan volume yang sama (5).

c . Penetapam kadar trimetoprim timbang seksama lebih kurang 300 mg, masukkan dalam lebu erlenmeyer, tambahkan 60 ml asam asetat glasial P, titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara potensiometrik menggunakan elektroda kalomel dan platina (5) 400 mg zat dilarutkan dalam asam asetat dititrasi dengan asam perklorat (1/10 mmol) sampai timbul warna hijau, indikator ungu kristal. (8)

BAB III METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat-alat yang digunakan Batang korek api Batang pengaduk Botol semprot Bunzen Buret 50,0 ml Corong Erlenmeyer 250 ml Gegep kayu Gelas piala 250 ml Gelas ukur 10 ml Kain putih Kaki tiga Kawat kasa Magnetik stirrer Penangas

Pinset Pipet tetes Pipet volume Plat tetes Rak tabung Sendok tanduk Statif dan Klem Tabung reaksi Termometer

III.1.2 Bahan Air suling Aluminium foil Asam asetat glasial Asam klorida (HCl) pekat DAB - HCl Es batu Indikator kertas kanji iodida Indikator Metilen biru Indikator Tropeolin oo

III.2 Cara Kerja

Kertas saring Natrium hidroksida Natrium nitrit (NaNO2) 0,0905 N Pereaksi Frohde Pereaksi Marquis Pereaksi Parri Sanprima suspensi Tissu

A. Penetapan kadar Sulfametoxazol 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Di pipet sampel Sanprima suspensi sebanyak 5 ml dengan memakai pipet volume 3. Ditambahkan 8 ml asam asetat glasial, 6 ml asam klorida pekat dan 10 ml air suling, ditutup dengan aluminium foil, lalu diaduk hingga homogen. 4. Didinginkan campuran larutan dalam baskom berisi es hingga suhunya mencapai 15 C. 5. Ditambahkan 6 tetes larutan metilen biru dan 10 tetes larutan Indikator tropeolin oo, lalu diaduk hingga homogen.

6. Dititrasi dengan larutan baku NaNO2 hingga terjadi perubahan warna dari orange menjadi hijau. 7. Titrasi dihentikan tepat pada saat terjadi perubahan warna larutan 8. Dicatat volume titran yang digunakan 9. Dilakukan penetapan kadar duplo 10. Untuk titrasi yang kedua digunakan indikator kertas kanji iodia 11. Diambil sampel yang telah dititrasi dengan batang pengaduk, digoreskan pada kertas kanji iodida hingga membentuk warna biru yang segera. 12. Dihitung kadar sulfametoxazol dalam Sanprima suspensi

menggunakan rumus : V. N. BE %K = Bs x Fk B. Pembuatan indikator kerta kanji iodida 1. Ditimbang 500 mg kanji dan dimasukkan dalam beker gelas, lalu ditambahkan dengan aquades sebanyak 50 ml, diaduk hingga homogen. 2. Dipanaskan di atas bunsen terbentuk larutan yang jernih 3. Ditimbang 200 mg kalium iodida, dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan dengan 50 ml air suling lalu 4. Dimasukkan larutan no. 3 ke dalam beker gelas no. 2, kemudian dihomogenkan. 5. Dicelupkan kertas saring dalam larutan lalu diangin-anginkan sampai kering. x 100%

BAB IV HASIL PENGAMATAN

IV.1 Hasil Pengamatan A. Pemeriksaan Kualitatif 1. Organoleptis Warna Bentuk Bau : : : Orange Cair Vanili

2. Reaksi spesifik Zat + DAB-HCl Zat + Parri Zat + Marquis Zat + Frohde Zat + NaOH Hijau hitam Orange kemerahan Coklat kemerahan Orange tua Bening

Zat + NaOH HCl Terbentuk 3 lapisan Dipanaskan gel

B. Pemeriksaan Kuantitatif Metode Nitrimetri Volume yang dioukur 5 ml (setara dengan 200 mg sulfametoksazol) No 1. 2. Nama sampel Sulfametoxazol Sulfametoxazol Berat sampel 200 mg 200 mg Volume titran 8,3 ml 7,5 ml Perubahan warna OrangeHijau OrangeHijau

IV.2 Perhitungan Penetapan kadar Sulfametoxazol V.N.Bst %K= Bs x fk 8,3 ml x 0,0905 N x 25,33 mg %K1= 200 mg x 0,1 N 7,5 ml x 0,0905 N x 25,33 mg %K2= 200 mg x 0,1 N (95,133 + 85,96)% %Krata-rata= 2 IV.3 Reaksi Reaksi Sulfametoxazol dengan HNO2 = 90,65 % x 100% = 85,96 % x 100% = 95,133 % x 100%

H2N

SO2NH N CH3

+ HCl H3N+

SO2NH N CH3

Cl-

ClH3N
+

SO2NH N

+ HNO2 CH3 Cl-

O=N-H2N+

SO2NH N

ClCH3

O=N-NH2+

SO2NH N

Tautomerasi

OH-N= HN+

SO2NH N

ClCH3

CH3

ClOH=N- HN+ SO2NH N CH3 Reaksi indikator dengan HNO2 NaSO3 NaSO3 NaSO3 N=N NH-N N=N (Biru hijau) NH N N NO
HCl

ClN =N+ SO2NH N CH3 + H2O

HONO

BAB V PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar sulfametoksazol dalam sediaan Sanprima

suspensi menggunakan metode nitrimetri berdasarkan reaksi diazotasi.

Reaksi redoks termasuk reaksi diazotasi merupakan reaksi merupakan reaksi yang menyebabkan naik dan turunnya bilangan oksidasi reduksi. Larutan baku yang digunakan adalah NaNO2. Pada reaksi diazotasi ditambahkan asam sebagai pemberi suasana asam dan untuk membebaskan HNO2 serta penambahan KBr sebagai katalisator. Indikator yang digunakan adalah kertas kanji iodida (indikator luar) dengan membentuk warna biru tua yang segera setelah digoreskan dan larutan metilen biru dan tropeolin oo (indikator dalam). Reaksi Diazotasi Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar suspensi dengan

menggunakan metode titrimetri berdasarkan reaksi diazotasi. Reaksi diazotasi merupakan reaksi pembentukan diazonium dari reaksi antara senyawa yang memiliki gugus amin primer aromatis bebas dengan HNO2.. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari ungu menjadi hijau kebiruan, bila menggunakan indikator dalam (tropeolin oo dan metilen biru) Pada umumnya reaksi diazotasi dilakukan pada senyawa yang memiliki gugus amin primer aromatis bebas. Tetapi tenyata sulfametoksazol memiliki gugus amin aromatis sekunder, maka senyawa tersebut harus diubah dahulu menjadi

senyawa amin aromatis bebas dengan penambahan asam asetat glasial. Gugus amin aromartis sekunder ini putus akibat adanya asam. Asam nitrit yang dibutuhkan disini harus dibuat dengan mereaksikan antara natrium nitrit dengan suatu asam. Hal ini dilakukan karena asam nitrit sangat tidak stabil. Asam nitrit sangat mudah teroksidasi menjadi asam nitrat oleh udara. NO2- + On NO3-

Percobaan ini dilakukan pada suhu kurang dari 15oC, hal ini dilakukan karena asam nitrit yang dibentuk dari natrium nitrit dan suatu asam klorida tidak stabil dan mudah terurai dalam suhu kamar. Selain itu garam diazonium yang terbentuk pada hasil reaksi juga tidak stabil. HNO2 + H+ (Ar N=N+) Cl- + H2O N2 + H2O Ar-OH + N2 + HCl

Titrasi pembentukan garam diazonium berjalan lambat, karenanya digunakan katalisator serbuk KBr untuk mempercepat reaksi. Selain itu volume larutan baku yang ditambahkan juga secara perlahan-lahan, dengan kecepatan 2 ml per menit. Titrasi ini dilakukan dalam keadaan tertutup, karena sifat dari HNO2 yang mudah menguap. Pada percobaan ini digunakan indikator dalam yaitu tropeolin oo 0,1 % dan metilen biru 0,1 %, merupakan campuran indikator yang menunjukkan titik akhir titrasi yang lebih peka dibandingkan indikator lain. Indikator tropeolin oo yang digunakan sebab indikator ini memiliki struktur dengan cincin aromatis yang dapat bereaksi dengan asam nitrit. Perubahan warna indikator bebas menjadi warna

indikator setelah bereaksi dengan asam nitrit inilah yang dijadikan indikasi tercapainya titik akhir yaitu dari warna merah menjadi warna kuning. Tetapi perubahan warna indikator ini kurang jelas sehingga perlu dikombinasikan dengan indikator lain sehingga dapat mempertajam perubahan warnanya. Indikator yang digunakan untuk tujuan tersebut adalah indikator metilen biru. Indikator metilen biru tidak mengalami perubahan warna pada reaksi diazotasi warna indikator tropeolin oo bebas setelah dikombinasikan dengan metilen biru menghasilkan warna ungu dan setelah bereaksi dengan asam nitrit yang menghasilkan warna kuning, dengan kombinasi metilen biru (warna biru) menghasilkan warna hijau kebiruan. Dari hasil pengamatan bahwa dengan 5 tetes tropeolin oo dan 3 tetes metilen biru akan menunjukkan titik akhir titrasi yang lebih jelas, yang pada percobaan ini titik akhir titrasi ditunjukkan dengan perubahan warna dari ungu menjadi hijau kebiruan. Pada percobaan ini juga digunakan indikator luar yaitu kertas kanji iodida yang akan membentuk warna biru tua bila larutannya digorekan dengan batang pengaduk. Ini dapat terbentuk karena larutan HNO2 yang telah berlebih mengubah kalium iodida membentuk iod yang akan bereaksi dengan amilum membentuk warna biru tua sebagai titik akhirnya. Pada percobaan ini didapatkan hasil bahwa kadar sulfametoksazol adalah 90,65 %.. Berdasarkan hasil perhitungan ini maka dapat disimpulkan bahwa suspensi sulfametoksazol dalam Sanprima

suspensi tidak

memenuhi

persyaratan

sebagaimana yang tertulis dalam literatur (FI III).

Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesalahan pada percobaan ini adalah titik akhir titrasi tidak dapat ditentukan sebab larutan berwarna orange yang terbentuk dari suspensinya yang berwarna. Selain itu alat-alat yang digunakan sudah tidak memnuhi syarat lagi untuk analisis, seperti timbangan analitik yang sudah tidak peka.

Titrasi Bebas air. Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar trimetoprim dengan menggunakan metode titrasi bebas air berdasarkan reaksi netralisasi. Reaksi netralisasi merupakan reaksi antara asam dan basa yang setara menurut perhitungan stokiometri. Pembaku yang digunakan adalah larutan asam perklorat yang akan direaksikan dengan trimetoprim. Indikator yang digunakan adalah indikator larutan kristal violet. Titik akhir titrasi ditandai dengan tepat berubahnya warna larutan dari ungu menjadi hijau zamrud. Titrasi bebas air adalah titrasi yang dilakukan untuk larutan yang tak dapat larut dalam air tetapi dapat larut dalam pelarut-pelarut organik lainnya, seperti misalnya asam salisilat. Dalam percobaan ini seharusnya semua alat harus dibebas airkan dengan menggunakan alkohol sebagai pembilas karena sifat alkohol yang mudah menguap. Selain itu alkohol juga bersifat inert sehingga diharapkan dapat membantu menghilangkan sisa-sisa air yang mungkin menempel pada dinding alat.

Dalam percobaan ini sebaiknya dilakukan pengeringan sampel dan alat dalam oven selama beberapa jam hal ini dilakukan untuk menghilangkan air yang mungkin terkandung dalam sampel dan alat yang akan ditetapkan konsentrasinya. Pada percobaan ini seharusnya dilakukan titrasi blangko untuk melihat sampai berapa mililiter pengaruh pelarut dalam reaksi penetralan ini. Titrasi blangko dapat dilakukan dengan mentitrasi asam asetat glasial dengan indikator krital violet, atau menetralkan pelarut asam asetat dengan asam perklorat dengan indikator krital violet. Pada pembuatan asam perklorat ditambahkan asam asetat anhidrat untuk mereaksikan asam asetat anhidrat dengan air, sehingga benar-benar bebas air. Hal ini sesuai dengan reaksi : CH3-CO-O-OC-CH3 + H2O 2 CH3COOH

Berdasarkan reaksi di atas air akan terikat dengan asam asetat anhidrat sehingga akan membentuk asam asetat. Akan tetapi, karena bahan-bahan yang dibutuhkan untuk percobaan ini sangat mahal, maka percobaan penetapan kadar trimetoprim dengan metode titrasi ebbas air tidak dilakukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1

Kesimpulan Dari percobaan dapat diambil disimpulkan bahwa kadar

sulfametoxazol dalam Sanprima suspensi adalah 90,65 %. VI.2 Saran =====

DAFTAR PUSTAKA

1. Rivai, H., (1995), Asas Pemeriksaan Kimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 346 2. Wunas, J., Said, S., (1986), Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif< UNHAS, Makassar, 115-116 3. Harjadi, W., (1986), Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta, 227, 278, 236 4. Ganiswara., (1995), Farmakologi Dan Terapi, Edisi IV, UI-Press, Jakarta 5. Ditjen POM., (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta 6. Ditjen POM., (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta. 7. Budavari, S., et al, (1989), The Merck Index, Rightway Publishing, New Jersey, USA 8. Higuchi, H. G. B., (1961), Pharmacuetical Analysis, Interscience Publishing, New York. 589 9. Sie Kesejahteraan ITB., (1979), Card System Dan Reaksi Warna, ITB Bandung

DAFTAR PUSTAKA

10. Ganiswara., (1995), Farmakologi Dan Terapi, Edisi IV, UI-Press, Jakarta 11. Tan, T.J dan Rahardjo, K., (1991), Obat-Obat Penting, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta 12. Rivai, H., (1995), Asas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Jakarta 13. S. Susanti, Dra, Dra Yeanny wunas., nalisa Kimia Farmasi Kwantitatip, UNHAS-Press, Makassar 14. Ditjen POM., (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta 15. Ditjen POM., (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta. 16. Budavari, S., et al, (1989), The Merck Index, Rightway Publishing, New Jersey, USA 17. Higuchi, H. G. B., (1961), Pharmacuetical Analysis, Interscience Publishing, New York. 589 18. Sie Kesejahteraan ITB., (1979), Card System Dan Reaksi Warna, ITB Bandung

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Analisa kualitatif dan kuantitatif bahan atau senyawa dari suatu produksi obat merupakan suatu hal penting untuk dilakukan, karena dengan melakukan analisa ini dapat diketahui secara pasti kandungan suatu obat. Dan pada akhirnya dapat diketahui bahwa suatu produksi obat memenuhi persyaratan untuk digunakan oleh konsumen atau tidak. Dalam bidang farmasi, senyawa sulfonamid memiliki banyak keuntungan dan digunakan secara luas. Sulfonamid umumnya digunakan sebagai antiseptik karena sifatnya yang bakterisid Dalam praktikum kali ini, akan ditentukan kadar obat dari sulfametoxazol dalam Cotrimoxazole suspensiyang akan ditentukan kadarnya dengan menggunakan metode titrasi nitritometri atau lebih di kenal dengan reaksi diazotasi. Secara umum, reaksi diazotasi digunakan untuk penetapan gugus amino aromatik dalam industri zat warna atau untuk penetapan sulfametoxazol, dan semua senyawa-senyawa yang mengandung gugusan amino aromatik yang bebas, atau yang diperoleh dari hasil hidrolisa dan reduksi.

Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Dalam hal ini, yang dimaksudkan dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit (1). Antibiotika (latin : anti ; lawan, bios ; hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme-mikroorganisme hidup terutama fungi dan bakteri tanah yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (2). Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penicillin dan sefalosforin) atau membran sel (kelompok polimiksin) (2). Berdasarkan mekanisme kerjanya antimikroba terbagi dalam kelompok, yaitu (1) : a. Yang menghambat metabolisme sel mikroba b. Yang menghambat sintesis dinding sel mikroba c. Yang mengganggu permeabilitas membran sel mikroba d. Yang menghambat sintesis protein sel mikroba e. Yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba Sulfonamid termasuk antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba. Sulfonamid mempunyai spectrum antibakteri yang luas. Meskipun kurang kuat dibandingkan dengan antibiotik dan strain mikroba yang resisten makin meningkat. Golongan obat ini umumnya hanya bersifat bakteriostatik. Namun pada kadar yang tinggi dalam urin, sulfonamid dapat bersifat bakterisid (1).

Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena berbagai zat anorganik dan zat organik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun demikian, agar titrasi redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut harus dipenuhi (3) : a. Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai hingga terjadi pertukaran elektron secara stoikiometri. b. Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur (kesempurnaan 99,9 %). c. Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai. Reaksi diazotasi didasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrat, dimana asam nitrat ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam (4). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada reaksi diazotasi (4) : b. Suhu. Titrasi diazotasi sebaiknya dilakukan pada suhu rendah dibawah 15C karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium dengan asam tidak stabil dan mudah terurai dan garam diazonium yang terbentuk juga tidak stabil. c. Kecepatan reaksi. Titrasi ini sebaiknya dilakukan secara perlahan-lahan dan reaksi diazotasi ini dapat dikatalisa dengan penambahan natrium atau kalium bromida sebagai katalisator. Titik akhir titrasi dapat ditentukan berdasarkan penetapan asam nitrit yang berlebih dengan cara (4) :

a. Elektrometri b. Oksidasi asam nitrit dengan kalium iodida c. Cara pengamatan titik akhir yaitu dengan menggoreskan larutan titrasi pada kertas atau pasta kanji iodida (indikator luar) dimana kelebihan asam nitrit akan memberikan warna biru. d. Perubahan warna indikator (indikator dalam) yaitu dengan menggunakan campuran indikator yang terdiri dari 5 tetes tropeolin OO 0,1 % dan 3 tetes larutan biru metilen 0,1 %. Titik akhir ditandai dengan perubahan warna indikator dari ungu ke biru hijau.

BAB V PEMBAHASAN

Pada percobaan ini akan ditetapkan kadar dari sulfametoxazol dalam Sanprima suspensi dengan menggunakan metode diazotasi Nitritometri atau diazotasi adalah suatu metode penetapan kadar zat yang didasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrat, dimana asam nitrit diperoleh dari reaksi antara natrium nitrit dengan asam klorida. Sulfametoxazol sehingga senyawa ini dapat ditentukan kadarnya dengan metode diazotasi. Sulfametoxazol merupakan zat yang akan ditentukan kadarnya secara nitritometri. Dipilih metode ini karena sulfanilamid merupakan bahan aktif obat yang memiliki gugus amin aromatis yang bebas dalam struktur kimianya, maka dalam proses penetapannya tidak memerlukan perlakuan khusus untuk membebaskan gugus amin aromatis tetapi langsung ditambahkan HCl. Sulfanilamid merupakan zat yang larut dalam asam mineral, karena itulah digunakan HCl sebagai pelarut dari sulfanilamid yang mana penambahan asam klorida berfungsi sebagai pemberi suasana asam yang nantinya akan mendukung terbentuknya asam nitrit. Dalam percobaan ini larutan atau senyawa yang akan dititrasi ditambahkan es batu. Hal ini bertujuan agar suhu dimana reaksi dilakukan berada pada suhu rendah, yaitu pada suhu dibawah 15C, karena asam nitrit yang terbentuk bilamana

pada suhu diatas 15C akan mudah terurai dan hal ini akan mengakibatkan garam diazonium yang terbentuk pada hasil titirasi juga akan tidak stabil. Reaksi diazotasi merupakan reaksi yang sifatnya berjalan agak lambat, karena itu titrasi dilakukan secara perlahan-lahan dan diaduk secara kontinyu dengan menggunakan alat megnetik stirrer. Garam yang terbentuk dari reaksi ini sifatnya tidak stabil, dimana garam diazonium ini dapat teroksidasi dengan udara luar, maka wadah tempat berlangsungnya reaksi diisolasi dengan aluminium foil. Indikator campuran antara indikator tropeolin 00 dengan metilen biru merupakan indikator yang digunakan dalam percobaan ini. Indikator tropeolin 00 yang digunakan sebab indikator ini memiliki struktur dengan cincin aromatis yang dapat bereaksi dengan asam nitrit sehingga pada saat sampel tepat habis bereaksi dengan asam nitrit, maka indikator ini yang kemudian akan bereaksi dengan asam nitrit. Warna indikator setelah bereaksi dengan asam nitrit berbeda dengan warna indikator bebasnya . Perubahan warna indikator bebas menjadi warna indikator setelah bereaksi dengan asam nitrit inilah yang dijadikan indikasi tercapainya titik akhir titrasi yaitu dari warna merah menjadi kuning. Tetapi perubahan warna indikator ini kurang jelas sehingga perlu dikombinasi dengan indikator lain sehingga dapat mempertajam perubahan warnanya. Indikator yang digunakan untuk tujuan tersebut adalah indikator metilen biru, dimana indikator metilen biru tidak mengalami perubahan warna pada reaksi diazotasi. Warna indikator tropeolin 00 bebas setelah dikombinasi dengan metilen biru menghasilkan warna ungu dan setelah bereaksi dengan asam nitrit akan menghasilkan warna kuning dengan kombinasi warna biru

dari indikator metilen biru yang pada akhirnya akan menghasilkan warna biru kehijauan. Jadi pada reaksi diazotasi titik akhir titrasi ditunjukkan untuk perubahan warna dari ungu menjadi warna biru kehijauan. Digunakan juga indikator luar yaitu indikator kanji, dimana cara pengamatan titik akhir yaitu dengan menggoreskan larutan titrasi pada kertas atau pasta kanji iodida (indikator luar) dimana kelebihan asam nitrit akan memberikan warna biru. Jumlah kadar rata-rata sulfametoxazol dalam Sanprima suspensi yang diperoleh dalam percobaan ini adalah 90,65 %, sedangkan diliteratur persyaratan kadar yang harus dipenuhi tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0 % C10H11N3O3S, artinya kadar sulfametoxazol ini tidak memenuhi syarat. Kadar yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur hal ini mungkin disebabkan karena proses hidrolisis sulfametoxazol kurang sempurna.

You might also like