You are on page 1of 35

TUGAS KIMIA DASAR FARMASI

STRUKTUR ATOM dan SISTEM PERIODIK

Oleh :

Disusun Oleh: NURFITRI RAHMAYANI (0901040)

Dosen: Musyirna Rahmah, M.Si, Apt

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau Yayasan Universitas Riau 2013

TUGAS KIMIA DASAR FARMASI

IKATAN KIMIA dan STOIKIOMETRIP

Oleh :

Disusun Oleh: NURFITRI RAHMAYANI (0901040)

Dosen: Musyirna Rahmah, M.Si, Apt

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau Yayasan Universitas Riau 2013

TUGAS KIMIA DASAR FARMASI

LARUTAN ASAM BASA dan KESETIMBANGAN

Oleh :

Disusun Oleh: NURFITRI RAHMAYANI (0901040)

Dosen: Musyirna Rahmah, M.Si, Apt

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau Yayasan Universitas Riau 2013

STRUKTUR ATOM dan SISTEM PERIODIK

Teori-teori Atom: 1. Model Atom Dalton Atom adalah bagian yang terkecil dari suatu unsur. 2. Model Atom Rutherford Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan di sekitarnya beredar elektronelektron yang bermuatan negatif. 3. Model Atom Rutherford & Niels Bohr a. Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan disekitarnya beredar elektronelektron yang bermuatan negatif. b. Elektron-elektron bergerak dalam lintasan-lintasan dengan tingkat-tingkat energi tertentu. c. Selama elektron beredar dalam lintasan tersebut ia tidak memancarkan atau menerima energi. d. Elektron dapat berpindah tempat dari tingkat energi lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi jikamenyerap energi; sebaliknya jika elektron berpindah tempat dari tingkat energi lebih tinggi ke tingkat energiyang lebih rendah terjadi pemancaran energi. 4. Model Atom Mekanika Gelombang Menurut de Broglie (1924): gerakan suatu materi, termasuk elektron, dapat dianggap sebagai gerakan gelombang. Orbital : lintasan elektron yang menunjukkan tingkat energi utama elektron tersebut.

Bilangan Kuantum : kedudukan/posisi elektron

Bilangan Kuantum Utama (n) Menunjukkan posisi elektron pada tingkat energi utama/kulit. n Kulit 1 K 2 L 3 M 4 N 5 O 6 P 7 Q

Bilangan Kuantum Azimuth (l) Menunjukkan posisi elektron dalam subkulit. l=n1 atau diwakili oleh huruf s, p,d , dan f . l Subkulit 0 s 1 p 2 d 3 f

Bilangan Kuantum Magnetik (m) Menunjukkan orientasi elektron pada orbital. m = -l , (l + 1),,0,,(l + 1), + l l 0 1 2 3 Sub Kulit s p d f m 0 -1, 0, +1 -2, -1, 0, +1, +2 -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3 Jumlah Orbital 1 3 5 7

Bilangan Kuantum Spin (s) Menunjukkan arah rotasi elektron dalam orbital.

Jumlah elektron max = 2 jumlah orbital Sub Kulit s p d f Jumlah Orbital 1 3 5 7 Jumlah Elektron Max 2 6 10 14

Konfigurasi elektron

Penyingkatan Penulisan Konfigurasi Elektron


2He

: 1s2 : 1s2 2s2 2p6 : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6

10Ne

18Ar

36Kr

Untuk atom-atom yang memiliki elektron pada subkulit d, konfigurasi elektron ditulis dengan cara: 1) Berdasarkan urutan subkulit Contoh: 25Mn : [Ar] 4s2 3d5 2) Berdasarkan urutan nomor kulit Contoh : 25Mn : [Ar] 3d5 4s2 Penulisan Konfigurasi Elektron Atom Bermuatan Atom bermuatan Positif melepas elektron Contoh : Tentukan konfigurasi untuk Fe3+ !
26

Fe = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d6 4s2

+3 melepas 3 elektron
3+ 26Fe =

1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5

Atom bermuatan Negatif menerima elektron Contoh : Tentukan konfigurasu untuk S2- !
16S

= 1s2 2s2 2p6 3s2 3p4

-2 menerima 2 elektron
16S2-

= 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6

Orbital Penuh dan Setengah Penuh Setiap unsur memiliki kecenderungan untuk stabil. Orbital yang terisi penuh atau setengah penuh lebih stabil daripada orbital yang tidak penuh atau tidak setengah penuh. Contoh: Tentukan konfigurasi 29X! Menurut aturan Aufbau, konfigurasinya adalah: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d9 4s2 Konfigurasi yang benar: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s1 Unsur-unsur yang Konfigurasi Elektron sesuai Aturan Orbital Penuh dan Setengah Penuh Unsur Cr Cu Nb Mo Ru Rh Pd Ag La Ce No. Atom 24 29 41 42 44 45 46 47 57 58 Unsur Gd Pt Au Ac Th Pa U Np Cm Cf No. Atom 64 78 79 89 90 91 92 93 96 98

Diagram Orbital Pembuatan Diagram Orbital : 1) Tulis konfigurasi elektron berdasarkan aturan Aufbau. 2) Buat kotak orbital sesuai jenis orbital terakhir.

Orbital s = 1 kotak Orbital d = 5 kotak Orbital p = 3 kotak Orbital f = 7 kotak 3) Isi kotak orbital dengan elektron-elektron pada orbital terakhir yang dinyatakan dengan tanda panah ke atas atau ke bawah. Satu kotak maksimum dua elektron. Kaidah Hund Elektron - elektron pada orbital yang memiliki tingkat energi yang sama akan mengisi terlebih dahulu kotak-kotak yang kosong dengan arah spin tertentu. Kemudian, orbital diisi dengan electron berikutnya dengan arah spin yang berlawanan. Contoh : Tentukan diagram orbital untuk Co2+ ! Co2+ = [Ar] 3d7

Asas Larangan Pauli Elektron - elektron dalam satu atom tidak boleh mempunyai bilangan kuantum yang keempat - empatnya sama.

Penentuan Bilangan Kuantum 1) Tulis konfigurasi elektron. 2) Buat diagram orbital. 3) Tentukan bilangan kuantum! Contoh: Tentukan bilangan kuantum 19K!
19K

= 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1

n = 4 dilihat dari 4s1

l = 0 dilihat dari 4s1 s, n = 1, l = 1 1 = 0 m = 0 dilihat dari l l = 0, m = 0 s = + atau

Konfigurasi Elektron vs. Sistem Periodik Golongan A Blok s s p p p p p p Jumlah Elektron Valensi 1 2 3 4 5 6 7 8 Golongan IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA

Konfigurasi Elektron Valensi ns1 ns2 ns2 np1 ns2 np2 ns2 np3 ns2 np4 ns2 np5 ns2 np6

Golongan B Blok d d d d d d d Jumlah Elektron Valensi 3 4 5 6 7 8 9 Golongan IIIB IVB VB VIB VIIB VIIIB VIIIB

Konfigurasi Elektron Valensi (n 1)d1 ns2 (n 1)d2 ns2 (n 1)d3 ns2 (n 1)d5 ns1 (n 1)d ns
5 2

(n 1)d6 ns2 (n 1)d7 ns2

(n 1)d8 ns2 (n 1)d10 ns1 (n 1)d10 ns2

d d d

10 11 12

VIIIB IB IIB

Blok f / Golongan Transisi Dalam a. Golongan Lantanida Memiliki elektron valensi dari orbital 4f1 6s2 sampai 4f14 6s2 b. Golongan Aktinida Memiliki elektron valensi dari orbital 5f1 7s2 sampai 5f14 7s2 Cara penentuan Golongan Transisi Dalam: 1) Tulis konfigurasi electron 2) Jika elektron terakhir terletak pada orbital 4f, temasuk golongan Lantanida. Jika elektron terakhir terletak pada orbital 5f, termasuk golongan aktinida.

Cara Penentuan Periode Unsur-Unsur 1) Tentukan konfigurasi electron 2) Susun ulang konfigurasi sesuai urutan kulit atom 3) Nomor periode = nomor kulit terbesar Konfigurasi Elektron 1s1 1s2 Kulit Terluar 1 1 n 1 1 Periode 1 1

1s2 2s2 [Ne] 3s2 3p2 [Ar] 3d5 4s2 [Kr] 4d10 5s1 [Xe] 6s2 [Rn] 7s2

2 3 4 5 6 7

2 3 4 5 6 7

2 3 4 5 6 7

Penggolongan Unsur-Unsur Menurut IUPAC Tradisional IA IIA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA IUPAC 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tradisional VIIIB IB IIB IIIB IVB VB VIB VIIB VIIIB IUPAC 10 11 12 13 14 15 16 17 18

DAFTAR PUSTAKA

http://id.scribd.com/doc/9448371/Struktur-Atom-Sistem-Periodik-Dan-Ikatan-Kimia

IKATAN KIMIA

1. Ikatan Ion - Ikatan antara ion positif (logam golongan IA dan IIA) dan ion negatif (non logam golongan VIA danVIIA). - Ikatan antara atom-atom yang mempunyai potensial ionisasi rendah dengan atomatom yang mempunyai afinitas elektron tinggi. - Ikatan antara atom-atom dengan perbedaan keelektronegatifan tinggi. Contoh: NaCl, KBr, MgCl2, CaF2, dll. 2. Ikatan Kovalen - Ikatan antara non logam dan non logam.Ikatan antara atom-atom dalam molekul berdasarkan pemakaian pasangan elektron bersama. - Ikatan antara atom-atom dengan perbedaan keelektronegatifan rendah. - Molekul senyawa yang terbentuk mempunyai energi potensial lebih rendah daripada atom-atom semula. Contoh: Cl2 Cl - Cl

Ikatan Kovalen Koordinat Pasangan elektron yang dipakai bersama berasal dari salah satu atom.

Contoh: H2O + H + H3O +

Momen Dipol Hasil kali muatan dan jarak antara kedua pusat muatan positif dan negatif. Senyawa Kovalen Polar Perbedaan keelektronegatifan kedua unsur besar. Makin besar momen dipol suatu senyawa, makin polar senyawa itu.

Contoh: H2O, HBr, H2S, HF, HCl, dll. Senyawa Kovalen Non Polar Senyawa Non Polar : perbedaan keelektronegatifan kedua unsur kecil. Momen Dipol = 0 senyawa non polar

Contoh: Br2, Cl2, H2, CO2, CCl4, C6H6, dll. 3. Ikatan Hidrogen Ikatan hidrogen terjadi dari interaksi antarmolekul senyawa kovalen polar yang memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar antara hidrogen dan unsur yang berikatan dengannya. Terdapat pada senyawa yang memiliki gugus fungsi: NH2, COH, COOH, OH, R NH2, R COH, R COOH, dan R OH. Contoh: H2O, HF, NH3, dll. 4. Ikatan van der Waals Gaya tarik menarik antara molekul-molekul yang berdekatan serta menghasilkan gaya yang lemah. Perbedaan keelektronegatifannya dekat.

Contoh: BrCl, FCl, dll.

PENGARUH IKATAN KIMIA TERHADAP TITIK DIDIH 1. Pengaruh Ikatan Hirogen terhadap Titik Didih Titik Didih senyawa dipengaruhi oleh: a. Massa Molekul Relatif (Mr) : Mr titik didih dan Mr titik didih b. Ikatan Antarmolekul : Gaya antarmolekul kuat titik didih dan gaya lemah, titik didih 2. Pengaruh Gaya van der Waals terhadap Titik Didih a. Pengaruh Jumlah Awan Elektron : Jumlah awan elektron banyak, gaya tarik menarik molekul dipol sesaat besar, titik didih tinggi. b. Pengaruh Bentuk Molekul : Bentuk molekul tidak bercabang, atom lebih mudah menginduksi awan elektron, gaya tarik menarik dipol sesaat besar, sehingga titik didih tinggi. HIBRIDISASI Penyetaraan tingkat energi melalui penggabungan antarorbital senyawa kovalen atau kovalen koordinasi. 1. Struktur Ruang Molekul & Hibridisasi Senyawa tanpa Pasangan Elektron Bebas Contoh Senyawa tanpa PEB: CH4, CCl4, BH3, BCl3, BF3, BeCl2, PCl5, dll. Rumus Struktur Molekul: A Atom Pusat ; X Atom Terikat Contoh Hibridisasi CCl4: Pusat C 6C = 1s2 2s2 2p2 Elektron Ikatan 4 Cl 17Cl = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5

C: 4Cl :

Senyawa BH3, BCl3, BF3 CH4, CCl4 PCl5 SF6

Jumlah Pasangan Elektron 3 4 5 6

Rumus Umum AX3 AX4 AX5 AX6

Hibridisasi sp2 sp3 sp3d sp3d2

Bentuk Molekul Segitiga sama sisi Tetrahedral Trigonal bipirimida Oktahedral

2. Struktur Ruang Molekul & Hibridisasi Senyawa yang Memiliki Pasangan Elektron Bebas Contoh Senyawa tanpa PEB: CH4, CCl4, BH3, BCl3, BF3, BeCl2, PCl5, dll. Rumus Struktur Molekul: A Atom Pusat ; X Atom Terikat ; E Pasangan Elektron Bebas Contoh Hibridisasi H2O: Pusat O 8O = 1s2 2s2 2p4 Elektron Ikatan 2 H 1H = 1s1

O 2H

: : Jumlah Pasangan Elektron 4 4 5 5 5 6 Jumlah PEI 3 2 4 3 2 5 PEB 1 2 1 2 3 1 Rumus Umum AX2E AX2E2 AX4E AX3E2 AX2E3 AX5E

Senyawa

Hibridisasi sp3 sp3 sp3d sp3d sp3d sp3d sp3d2

Bentuk Molekul Piramida trigonal Huruf V Tetrahedral terdistorsi Bentuk T Linear Piramida segiempat Segiempat planar

NH3, PCl3 H2O, Cl2O SF4 IF3, CIF3 XeF2, RnF2 IF5, CIF5

XeF4, RnF4

AX4E2

STOIKIOMETRI

A. Hukum Hukum Dasar Kimia 1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier) "Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap". Contoh soal: 2Mg + O2 2MgO (4g) (32g) (36g)

2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust) "Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap" Contoh soal: a. Pada senyawa NH3 = massa N : massa H = 1 Ar . N : 3 Ar . H = 1 (14) : 3 (1) = 14 : 3 b. Pada senyawa SO3 = massa S : massa O = 1 Ar . S : 3 Ar . O = 1 (32) : 3 (16) = 32 : 48 = 2 : 3

Keuntungan dari hukum Proust: Bila diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang membentuk senyawa tersebut maka massa unsur lainnya dapat diketahui. Contoh soal: Berapa kadar C dalam 50 gram CaCO3 ? (Ar: C = 12; O = 16; Ca = 40) Massa C = ( massa CaCO3

50 gram

= 6 gram Kadar C = ( 100%

100%

= 12% 3. Hukum Perbandingan Berganda = Hukum Dalton "Bila dua buah unsur dapat membentuk dua atau lebih senyawa untuk massa salah satu unsur yang sama banyaknya maka perbandingan massa unsur kedua akan berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana". Contoh soal: Bila unsur nitrogen dan oksigen disenyawakan dapat terbentuk, NO dimana massa N : O = 14 : 16 = 7 : 8 NO2 dimana massa N : O = 14 : 32 = 7 : 16

Untuk massa nitrogen yang sama banyaknya maka perbandingan massa Oksigen pada senyawa NO : NO2 = 8 :16 = 1 : 2 4. Hukum-Hukum Gas Untuk gas ideal berlaku persamaan : PV = nRT dimana: P = tekanan gas (atm) V = volume gas (liter) n = mol gas R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/mol Kelvin T = suhu mutlak (Kelvin) Perubahan-perubahan dari P, V, dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan kondisi-kondisi tertentu dicerminkan dengan hukum-hukum berikut: a. Hukum Boyle Hukum ini diturunkan dari persamaan keadaan gas ideal dengan n1 = n2 dan T1 = T2 ; sehingga diperoleh: P1.V1 = P2.V2 b. Hukum Gay-Lussac "Volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi bila diukur pada suhu dan tekanan yang sama, akan berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana". Jadi untuk: P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku:

= c. Hukum Boyle-Gay Lussac Hukum ini merupakan perluasan hukum terdahulu dan diturukan dengan keadaan harga n1 = n2 sehingga diperoleh persamaan: = d. Hukum Avogadro "Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama mengandung jumlah mol yang sama". Dari pernyataan ini ditentukan bahwa pada keadaan STP (0 oC 1 atm) 1 mol setiap gas, volumenya 22,4 liter. Volume ini disebut sebagai volume molar gas. B. Persamaan Reaksi Persamaan reaksi mempunyai sifat: 1. Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama. 2. Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama. 3. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus yang berwujud gas perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan volume asalkan suhu dan tekanannya sama). Langkah-langkah penulisan persamaan reaksi: 1. Nama-nama reaktan dan hasil reaksi dituliskan. Penulisan ini disebut persamaan sebutan. 2. Tuliskan persamaan reaksi dengan menggunakan lambang-lambang, yaitu rumusrumus kimia zat, dan wujud reaksi. Penulisan ini disebut persamaan kerangka.

3. Setarakan persamaan kerangka tersebut sehingga diperoleh persamaan reaksi setara yang disebut persamaan kimia. Penyetaraan persamaan reaksi sesuai dengan hukum kekekalan reaksi Lavoisier dan teori atom Dalton. Menurut hukum Lavoisier, pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa. Artinya, jumlah dan jenis atom di ruas kiri (reaktan) sama dengan jumlah dan jenis atom di ruas kanan (hasil reaksi). Sesuai teori atom Dalton, dalam reaksi kimia tidak ada atom yang hilang atau tercipta, yang terjadi hanyalah penataan ulang atom-atom reaktan membentuk susunan baru, yaitu hasil reaksi. Agar jenis dan jumlah atom di ruas kiri sama dengan di ruas kanan, persamaan reaksi disetarakan (diseimbangkan) dengan cara mengatur angka di depan reaktan dan hasil reaksi. Angka yang diberikan di depan reaktan dan hasil reaksi disebut koefisien. Angka satu sebagai koefisien tidak dituliskan. Oleh karena itu persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut. Tahap-tahap penyetaraan persamaan reaksi dapat dilakukan dengan: 1. Tuliskan persamaan kerangka, yaitu persamaan reaksi yang belum setara, dengan reaktan di ruas kiri dan hasil reaksi di ruas kanan. 2. Tetapkan koefisien zat/senyawa yang lebih rumit adalah satu. 3. Setarakan reaksi dengan mengatur koefisien reaktan dan hasil reaksi yang lain.

C. Konsep Mol Mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau molekulmolekulnya sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa itu. Jika bilangan Avogadro = L , maka: L = 6,023 x 1023 1 mol atom 1 mol molekul = L buah atom, massanya = L buah molekul massanya = Ar atom tersebut. = Mr molekul tersebut.

Massa 1 mol zat disebut sebagai massa molar zat. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel Telah diketahui bahwa 1 mol zat X = l buah L partikel zat X, maka 2 mol zat X = 2 L partikel zat X 5 mol zat X = 5 L partikel zat X n mol zat X = n L partikel zat X Jumlah partikel = n L Contoh soal: Berapa mol atom timbal dan oksigen yang dibutuhkan untuk membuat 5 mol timbal dioksida (PbO2). Jawab: 1 mol timbal dioksida tersusun oleh 1 mol timbal dan 2 mol atom oksigen (atau 1 mol molekul oksigen, O2). Sehingga terdapat Atom timbal = 1 5 mol = 5 mol Atom oksigen = 2 5 mol = 10 mol (atau 5 mol molekul oksigen, O2) 1. Masa Atom dan Masa Rumus a. Massa Atom Massa atom didefinisikan sebagai massa suatu atom dalam satuan atomic mass unit (amu) atau satuan massa atom (sma). Satu amu didefinisikan sebagai kali

massa satu atom C-12. Karbon-12 adalah salah satu isotop karbon yang memiliki 6 proton dan 6 neutron. Unsur ini dijadikan sebagai standar pembanding sebab unsur ini

memiliki sifat yang sangat stabil dengan waktu paruh yang panjang. Dengan menetapkan massa atom C-12 sebesar 12 sma, kita dapat menentukan massa atom unsur lainnya. Sebagai contoh, diketahui bahwa satu atom hidrogen hanya memiliki massa 8,4% dari massa satu atom C-12. Dengan demikian, massa satu atom hidrogen adalah sebesar 8,4% 12 sma atau 1,008 sma. Dengan perhitungan serupa, dapat diperoleh massa satu atom oksigen adalah 16,00 sma dan massa satu atom besi adalah 55,85 sma. Hal ini berarti bahwa satu atom besi memiliki massa hampir 56 kali massa satu atom hidrogen. b. Massa Atom Relatif (Ar) Massa atom unsur sebenarnya belum dapat diukur dengan alat penimbang massa atom, karena atom berukuran sangat kecil. Massa atom unsur ditentukan dengan cara membandingkan massa atom rata-rata unsur tersebut terhadap massa rata-rata

satu atom karbon-12 sehingga massa atom yang diperoleh adalah massa atom relatif (Ar). c. Massa Molekul Relatif Unsur dan senyawa yang partikelnya berupa molekul, massanya dinyatakan dalam massa molekul relatif (Mr). Pada dasarnya massa molekul relatif (Mr) adalah perbandingan massa rata-rata satu molekul unsur atau senyawa dengan rata satu atom karbon-12. Jenis molekul sangat banyak, sehingga tidak ada tabel massa molekul relatif. Akan tetapi, massa molekul relatif dapat dihitung dengan menjumlahkan massa atom relatif atom-atom pembentuk molekulnya. Mr = Ar Untuk senyawa yang partikelnya bukan berbentuk molekul, melainkan pasangan ion-ion, misalnya NaCl maka Mr senyawa tersebut disebut massa rumus massa rata-

relatif. Massa rumus relatif dihitung dengan cara yang sama dengan seperti perhitungan massa molekul relatif, yaitu dengan menjumlahkan massa atom relatif unsur-unsur dalam rumus senyawa itu. d. Massa Molar Telah diketahui bahwa satu mol adalah jumlah zat yang mengandung partikel (atom, molekul, ion) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram karbon dengan nomor massa 12 (karbon-12, C-12). Sehingga terlihat bahwa massa 1 mol C-12 adalah 12 gram. Massa 1 mol zat disebut massa molar. Massa molar sama dengan massa molekul relatif (Mr) atau massa atom relatif (Ar) suatu zat yang dinyatakan dalam gram. Massa molar = Mr atau Ar suatu zat (gram) Hubungan mol dan massa dengan massa molekul relatif (Mr) atau massa atom relatif (Ar) suatu zat dapat dicari dengan: gram = mol Mr atau Ar Contoh soal: Berapa gram propana C3H8 dalam 0,21 mol jika diketahui Ar C = 12 dan H = 1? Jawab: Mr Propana = (3 12) + (8 1) = 33 g/mol sehingga, gram propana = mol Mr = 0,21 mol 33 g/mol = 9,23 gram e. Volume Molar Avogadro mendapatkan hasil dari percobaannya bahwa pada suhu 0 C (273 K) dan tekanan 1 atmosfir (76 cmHg) didapatkan tepat 1 liter oksigen dengan massa 1,3286 gram. Pengukuran dengan kondisi 0 C (273 K) dan tekanan 1 atmosfir (76

cmHg) disebut juga keadaan STP (Standard Temperature and Pressure). Pada keadaan STP, 1 mol gas oksigen sama dengan 22,4 liter. Avogadro yang menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila jumlah molekul sama maka jumlah molnya akan sama. Sehingga, pada suhu dan tekanan yang sama, apabila jumlah mol gas sama maka volumenya pun akan sama. Keadaan standar pada suhu dan tekanan yang sama (STP) maka volume 1 mol gas apasaja/sembarang berharga sama yaitu 22,4 liter. Volume 1 mol gas disebut sebagai volume molar gas (STP) yaitu 22,4 liter/mol. Volume gas tidak standar pada persamaan gas ideal dinyatakan dengan: PV = nRT keterangan: P : tekanan gas (atm) V : volume gas (liter) n : jumlah mol gas R : tetapan gas ideal (0,082 liter atm/mol K) T : temperatur mutlak (Kelvin) D. Rumus Molekul dan Rumus Empiris Rumus kimia menunjukkan jenis atom unsur dan jumlah relatif masing-masing unsur yang terdapat dalam zat. Banyaknya unsur yang terdapat dalam zat ditunjukkan dengan angka indeks. Rumus kimia dapat berupa rumus empiris dan molekul. Rumus empiris, rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun senyawa.

Rumus molekul, rumus yang menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun satu molekul senyawa. Rumus Molekul = (Rumus Empiris) n Mr Rumus Molekul = n (Mr Rumus Empiris) (n = bilangan bulat) Untuk menentukan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa, dapat ditempuh dengan langkah berikut: 1) Cari massa (persentase) tiap unsur penyusun senyawa. 2) Ubah ke satuan mol. 3) Perbandingan mol tiap unsur merupakan rumus empiris. 4) Untuk mencari rumus molekul dengan cara: (Rumus Empiris) n = Mr n dapat dicari nilainya. 5) Kemudian kalikan n yang diperoleh dari hitungan, dengan rumus empiris. Contoh soal: Suatu senyawa terdiri dari 60% karbon, 5% hidrogen, dan sisanya nitrogen. Jika Mr senyawa itu = 80 (Ar C = 12 ; H = 1 ; N = 14). Tentukan rumus empiris dan rumus molekul senyawa itu! Jawab : Persentase Nitrogen = 100% - ( 60% + 5% ) = 35% Misal massa senyawa = 100 gram Maka massa C : N : H = 60 : 35 : 5 Perbandingan mol C : mol H : mol N = 5 : 5 : 2,5 =2:2:1 Maka rumus empiris = C2H2N

(C2H2N) n = 80 (24 + 2 + 14) n = 80 (40) n = 80 n=2 Jadi rumus molekul senyawa tersebut = (C2H2N) 2 = C4H4N2 E. Menentukan Rumus Kimia Hidrat (Air Kristal) Hidrat adalah senyawa kristal padat yang mengandung air kristal (H2O). Rumus kimia senyawa kristal padat sudah diketahui. Jadi pada dasarnya penentuan rumus hidrat adalah penentuan jumlah molekul air kristal (H2O) atau nilai x. Secara umum, rumus hidrat dapat ditulis sebagai: Rumus kimia senyawa kristal padat : x.H2O Sebagai contoh garam kalsium sulfat, memiliki rumus kimia CaSO4 . 2H2O, artinya dalam setiap mol CaSO4 terdapat 2 mol H2O. Contoh soal: 5,0 gram hidrat dari tembaga(II) sulfat dipanaskan sampai semua air kristalnya menguap. Jika massa tembaga(II) sulfat padat yang terbentuk 3,20 gram. Tentukan rumus hidrat tersebut! (Ar Cu = 63,5 ; S = 32 ; O = 16 ; H = 1) Jawab: Langkah-langkah penentuan rumus hidrat: - Misalkan rumus hidrat adalah CuSO4 . xH2O - Tulis persamaan reaksinya. - Tentukan mol zat sebelum dan sesudah reaksi. - Hitung nilai x, dengan menggunakan perbandingan mol CuSO4 : mol H2O

CuSO4 . x H2O(s) CuSO4 (s) + x H2O 5 gram 3,2 gram 1,8 gram :

Perbandingan, mol CuSO4 : mol H2O =

S= 0.02 : 0,10 =1:5 Jadi Rumus hidrat dari tembaga (II) sulfat adalah CuSO4 . 5H2O. F. Molaritas Larutan merupakan campuran antara pelarut dan zat terlarut. Jumlah zat terlarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi. Salah satu cara untuk menyatakan konsentrasi dan umumnya digunakan adalah dengan molaritas (M). molaritas merupakan ukuran banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Dapat dituliskan sebagai berikut: M= Pengenceran dilakukan apabila larutan terlalu pekat. Pengenceran dilakukan dengan penambahan air. Pengenceran tidak merubah jumlah mol zat terlarut. Sehingga: V1M1 = V2M2 keterangan: V1 = volume sebelum pengenceran M1 = molaritas sebelum pengenceran V2 = volume sesudah pengenceran M2 = molaritas sesudah pengenceran

G. Pereaksi Pembatas Di dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol zat-zat pereaksi yang dicampurkan tidak selalu sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini berarti bahwa ada zat pereaksi yang akan habis bereaksi lebih dahulu. X + 2Y XY2 Reaksi di atas memperlihatkan bahwa menurut koefisien reaksi, 1 mol zat X membutuhkan 2 mol zat Y. Dalam hitungan kimia, pereaksi pembatas dapat ditentukan dengan cara membagi semua mol reaktan dengan koefisiennya, lalu pereaksi yang mempunyai nilai hasil bagi terkecil, merupakan pereaksi pembatas. Contoh soal: Diketahui reaksi sebagai berikut: S(s) + 3F2(g) SF6(g) Jika direaksikan 2 mol S dengan 10 mol F2 a. Berapa mol kah SF6 yang terbentuk? b. Zat mana dan berapa mol zat yang tersisa? Penyelesaian : S + 3F2 SF6 Dari koefisien reaksi menunjukkan bahwa: 1 mol S membutuhkan 3 mol F2 Kemungkinan yang terjadi: - Jika semua S bereaksi maka F2 yang dibutuhkan:

mol F2 =

2 mol S

= 3 2 mol = 6 mol Hal ini memungkinkan karena F2 tersedia 10 mol. - Jika semua F2 habis bereaksi, maka S yang dibutuhkan: mol S = 10 mol F2 = 0,333 10 mol = 3,33 mol Hal ini tidak mungkin terjadi, karena S yang tersedia hanya 2 mol. Jadi yang bertindak sebagai pereaksi pembatas adalah S. Banyaknya mol SF6 yang terbentuk = x mol S a. mol SF6 = 1 x 2 mol = 2 mol b. zat yang tersisa adalah F2, sebanyak = 10 mol 6 mol = 4 mol F2 Soal di atas dapat juga diselesaikan dengan: - Setarakan reaksinya. - Semua pereaksi diubah menjadi mol. - Bagikan masing-masing mol zat dengan masing-masing koefisiennya. - Nilai hasil bagi terkecil disebut pereaksi pembatas (diberi tanda atau lingkari). - Cari mol zat yang ditanya. - Ubah mol tersebut menjadi gram/liter/partikel sesuai pertanyaan.

Penyelesaian: S + 3F2 SF6 2 mol : 10 mol : 2 : 3,33 (Nilai 2 < 3,33) Berarti zat pereaksi pembatas : S Sehingga ditulis: a. mol SF6 = 2 mol S = 1 2 mol = 2 mol b. mol F2 yang bereaksi = 2 mol S

= 3 2 mol = 6 mol mol F2 sisa = mol tersedia - mol yang bereaksi = 10 mol - 6 mol = 4 mol

DAFTAR PUSTAKA

Djojosuwito, Subandio, dkk. 1994. Kimia 1. Yudhistira: Jakarta. Parning, dkk. 2007. Kimia 1 SMA. Jakarta : Yudhistira. Purba, Michael. 2006. Kimia 1 untuk SMA Kelas X. Erlangga: Jakarta. Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X Jilid 1. Phibeta Aneka Gama: Jakarta. Susilowati, Endang. 2009. Theory and Application of Chemistry 1. Tiga Serangkai: Solo. Wiratmo, dkk. 1994. Ilmu kimia Jilid 1. Macanan Jaya Cemerlang: Klaten.

You might also like