You are on page 1of 30

PADI

ARTI PENTING DAN MANFAAT PADI BAGI KEHIDUPAN MANUSIA


01.18 Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain.

Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi. Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 calori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. Disamping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya.

Pentingnya padi sebagai sumber utama makanan pokok dan dalam perekonomian bangsa Indonesia. Oleh karena itu setiap faktor yang mempengaruhi tingkat produksinya sangat penting diperhatikan. Salah satu faktor itu adalah hama dan penyakit. Masyarakat Indonesia, khususnya dalam lingkungan pertanian, pasti ingat bahwa hama wereng coklat pada pertengahan tahun 70an telah menyebabkan bencana nasional dalam budidaya padi. Tikus juga menjadi masalah besar dibanyak daerah. Demikian pula hama penyakit lain, meskipun tidak berskala nasional, telah tercatat sebagai potensi dalam penurunan produksi padi. Memperhatikan pentingnya faktor hama dan penyakit di atas, maka pengendaliannya perlu diusahakan. Hal ini pun telah menjadi perhatian nasional sehingga usaha pengendalian hama dan penyakit dimasukan sebagai salah satu program dari pemerintah yaittu panca usaha dalam budidaya padi. Usaha lainya adalah pengunaan bibit unggul, pengolahan tanah yang bail, pengairan yang baik dan pemupukan yang seimbang.

menurut (Ir. Idham Sakti Harahap, 1988) Salah satu syarat keberhasilan usaha pengendalian hama dan penyakit padi adalah identifikasi terhadap jasad penganggunya. Identifikasi ini selain dilakukan langsung pada jasad penggangunya, juga dapat dibantu dengan pengenalan terhadap gejala serangan yang ditimbulkannya. Jika jasad pengganggunya telah diketahui maka berdasarkan sifatsifatnya cara pengendalian yang sesuai dapat diterapkan. Cara pengendalian hama dan penyakit padi biasanya terdiri dari beberapa macam. Dalam pelaksanaannya sebaiknya cara-cara itu jika saling menunjang atau memugkinkan dilakukan secara terpadu. Biasanya dari beberapa cara yang tersedia, yang hampir selalu disarankan adalah penanaman varietas yang tahan terhadap hama atau penyakit yang potensil disuatu daerah. Hendaknya dalam masalah pengendalian hama dan penyakit padi ini terus diperhatikan agar swasembada beras nasional yang telah tercapai dapat dimantapkan. Tujuan yang tak kalah pentingnya dalam usaha ini adalah menjaga penghasilan petani agar lebih meningkat. Seiring perkembangan teknologi, dikembangkan pula suatu teknologi yang mampu mengadopsi proses dan cara berpikir manusia yaitu teknologi Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan. Sistem Pakar adalah salah satu bagian dari Kecerdasan Buatan yang mengandung pengetahuan dan pengalaman yang dimasukkan oleh satu atau banyak pakar ke dalam satu area pengetahuan tertentu sehingga setiap orang dapat menggunakannya untuk memecahkan berbagai masalah yang bersifat spesifik, dalam hal ini adalah permasalahan hama dan penyakit pada tanaman padi Dengan menggunakan aplikasi sistem pakar diharapkan penerapan untuk pendiagnosaan hama dan penyakit pada tanaman padi yang akan banyak manfaatnya dan mampu memberikan informasi yang optimal dalam hama dan penyakit padi untuk masyarakat luas.

Padi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Untuk kegunaan lainnya, lihat Padi (disambiguasi).
?

Padi

Padi dari Koehler's Book of Medicinal Plants

Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Divisi: Plantae Magnoliophyta

(tidak termasuk) Monocots (tidak termasuk) Commelinids Ordo: Famili: Poales Poaceae

Genus: Spesies:

Oryza O. sativa Nama binomial Oryza sativa

Padi yang mendekati masa panen

Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM. [1] Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Hasil dari pengolahan padi dinamakan beras.

Daftar isi

1 Ciri ciri 2 Reproduksi 3 Genetika dan pemuliaan o 3.1 Keanekaragaman genetik o 3.2 Keanekaragaman budidaya 3.2.1 Padi gogo

3.2.2 Padi rawa 3.3 Keanekaragaman tipe beras/nasi 3.3.1 Padi pera 3.3.2 Ketan 3.3.3 Padi wangi 4 Aspek budidaya o 4.1 Hama dan penyakit 5 Pengolahan gabah menjadi nasi 6 Produksi padi dan perdagangan dunia 7 Aspek budaya dan bahasa 8 Lihat pula 9 Referensi 10 Pranala luar o

Ciri ciri
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae. Terna semusim,berakar serabut,batang sangat pendek,struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang daun sempurna dengan pelepah tegak,daun berbentuk lanset,warna hijau muda hingga hijau tua,berurat daun sejajar,tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang,bagian bunga tersusun majemuk,tipe malai bercabang,satuan bunga disebut floret yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula,tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya,bentuk hampir bulat hingga lonjong,ukuran 3mm hingga 15mm,tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam,struktur dominan padi yang biasa dikonsuksi yaitu jenis enduspermium.

Reproduksi
Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol.Kedua organ seksual ini umumnya siap bereproduksi dalam waktu yang bersamaan.Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika telah masak. Dari segi reproduksi,padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri,karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah pembuahan terjadi,zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri.Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endosperm.Pada akhir perkembangan,sebagian besar bulir padi mengadung pati dibagian endosperm.Bagi tanaman muda,pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.

Genetika dan pemuliaan


Satu set genom padi terdiri atas 12 kromosom. Karena padi adalah tanaman diploid, maka setiap sel padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel seksual). Padi merupakan organisme model dalam kajian genetika tumbuhan karena dua alasan: kepentingannya bagi umat manusia dan ukuran kromosom yang relatif kecil, yaitu 1.6~2.3 108 pasangan basa (base pairs, bp)[2]. Sebagai tanaman model, genom padi telah disekuensing, seperti juga genom manusia.

Perbaikan genetik padi telah berlangsung sejak manusia membudidayakan padi. Dari hasil tindakan ini orang mengenal berbagai macam ras lokal, seperti 'Rajalele' dari Klaten atau 'Pandanwangi' dari Cianjur di Indonesia atau 'Basmati Rice' dari India utara. Orang juga berhasil mengembangkan padi lahan kering (padi gogo) yang tidak memerlukan penggenangan atau padi rawa yang mampu beradaptasi terhadap kedalaman air rawa yang berubah-ubah. Di negara lain dikembangkan pula berbagai tipe padi. Pemuliaan padi secara sistematis baru dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filipina sebagai bagian dari gerakan modernisasi pertanian dunia yang dijuluki sebagai Revolusi Hijau. Sejak saat itu muncullah berbagai kultivar padi dengan daya hasil tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia. Dua kultivar padi modern pertama adalah 'IR5' dan 'IR8' (di Indonesia diadaptasi menjadi 'PB5' dan 'PB8'). Walaupun hasilnya tinggi tetapi banyak petani menolak karena rasanya tidak enak (pera). Selain itu, terjadi wabah hama wereng coklat pada tahun 1970-an. Ribuan persilangan kemudian dirancang untuk menghasilkan kultivar dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit padi. Pada tahun 1984 pemerintah Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras. Prestasi ini tidak dapat dilanjutkan dan baru kembali pulih sejak tahun 2007. Hadirnya bioteknologi dan rekayasa genetika pada tahun 1980-an memungkinkan perbaikan kualitas nasi. Sejumlah tim peneliti di Swiss mengembangkan padi transgenik yang mampu memproduksi toksin bagi hama pemakan bulir padi dengan harapan menurunkan penggunaan pestisida. IRRI, bekerja sama dengan beberapa lembaga lain, merakit "Padi emas" (Golden Rice) yang dapat menghasilkan provitamin A pada berasnya, yang diarahkan bagi pengentasan defisiensi vitamin A di berbagai negara berkembang. Suatu tim peneliti dari Jepang juga mengembangkan padi yang menghasilkan toksin bagi bakteri kolera[3]. Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini dapat menjadi alternatif imunisasi kolera, terutama di negara-negara berkembang. Sejak tahun 1970-an telah diusahakan pengembangan padi hibrida, yang memiliki potensi hasil lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya tinggi, kultivar jenis ini dijual dengan harga lebih mahal daripada kultivar padi yang dirakit dengan metode lain. Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi mencakup pula tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti kekeringan, salinitas, dan tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan pada peningkatan kualitas nasi juga dilakukan, misalnya dengan perancangan kultivar mengandung karoten (provitamin A).

Keanekaragaman genetik
Hingga sekarang ada dua spesies padi yang dibudidayakan manusia secara massal: Oryza sativa yang berasal dari Asia dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat. Pada awal mulanya O. sativa dianggap terdiri dari dua subspesies, indica dan japonica (sinonim sinica). Padi japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, lemmanya

memiliki "ekor" atau "bulu" (Ing. awn), bijinya cenderung membulat, dan nasinya lengket. Padi indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak ber-"bulu" atau hanya pendek saja, dan bulir cenderung oval sampai lonjong. Walaupun kedua anggota subspesies ini dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar 'IR8', yang merupakan hasil seleksi dari persilangan japonica (kultivar 'Deegeowoogen' dari Formosa) dengan indica (kultivar 'Peta' dari Indonesia). Selain kedua varietas ini, dikenal varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua tipe utama di atas. Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa. Kajian dengan bantuan teknik biologi molekular sekarang menunjukkan bahwa selain dua subspesies O. sativa yang utama, indica dan japonica, terdapat pula subspesies minor tetapi bersifat adaptif tempatan, seperti aus (padi gogo dari Bangladesh), royada (padi pasangsurut/rawa dari Bangladesh), ashina (padi pasang-surut dari India), dan aromatic (padi wangi dari Asia Selatan dan Iran, termasuk padi basmati yang terkenal). Pengelompokan ini dilakukan menggunakan penanda RFLP dibantu dengan isozim.[4] Kajian menggunakan penanda genetik SSR terhadap genom inti sel dan dua lokus pada genom kloroplas menunjukkan bahwa pembedaan indica dan japonica adalah mantap, tetapi japonica ternyata terbagi menjadi tiga kelompok khas: temperate japonica ("japonica daerah sejuk" dari Cina, Korea, dan Jepang), tropical japonica ("japonica daerah tropika" dari Nusantara), dan aromatic. Subspesies aus merupakan kelompok yang terpisah.[5] Berdasarkan bukti-bukti evolusi molekular diperkirakan kelompok besar indica dan japonica terpisah sejak ~440.000 tahun yang lalu dari suatu populasi spesies moyang O. rufipogon.[5] Domestikasi padi terjadi di titik tempat yang berbeda terhadap dua kelompok yang sudah terpisah ini. Berdasarkan bukti arkeologi padi mulai dibudidayakan (didomestikasi) 10.000 hingga 5.000 tahun sebelum masehi.[6]

Keanekaragaman budidaya
Padi gogo

Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.Biasanya di daerah yang hanya bisa bercocok tanam padi gogo menggunakan model Tumpang Sari. Sistem Tumpang sari yaitu dalam sekali tanam tidak hanya menanam padi, akan tetapi juga tanaman lain dalam satu lahan. Padi gogo biasanya di tumpang sari dengan jagung atau Ketela Pohon.
Padi rawa

Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.

Keanekaragaman tipe beras/nasi

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Beras Padi pera

Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.
Ketan

Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.
Padi wangi

Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras 'Cianjur Pandanwangi' (sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan 'rajalele'. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang berumur panjang. Di luar negeri orang mengenal padi biji panjang (long grain), padi biji pendek (short grain), risotto, padi susu umumnya menggunakan metode silsilah. Salah satu tahap terpenting dalam pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar 'IR5' dan 'IR8', yang merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi. Berbagai kultivar padi berikutnya umumnya memiliki 'darah' kedua kultivar perintis tadi. tes

Aspek budidaya
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bercocok tanam padi

Teknik budidaya padi telah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sejumlah sistem budidaya diterapkan untuk padi.

Budidaya padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai dari daerah lembah Sungai Yangtse di Tiongkok. Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada budidaya padi sawah. Budidaya padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di Pulau Kalimantan. Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan modifikasi dari budidaya lahan kering. Sistem ini sukses diterapkan di Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim hujan singkat.

Setiap sistem budidaya memerlukan kultivar yang adaptif untuk masing-masing sistem. Kelompok kultivar padi yang cocok untuk lahan kering dikenal dengan nama padi gogo.

Secara ringkas, bercocok tanam padi mencakup persemaian, pemindahan atau penanaman, pemeliharaan (termasuk pengairan, penyiangan, perlindungan tanaman, serta pemupukan), dan panen. Aspek lain yang penting namun bukan termasuk dalam rangkaian bercocok tanam padi adalah pemilihan kultivar, pemrosesan biji dan penyimpanan biji.

Hama dan penyakit


Hama-hama penting

Penggerek batang padi putih ("sundep", Scirpophaga innotata) Penggerek batang padi kuning (S. incertulas) Wereng batang punggung putih (Sogatella furcifera) Wereng coklat (Nilaparvata lugens) Wereng hijau (Nephotettix impicticeps) Lembing hijau (Nezara viridula) Walang sangit (Leptocorisa oratorius) Ganjur (Pachydiplosis oryzae) Lalat bibit (Arterigona exigua) Ulat tentara/Ulat grayak (Spodoptera litura dan S. exigua) Tikus sawah (Rattus argentiventer)

Penyakit-penyakit penting

blas (Pyricularia oryzae, P. grisea) hawar daun bakteri ("kresek", Xanthomonas oryzae pv. oryzae)

Pengolahan gabah menjadi nasi


Setelah padi dipanen, bulir padi atau gabah dipisahkan dari jerami padi. Pemisahan dilakukan dengan memukulkan seikat padi sehingga gabah terlepas atau dengan bantuan mesin pemisah gabah. Gabah yang terlepas lalu dikumpulkan dan dijemur. Pada zaman dulu, gabah tidak dipisahkan lebih dulu dari jerami, dan dijemur bersama dengan merangnya. Penjemuran biasanya memakan waktu tiga sampai tujuh hari, tergantung kecerahan penyinaran matahari. Penggunaan mesin pengering jarang dilakukan. Istilah "Gabah Kering Giling" (GKG) mengacu pada gabah yang telah dikeringkan dan siap untuk digiling. (Lihat pranala luar). Gabah merupakan bentuk penjualan produk padi untuk keperluan ekspor atau perdagangan partai besar. Gabah yang telah kering disimpan atau langsung ditumbuk/digiling, sehingga beras terpisah dari sekam (kulit gabah). Beras merupakan bentuk olahan yang dijual pada tingkat konsumen. Hasil sampingan yang diperoleh dari pemisahan ini adalah:

sekam (atau merang), yang dapat digunakan sebagai bahan bakar bekatul, yakni serbuk kulit ari beras; digunakan sebagai bahan makanan ternak, dan dedak, campuran bekatul kasar dengan serpihan sekam yang kecil-kecil; untuk makanan ternak.

Beras dapat dikukus atau ditim agar menjadi nasi yang siap dimakan. Beras atau ketan yang ditim dengan air berlebih akan menjadi bubur. Pengukusan beras dapat juga dilakukan dengan pembungkus, misalnya dengan anyaman daun kelapa muda menjadi ketupat, dengan daun pisang menjadi lontong, atau dengan bumbung bambu yang disebut lemang (biasanya dengan santan). Beras juga dapat diolah menjadi minuman penyegar (beras kencur) atau obat balur untuk mengurangi rasa pegal (param).

Produksi padi dan perdagangan dunia


Bagian ini memerlukan aktualisasi

Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (28% dari total produksi dunia), India (21%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brasil (3%).Produksi padi Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton , kemudian tahun 2007 adalah 57 juta ton (angka ramalan III), meleset dari target semula yang 60 juta ton akibat terjadinya kekeringan yang disebabkan gejala ENSO.
Produsen padi terbesar 2011 (juta metrik ton) Republik Rakyat Cina India Indonesia Bangladesh Vietnam Thailand Myanmar Filipina Brasil Pakistan Total Dunia 201 158 66 51 42 35 29 17 13 9 723

Sumber: Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)[http://faostat.fao.org/site/339/default.aspx

Aspek budaya dan bahasa


Padi merupakan bagian penting dalam budaya masyarakat Asia Tenggara dan Asia Timur. Masyarakat setempat mengenal filosofi ilmu padi. Sejumlah peribahasa juga melibatkan padi, misalnya

Padi ditanam tumbuh lalang Padi masak, jagung mengupih Bagai ayam mati di lumbung padi

Lihat pula

Gabah Beras Nasi Bercocok tanam padi

Referensi
1. ^ Shadily, Hassan. Ensiklopedi Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve dan Elsevier Publishing Projects. Jakarta, 1984. Hal. 2503 2. ^ situs Gramene.org 3. ^ Focus 25, 2007 4. ^ Glaszmann, J.C. 1987. Isozymes and classification of asian rice varieties. Theor. Appl. Genet. 74:2130. 5. ^ a b Garris, A.J.; Tai, T.H., Coburn J., Kresovich S., McCouch S. (2004). "Genetic structure and diversity in Oryza sativa L.". Genetics 169: 16311638. doi:10.1534/genetics.104.035642. 6. ^ Zohary D., Hopf, M. 2000. Domestication of plants in the old world. Oxford University Press, Oxford.

KENDALA HAMA ( Saduran dari buku saku Masalah Lapang Hama - Penyakit - Hara pada Padi, P usat Pe n el itian dan Pe ng em bangan Tana m an P angan) PENGGEREK BATANG ( Scirpophaga incertulas - S. innotata - Chilo suppressalis) Penggerek batang termasuk hama paling penting padatanaman padi yang sering menimbulkan kerusakan beratdan kehilangan hasil yang tinggi.Di lapang, keberadaan hama ini ditandai oleh kehadiran: y ngengat (kupu-kupu), y kematian tunas-tunas padi ( sundep , dead heart), y kematian malai ( b eluk , white head) y dan ulat (larva) penggerek batang. Hama ini dapat merusak tanaman pada semua fasetumbuh, baik pada saat di pembibitan, fase anakan,maupun fase berbunga.Bila serangan terjadi pada pembibitan sampai faseanakah ama i

n i d i se b ut sundep dan jika terjadi pada s aa t b er b ung a , d i se b ut b eluk .Sampai saat ini belum ada varietas yang tahan penggerek batang. Oleh karena itu gejalaserangan hama ini perlu diwaspadai, terutama pada pertanaman m us i m h uj a n . Waktutanam yang tepat, merupakan cara yang efektif untuk menghindari serangan penggerekbatang. Hindari penanaman pada bulan-bulan D ese mb er-J a

nu a r i , karena suhu,kelembaban, dan curah hujan pada saat itu sangat cocok bagi perkembangan penggerekbatang, sementara tanaman padi yang baru ditanam, sangat sensitif terhadap hama ini.Tindakan pengendalian harus segera dilakukan, kalau > 10% rumpun memperlihatkangejala sundep atau beluk. Insektisida yang efektif terhadap penggerek batang tersedia di kios-kios sarana pertanian,terutama yang berbahan aktif: y karbofuran, y bensultap, y karbosulfan, y dimenhipo, y amitraz, dan y fipronil. Sebelum menggunakan suatu produk pestisida, baca dan pahami informasi yang terterapada label. Kecuali untuk kupu-kupu yang banyak beterbangan, jangan memakai pestisidasemprot untuk sundep dan beluk.

Rekomendasi Pengendalian OPT Padi


Secara umum upaya penekanan OPT tanaman padi pada beberapa OPT penting diantaranya melalui antisipasi peningkatan luas dan intensitas serangan OPT dianjurkan langkah-langkah pengendalian sebagai berikut : Daerah rawan serangan Tikus

Pengamatan mingguan Sanitasi lingkungan yang menjadi tempat persembunyian Tikus dan dilakukan secara terus menerus Pelestarian musuh alami Pengemposan asap belerang pada lubang aktif Pemasangan perangkap Tikus, antara lain bambu, selain tempat persembunyian juga dapat memudahkan dalam pemasangan umpan beracun Pengeringan secara berkala Pengumpanan dengan racun antikoagulan pengamanan persemaian dengan menggunakan pagar plastik Pada pertanaman muda agar dilakukan gerakan pengasapan belerang secara rutin pada areal yang luas sampai populasi tikus tertekan. Pemasangan perangkap tikus (Gerakan 1000 bambu) dengan ukuran bungbung bambu 1,5 m (pada galengan sawah)

Daerah rawan serangan penggerek batang


Pengamatan mingguan Pengumpulan kelompok telur (terutama di persemaian), untuk selanjutnya diinkubasikan agar parasitoid yang muncul dapat dilepaskan kembali Pelepasan parasitoid Trichogramma sp Pemasangan lampu perangkap (petromak atau lampu listrik) untuk penangkapan ngengat dikombinasikan dengan pemasangan bak berisi air yang dicampur dengan minyak tanah dengan perbandingan 40 : 1 Eradikasi selektif tanaman terserang dengan pencabutan dan pemusnahan beluk segar sampai bagian bawah malai untuk menekan populasi larva Penggunaan insektisida efektif yang dianjurkan pada spot-spot serangan bila ditemukan gejala sundep > 6% pada fase vegetatif dan Beluk > 10% pada fase generatif pengumpulan kelompok telur (terutama di persemaian), untuk selanjutnya diinkubasikan agar parasitoid yang muncul dapat dilepaskan kembali pelepasan parasitoid Trichogarmma sp. pemasangan lampu perangkap (petromak atau lampu listrik) untuk penangkapan ngengat dikombinasikan dengan pemasangan bak berisi air yang dicampur dengan minyak tanah denga perbandingan 40:1 eradikasi selektif tanaman terserang dengan pencabutan dan pemusnahan beluk segar sampai bagian bawah malai untuk menekan populasi larva penggunaan insektisida efektif yang dianjurkan pada spot-spot serangan bila ditemukan gejala sundep >6% pada vase vegetatif dan beluk >10% pada vase generatif

PENGGEREK BATANG PADI a. Pada pertanaman yang menjelang dipanen, agar waspada untuk musim gadu berikutnya sehingga pada saat panen memotong rumpun serendah mungkin, pengolahan tanah diikuti penggenangan lahan agar larva yang tunggul musnah, sebar padi pada saat tidak ada penerbangan ngengat penggerek batang. b. Pada pertanaman muda penggunaan insektisida yang diizinkan apabila serangan sundep mencapai > 6%. c. Apabila pertanaman keluar malai dan muncul beluk agar dicabut dan larva yang terbawa segera dimusnahkan. d. Untuk dipersemaian supaya dilaksanakan gerakan pengumpulan kelompok telur, pemasangan lampu perangkap ngengat dikombinasikan dengan pemasangan bak berisi air yang dicampur minyak tanah dengan perbandingan 1:40 serta eradikasi selsktif tanaman terserang Rekomendasi Pengendalian Penggerek Batang Padi Langkah-langkah pengendalian sebagai berikut :

Pengamatan mingguan, Pelestarian musuh alami dengan cara menghindarkan penggunaan pestisida bukan anjuran, Pengumpulan kelompok telur(terutama dipersemaian), untuk selanjutnya diinkubasikan agar parasitoid yang muncul dapat dilepaskan kembali, Pelepasan parasitoid Trichoderma sp, Pemasangan lampu perangkap (petromak atau lampu listrik)

Daerah rawan serangan BLB


Pengamatan mingguan Sanitasi inang pada saluran-saluran irigasi Sanitasi pertanaman dari sisa-sisa tanaman sakit Hindari penggenangan terlalu dalam Perbaikan drainase Pengeringan secara berkala untuk mengurangi kelembaban iklim mikro di sekitar tanaman Pemanfaatan agens hayati Corynebacterium sp., mulai dari perendaman benih, persemaian umur 10 hss, pertanaman umur 14 hst, 28 hst dan 42 hst dengan konsentrasi 10 ml/Liter

5 ekor/m2 pada fase primordia - berbunga (tanaman tua), dan > 10 ek/m2 pada fase pengisian bulir panen (pematangan bulir) Daerah rawan serangan Tungro : pengamatan lebih intensif oleh petani dan petugas pemusnahan tanaman yang terserang virus tungro (eradikasi selektif) sanitasi rerumputan yang merupakan inang vektor serta pemusnahan sumber infeksi lain seperti singgang pengendalian vektor dengan agens hayati Beauveria sp. pestisida nabati dengan bahan aktif Azadirachtin atau penggunaan pestisida kimia anjuran apabila ditemukan popiulasi vektor

(Wereng Hijau) di daerah terserang melaksanakan pengolahan tanah dengan segera (tidak meninggalkn singgang) pada areal terserang untuk menekan sumber infeksi. Daerah rawan serangan WERENG BATANG COKLAT pengamatan lebih intensif oleh petani dan petugas pengeringan lahan secara berkala, yaitu 1 hari diairi dan 3-4 hari dikeringkan untuk merubah iklim mikro sekitar tanaman padi pemanfaatan agens hayati Metarhizium sp atau Beauveri sp atau pestisida nabati, sesuai potensi daerah apabila populasi masih rendah menghindarkan penanaman varietas rentan seperti Cisadane, Cilamaya Muncul dan Lokal penggunaan insektisida yang diizinkan dan efektif bila populasi telah mencapai 10 ek/rp pada umur tanaman kurang dari 40 hst, dan 20 ek/rp pada tanaman lebih dari 40 hst hindari penggunaan pestisida bukan anjuran Pengamatan secara rutin untuk melihat perkembangan populasi pada tanaman muda atau pesemaian. Penggunaan insektisida yang diizinkan dan efektif pada populasi >10 ekor/rumpun tanaman berumur <40 HST atau populasi > 20 ekor/rumpun tanaman berumur > 40 HST Daerah rawan serangan Blas : pengamatan lebih intensif oleh petani dan petugas pengeringan secara berkala untuk mengurangi kelembaban sekitar tanaman pembenaman jerami sakit sampai membusuk yang dilakukan sambil pengolahan tanah penggunaan benih sehat penggunaan varietas tahan pengaturan jarak tanam sistem legowo pemberian pupuk K dapat menekan serangan penggunaan agens hayati Corynebacterium sp. penggunaan fungisida efektif dan diizinkan pada 2 minggu sebelum keluar malai apabila telah ada gejala pada daerah endemis GANJUR Pertanaman muda yang terserang ganjur (Kecamatan Krangkeng dan Bongas) dengan intensitas serangan > 10% dan tingkat parasitasi < 50% segera gunakan insektisida sistemik yang efektif dan diizinkan. BRS a. Pada pertanaman muda, agar melakukan pengaturan pengairan di lahan sawah (3 hari diari 4 hari airnya dibuang) b. Pada pertanaman muda, jangan melakukan pemupukan N yang berlebihan, dipupuk sesuai anjuran (berimbang, tepat jenis, waktu dan dosis). c. Pada pertanaman tua, agar lebih waspada untuk pertanaman padi musim gadu dengan budidaya tanaman yang sesuai anjuran (diantaranya penggunaan pupuk organik + anorganik sesuai anjuran setempat). Rhizoctonia solani (Penyakit Hawar Pelepah) Pada pertanaman tua, perlu mewaspadai pada musim berikutnya (gadu) dengan antisipasi sebagai berikut: - Pemupukan berimbang sesuai anjuran setempat - Perbaikan sistem pembuangan air - Pengeringan berkala yaitu 1 hari diari 3-4 hari dikeringkan - Penggunaan fungisida apabila dijumpai gejala serangan lap . / ` class=MsoNormal style='mso-list:l1 level1 lfo2'>LUAS PENGENDALIAN adalah luas tanaman pada lahan terserang yang diberi perlakuan dengan berbagai cara pengendalian, antara lain : fisik/mekanik, hayati, dan penggunan pestisida. AMBANG PENGENDALIAN adalah intensitas serangan atau tingkat populasi yang melandasi keputusan untuk mengambil tindakan pengendalian guna mencegah meningkatnya serangan ke tingkat kerugian ekonomi. ERADIKASI adalah tindakan pemusnahan terhadap tanaman atau sisa/bagian tanaman terserang dan benda lain yang menyebabkan tersebarnya opt dengan dicabut atau dibabat dibenamkan kedalam tanah di lokasi tertentu. Eradikasi dapat dilaksanakan secara selektif atau total. EKSPLOSI adalah serangan opt yang sifatnya mendadak, populasinya berkembang sangat cepat, dan menyebar luas dengan cepat. TANAMAN TERANCAM adalah pertanaman disekitar sumber seranggan dan atau areal lain yang mempunyai kemungkinan terserang dengan mempertimbangkan rasio populasi opt dan musuh alaminya, ketahanan varietas, umur tanaman, dan faktor linggkungan lainnya. Luas

tanaman terancam dilaporkan dalam laporan peringgatan dini dan laporan eksplosi, tetapi tidak dalam laporan setengah bulanan. KERUSAKAN MUTLAK adalah kerusakan tanaman/bagian tanaman yang ditimbulkan eleh serangan opt sehingga menyebabkan tanaman/ bagian tanaman tersebut tidak menghasilkan. KERUSAKAN TIDAK MUTLAK adalah kerusakan tanaman/bagian tanaman yang ditimbulkan oleh serangan opt sehingga menyebabkan tanaman/bagian tanaman tersebut masih menghasilkan. PENGELOLAAN HAMA TERPADU adalah suatu cara pendekatan tentang pengelolaan hama dan penyakit yang di dasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi melalui pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. TERKENA BENCANA ALAM adalah total luas kerusakan tanaman karena bencana alam termasuk didalamnya puso. BENCANA ALAM adalah kejadian/peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan & tanah longsor terhadap tanaman pangan. DAMPAK FENOMENA IKLIM adalah dampak perubahan iklim berupa fenomena peningkatan suhu udara, peninggkatan permukaan air laut, perubahan pola curah hujan (gangguan fisiologis ) dan peninggkatan kejadian iklim ekstrim (banjir & kekeringan) terhadap tanaman pangan. KEKERINGAN adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air tanaman selama periode pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak optimal, sehingga menurunkan tingkat produksi tanaman. KEBANJIRAN adalah tergenangnya lahan pertanian selama periode pertumbuhan tanaman dengan kedalaman dan jangka waktu tertentu, sehingga menurunkan tingkat produksi tanaman. LONGSOR adalah perpindahan material pembentuk lereng bergerak ke bawah atau keluar lereng akibat tergangunya kestabilan tanah atau bantuanpenyusun lereng yang merusak pertanaman. ANGIN adalah pergerakan udara yang mengakibatkan kerusakan pertanaman. GANGUAN fisiologis ( suhu, curah hujan, angin, keasaman tanah, salinitas) adalah ganguan langsung maupun tidak langsung dampak fenomena iklim terhadap proses pertumbuhan tanaman, sehingga berpengaruh terhadap fisiologis tanaman. sumber : http://www.infoopt.com/?Rekomendasi

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) PENTING PADA SENTRA TANAMAN PADI SAWAH MT 2010/2011 DAN MT 2011 (Sri Suryani M. Rambe dan Kusmea Dinata)
Diterbitkan pada Thursday, 02 May 2013 10:59

PENDAHULUAN Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor penghambat dalam upaya meningkatkan produktivitas padi di Indonesia. Pada musim hujan 2007/2008, dilaporkan luas serngan penggerek batang padi 64.973 ha, wereng batang coklat 9.906 ha, tikus 44.470 ha, tungro 2.355 ha dan blas 4.707 ha (BBPOPT, 2008). Fenomena tersebutberpotensi menimbulkan gangguan produksi padi nasional. Oleh karena itu, upaya untuk mencapai target produksi padi sebesar 70, 6 juta ton GKG pada tahun 2011 memerlukan dukungan sistem monitoring serangan OPT dan dan pelaporan yang intensif dan berkesinambungan. Pengamatan dan pelaporan OPT merupakan komponen kegiatan perlidungan tanaman. Dari kegiatan tersebut akan dapat diperoleh data kualitatif dan kuantitatif yang berguna sebagai bahan untuk pengambilan keputusan dan langkah-langkah opersioanl pengendalian OPT secara terpadu (Ditlin, 2008). Dalam rangkah penerapan PHT, pengamatan dan pelaporan merupakan kegiatan-kegiatan yang sangat mendasar. Dari kegiatan tersebut diharapkan akan diperoleh gambaran tentang adanya serangan, luas lahan, kepadatan populasi atau intensitas serangan. Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk menentukan beberapa jenis OPT penting pada tanaman padi sawah yang menyerang di Provinsi Bengkulu, serta mendapatkan informasi tentang luas serangan dan intensitas serangan OPT penting tanaman padi sawah pada musim tanam I (MT I) 2010/2011 dan Musim Tanam II (MT II) 2011. METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada setiap kabupaten yang ada di Provinsi Bengkulu dengan mengambil satu wilayah kerja POPT-PHP atau wilayah kecamatan. Waktu pelaksanaan dari MT I tahun 2010/2011 sampai MT II tahun 2011.

Kegiatan yang dilakukan yaitu moni yaitu monitoring berbagai jenis OPT penting pada tanaman padi meliputi intensitas serangan dan luas serangan. Data ini dikumpulkan dari laporan POPT-PHP yang ada disetiap kabupaten di satu wilayah kerja/wilayah kecamatan yang mewakili sentra produksi padi. Tahapan Pelaksanaan
I. 1.Sosialisasi dan koordinasi dengan petugas POPT-PHP setiap kabupaten yang terlibat kegiatan monitoring OPT 2011. Satu orang petugas untuk satu kabupaten/kota dalam satu wilayah kerja/kecamatan. 2.Penentuan petak contoh pengamatan tetap dan pengamatan keliling. Setiap petugas POPTPHP menentukan petak pengamatan tetap dengan cara mengambil 3 unit petak contoh pada perpotongan garis diagonal terpanjang, masing-masing unit contoh diambil 10 rumpun tanaman sampel, kemudiaan di amati seminggu sekali. 3.Pengumpulan data oleh petugas POPT-PHP yang dikirim setiap 2 minggu sekali selama MT I samapi MT II, sesuai pedoman pengamatan dan pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jendral Tanaman Pangan.

II.

III.

Variabel pengamatan
I. 1.Identifikasi OPT penting pada tanaman padi sawah.

Identifikasi dilaksanakan dengan cara mengamati gejala yang ditimbulkan dan melihat tandatanda keberadaan jenis OPT.
I. 2.Luas dan intensitas serangan OPT penting padi sawah.

Luas dan intensitas serangan OPT dilakukan dengan cara menghitung luas serangan OPT penting pada wilayah kerja/kecamatan POPT-PHP, kemudian dihitung intensitas serangannya. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Ditlin,2007):
I. 1.Intensitas serangan mutlak

Keterangan:

A. I : Intensitas serangan

B. n: Jumlah tanaman/bagian tanaman yang rusak C. N: Jumlah seluruh tanaman/bagian tanaman yang diamati

I.

2.Intensitas serangan tidak mutlak

Keterangan: I : intensitas serangan ni : Jumlah sampel pada kategori kerusakan vi : Skor pada sampel N : Jumlah total sampel Z : Skor tertinggi pada katagori serangan Nilai skoring kerusakan: 0 : tidak ada serangan 1 : apabila ada 1/4 bagian tanaman terserang 3 : Apabila ada 1/3 bagian tanaman terserang 5 : Apabila ada 1/2 bagian tanaman terserang 7 : Apabila ada 3/4 bagian tanaman terserang 9 : Apabila ada > bagian tanaman terserang

Tabel 1. Katagori intensitas serangan hama penyakit tanaman padi

Kisaran intensitas serangan hama 0 25% 25 - <50 50 90 % >90%

Katagori

Kisaran intensitas serangan penyakit

Intensitas ringan Intensitas sedang Intensitas berat Puso

< 11% 11 - < 25% 25 - <75% 75 - 100%

Analisa Data Data OPT yang diperoleh dari petugas POPT dianalisis secara statistik deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan dan identifikasi OPT Penting Tanaman Padi Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada petak tetap MT I dan MT II, terdapat enam jenis OPT pentng dari beberapa OPT utama yang menyerang tanaman padi. Keenam jenis OPT tersebut yaitu hama penggerek batang padi, hama tikus, hama walang sangit, hama ulat grayak, penyakit blas, dan penyakit tungro. Data hasil pengamatan disajikan pada tabel 2 dan 3.

Tabel 2. Data luas dan intensitas serangan OPT pentng tanaman padi MT I pada wilayah pengamatan Kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu tahun 2010/2011.
Jenis OPT No Kabupaten/kota/kecamatan L 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kota Bengkulu/Gading Cempaka Seluma/Seluma Selatan Bengkulu Tengah/Taba Penanjung Bengkulu Utara/Argamakmur Bengkulu Selatan/Seginim Kepahiang/Kepahiang Rejang Lebong/Curup Selatan Lebong/lebong selatan Kaur/Kaur Selatan Mukomuko/XIV Koto 6,5 1,0 0,2 0,7 13,0 1,5 PB I R R R R R R L 52,0 UG I R L 5,0 34,0 10,5 12,0 9,0 22,2 1,0 45,0 2,5 WS I R R R R R R R R R L 20,0 10 4,5 1,7 3,0 18,0 TK I R R R R R R L 2,0 5 6,7 3,0 0,5 TG I S R S S R L 3,0 3,0 2,5 5,2 BL I R S R R -

Keterangan: PB : Penggerek batang TK : tikus L : luas serangan (ha) I : Intensitas serangan (%) UG TG R S : Ulat Grayak : Tungro : Intensitas ringan : Intensitas sedang WS : Walang Sangit BL : Blas malai

Tabel 3. Data luas dan intensitas serangan OPT penting tanaman padi pada MT II pada wilayah pengamatan kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu tahun 2011.
No Kabupaten/kota/kecamatan PB L 1 2 3 4 5 Kota Bengkulu/Gading Cempaka Seluma/Seluma Selatan Bengkulu Tengah/Taba Penanjung Bengkulu Utara/Argamakmur Bengkulu Selatan/Seginim 6,5 5,0 I R R L 5,0 UG I S L 1,5 15,0 20 37,5 6,0 WS I R R R R R L 1,0 8,0 15 2,5 12,0 Jenis OPT TK I R R R R R TG L 4,0 7 I S R L BL I -

6 7 8 9 10

Kepahiang/Kepahiang Rejang Lebong/Curup Selatan Lebong/lebong selatan Kaur/Kaur Selatan Mukomuko/XIV Koto

1,0 12,0 1,0

R R R

3,0 70,0 2,5

R R R

1,75 3,0 34,0 -

R R R -

7,0 5,0 10,0 2,5

S S R S

1,2 -

R -

Keterangan: PB : Penggerek batang TK : tikus L : luas serangan (ha) I : Intensitas serangan (%) UG TG R S : Ulat Grayak : Tungro : Intensitas ringan : Intensitas sedang WS : Walang Sangit BL : Blas malai

Serangan hama walang sangit memiliki sebaran yang paling tinggi, terlihat hampir seluruh kabupaten terdapat serangan. Kemudian di ikuti hama tikus, penggerek batang padi, tungro, blas dan terakhir serangan ulat grayak yang hanya terjadi di kabupaten Seluma. Walang Sangit (leptocorisa oratorius) adalah hama yang menyerang tanaman padi setelah berbunga dengan cara menghisap cairan bulir padi, menyebabkan bulir padi hampa atau pengisiannya tidak sempurna. Di indonesia telah dikenal 6 jenis penggerek batang padi, yang terdiri dari 5 jenis famili Pyralidae dan satu jenis famili Noctuiade. Jenis-jenis penggerek batang padi ini memiliki sifat atau ciri yang berbeda dalam penyebaran dan bioekologi, namun hampir sama dalam menyerang dan kerusakan yang ditimbulkannya. Gejala serangan pada masa vegetatif dapat berupa matinya titik tumbuh karena di gerek oleh larva pengerek batang, yang mengakibatkan berkurangnya anakan dan penghambatan pertumbuhan (gejala sundep). Sedangkan pada masa generatif dapat mengakibatkan pembentukan bulir gabah tidak sempurna karena batang pangkal malai digerek oleh larva penggerek batang (gejala beluk) (Ditlin, 2007). Hama tikus merupakan hama yang cukup penting pada tanaman padi, hama ini dapat menyerang pada fase vegetatif dan generatif. Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu dengan

cara mengerat batang tanaman padi, dekat pangkal batang. Gejala berupa terdapat bekas eratan yang berbentuk miring sekitar 45o . Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae gejala penyakit blas dapat ditimbulkan pada daun dan malai (Semangun, 1990; Utami et al, 2006). Gejala pada daun yang sering disebut blas daun (leaf blas), yaitu berupa bercak berbentuk jorong dengan ujungujungnya runcing. Serangan ini dapat menimbulkan kerugian besar pada hampir semua biji pada malai hampa (Semangun, 1990). Penyakit tungro disebabkan oleh virus, yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix virescens. Gejala yang ditimbulkan yaitu terjadinya penghambatan pertumbuhan dan warna daunnya berubah, yang bervariasi dari kuning sampai merah jambu (Semangun, 1990; Ditlin, 2007). Hama ulat grayak dapat menyerang tanaman pada masa vegetatif dan generatif. Gejala serangan dapat berupa bekas gigitan ulat pada daun, pada serangan berat tanaman padi muda terlihat bekas tunggul-tunggulnya saja. Luas serangan OPT penting pada di provinsi Bengkulu Total Luas serangan OPT penting tanaman padi musim tanam 2010/2011 dapat disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Data luas serangan OPT penting tanaman padi sawah pada wilayah pengamatan di Provinsi Bengkulu MT 2010/2011. NO Jenis OPT Luas serangan (ha) Musim Hujan (MT I) R I 2 3 4 Penggerek Batang Ulat Grayak Walang Sangit Tikus 23,0 52,0 141,2 57,2 S B T 23,0 52,0 141,2 57,2 P R 25,5 155,5 77,2 Musim Kering (MT II) S 5,0 B T 25,5 5,0 155,5 77,2 P -

5 6

Tungro Blas

5,5 10,7

11,7 3,0

17,2 13,7

17,0 1,2

18,5 -

35,5 1,2

Keterangan : R : Luas Intensitas Ringan; S : Luas Intensitas Sedang; B : Luas Intensitas Berat ; T : Total terkena; P : Total Puso.

Dari tabel 4 MT I terlihat serangan hama walang sangit total luas serangan paling banyak bila dibandingkan dengan OPT yang lain yaitu sekitar 141,2 ha. Kemudian diikuti dengan serangan hama tikus 57,2 ha, hama ulat grayak 52 ha, penggerek batang padi 23,0 ha, penyakit blas 13, 7 ha, penyakit tungro 17,2 ha. Pada pengamatan MT II terlihat juga hama walang sangit memiliki total luas serangan yang paling banyak yaitu 155,5 ha. Kemudian diikuti hama tikus 77,2 ha, hama penggerek batang 25,5 ha, penyakit tungro 35,5 ha, hama ulat grayak 5,0 ha dan serangan penyakit blas 1,2 ha. Dari total luas serangan terkena pada musim tanam I dan II, luas serangan penggerek batang, walang sangit, tikus dan tungro, terlihat serangan lebih luas pada MT II dibanding pada MT I. Hal ini diduga karena faktor inang, yaitu tersedianya tanaman padi terus menerus atau singgang dan tanaman padi yang tumbuh dari gabah yang tercecer di lapang serta inang alternatif apabila tidak ada penanaman. ( Ditlin, 2007). Maka pada musim selanjutnya serangan bisa lebih tinggi dibanding musim sebelumnya. Untuk hama ulat grayak dan blas total luas serangan terkena pada MT I lebih luas dibandingkan dengan MT II. Hal ini diduga karena pengaruh fenomena iklim yang tidak menentu mengakibatkan adanya ledakan hama ulat grayak (outbreak). Perkembangan dan penyebaran serangan penyakit blas sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan angin, dan tingkat keparahannya lebih disebabkan oleh faktor ketahanan tanaman, pemupukkan N yang tinggi, dan kekeringan (Semangun,1990). Di indonesia walang sangit merupakan hama penting dan dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 50%. Diduga bahwa populasi 100.000 ekor per hektar dapat menurunkan hasil sampai 25%. Hasil penelitian menunjukan populasi walang sangi 5 ekor per 9 rumpun padi akan

menurunkan hasil 15% (Suharto dan Damarrdjah, 1988 dalam Ashikin dan Thamrin, 2003) hubungan antara kepadatan populasi walang sangit dengan penurunan hasil menunjukkan bahwa serangan seekor walang sangit per malai dalam satu minggu dapat menurunkan hasil 27% (BB Padi, 2009). Pada masa tidak ada pertanaman padi atau tanaman padi masih stadia vegetatif, dewasa walang sangit bertahan hidup/berlindung pada berbagai tanaman yang terdapat disekitar sawah. Hama walang sangit memiliki tanaman inang alternatif yaitu tanaman rumput-rumputan antara lain: panicum spp; Andropogonsorgum, digitaria consanguinaria; eluesine coracoma; setaria italica;Cyperus polystachys, paspalum spp; dan pennisetum typhoideum (BB padi,2009). Penggerek batang padi terdapat sepanjang tahun dan menyebar diseluruh Indonesia pada ekosistem padi yang beragam. Kehilangan hasil akibat penggerek batang padi pada stadia vegetatif tidak terlalu besar karena tanaman masih dapat mengkompensasi dengan membentuk anakan baru. Berdasarkan simulasi pada stadia vegetatif, tanaman masih sanggup mengkompensasi akibat oleh penggerek sampai 30%. Gejala serangan pada stadia generatif menyebab malai muncul putih dan hampa yang disebut beluk. Kerugiaan hasil yang disebabkan setiap persen gejala beluk berkisar 1-3% atau rata-rata 1,2%. Kerugian yang besar terjadi bila penerbangan ngengat bersamaan dengan stadia tanaman bunting (BB padi, 2008) Reproduksi atau perkembangbiakan tikus tidak hanya terjadi pada stadia generatif tanaman dimana dalam kondisi tersedia cukup pakan bergizi. Periode reproduksi pendek terjadi pada lokasi areal tanaman serempak, dan sebaliknya reproduksi panjang pada areal tanaman tidak serempak (Mukarani et al, 1992). Jumlah kelahiran tikus pada musim hujan 1-2 kali, sedangkan pada musim kemarau 2-3 kali (Priyono, 2008). Tingginya intensitas serangan hama tikus sangat tergantung dengan jumlah populasi pada suatu musim tanam. Hama ulat grayak merupakan hama yang potensial merusak tanaman padi. Menurut Khalsoven (1991)bahwa eksplosi ulat grayak akan terjadi pada kedua musim peralihan, terutama jika musim kemarau di mulai lebih awal daripada biasanya atau adanya periode kering yang terjadi selama musim hujan. Namun demikian diduga, bahwa temperatur dan kelembaban yang

tinggi pada kedua musim peralihan tersebut memberikan andil dalam menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi ulat grayak untuk tumbuh dan berkembangbiak.

KESIMPULAN
I. 1.Pada sentra-sentra padi sawah di Provinsi Bengkulu ditemukan 6 jenis OPT penting pada tanaman padi yang menyerang yaitu: hama walang sangit, penggerek batang, tikus, tungro, blas dan ulat grayak. 2.Dari hasil observasi lapangan jenis OPT penting pada MT I yaitu: walang sangit, hama tikus, ulat grayak, penggerek batang padi, penyakit blas dan tungro luas serangannya 141,2 ha, 57,2 ha, 52 ha, 23,0 ha, 13,7 ha dan 17,2 ha. Pada pengamatan MT II juga terdapat serangan walang sangit, hama tikus, ulat grayak, penggerek batang padi, penyakit blas dan tungro luas serangannya yaitu: 155,5 ha, 77,2 ha, 5,0 ha, 25,5 ha, 1,2 ha dan 35,5 ha.

II.

DAFTAR PUSTAKA BBPOPT. 2008. Peramalan OPT padi, Jagung Dan Kedelai. Direktorat Perlindungan Tanaman, Direktorat Jendral Tanaman Pangan.

BB Padi.2008. Hama Penggerek Batang Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian.

BB Padi. 2009. Hama Walang Sangit. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian.

Ditlin. 2007a. Pedoman Pengendalian Penyakit Tungro Pada Tanaman Padi. Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan, Jakarta.

Ditlin. 2007b. Pedoman Teknis Pengendalian Hama Penggerek Batang Tanaman Padi. Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan, Jakarta.

Ditlin. 2007b. Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan. Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan, Jakarta.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pers of Crop in Indonesia. Revised and Translated by Van Der Laan,. P.A.P.T. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta.

Mukarano. O, Kirana. V.L.T, Priyono. J, Tristiani. H. 1992. Tikus Sawah. Laporan Akhir Tulisan Ilmiah Kerjasama Teknis Indonesia-Jepang Bidang Perlindungan Tanaman Pangan (ATA-162). Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan, Jakarta.

Priyono. J. 2008. Tikus Sawah dan Pengendaliannya. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Karawang. Jawa Barat.

Semangun, H. 1990. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press.

Utami. D.W, H.Aswidinnoor, S.Moeljopawiroi. Hanarida, dan Reflinur.2006. Pewarisan Ketahanan Penyakit Blas (Pyricularia grisea Sacc) pada Persilangan Padi IR64 dengan Oryza rufipogon. J. Hayati, hlm.107-112 Vol.13, No.3.

You might also like