You are on page 1of 7

Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Yogyakarta, 01 Oktober 2011

ISSN: 0854 - 2910

STUDI EKSPERIMENTAL PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI ALAMIAH PADA SUBBULUH DALAM BERKAS SILINDER VERTIKAL SUSUNAN BUJUR SANGKAR
Joko Supriyadi1, Nathanael P. Tandian2, Efrizon Umar3
SDIIN-DIIBN- BAPETEN, j.supriyadi@gmail.com Teknik Mesin- ITB, n4th4n.tand14an@gmail.com 3 PTNBR-BATAN-BANDUNG, efrizon@batan-bdg@batan.go.id
2 1

ABSTRAK STUDI EKSPERIMENTAL PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI ALAMIAH PADA SUBBULUH DALAM BERKAS SILINDER VERTIKAL SUSUNAN BUJUR SANGKAR. Konveksi alamiah dalam berkas silinder vertikal merupakan mekanisme perpindahan panas yang penting dan banyak digunakan dalam berbagai aplikasi teknik. Sebagai contoh aplikasi tersebut adalah sistem pasif dalam pengambilan panas sisa pada PLTN generasi baru. Oleh karena itu korelasi perpindahanan panas perlu dikembangkan untuk rejim konveksi alamiah pada berkas silinder vertikal. Beragam studi perpindahan panas dalam berkas silinder vertikal telah dilakukan namun hanya sedikit yang mencakup kondisi aliran yang masih berkembang baik secara termal maupun hidrodinamik. Penelitian ini melakukan studi terhadap konveksi alamiah dengan fluida air pada berkas silinder vertikal susunan bujur sangkar dengan rasio P/D sebesar 1,16. Korelasi dibuat dengan diameter hidrolik sebagai panjang karakteristik. Dalam penelitian rejim konveksi alamiah memiliki bilangan Rayleigh yang bervariasi dari 1,96 x 108 hingga 2,7 x 109. 1. Korelasi yang

D diperoleh adalah Nu = 0,03Ra* h d

0,458

atau Nu = 0,01(Ra *)

0, 5

Dh x

0, 354

Kata kunci: konveksi alamiah, korelasi empiris, aliran masih berkembang

ABSTRACT EXPERIMENTAL STUDY OF NATURAL CONVECTION IN SUBCHANNELS OF VERTICAL ROD BUNDLE WITH A SQUARE ARRAY. Natural convection in vertical rod bundles are important heat transfer mechanisms and widely used in many engineering applications. Examples of such applications are passive systems of decay heat removal of advanced nuclear power plant. Therefore, heat transfer correlations are important to be developed for natural convection regimes in vertical rod bundles. Numerous studies of heat transfer in rod bundles have been conducted, but there is almost no correlation in scope of thermally or hydrodynamically developing flows. Experimental study on natural convection has been done in this research in a square configured of cylinders having P/D ratios of 1.16. The hydraulic diameter of the sub-channel is used as characteristic length. In the experiment, the natural convection regime Rayleigh number varies from
D h 1.96 109 x to 2.70 x 109. The correlation resulted from this experiment is Nu = 0,03 Ra * d
0 , 458

or Nu = 0,01(Ra *)0,5

Dh x

0 , 354

Keywords: natural convection, empirical correlation, developing flow.

1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagian besar reaktor nuklir menggunakan berkas silinder sebagai konfigurasi elemen bahan bakar, begitu pula penukar panas dan sistem keselamatan pasif yang mulai banyak dikembangkan. Untuk menjamin keselamatan reaktor, batang-batang silinder tersebut harus dijaga integritasnya baik dalam kondisi operasi normal atau saat terjadi insiden atau kecelakaan.

343

Studi Eksperimental Perpindahan Panas Konveksi Alamiah Pada Subbuluh... Joko Supriyadi, Nathanael P. Tandian, Efrizon Umar

ISSN: 0854 - 2910

Salah satu aspek yang penting dalam keselamatan adalah kemampuan fluida dalam mengambil panas yang dihasilkan oleh bahan bakar reaktor nuklir. Kemampuan tersebut harus tetap dijaga cukup tinggi untuk mempertahankan integritas kelongsong bahan bakar sebagai penahan zat radioaktif di dalamnya. Salah satu hal yang perlu dihindari adalah tercapainya Critical Heat Flux (CHF) yakni kondisi di mana permukaan kelongsong terselimuti uap. Dalam hal ini walaupun perpindahan panas meningkat pada kondisi mendidih, namun ketika permukaan kelongsong terselimuti uap sepenuhnya temperatur permukaan kelongsong bisa meningkat tiba-tiba dan panas hanya dipindahkan melalui konveksi dalam fase uap dan radiasi (Glasstone dan Sesonske, 1981). Oleh karena itu pengetahuan tentang koefisien perpindahan panas antara fluida pendingin dengan permukaan kelongsong merupakan hal yang penting dalam keselamatan. Sayangnya korelasi empirik yang saat ini tersedia sebagian besar hanya sesuai untuk kondisi aliran yang sudah berkembang penuh (fully developed) padahal sebagaimana diketahui pada daerah pemasukan aliran (entrance region) aliran masih berkembang (developing) baik secara termal maupun hidrodinamik. Sebagaimana diketahui, fenomena kondisi aliran yang masih berkembang tidak bisa diabaikan untuk beberapa aplikasi teknik. Sebagai contoh adalah operasi reaktor nuklir pada tekanan dan temperatur rendah, misalnya pada teras reaktor riset, sistem pendinginan pasif, dan pendinginan jangka panjang pada reaktor daya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan korelasi empirik yang memberikan koefisien perpindahan panas subbuluh dalam kondisi aliran air yang masih berkembang dan belum berkembang penuh di dalam subbuluh.

1.2. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan korelasi empirik perpindahan panas untuk subbuluh pada berkas silinder vertikal susunan bujur sangkar dalam keadaan aliran alamiah, saat aliran masih berkembang dan belum berkembang penuh secara termal dan hidrodinamik. 1.3. BATASAN MASALAH Penelitian ini menggunakan air sebagai fluida pengambil panas pada berkas silinder pemanas vertikal yang disusun dalam konfigurasi bujur sangkar. Konfigurasi tersebut memiliki perbandingan jarak pitch dengan diameter (P/D) yang seragam sebesar 1,16, di mana masing-masing pemanas mengeluarkan fluks panas yang seragam di sepanjang permukaannya. 1.4. TINJAUAN PUSTAKA Davis dan Perona (1973) melakukan analisis numerik dengan metode beda-hingga terhadap Pers. lapisan batas dari aliran konveksi alamiah yang terjadi pada berkas silinder vertikal. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa untuk konveksi alamiah pada berkas silinder, bilangan Nusselt lokal sangat tergantung pada rasio P/D. Analisis numerik tersebut dilakukan pada aliran yang sudah berkembang penuh dengan rasio P/D pada kisaran . Profil bilangan Nusselt yang diperoleh dari analisis numerik tersebut dibandingkan dengan hasil eksperimen untuk P/D sebesar 1,68 dan 2.
344

Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Yogyakarta, 01 Oktober 2011

ISSN: 0854 - 2910

Keyhani dkk. (1985) melakukan penelitian terhadap konveksi alamiah yang terjadi pada berkas silinder 3 x 3 dan 5 x 5 dalam cangkang (shell) silinder dengan menggunakan fluida berupa udara, helium dan air. Untuk berkas silinder 5 x 5, diameter silinder adalah 19,1 mm dengan panjang yang dipanaskan 1,765 m. Sementara untuk berkas silinder 3 x 3, diameter silinder adalah 6,35 mm dengan panjang yang dipanaskan 0,876 m. Diameter cangkang yang digunakan adalah sebesar 82,5 mm. Panjang karakteristik yang digunakan dalam membuat korelasi adalah diameter cangkang. Korelasi yang diperoleh untuk berkas silinder 3 x 3 untuk fluida udara dan helium ditunjukkan
5

dalam

Pers.
7

(1) .

yang

berlaku

pada

kisaran

bilangan

Rayleigh

1, 2 x10 Ra 4 ,5 x10

Nu = 0,072 Ra 0 , 332
helium ditunjukkan
6

(1)

Sementara itu, korelasi yang diperoleh untuk berkas silinder 5 x 5 untuk fluida udara dan dalam
9

Pers.

(2)

yang

berlaku

pada

kisaran

bilangan

Rayleigh

1,48 x10 Ra 1,06 x10 .

Nu = 0,095 Ra 0 , 323

(2)

Korelasi untuk udara dan helium tersebut dibuat untuk masing-masing diameter silinder yang berbeda. Hal ini berbeda untuk air, dimana penelitinya membuat korelasi tunggal bagi diameter silinder yang berbeda sebagaimana ditunjukkan dalam Pers. (3).

Nu = 0,095Ra0,323
Pers. (3) di atas berada dalam kisaran bilangan Rayleigh 6,5x106 Ra 1,4 x108 .

(3)

El-Genk dkk. (1993) melakukan penelitian terhadap konveksi pada berkas silinder vertikal susunan bujur sangkar baik untuk konveksi paksa, alamiah, maupun gabungan. Korelasi yang diperoleh untuk konveksi alamiah ditunjukkan dalam Pers. (4) dan (5).

Nu NL = 0,178 (Ra *)

0 , 27

(4) (5)

NuNL = 0,057(Ra*)

0, 27

Pers. (4) berlaku untuk P/D=15 dengan rentang bilangan Rayleigh 4 x 106 Ra 3 x 108. Sementara itu Pers. (5) berlaku untuk P/D=1,25 dan 1,38 dengan rentang bilangan Rayleigh masingmasing dalam rentang bilangan Rayleigh 6 x 105 Ra 9 x 107 dan 3 x 106 Ra 2 x 108. 2. TATA KERJA Pengujian ini menggunakan 16 buah silinder berdiameter 3,8 cm, di mana hanya empat silinder tengah yang membentuk subbuluh yang akan diteliti yang akan dipanaskan secara elektrik, selebihnya adalah dummy. Keenambelas silinder tersebut disusun dengan rasio pitch/diamter (P/D) sebesar 1.16 dan dimasukkan ke dalam seksi uji utama dengan tampang lintang 17,6 cm x 17,6 cm. Seksi uji utama yang memiliki tinggi 120 cm tersebut memiliki tiga lubang di tiap sisinya untuk sirkulasi air. Lihat Gambar 1.

345

Studi Eksperimental Perpindahan Panas Konveksi Alamiah Pada Subbuluh... Joko Supriyadi, Nathanael P. Tandian, Efrizon Umar

ISSN: 0854 - 2910

Silinder pemanas panjangnya 60 cm dengan bagian aktif sepanjang 40 cm. Sisa 20 cm di bagian hilir (downstream) tidak dipanaskan agar kecepatan air tidak langsung drop begitu keluar dari bagian yang dipanaskan. Di dalam silinder pemanas terdapat elemen pemanas berupa kawat berbahan kanthal yang dililitkan pada keramik sebagai penyangga. Setiap pemanas maksimum mampu dialiri listrik 6 kW yang dipasok dari jala-jala PLN melalui regulator. Pada bagian aktif diletakkan 7 buah termokopel tipe K untuk mengukur temperatur secara vertikal. Tegangan listrik yang dihasilkan temokopel dikonversi menjadi satuan derajat Celsius dengan menggunakan data Squirrel Meter/Logger merk Grant model 1205 tipe 00410. Dalam penelitian ini, dari pipa inlet berdiameter 1 inch dimasukkan ke dalam seksi uji air dengan kecepatan 0,1 m/s agar temperatur air tidak naik terus. Variasi daya untuk tiap pemanas adalah 0,5 kW; 1,0 kW; 1,5 kW; 2,0 kW; dan 2,5 kW yang masing-masing setara dengan fluks panas pada permukaan silinder 10,5 kW/m2; 20,9 kW/m2; 31,4 kW/m2; 41,9 kW/m2; dan 52,4 kW/m2.

(a) Keterangan: satuan dalam mm

(b)

Gambar 1. (a). Potongan horisontal desain perangkat uji, (b) Potongan vertikal desain perangkat uji Untuk setiap fluks panas, temperatur air dan pemanas dipantau hingga diperoleh keadaan tunak baru dilakukan pengambilan data temperatur air di sub buluh (Tb) dan di permukaan pemanas (Ts) pada ketinggian yang berkesesuaian. Tentang metode dan peralatan, lebih lengkapnya ada dalam Joko Supriyadi, 2010. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, sifat fisik air dievaluasi pada temperatur film yakni rerata dari temperatur permukaan pemanas dengan temperatur air. Sementara itu dimensi karakteristik yang digunakan adalah diameter hidrolik.

346

Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Yogyakarta, 01 Oktober 2011

ISSN: 0854 - 2910

Profil koefisien perpindahan panas dan profil nilai bilangan Nusselt dalam arah aksial ditunjukkan oleh Gambar 2 dan Gambar 3. Nilai koefisien perpindahan panas dan bilangan Nusselt menurun dan kemudian naik lagi di bagian hulu. Keanehan profil nilai perpindahan panas dan bilangan Nusselt tersebut terjadi karena telah terjadi turbulensi pada bagian atas/hilir subbuluh. Sebagaimana diketahui bahwa kemunculan turbulensi akan mengakibatkan peningkatan koefisien perpindahan panas. Fenomena turbulensi tersebut juga menjadi penjelas mengapa beda temperatur di bagian atas subbuluh menurun. Walaupun di bagian atas subbuluh telah terjadi turbulensi, kecenderungan koefisien perpindahan panas dan bilangan Nusselt yang belum melandai seiring dengan peningkatan ketinggan sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 2 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa aliran alamiah yang terjadi masih berkembang dan belum berkembang penuh. Oleh karena itu panjang tak berdimensi Dh/x digunakan dalam membuat korelasi perpindahan panas.

Gambar 2. Koefisien perpindahan panas pada berbagai fluks panas pengujian konveksi alamiah.

Gambar 3. Nilai bilangan Nusselt pada berbagai fluks panas pengujian konveksi alamiah. Dalam konveksi alamiah, karena gaya apung yang menghasilkan aliran maka bilangan Nusselt dikorelasikan dengan bilangan Rayleigh. Akan tetapi, karena dalam pengujian ini fluks panas bernilai konstan maka yang digunakan adalah bilangan Rayleigh termodifikasi Ra*. Bilangan Rayleigh termodifikasi adalah perkalian bilangan Grashof termodifikasi dengan bilangan Prandtl:

Ra * = Gr * Pr

(6)

347

Studi Eksperimental Perpindahan Panas Konveksi Alamiah Pada Subbuluh... Joko Supriyadi, Nathanael P. Tandian, Efrizon Umar

ISSN: 0854 - 2910

dengan bilangan Grashof termodifikasi dirumuskan dalam Pers. (7).


Gr * = g qD k
2 4 h

(7)

Dalam penelitian ini ada dua bentuk Pers. korelasi yang dicoba untuk digunakan, yakni
D Dh dengan a, b, dan c merupakan konstantabentuk Nu = a (Ra *)b h dan bentuk Nu = a (Ra *) x
x
c
b

konstanta yang ditentukan dengan regresi data pengujian. Korelasi yang diperoleh ditampilkan dalam Pers. (8) dan Pers. (9).
0,5 D Nu = 0,01(Ra *) h x 0 , 354

(8)

D Nu = 0,03 Ra * h x

0 , 458

(9)

Kedua korelasi dalam Pers. (8) dan Pers. (9) masing-masing diperoleh dengan melakukan regresi atas log Nu dengan log Ra * dan
Dh log x

dan regresi atas

log Nu dengan

D log Ra * h x

yang

menghasilkan koefisien determinasi R2 sebesar 0,77 untuk Pers. (8) dan 0,75 untuk Pers. (9). Korelasi tersebut juga ditampilkan secara grafik dalam Gambar (4) dan Gambar (5). Rentang bilangan Rayleigh termodifikasi dalam Pers. (8) dan (9) adalah dari 1,96 x 108 sampai dengan 2,7 x 109.

Gambar 4. Data perpindahan panas dan korelasi rejim konveksi alamiah dalam bentuk
D persamaan Nu = aRa b h x
c

Gambar 5. Data perpindahan panas dan korelasi rejim konveksi alamiah dalam bentuk
D persamaan Nu = a Ra h x
b

348

Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Yogyakarta, 01 Oktober 2011

ISSN: 0854 - 2910

4. KESIMPULAN Penelitian perpindahan panas telah dilakukan untuk konveksi alamiah dengan fluida air pada sub buluh yang dibentuk oleh silinder pemanas yang disusun secara vertikal dengan konfigurasi bujursangkar. Konfigurasi tersebut memiliki rasio pitch/diameter sebesar 1,16. Data perpindahan panas dikorelasikan dengan panjang karakteristik berupa diameter hidrolik dan sifat fisik air dievaluasi pada temperatur film. Ditemukan fenomena turbulensi di bagian atas/ hilir subbuluh walaupun aliran masih berkembang secara termal maupun hidrodinamik. Dalam penelitian ini diperoleh korelasi perpindahan panas konveksi alamiah sebagai berikut
0 , 458

Nu = 0 , 03 Ra

D * h x

atau
8

0,5 D Nu = 0,01(Ra *) h x

0 , 354

Untuk bilangan Rayleigh termodifikasi 1,96 x 10 Ra 2,7 x 109.

DAFTAR PUSTAKA [1]. [2]. [3]. Glassstone, S., Sesonske, A. (1981), Nuclear Reactor Engineering, Van Nostrand Reinhold Company. Davis, L.P. dan Perone, J.J. (1973): Development of Free Convection Axial Flow Through a Tube Bundle, International Journal of Heat and Mass Transfer, 16, 1425-1438. Keyhani, M., Kulacki, F.A., dan Christensen, R.N. (1985): Experimental Investigation of Free Convection in a Vertical Rod Bundle - A General Correlation for Nusselt Numbers, Journal of Heat Transfer, Vol. 107, 611-623. [4]. El-Genk, M.S, Su, B., Guo, Z. (1993), Experimental Studies of Forced, Combined and Natural Convection of Water in Vertical Nine-Rod Bundles with A Square Lattice, International Journal of Heat and Mass Transfer, Vol 36, no. 9, 2359-2374. [5]. Supriyadi, J., Studi Eksperimental Perpindahan Panas Konveksi Paksa, Alamiah, Dan Gabungan Pada Subbuluh Dalam Berkas Silinder Vertikal Susunan Bujur Sangkar, Tesis Program Magister, Institut Teknologi Bandung, 2010.

349

You might also like