You are on page 1of 2

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain trauma, karies, penyakit periodontal (Upadhyaya, 2009) dan iatrogenik (Sanya et al, 2004). Apabila gigi yang hilang tidak diganti, kehilangan gigi akan menyebabkan gangguan fungsi fonetik (Giovannetti et al, 2009), mastikasi, dan estetik serta menyebabkan perubahan tulang alveolar. Kehilangan gigi depan atas dapat menyebabkan kelainan bicara serta menjadi buruknya penampilan (loss of appearance) (Deshraj & Shakya, 2012), gigi akan kehilangan kontak dengan tetangganya, demikian pula gigi akan kehilangan lawan gigitnya sehingga bila gigi sudah tidak mempunyai antagonis lagi maka akan terjadi pergeseran, miring atau berputarnya gigi, dan erupsi berlebih (overeruption) (Mahoorkar et al, 2010). Untuk memperbaiki gangguan fungsi di atas, maka kehilangan gigi tersebut harus digantikan dengan gigi tiruan. Gigi tiruan dapat membantu seseorang yang mengalami kehilangan gigi sebagian atau seluruh gigi untuk mengembalikan fungsi dan estetik yang hilang. Secara umum gigi tiruan dapat dibedakan atas implan, gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan tetap. Gigi tiruan lepasan terdiri atas gigi tiruan lengkap (GTL) dan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL). Pemilihan macam gigi tiruan tergantung pada kasus yang penderita alami, yang harus disesuaikan dengan indikasi dan kontraindikasi pada masing-masing gigi tiruan. Pada kasus ini, penderita wanita berusia 50 tahun, tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga ingin membuatkan gigi tiruan di klinik RSGM untuk mengganti giginya yang ompong. Penderita mengalami kehilangan seluruh gigi pada rahang atas (RA) dan kehilangan sebagian gigi pada rahang bawah (RB) di regio kiri yaitu gigi 35,36,37, dan dan regio kanan yaitu gigi 47. Oleh karena kehilangan gigi di rahang bawah merupakan bilateral free end, maka hal ini termasuk klasifikasi Kennedy klas I.

Setiap gigi tiruan yang dipasang dalam rongga mulut memiliki resiko merusak kesehatan gigi dan jaringan pendukung, kerusakan ini dapat diperkecil dengan membuat desain yang tepat dan dengan menginstruksikan pasien tentang cara menjaga kebersihan mulut dan gigi tiruannya. Oleh sebab itu, rencana pembuatan desain merupakan salah satu tahap penting dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah GT (Gunadi et al., 1995).

1.2 Tujuan Untuk mengetahui rencana perawatan, perawatan utama, serta perawatan alternatif kasus edentulous rahang atas dan kasus Kennedy kelas I pada rahang bawah.

1.3 Manfaat Mahasiswa dapat menentukan desain suatu gigi tiruan, rencana perawatan, perawatan utama, serta perawatan alternatif kasus edentulous rahang atas dan kasus Kennedy kelas I pada rahang bawah.

You might also like