You are on page 1of 7

MAKALAH PATOLOGI KLINIK

STEATORRHEA

Oleh : Antonius Satriyo Adhi P. Albertus Dimas Aji Putra Clara Sita Rahmi Sekundarini 41100065 41100072 41100084

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak dari bagian tubuh yang dapat dilakukan pemeriksaan. Secara umum pemeriksaan pada tubuh dapat dibagi menjadi 3, yaitu pemeriksaan cairan tubuh, pemeriksaan agen, dan pencitraan. Pemeriksaan tinja merupakan salah satu dari sekian banyak cairan tubuh. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui banyak gambaran di dalam tubuh. Salah satu keadaan yang dapat dijelaskan adalah steatorrhea dimana terdapat lemak yang banyak pada tinja. Dari spesimen tersebut dapat dilihat mengenai keadaan makroskopis, mikroskopis, dan kandungan pada tinja tersebut dan dari hasil pemeriksaannya maka dapat diketahui bahwa apa saja gangguan yang terdapat pada seseorang. Tapi pemeriksaan hanya dari satu spesimen saja terkadang tidak cukup untuk menjelaskan. Oleh karena itu perlu diambil spesimen lain yang akan memperkuat seperti misalnya darah dan kemudian didukung oleh pemeriksaan penceritaan untuk mengetahui keadaan organ yang terkena dan pemeriksaan agen untuk mengetahui tindakan yang diperlukan dalam penatalaksanaan.

B. Tujuan - Mahasiswa mampu mengidentifikasi gambaran klinik dan laboratorik steatorrhea. - Mahasiswa mampu mengerti dan memahami penyakit yang berhubungan dengan steatorrhea.

II. PEMBAHASAN A. Pengertian Steatorrhea adalah jumlah lemak yang berlebihan dalam feses seperti pada sindrom malabsorbsi. Steatorrhea ini terlihat berminyak, berwarna terang, berbau busuk, lembek, dan berjumlah banyak serta sulit untuk disiram. Kejadian steatorrhea yang bersifat sementara biasanya terjadi karena perubahan diet (mengonsumsi jojoba oil tidak dapat dicerna, minyak ikan, obat yang mencegah absorbsi lemak obat diet), malabsorbsi lemak maupun infeksi gastrointestinal. Sedangkan steatorrhea yang presisten dapat terjadi pada penyakit pankreas, empedu, dan liver. Steatorrhea sering berhubungan dengan penyakit diare kronik, di mana pada penyakit ini salah satu penyebab mayornya adalah malabsorbsi lemak. Malabsorbsi lemak tersebut dapat membuat tinja berminyak, berbau busuk, sulit untuk disiram dan hal-hal tersebut sering dikaitkan dengan penurunan berat badan dan kekurangan gizi karena diiringi dengan malabsorbsi asam amino dan vitamin. Pada keadaan tersebut, steatorrhea didefinisikan sebagai tinja berlemak yang jumlahnya lebih dari pengeluaran tinja normal (normalnya 7 gram/hari) dengan disertai penyakit intestinal dan insufisiensi eksokrin pankreas. Gangguan pencernaan/maldigesti/ malabsorbsi intraluminal, malabsorbsi mukosa, ataupun obstruksi limfatik dapat memproduksi steatorrhea. Gangguan pencernaan/maldigesti/malabsorbsi intraluminal paling sering disebabkan oleh insufisiensi eksokrin pankreas, yang terjadi ketika > 90 % fungsi sekresi pankreas hilang. Fungsi pankreas adalah mengeluarkan enzim lipase yang berfungsi untuk meengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Selain itu, gangguan pencernaan intraluminal juga dapat disebabkan oleh: obstruksi saluran pankreas yang juga dapat menyebabkan berkurangnya sekresi enzim pankreas; Berkurang serta kelainan sintesis dan sekresi empedu yang dapat disebabkan obstruksi saluran empedu, sirosis maupun gangguan hepar dan empedu lainnya. Fungsi empedu adalah

mencerna lemak. Oleh karena itu, kehilangan fungsi-fungsi tersebut dapat membuat lemak tak tercerna dan tetap keluar bersama tinja. Malabsorbsi mukosa biasanya karena inflamasi mukosa usus yang salah satu penyebabnya adalah infeksi mukosa usus, misal oleh parasit. Inflamasi tersebut menyebabkan atrofi vili usus yang nantinya memiliki dampak malabsorbsi lemak, protein, dan vitamin sehingga berhubungan dengan defisiensi nutrisi dan berkurangnya berat badan. Malabsorbsi mukosa juga terjadi pada celiac disease atau gluten-sensitive enteropathy, yaitu penyakit yang diakibatkan karena saluran digesti tidak dapat mentoleransi gliadin (alkohol yang mengandung larutan gluten), di mana larutan gluten banyak terkandung dalam gandum. Celiac disease tersebut memiliki gambaran khas atrofi vili usus. Postmukosal limfatik adalah penyakit bawaan yang jarang terjadi. Sedangkan postmukosal limfatik sekunder dapat terjadi karena trauma, tumor, maupun infeksi. Hal tersebut juga dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya malabsorbsi lemak dan protein. B. Pemeriksaan dan Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada keadaan tersebut adalah : a. Pemeriksaan fisik : Keadaan umum memperlihatkan adanya malabsorbsi dan inflammatory bowel disease (IBD) yang manifestasi klinisnya terdapat anemia (bisa disebabkan karena kekurangan darah dan nutrisi yang rendah), dermatitis herpetiformis (memiliki gambaran gluten-sensitive enteropathy celiac disease), edema (salah satu gejala sindroma malabsorbsi), clubbing finger (biasanya berhubungan dengan sirosis hati, malabsorbsi, kolitis ulseratif kronik). Apakah terdapat collagen vascular disease di pupil, orthostatis, kulit, tangan, ataupun sendi-sendi. Pada penyakit ini biasanya

terdapat sklerosis sistemik yang berdampak pada aliran darah organ digesti terutama usus halus, sehingga mempengaruhi absorbsi). Apakah terdapat massa abdominal maupun tenderness b. Pemeriksaan Cairan tubuh 1. Pemeriksaan Tinja Pemeriksaan Makroskopis Warna Bau : abu-abu. : busuk.

Karakteristik : seperti bubur dan mengambang di air. Pemeriksaan Mikroskopis Ditemukan kristal kristal lemak Pemeriksaan Bilirubin Metode Spesimen Proses : Fouchet : Tinja segar : 5 cc tinja dan 5 cc BaCL2 dicampur dan disaring yang kemudian endapannya

ditetesi reagen Fouchet Hasil : reaksi positif ditemukan hasil berwarna hijau atau biru Pemeriksaan sterkobilin Metode Spesimen Proses : Schlesinger : Tinja Segar : Feses secukupnya dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahan 5 ml larutan asam asetat yang kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan 5 ml reagen Sch;esinger serta 3 4 tetes amoniak dan disaring lagi. Hasil : hasil positif didapatkan fluorosensi hijau

2. Pemeriksaan darah Pemeriksaan Enzim Lipase Darah Metode : Kuantitatif enzimatik Penyimpanan : Tiger-top tube Spesimen : venipunktur rutin Proses : Sampel darah dibiarkan sampai membeku sempurna pada suhu ruangan untuk diambil serumnya dalam waktu maksimal 2 jam dari pengambilan dan sampel yang diambil minimal sebanyak 0,2 mL (lebih baik 2 mL) Nilai normal : 0 50 U/L Hasil : Jika didapatkan enzim lipase diatats nilai normal maka dapat mengarah pada terjadinya coeliac disease atau pancreatitis Pemeriksaan Darah Lengkap Untuk mengetahui adanya anemia, leukositosis, dan eosinofil. Keadaan leukositosis dan eosinofil berkaitan dengan adanya IBD 3. Pencitraan Dengan menggunakan USG maka dapat diketahui adanya pembesaran pankreas akibat kerusakan yang kronik, sumbatan pada kantung empedu, dan tumor. Dengan menggunakan CT Scan maka dapat ditemukan adanya kerusakan hati seperti perlemakan hati dan tumir

C. Penyakit yang menyerupai Pankreatitis, coeliac disease, hepatobilliary obstruction

III. KESIMPULAN a. Dari hasil pemeriksaan makroskopis didapatkan bahwa steatorrhea menunjukkan warna : abu abu, bau : busuk, dan karakteristik : seperti bubur dan mengambang di permukaan air. Sementara itu hasil dari pemeriksaan mikroskopis dapat ditemukan adanya kristal-kristal lemak b. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan steatorrhea adalah pankreatitis, coeliac disease, dan hepatobilliary obstruction yang dimana semuanya memiliki kesamaan adanya gangguan pada hepar dan pankreas sebagai intinya IV. DAFTAR PUSTAKA Kasper D. L. et. al, 2008, Harrisons Principles of Internal Medicine 17th ed., McGraw Hill Co., New York

You might also like