You are on page 1of 26

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Diare merupakan gejala kesehatan dimana seseorang buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinjanya yang lebih lembek atau cair. Diare adalah salah satu dari gangguan kesehatan yang lazim mempengaruhi banyak orang. Gangguan ini adalah suatu gejala dan bukan penyakit. Ada beberapa penyebab diare yang mungkin, tetapi yang paling umum adalah infeksi (Suharyono, 2008:1) Diare pada balita adalah suatu penyakit terutama akibat infeksi internal dengan gejala utama buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, 3-4 kali buang air besar. Juga berpotensi menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak (Rukayah, 2004 :1). WHO (World Health Organization) mengungkapkan bahwa lebih dari 2,5 juta orang meninggal akibat diare pada setiap tahunnya dan tercatat kejadian ini menduduki peringkat kelima penyebab kematian di dunia dan yang paling tinggi angka kejadian diare tersebut ada pada Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia (Barnaningsi, 2005 : 5). Diare ini adalah salah satu masalah yang terbesar di negaranegara berkembang termasuk Indonesia, dan merupakan hal yang

serius pada anak-anak apabila pengobatan yang tepat waktu dan tepat guna tidak diberikan. Diare juga merupakan penyebab utama kematian dan malnutrisi pada anak kecil (Ramaiah, 2007:34). Di Indonesia diperkirakan 25% dari kematian anak balita di sebabkan oleh diare.kelompok umur yang paling rawan terkena diare adalah 2-3 tahun, walaupun banyak juga ditemukan yang usianya relatif muda yaitu antara 6-12 bulan. Di Indonesia dari 1000 bayi 50 di antaranya yang meninggal di akibatkan oleh diare (Ahmad, 2004:5). Sampai saat ini penyakit diare / mencret masih merupakan salah satu penyakit terbanyak pada balita dan anak di Indonesia. Diperkirakan, angka penderita antara 150-430 per 1.000 penduduk setahunnya. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB yang cukup banyak menyebabkan kematian balita. Dikatakan diare bila keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari dan lebih dari 3 kali sehari pada anak-anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Setiap balita yang menderita diare terancam bahaya dehidrasi. Kekurangan cairan sangat berbahaya bila terjadi pada balita, untuk itu ibu perlu melakukan tindakan yang cepat dan tepat dengan membawa anaknya ke petugas kesehatan, dimana tugas seorang petugas kesehatan memberikan solusi dan penanganan kepada anak dengan melakukan mutu pelayanan kesehatan (Heni, 2009 : 1).

Hingga kini diare menjadi child killer (pembunuh anak-anak) peringkat pertama di Indonesia. Diare dapat dicegah dengan baik jika mengadakan penyediaan air bersih dengan baik, pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan, kebersihan perorangan dan prilaku. Sebagai terobosan yang diambil pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga maka pada tahun 1987 sampai sekarang Departemen kematian Kesehatan diare memperkenalkan melakukan upaya

penanggulangan

dengan

kampanye

dehidrasi oral dengan mendirikan tempat pemberian oralit di puskesmas yang tujuannya untuk mempromosikan upaya dehidrasi oral dan memberikan pelayanan penderita diare dalam rangka menurunkan angka kematian diare dan meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam hal pencegahan dan pengobatan diare (Djalil, 2008:1). Di Propinsi Sulawesi Selatan jumlah penderita diare pada balita di puskesmas di Kabupaten/Kota tahun 2006 sebanyak 17.684 penderita. Dari tahun 2006 ke tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah penderita diare pada tahun 2007 sebanyak 19.326 dengan kematian sebanyak 24 orang dengan tingkat Case Fatality Rate (CFR) 1% (Profil Kesehatan, 2007 : 34). Diare masyarakat, sampai walaupun kini masih menjadi masalah kesehatan masih

secara

umum

angka

kesakitan

berfluktuasi, dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana

pelayanan dan kader kesehatan mengalami penurunan, namun penyakit diare ini masih sering menimbulkan KLB yang cukup banyak bahkan menimbulkan kematian (Dinkes Makassar, 2010 :46). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kotamadya Makassar tahun 2008 untuk sepuluh prioritas penyakit yang ada di masyarakat maka diare berada di urutan kedua dengan jumlah kasus sebanyak 2286 orang dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 2454 orang. Adapun di Puskesmas Minasa Upa penderita diare ditemukan setiap tahunnya. Pada tahun 2010 jumlah penderita diare sebanyak 537 orang, dengan jumlah penderita diare pada balita sebanyak 218 orang. Data Penderita Diare Tahun 2010 di Puskesmas Minasa Upa, Makassar. Dengan menyimak tingginya kasus penyakit diare pada balita di Puskesmas Minasa Upa tahun 2011, maka ini menjadi alasan peneliti menjadikan lokasi ini sebagai tempat penelitian beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Rappocini Kotamadya Makassar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka peneliti mengambil

rumusan masalah, yaitu : 1. Apakah ada hubungan antara penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balita ? 2. Apakah ada hubungan antara kebersihan perorangan dengan kejadian diare pada balita ?

3. Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Minasa Upa Kotamadya Makassar Tahun 2011. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan antara penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Minasa Upa Kotamadya Makassar Tahun 2011. b. Untuk mengetahui hubungan antara kebersihan perorangan dengan kejadian diare pada balita di wilyah kerja Puskesmas Minasa Upa Kotamadya Makassar Tahun 2011 c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Minasa Upa Kotamadya Makassar Tahun 2011

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini di harapkan bisa menjadi bahan masukan bagi pihak instansi Dinas Kesehatan Kotamadya Makassar, Puskesmas Minasa Upa sebagai pedoman dalam memberikan

prioritas perencanaan program dan menentukan arah kebijakan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan diare. 2. Manfaat Ilmu Pengetahuan Penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan memperkaya ilmu pengetahuan serta merupakan bahan acuan penelitian selanjutnya. 3. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini di harapkan dapat melengkapi informasi dalam menyusun dan merencanakan tindakan kesehatan yang lebih berdaya guna untuk pencegahan dan pemberantasan penyakit diare.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Umum Tentang Diare 1. Defenisi Diare merupakan plesetan dari bahasa kedokteran: diarrhea. Defenisi diare adalah buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Jika bayi/balita atau anak tibatiba mengalami perubahan dalam buang air besar dari biasanya, baik frekwensi atau jumlah buang air besar yang menjadi sering dan keluar dalam konsistensi cair dari pada padat maka itu adalah diare (Heni, 2009 : 2). Diare juga diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari

biasanya. Frekuensi buang air besar pada orang sehat biasanya hanya satu sampai dua kali sehari,sedangkan pada balita sampai empat kali sehari,karena itu khusus pada balita dapat dikatakan diare apabila sudah lebih dari empat kali sehari (Widjaja, 2002 :6). Diare merupakan penyebab utama penyakit dan kematian anak-anak di Negara berkembang seperti India dan Indonesia. Diare juga merupakan penyebab penting dari gizi buruk dan malnutrisi. Ini karena anak-anak cenderung makan lebih sedikit dalam suatu episode diare. Juga diare dapat mempengaruhi pencernaan makanan secara

buruk akibatnya tubuh tidak dapat memanfaatkan makanan dengan efektif (Suharyono, 2008:8). 2. Penyebab Diare pada bayi dan balita (bayi bawah lima tahun) sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian akibat kekurangan cairan. Bayi dan balita (bayi bawah lima tahun) rentan sekali akan diare. Perkembangan sistem pencernaan dan kekebalan tubuhnya yang belum optimal menyebabkan mereka mudah terserang diare akibat bakteri atau virus.sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Organisme-organisme ini

mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar. Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada saat diare. Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare (Hapsari, 2009 : 2). Penyebab diare juga bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lain, bahkan dari waktu ke waktu dalam satu lokasi, akibat terjadinya

perubahan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kuman penyebab

diare biasanya menyebar melalui mulut antara lain melalui makanan yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita. Menurut Dinkes (2004) penyebab diare terdiri dari:(Hamzah,2006 :910) a. Peradangan usus (infeksi kuman) b. Tidak tahan terhadap makanan tertentu c. Keracunan makanan atau minuman d. Karena kekurangan gizi Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang di timbulkan adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah rotavirus. Penyebab bakteri terutama ialah aeromonas hydrophilia, bacillus cereus, E.Coli, salmonella sp, Staphilococcus aureus dan vibrio colera. sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah balantidium coli, capilaria philiphinensis,

Cryptosporodium, entamoeba hystolitica, giardia lamblia, isopora billi (Rukayah, 2004 : 10). Kasus penyakit diare sangat berkaitan dengan perilaku manusia, sarana air bersih, sarana pembuangan air limbah dan

kesehatan lingkungan. Diare dapat menyebar melalui praktek-praktek yang tidak hygenis, seperti menyiapkan makanan dengan tangan yang belum di cuci setelah buang air atau membersihkan tinja seorang anak, atau membiarkan seorang anak bermain didaerah dimana ada tinja yang terkontaminasi (Ramaiah, 2007:17).

3. Klasifikasi Berdasarkan berlangsungnya diare di bagi dalam dua jenis yaitu diare akut dan diare kronis. a. Diare Akut adalah diare yang sewaktu-waktu terjadi tetapi gejalanya dapat berat. Diare cairan akut memiliki tiga ciri utama yaitu : 1) Gejala dimulai secara tiba-tiba 2) Tinja encer dan cair 3) Pemulihan biasanya terjadi dalam waktu 3-7 hari kadang kala gejala bisa berlangsung sampai 14 hari. (Ramaiah, 2007 :14) b. Diare Kronis atau Menahun atau Persisten kejadiannya lebih kompleks. Diare yang menetap atau persisten memiliki tiga ciri utama yaitu: (Ramaiah, 2007:5) 1) Pengeluaran tinja encer disertai darah 2) Gejala berlangsung lebih dari 14 hari dan 3) Ada penurunan berat badan akibat kekurangan cairan tubuh. 4. Gejala Klinis Gejala Klinis dari penyakit diare ini suhu badan naik, nafsu makan berkurang, gejala muntah dapat terjadi setelah atau sebelum diare. Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolik maka gejala dehidrasi mulai nampak, berat badan mulai menurun, bibir dan mulut serta kulit nampak kering (Depkes RI, 2005 : 3).

10

Gambaran gejala klinis penyakit diare lainnya adalah mulamula anak cengeng, gelisah, kemudian timbul diare dengan tinja cair, mungkin disertai lendir dan darah, warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya dapat menimbulkan lecet karena sering defeksi dan tinja makin lama makin asam (Ramaiah, 2007 : 10). Gejala muntah dapat timbul sesudah dan sebelum diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila penderita diare telah banyak kehilangan cairan dan olektrolit mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang

menyebabkan terjadi dehidrasi yang dibagi atas ringan sedang dan berat (Nurjahsin, 2008 :12). 5. Akibat Diare Dehidrasi merupakan kehilangan cairan tubuh secara

berlebihan. Biasanya dehidrasi disebabkan oleh diare atau muntahmuntah. Dehidrasi akan menyebabkan gangguan metabolisme tubuh. Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian pada balita. Kematian ini lebih disebabkan kehilangan cairan tubuh, ini diakibatkan asupan cairan tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% sudah dapat membahayakan jiwa pada anak, keadaan

11

ini dapat mengakibatkan kematian setelah sakit selama 2-3 hari (Siswono, 2001:18). Berdasarkan banyaknya cairan dan elektrolit tubuh yang hilang diare dapat di bagi menjadi empat bagian yaitu : (Widjaja, 2002 : 19) a. Diare tanpa dehidrasi b. Diare yang dehidrasi ringan (kehilangan cairan sampai 5% dari berat badan) c. Diare dengan dehidrasi sedang (kehilangan cairan sampai 610% dari berat badan) d. Diare dengan dehidrasi berat (kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan). 6. Diagnosis Diagnosis (pemeriksaan) diare dapat dilakukan dengan beberapa tes: a) Pemeriksaan Tinja b) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula c) Dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resestensi d) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan pH dengan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah.

12

e) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal. f) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama

dilakukan pada penderita diare kronik (Hasan, 2000 : 12 ). 7. Pencegahan Diare Diare dapat dicegah dengan prinsip menjaga manusia agar tidak kontak dengan makanan yang terkontaminasi oleh kuman yang memasuki tubuh melalui mulut dan memutuskan rantai penularan penyakit diare dapat dilakukan dengan intervensi melalui peningkatan penyedian air bersih dan sarana sanitasi, promosi hygiene perorangan, peningkatan hygiene makanan, pengendalian tempat berkembangnya vektor penyakit serta pengendalian hormon (Fenni, 2006 : 1). Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diare diantaranya: a. Pemberian ASI dan Gizi Secara Terus Menerus. Pemberian ASI, dan zat gizi akan menolong tubuh yang telah terkuras cadangan gizinya. ASI memiliki zat anti-bodi yang dapat membantu tubuh melawan kuman penyakit. ASI merupakan makanan alami yang ideal yang mengandung nutrien lengkap dan memiliki zat kekebalan tubuh yang berguna bagi bayi, selain itu ASI sangat menolong melawan kuman penyakit dan mencegah terjadinya kekurangan gizi.

13

b. Menjaga Kebersihan Di berbagai daerah diare terjadi akibat sanitasi dan lingkugan yang tidak bersih. Anak balita yang rawan terkena diare dibiarkan bermain-main atau belajar merangkak di lantai tanah. Akibatnya anak dapat terpapar bibit penyakit dari kotoran manusia, ayam, atau hewan peliharaan lainnya bahkan tinja anak sendiri . Kebiasaan ibu menyuapi anaknya dengan tangan yang kurang bersih . Berbagai jenis nakanan yang diberikan sebelum waktunya atau secara mendadak sering di lakukan padahal itu termasuk penyebab diare . menjaga agar makanan dan minuman tetap bersih, mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan menjaga kebersihan perabotan atau alat-alat bermain anak merupakan hal yang harus dilakukan dalam mencegah penyakit diare. c. Membuat dan Memberi Oralit Dengan oralit , diare ringan dapat di tanggulangi sendiri oleh ibu rumah tangga untuk mencegah dehidrasi . Oralit bersifat praktis, mudah digunakan dan dapat dibuat . jika perlu cairan oralit dapat diganti dengan gula, air tajin, dan kuah sup. Adapun cara pemberian oralit sebagai berikut : 1) Oralit diberikan sesuai dengan kemampuan anak dalam meminumnya.

14

2) Untuk anak dibawa umur 1 tahun, 3 jam pertama 1 setengah gelas selanjutnya setengah gelas setiap kali diare atau buang air. 3) Untuk anak 1-5 tahun 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali diare. B. Tinjauan Umum Tentang Air Bersih Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air (Notoatmodjo, 2002 : 11). Air merupakan unsur yang sangat penting bagi tubuh manusia karena hampir 80% tubuh manusia terdiri atas air maka orang berusaha mendapatkannya melalui berbagai cara misalnya dengan membuat sumur. Tapi sebagian besar penduduk khususnya di daerah perkotaan menggunakan air PAM dan air isi ulang yang secara umum keamanannya dari bahaya pencemaran lebih terjamin daripada sumur gali dan sumur pompa (Djalil, 2008 : 13). Untuk menjamin kesehatan manusia diperlukan air yang memenuhi syarat kesehatan yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas. 1. Syarat Kualitas a. Fisik : bersih, jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa

15

b. Kimia

: tidak mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan seperti logam-logam berat dan tidak mengandung mineral-mineral serta zat organik lebih dari jumlah yang telah ditentukan

c. Mikrobilogi

: tidak

mengandung

bibit

penyakit,

tidak

mengandung bakteri lebih dari 100/ml air d. Radioaktif : bebas dari sinar alpha dan sinar beta (Daud, 2002 : 14). 2. Syarat Kuantitas Pada daerah pedesaan untuk hidup secara sehat menurut WHO cukup dengan memperoleh air 60 liter/ orang /hari, sedangkan untuk daerah perkotaan membutuhkan air 100-150 liter/orang/hari. Begitu pentingnya air untuk kelangsungan hidup setiap mahkluk hidup dimuka bumi ini telah dijelaskan dan di arahkan untuk kebersihan dan kesucian lahir dan batin, besih dari kotoran dan najis. Dijelaskan dalam firman ALLAH SWT dalam surah Al-Furqan Ayat 48 :

Terjemahan : Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmatNya (hujan); dan kami turunkan dari langit air yang amat bersih.

16

Allah SWT menciptakan Air untuk kepentingan makhluk hidup yang ada di muka bumi. Jadi untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT diperlukan keikhlasan untuk dapat senantiasa menjaga kebersihan air tersebut dengan cara tidak mencemarinya. C.Tinjauan Umum Tentang Kebersihan Perorangan Kebersihan Perorangan atau Hygiene Perorangan menurut UU No.2 tahun 2009 pasal 2 adalah kesehatan masyarakat yang khusus, meliputi segala usaha untuk memelihara dan mempertinggi kesejahteraan dan daya guna perikehidupan manusia sehingga usaha hygiene lebih menekankan pada manusianya (individu dan

masyarakat) (Nurjahsin, 2008 : 27). Adanya kebersihan perorangan yang kurang pada individu merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya penyakit diare. Diare penularanya berkaitan dengan penerapan prinsip bersih yakni ditularkan melalui tangan, makanan dan minuman (Rukayah, 2004 : 16). Selain mengutamakan kebersihan pribadi ibu, seorang ibu juga harus memperhatikan kebersihan anaknya. Mencuci tangan sebelum makan dan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika bermain ditanah, membiasakan anak buang airi dijamban, tidak membeli makanan yang dijajakan terbuka, merupakan hal dasar yang harus diterapkan pada anak (Heni, 2009 : 2).

17

D.Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna dalam memahami alam sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari pengetahuan, ilmu, filsafat. Dan pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia. Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Jadi pengetahuan adalah apa yang telah diketahui oleh setiap individu setelah melihat, mengalami, sejak ia lahir sampai dewasa.

Penginderaan-penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pengindraan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Suharyono, 2008 : 23).

18

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Dasar Pemikiran Variable Yang di Teliti Diare merupakan gangguan saluran pencernaan yang banyak diderita oleh bayi dan balita serta merupakan salah satu kasus yang terbanyak menyebabkan kematian dibandingkan dengan penyakit lainnya. Sebagai tingkat lanjut upaya pencegahan diare pada balita adalah peranan keluarga terutama Ibu-Ibu. Di dalam penelitian ini secara khusus akan meninjau mengenai hubungan penyediaan air bersih, tempat pembuangan tinja, kebersihan perorangan, serta pengatahuan ibu dengan kejadian diare pada balita. 1. Penyediaan Air Bersih Air yang tidak memenuhi kebutuhan kesehatan

memungkinkan mengandung mikroorganisme penyebab infeksi saluran pencernaan. Hal ini dapat terjadi apabila air terkontamisi oleh kuman patogen. Penyediaan air minum yang baik mulai dari sumber air sampai pada pengolahannya sangat berperan dalam mencegah penyakit diare. 2. Kebersihan Perorangan Kebersihan perorangan turut berperan aktif dalam proses masuknya agen penyebab penyakit kedalam tubuh manusia termasuk yang dapat menyebabkan diare pada balita. Bila kebersihan badan

19

kurang maka permukaan tubuh terutama bagian tubuh yang rawan terkontaminasi dengan faktor agent seperti tangan dapat menjadikan faktor dari agent penyebab penyakit. oleh karena itu adanya hubungan antara kebersihan perorangan dengan kejadian diare pada balita terutama bila kebersihan perorangan kurang. 3. Pengetahuan Ibu Tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit diare sangat berhubungan dengan usaha pencegahan tinggi tingkat ataupun usaha ibu

penanggulangannya.

Semakin

pengetahan

diharapkan kejadian diare pada anak dapat dicegah. Dengan demikian diharapkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu yang cukup dengan kejadian diare pada anak balita, bila dibandingkan dengan ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang dengan kejadian diare pada balita. B. Pola Pikir Variable Yang di Teliti Penyediaan Air Bersih

Kebersihan Perorangan

Kejadian Diare

Pengetahuan Ibu

Keterangan : = variable independen = variable dependen 20

C. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif 1. Diare Diare adalah terjadinya pengeluaran tinja yang lembek dan cair dengan frekuensi meningkat/ tidak normal, minimal 3 kali atau lebih dalam sehari yang terjadi secara tiba-tiba pada balita. Dan juga telah dinyatakan mengalami diare oleh dokter yang memeriksa. Kriteria Objektif : Menderita Tidak menderita : Jika balita terdiagnosa menderita diare : Jika balita tidak terdiagnosa menderita diare

2. Penyediaan Air Bersih Penyediaan air bersih adalah suatu proses yang dimulai dari pengambilan air dari sumbernya, pengolahannya, penyimpanannya tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, jernih, tidak mengandung zat-zat kimia yang bebahaya dan tidak mengandung bibit penyakit (bakeri) kemudian air dimasak sampai mendidih dan disimpan ditempat yang tertutup sehingga siap untuk dikonsumsi. Kriteria Objektif Memenuhi syarat : Jika air yang digunakan untuk

keperluan air minum sebelum diolah dan disimpan air tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, jernih, dan

disimpan pada tempat yang memakai

21

penutup diminum. Tidak memenuhi syarat : Jika tidak

sehingga

siap

untuk

memenuhi

salah

satu

kriteria diatas. 3. Higien Perorangan Kebersihan perorangan adalah suatu upaya dilakukan oleh seorang (individu) sehingga terhindar dari kontak secara langsung ataupun tidak langsung dari agent penyebab penyakit. Kriteria Objektif : Memenuhi Syarat : Jika balita dengan sendirinya ataupun dengan bantuan Ibu melaksanakan kebersihan perorangan: mandi 2 kali sehari, memotong kuku, mencuci

tangan sebelum makan dan sehabis bermain-main. Tidak Memenuhi syarat : Jika tidak memenuhi salah satu

kriteria diatas. 4. Pengetahuan Ibu Segala sesuatu yang ibu ketahui tentang diare meliputi : apa itu diare, bagaimana gejala diare, bagaimana pencegahan diare dan bagaimana bentuk pengobatan diare baik yang ia dengar dari tenaga kesehatan, media cetak maupun media elektronik yang berhubungan dengan kejadian diare.

22

Kriteria Objektif : Cukup Kurang : Jika nilai score nilai median : Jika nilai score < nilai median

D. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Nol (Ho) a. Tidak ada hubungan antara penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balita. b. Tidak ada hubungan antara bahan makanan, cara pengolahan dan cara penyajian dengan kejadian diare pada balita c. Tidak ada hubungan antara kebersihan perorangan dengan kejadian diare pada balita. d. Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita. 2. Hipotesis Alternatif (Ha) a. Ada hubungan antara penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balita b. Ada hubungan antara bahan makanan, cara pengolahan dan cara penyajian dengan kejadian diare pada balita c. Ada hubungan antara kebersihan perorangan dengan kejadian diare pada balita d. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita.

23

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik dengan metode pendekatan cross sectional study, dengan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui hubungan antara beberapa faktor (independen variable) dengan kejadian diare (dependen variable) pada periode waktu yang sama. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Puskesmas Minasa Upa Kelurahan Gunungsari Kecamatan Rappocini Kotamadya Makassar, karena wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk daerah yang penduduknya banyak menderita diare khususnya pada balita. C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang punya anak balita yang datang berobat dan tercatat di registrasi Puskesmas Minasa Upa tahun 2010 sebanyak 218 balita. 2. Sampel Sampel pada penelitian ini adalah semua ibu yang datang membawa bayinya untuk berobat. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cara purposive sampling yakni pengambilan

24

sample pada balita yang menderita maupun tidak menderita diare yang kebetulan datang berobat pada saat penelitian berlangsung. Besar sampel : N. Z. p.q N= d. (N 1) + Z. p. q Keterangan : n = perkiraan sampel N = perkiraan besar sampel Z = nilai standar distribusi normal (1,96) P = perkiraan proporsi variable peneliti (0,5) d = tingkat kepercayaan yang digunakan (0,5) q = 1-p = 1- 0,5 123. (1.96). (0,5). (0,5) n= (0,05). (123-1) + (1,96). (0,5). (0,5) 118,292 n= 1,2654 n = 93,4 93 sampel

D. Cara Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer dikumpulkan atau diperoleh melalui

wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen, yang telah dirancang sebelumnya berdasarkan tujuan penelitian.

25

2. Data Sekunder Data yang diperoleh dari instansi yang terkait Puskesmas Minasa Upa dan berkaitan dengan kebutuhan penelitian. E. Pengolahan Dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara manual dan elektronik kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi disertai narasi atau penjelasan dalam setiap pembahasan. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen maka digunakan uji chi square, dengan rumus : (0 E) X = E Keterangan X O E : Chi square hasil penelitian : nilai observasi : nilai yang diharapkan Analisis data menggunakan chi square yaitu kriteria perolehan Ho tolak bila nilai p < 0,05 dan Ha diterima, berarti ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

26

You might also like