You are on page 1of 15

PENDAHULUAN

Hemolisis, kelainan tes fungsi hati dan jumlah trombosit yang rendah sudah sejak lama dikenal sebagai komplikasi dari preeklampsi-eklampsi. Godlin menamakan sindrom ini EPH Gestosis tipe II. Singkatan HELLP pertama kali diperkenalkan oleh Weinsteint (1982) yang menjelaskan, bah a Sindroma HELLP, berarti pree!lampsia - e!lampsia yang mengalami " H EL LP " hemolisis, " ele#ated li#er en$yme " tanda adanya disfungsi hepar " lo patelet !ount " throbositopenia

Permasalahan yang sering timbul pada sindroma ini baik pada diagnosis maupun dalam hal penatalaksanaan. %arena gejala dan tanda sindroma HELLP sangat ber#ariasi sehingga seringkali diagnosis ditegakkan saat penyakit sudah berada dalam stadium lanjut. &kibatnya morbiditas ibu lebih tinggi lagi. 'orbiditas yang paling sering terjadi adalah penggunaan transfusi darah atau produk-produk darah. (isamping itu resiko terjadinya edema paru, ) !onsumpti#e !oagulopathy ), gagal ginjal, infark dan ruptur hepar serta gagal jantung paru sangat tinggi. EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO Sindrom HELLP terjadi pada * +-,+- kehamilan. Sebagai perbandingan, preeklampsi terjadi pada .-/- kehamilan. Superimposed sindrom HELLP berkembang dari 0-,+anita preeklampsi atau eklampsi. 1anpa preeklampsi,

diagnosis sindrom ini sering terlambat. 2aktor risiko sindrom HELLP berbeda dengan preeklampsi (Tabel 1). (alam laporan Sibai dkk (1986), pasien sindrom HELLP se!ara bermakna lebih tua 3rata-rata umur +. tahun4 dibandingkan pasien preeklampsi-eklampsi tanpa sindrom HELLP 3rata-rata umur ,5 tahun4. lnsiden sindrom ini juga lebih

tinggi pada populasi kulit putih dan multipara. Penulis lain juga mempunyai obser#asi serupa (Mc Kenna, Do er dan !rame 198", #$ia%ara&a$ dkk 198', Weinstein 198()) Sindrom ini biasanya mun!ul pada trimester ketiga, alaupun

pada ,,- pasien mun!ul pada umur kehamilan 6+/ minggu7 di masa antepartum pada sekitar 85- pasien dan di masa postpartum pada sekitar 9,-. Pada masa post partum, saat terjadinya khas, dalam aktu 0: jam pertama post partum. Tabel 1. Fakto !"!ko P eekla%p"! >ullipara ;sia ibu 6 +? tahun atau < 0? tahun =i ayat keluarga preeklampsi &ntenatal 3&>@4 yang minimal (iabetes 'elitus Hipertensi %ronik %ehamilan multiple

S!#$ o%a HELLP 'ultipara ;sia ibu < +. tahun =as kulit putih =i ayat keluaran kehamilan yang jelek

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS Patogenesis Hellp syndrome masih belum jelas. >ormalnya pada kehamilan terutama pada trimester III akan terjadi penurunan tekanan darah, sedang renin, angiotensin II, prostasiklin dan #olume darah meningkat. Pada PEA terjadi tekanan darah yang meningkat, sedang renin, angiotensin II, prostasiklin menurun. Prostasiklin menyebabkan penurunan #asokonstriksi, platelet agregation, uterine a!ti#ity dan peningkatan utero-plasental blood flo . Sedang 1romboksan bekerja sebaliknya. Perubahan material-material diatas dianggap berperan untuk terjadinya Hellp sindrome. Hemolisis mikroangiopati pertama kali dikemukakan tahun ,58+ dan didefinisikan sebagai kelompok gangguan klinik dengan fragmentasi sel-sel darah merah dalam sirkulasi. Bleh Weinstein (1982) mengemukakan bah a pada preeklampsia hemolisis terjadi akibat #asospasme pembuluh darah dan interaksi sel darah merah dengan sel endotel pembuluh darah yang abnormal atau mungkin juga oleh karena proses imun. 1erjadinya reaksi peroksidase pada membran sel

darah merah menyebabkan ketidakstabilan membran eritrosit dan perubahan ini menyebabkan eritrosit rentan untuk mengalami hemolisis. %elainan membran ini terutama didapatkan pada penderita yang disertai kelainan hepar. &da beberapa parameter laboratorium yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya hemolisis mikroangiopati antara lain haptoglobin, L(H, bilirubin 3semen dan urine4, hemoglobin bebas, apusan darah tepi. 'eskipun demikian pemeriksaan yang di anggap ) Gold standar ) belum ada. (iantara beberapa parameter ini, haptoglobin merupakan pemeriksaan yang paling sensitif adanya hemolisis mikroangiopati. Peningkatan en$im hati 3alanin aminotrasferase, aspartat aminotransferase dan laktat dehidrogenase4 terjadi karena adanya nekrosis parenkim dan perdarahan dalam sinusoid hepar. 1erjadinya nekrosis dan perdarahan ini akibat tumpukan bahan yang menyerupai fibrin dalam sinusoid hepar sehingga terjadi obstruksi aliran darah. Cika perdarahan dan nekrosis dan nekrosis !ukup berat akan terjadi infark atau pembentukan hematoma subkapsuler. Aerapa nilai yang dianggap abnormal juga berbeda-beda. Weinstein yang pertama kali mempopulerkan istilah ini tidak menyebutkan kadar berapa yang dianggap abnormal. 'enurut Goodlin dan #$ia%ara$, kadar SGB1 yang dianggap abnormal bila nilai < .? I;DL. Eandam dkk menggunakan nilai < ,8 I;DL, !ra*+ dkk menggunakan nilai .? I;DL dan sibai dan ,arnnoudse menggunakan nilai F /+ I;DL sedangkan 'artin dkk menggunakan kadar SGB1 F 0? I;DL dan SGP1 F 0? I;DL. %adar L(H yang dianggap abnormal ber#ariasi antara ,5. G 8?? I;DL . 1rombositopenia. 'eskipun jarang berat, merupakan kelainan untuk mengetahui se!ara dini

hematologis yang paling sering ditemukan pada penderita preeklampsia.. (isebut trombositopenia bila jumlah trombosit H ,.?.???. (an jika didapatkan trombositopenia H ,??.??? maka lambat atau !epat dapat masuk kedalam )fulminant HELLP). &ngka kejadian trombositopenia pada PEA sebesar +?-. Pathofisiologi preeklampsia" terjadinya penurunan jumlah trombosit pada penderita

,. 'eningkatnya pemakaian dan agregasiDaglutinasi diperifer +. &kti#asi trombosit meningkat 9. Iaktu hidup trombosit lebih pendek 0. (an penurunan kadar prostasiklin 3prostasiklin merupakan penghambat agregasi trombosit yang kuat4. Bleh sebab itu beratnya trombositopenia menggambarkan derajat kerusakan sel endotel, agregasi trombosit, peme!ahanDdestruksi trombosit dan penumpukan mikrotrombus. Cumlah trombosit pada penderita preeklampsia merupakan indikator yang paling baik untuk melihat adanya komplikasi pada ibu, janin maupun neonatus. Cumlah trombosit yang 6 ,.?.???Dul merupakan periode transisi dan jumlah trombosit 6 ,??.???DuL merupakan tanda bah a penyakit !ukup berat sehingga bila persalinan ditunda trombosit akan menurun menilai lebih rendah lagi. Penderita dengan jumlah trombosit H .?.???Dul mempunyai risiko tinggi untuk mengalami perdarahan post partum, komplikasi perdarahan dari luka operasi atau luka episiotomi juga ada hubungannya dengan jumlah trombosit. Pemberian trannsfusi trombosit untuk tindakan profilaksis tidak menjamin bah a komplikasi perdarahan post partum atau dari luka operasi akan menurun. Bleh karena itu adalah penting untuk untuk melakukan pengamatan jumlah trombosit pada penderita preeklampsia khususnya preeklampsia berat khususnya yang mendapatkan pera atan konser#atif. MANIFESTASI KLINIS Pasien sindrom HELLP dapat mempunyai gejala dan tanda yang sangat ber#ariasi, dari yang bernilai diagnostik sampai semua gejala dan tanda pada pasien preeklampsi-eklampsi yang tidak menderita sindrom HELLP. Sibai (199-) menyatakan bah a pasien biasanya mun!ul dengan keluhan nyeri epigastrium atau nyeri perut kanan atas 35?-4, beberapa mengeluh mual dan muntah 3.?-4, yang lain bergejala seperti infeksi #irus. Sebagian besar pasien

35?-4 mempunyai ri ayat malaise selama beberapa hari sebelum timbul tanda lain. (alam laporan Weinstein, mual danDatau muntah dan nyeri epigastrium diperkirakan akibat obstruksi aliran darah di sinusoid hati, yang dihambat oleh deposit fibrin intra#askuler. Pasien sindrom HELLP biasanya menunjukkan peningkatan berat badan yang bermakna dengan udem menyeluruh. Hal yang penting adalah bah a hipertensi berat 3sistolik ,8? mmHg, diastolik ,,? mmHg4 tidak selalu ditemukan. Ialaupun 88- dari ,,+ pasien pada penelitian Sibai dkk (1986) mempunyai tekanan darah diastolik ,,? mmHg, ,0,.- bertekanan darah diastolik 5? mmHg. (alam laporan a al Weinstein (19(2) atas +5 pasien, kurang dari setengah 3,9 pasien4 mempunyai tekanan darah saat masuk rumah sakit ,8?D,,? mmHg. Cadi sindrom HELLP dapat timbul dengan tanda dan gejala yang sangat ber#ariasi, yang tidak bernilai diagnosis, dan dapat diikuti dengan kesalahan pemberian obat dan pembedahan seperti apendisitis, gastroenteritis,

glomerulonefritis, pielonefritis dan hepatitis #irus. Perlemakan hati akut 3&2LP4 jarang terjadi tapi potensial menjadi komplikasi yang fatal pada kehamilan trimester ketiga. Pada a alnya, perlemakan hati akut dalam kehamilan sukar dibedakan dari sindrom HELLP. Pasien &2LP mempunyai gejala khas berupa" mual, muntah, nyeri abdomen, dan ikterus. Sindrom HELLP dan &2LP keduanya ditandai dengan peningkatan tes fungsi hati, tapi pada sindrom HELLP peningkatannya !enderung lebih besar. P1 dan P11 biasanya memanjang pada &2LP tapi normal pada sindrom HELLP (Tabel &). Pemeriksaan mikroskopik

hati

merupakan

tes

diagnosis

untuk

menentukan

&2LP.

.anlobular

micro esicular /att+ c$an%e 3steatosis4 difus derajat rendah merupakan gambaran patognomonik &2LP. Penanganan &2LP meliputi pengakhiran kehamilan segera, atasi hiperglikemi atau koagulopati bila timbul. Tabel &. Pe be$aa# ha"!l labo ato !'% AFLP $a# "!#$ o% HELLP AFLP Glukosa &sam urat %reatinin 1romb!sit 2ibrinogen Iaktu Prothrombin 3P14 Iaktu Parsial 1hromboplastin 3P114 DIAGNOSIS 1iga kelainan utama pada sindrorn HELLP berupa hemolisis, peningkatan kadar en$im hati dan jumlah trombosit yang rendah. Aanyak penulis mendukung nilai laktat dehidrogenase 3L(H4 dan bilirubin agar diperhitungkan dalam mendiagnosis hemolisis. (erajat kelainan en$im hati harus didefinisikan dalam nilai standar de#iasi tertentu dan nilai normal di masing-masing rumah sakit. (i ;ni#ersity of 1ennessee, 'emphis, digunakan nilai potong < 9 S(. (Tabel (). 'emanjang >ormal =endah 1inggi 1inggi =endah atau normal =endah 'emanjang >ormal 1inggi 1inggi =endah atau normal >ormal sampai meningkat >ormal HELLP

Tabel (. K !te !a $!a)#o"!" "!#$ o% HELLP (U#!*e "!t+ o, Te##e""eeMe%ph!") He%ol!"!" - %elainan apusan darah tepi - 1otal bilirubin < ,,+ mgDdl - Laktat dehidrogenase 3L(H4 < 8?? ;DL Pe#!#)kata# ,'#)"! hat! - Serum aspartate aminotransferase 3&S14 < /? ;DL - Laktat dehidrogenase 3L(H4 < 8?? ;DL .'%lah t o%bo"!t +a#) e#$ah - Hitung trombosit 6 ,??.???Dmm

/ORK UP DAN E0ALUASI Labo ato !'%. Pemeriksaan darah lengkap, faal homeostasis dan fungsi hati. Pe#1!t aa# 2 1horaJ foto jika di!urigai edema paru, ;SG jika di!urigai ruptura hepar. Te"t kh'"'". a. (opler ;SG dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hellp sindrome dengan !ara mengukur pulsatil indeks 3PI4 dari a.hepatika komunis. PI kehamilan normal 3+0 G 98 mgg4 adalah ,,,/7 pada preeklamsia PI " ,,897 sedang pada PE yang disertai hellp syndrome terjadi peningkatan berarti PI " ,,:9. b. Haptoglobin. 'erupakan protein plasma 3 famili alfa + glikoprotein4 yang dibuat dihepar. 'olekulnya berbentuk tetramareik terdiri dari + alfa ringan dan + rantai beta berat dimana kedua rantai ini diikat oleh ikatan disulfida. Aerfungsi untuk men!egah kehilangan hemoglobin melalui ginjal dan mempertahankan kadar besi dalam tubuh. Pada saat peme!ahan eritrosit haptoglobin dalam plasma akan berikatan dengan hemoglobin bebas 3 pada rantai alfa dan beta4 sebagai suatu ikatan non ko#alen yang irre#ersibel. %emudian makrofag akan memba a ikatan hemoglobin-

heptaglobin ke hepar untuk selanjutnya diuraikan dan besi 32e4 akan didaur ulang. Pemeriksaan se!ara serial haptoglobin dapat digunakan untuk mendeteksi dan memantau keadaan hemolisis. Aila didapatkan hasil yang menurun biasanya menunjukkan adanya anemia hemolitik. %onsentrasi yang rendah ditemukan pada keadaan-keadaan yang menyebabkan destruksi sel eritrosit seperti reaksi transfusi, penggunaan katup jantung, talasemia dan anemia sikle sel, penyakit hati yang berat dan kelainan kongenital 3haptoglobinemia4 kehamilan yang disertai hemolisis. %onsentrasi yang meningkat dapat terjadi pada fase akut suatu infeksi dan keganasan. %onsentrasi haptoglobin yang tinggi dapat menyingkirkan adanya hemolisis. Te%'a# patholo)!" Erythro!yte 1hrombosit o ;mur thrombosit normal " : G ,? hari. Pada pree!lmpasia umur thrombosit menjadi " . G : hari. o Pada sindroma HELLP, umur thrombosit makin memendek, disertai peningkatan kerusakan thrombosit dan agregasi thrombosit pada lapisan sel endothel. o %erusakan Gangguan ginjal " o Sindroma HELLP dapat menimbulkan gangguan ginjal %erusakan ginjal ber#ariasi dari sekedar kenaikan kreatinine serum sampai terjadi gagal ginjal akut yang re#ersible 3a!ute tubular ne!rosis4 maupun yang ire#ersibel 3!orti!al ne!rosis4 o Perubahan ginjal pada HELLP Syndrome adalah pembesaran glomerulus, adanya butir+ fibrin pada lapisan epithel, dan thrombosit akan, menghasilkan thromboJane, #asokonstriktor kuat. " 1erjadi kerusakan erythro!yte, mengalami fragmentasi

dapat dilihat pada darah tepi.

pembengkakan sel endothel, sehingga terjadi penyempitan kapiler.glomenrulus DIAGNOSIS 3ANDING Pasien sindrom HELLP dapat menunjukkan tanda dan gejala yang sangat ber#ariasi, yang tidak bernilai diagnostik pada preeklampsi berat. &kibatnya sering terjadi salah diagnosis, diikuti dengan kesalahan pemberian obat dan pembedahan. (iagnosis banding pasien sindrom HELLP meliputi" - Perlemakan hati akut dalam kehamilan - &pendistis - Gastroenteritis - %olesistitis - Aatu ginjal - Pielonefritis - ;lkus peptikum - Glomerulonefritis trombositopeni idiopatik - 1rombositipeni purpura trombotik - Sindrom hemolitik uremia - Ensefalopati dengan berbagai etiologi - Sistemik lupus eritematosus 3SLE4

Kla"!,!ka"! "!#$ o%a HELLP Aerdasar kadar thrombosit darah, maka sindroma HELLP diklasifikasi, menjadi " %las , " thrombositopenia " H .?.???D!! %las + " < .?.??? H ,??.???D!! %las 9 " < ,??.??? H ,.?.???D!!

(isertai " hemolisis dan disfungsi hepar yaitu " L(H F8?? I;DL, &S1 danDatau &L1 F 0? I;DL PENATALAKSANAAN Pasien sindrom HELLP harus dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan tersier dan pada penanganan a al harus diterapi sama seperti pasien preeklampsi. Prioritas pertama adalah menilai dan menstabilkan kondisi ibu, khususnya kelainan pembekuan darah (Tabel 4). Tabel 4. Pe#atalak"a#aa# "!#$ o% HELLP pa$a '%' keha%!la# 5 (6 %!#))' ("tab!l!"a"! ko#$!"! !b') (Akh! ! pe "al!#a# pa$a pa"!e# "!#$ o # HELLP $e#)a# '%' keha%!la# (6 %!#))'4 ,. 'enilai dan menstabilkan kondisi ibu a. Cika ada (I@, atasi koagulopati b. Profilaksis anti kejang dengan 'gSB0 !. 1erapi hipertensi berat d. =ujuk ke pusat kesehatan tersier e. 0omputerised tomo%rap$+ (0# scan) atau ;ltrasonografi 3;SG4 abdomen bila diduga hematoma subkapsular hati +. E#aluasi kesejahteraan janin a. >on stress testDtes tanpa kontraksi 3>S14 b. Profil biofisik !. ;SG 9. E#aluasi kematangan paru janin jika umur kehamilan 6 9. minggu a. Cika matur, segera akhiri kehamilan b. Cika immatur, beri kortikosteroid, lalu akhiri kehamilan Pasien sindrom HELLP harus diterapi profilaksis 'gSB0 untuk men!egah kejang, baik dengan atau tanpa hipertensi. Aolus 0-8 g 'gSB0 +?- sebagai dosis a al, diikuti dengan infus + gDjam. Pemberian infus ini harus dititrasi sesuai produksi urin dan diobser#asi terhadap tanda dan gejala kera!unan 'gSB0. Cika terjadi kera!unan, berikan ,?-+? ml kalsium glukonat ,?- i#.

,?

1erapi anti hipertensi harus dimulai jika tekanan darah menetap < ,8?D,,? mmHg di samping penggunaan 'gSB0. Hal ini berguna menurunkan risiko perdarahan otak, solusio plasenta dan kejang pada ibu. 1ujuannya

mempertahankan tekanan darah diastolik 5? - ,?? mmHg. &nti hipertensi yang sering digunakan adalah hydrala$ine i# dalam dosis ke!il +,.-. mg 3dosis a al . mg4 tiap ,.-+? menit sampai tekanan darah yang diinginkan ter!apai. Labetalol dan nifedipin juga digunakan dan memberikan hasil baik. %arena efek potensiasi, harus hati-hati bila nifedipin dan 'gSB0 diberikan bersamaan. (iuretik dapat mengganggu perfusi plasenta sehingga tidak dapat digunakan. Langkah selanjutnya ialah menge#aluasi kesejahteraan bayi dengan menggunakan tes tanpa tekanan, atau profil biofisik, biometri ;SG untuk menilai pertumbuhan janin terhambat. 1erakhir, harus diputuskan apakah perlu segera mengakhiri kehamilan. &mniosentesis dapat dilakukan pada pasien tanpa risiko perdarahan. Aeberapa penulis menganggap sindrom ini merupakan indikasi untuk segera mengakhiri kehamilan dengan seksio sesarea, namun yang lain merekomendasikan pendekatan lebih konser#atif untuk memperpanjang

kehamilan pada kasus janin masih immatur. Perpanjangan kehamilan akan memperpendek masa pera atan bayi di >I@; (1eonatal 2ntensi e 0are 3nit), menurunkan insiden nekrosis enterokolitis, sindrom gangguan pernafasan. Aeberapa bentuk terapi sindrom HELLP yang diuraikan dalam literatur sebagian besar mirip dengan penanganan preeklampsi berat. Cika sindrom ini timbul pada saat atau lebih dari umur kehamilan 9. minggu, atau jika ada bukti bah a paru janin sudah matur, atau janin dan ibu

,,

dalam kondisi berbahaya, maka terapi definitif ialah mengakhiri kehamilan. Cika tanpa bukti laboratorium adanya (I@ dan paru janin belum matur, dapat diberikan + dosis steroid untuk akselerasi pematangan paru janin, dan kehamilan diakhiri 0: jam kemudian. >amun kondisi ibu dan janin harus dipantau se!ara kontinu selama periode ini. Goodlin meneliti bah a terapi konser#atif dengan istirahat dapat meningkatkan #olume plasma. Pasien tersebut juga menerima infus albumin . atau +.-7 usaha ekspansi #olume plasma ini akan menguntungkan karena meningkatkan jumlah trombosit. #$ia%ara&a$ meneliti bah a peningkatan jumlah trombosit dan en$im hati juga bisa di!apai dengan pemberian prednison atau betametason. 0lark dkk) melaporkan tiga kasus sindrom HELLP yang dapat dipulihkan dengan istirahat mutlak dan penggunaan kortikosteroid. %ehamilan pun dapat diperpanjang sampai ,? hari, dan semua persalinan melahirkan anak hidup7 pasien-pasien ini mempunyai jumlah trombosit lebih dari ,??.???Dmm 9 atau mempunyai en$im hati yang normal. (ua laporan terbaru melaporkan bah a penggunaan kortikosteroid saat antepartum dan postpartum menyebabkan perbaikan hasil laboratorium dan produksi urin pada pasien sindrom HELLP. (eksametason l? mgD,+ jam i# lebih baik dibandingkan dengan betametason ,+ mgD+0 jam im, karena deksametason tidak hanya memper!epat pematangan paru janin tapi juga menstabilkan sindrom HELLP. Pasien yang diterapi dengan deksametason mengalami penurunan aktifitas &S1 yang lebih !epat, penurunan tekanan arteri rata-rata 3'&P4 dan peningkatan produksi urin yang !epat, sehingga pengobatan anti hipertensi dan terapi !airan dapat dikurangi.

,+

1anda #ital dan produksi urine harus dipantau tiap 8-: jam. 1erapi kortikosteroid dihentikan jika gejala nyeri kepala, mual, muntah, dan nyeri epigastrium hilang dengan tekanan darah stabil 6,8?D,,? mmHg tanpa terapi anti hipertensi akut serta produksi urine sudah stabil yaitu <.? mlDjam. Sindrom ini bukan indikasi seksio sesarea, ke!uali jika ada hal-hal yang mengganngu kesehatan ibu dan janin. Pasien tanpa kontraindikasi obstetri harus dii$inkan partus per#aginam. Sebaliknya, pada semua pasien dengan umur kehamilan < 9+ minggu persalinan dapat dimulai dengan infus oksitosin seperti induksi, sedangkan untuk pasien 6 9+ minggu ser#iks harus memenuhi syarat untuk induksi. Pada pasien dengan ser#iks belum matang dan umur kehamilan 6 9+ minggu, seksio sesarea elektif merupakan !ara terbaik. 1ransfusi trombosit diindikasikan baik sebelum maupun sesudah persalinan, jika hitung trombosit 6 +?.???Dmm9. >amun tidak perlu diulang karena pemakaiannya terjadi dengan !epat dan efeknya sementara. Setelah persalinan, pasien harus dia asi ketat di I@; paling sedikit 0: jam. Sebagian pasien akan membaik selama 0: jam postpartum7 beberapa, khususnya yang (I@, dapat terlambat membaik atau bahkan memburuk. Pasien demikian memerlukan pemantauan lebih intensif untuk beberapa hari. Sindrom HELLP dapat timbul pada masa postpartum. Sibai melaporkan dalam penelitian 9?0 pasien sindrom HELLP, 5. pasien 39,-4 hanya bermanifestasi saat postpartum. Pada kelompok ini, saat terjadinya berkisar dari beberapa jam sampai 8 hari, sebagian besar dalam 0: jam postpartum. Selanjutnya /. pasien 3/5-4 menderita preeklampsi sebelum persalinan, +? pasien 3+,-4

,9

tidak

menderita

preeklampsi

baik

antepartum

maupun

postpartum.

Penanganannya sama dengan pasien sindrom HELLP anteparturn, termasuk profilaksis antikejang. %ontrol hipertensi harus lebih ketat. FOLLO/7UP ,. Ke%'#)k!#a# ko%pl!ka"!2 17&68 sindroma HELLP mengalami komplikasi serius seperti " (I@, solusio plasenta, GG&, infeksiDsepsis, ruptur hematoma hepar, efusi pleura, edema paru, ablasio retina dan kematian ibu. 1erhadap janin komplikasi yang dapat terjadi yaitu kematian janin dalam rahim, kematian neonatus, lahir prematur dan nilai apgar yang rendah. =isiko untuk terjadinya sindroam HELLP pada kehamilan berikutnya * ,0-+/ - sedangkan risiko untuk penderita PEA pada kehamilan berikutnya * 09-. &ngka kejadian (I@ pada sindroma HELLP sekitar ,.-. Hellegren dkk menggunakan sistem skoring untuk mendiagnosis (I@ sbb " ,. jumlah trombosit 6 ,?? ??? +. pemanjangan aktu protrombin 3 ,0 det4 dan tromboplastin

parsial 3 0? det4 9. kadar fibrinogen 9?? mgDdl 0. fibrin split produ!t K 3<0? mgDL4 atau (-(imer 3 0? mgDL4 .. akti#itas anti-trombin III 6 :? Aila didapat 9 kelainan tersebut adalah merupakan diagnosis (I@ manifest dan jika ditemukan + kelainan di!urigai suatu 6 9??, 2(P < 0? ugDdl. 3Peningkatan trhombin time4 &. O't1o%e +a#) $apat te 9a$! 2 a. %ematian ibu bersalin !ukup tinggi yaitu +0 -. Penyebab kematian dapat berupa " kegagalan kardiopulmuner , gangguan pembuluh darah, perdarahan otak, rupture hepar, kegagalan organ multiple. dugaan (I@. 'enurut Sibai diagnosis (I@ jika didapatkan " trombositopeni, fibrinogen

,0

b. %ematian perinatal !ukup tinggi, terutama disebabkan oleh persalinan preterm. &lgoritma penanganan suatu hellp syndrome meliputi" Pe t!%ba#)a# $ala% keha%!la# 2 a. Persalinan per#aginam diusahakan bila penderita berada dalam keadaan inpartu, usia kehamilan < 9+ minggu dan bila nilai pel#ik baik dapat dilakukan induksi dengan drip oksitosin. b. Persalinan dengan operasi sesar dilakukan pada umum kehamilan H 9+ minggu dan nilai pel#ik belum matang, ada ga at janin, malpresentasi, ri ayat operasi sesar sebelumnya, induksi dengan drips oksitosin gagal, nilai pel#ik yang jelek atau pada keadaan dimana kondisi ibu !enderung memburuk asdfasdfasdf

,.

You might also like