You are on page 1of 37

1

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Definisi dan Pengertian Visus Ambang suatu dapat dibagi

penglihatan secara garis besar menjadi tiga, yaitu : 1. Diskriminasi cahaya

Diskriminasi cahaya dapat dibagi lebih lanjut menjadi : a. Brightness sensitivity (minimum visible) Sensitivitas ini bukan ditentukan oleh sudut penglihatan tetapi oleh terangnya suatu objek dibandingkan oleh latar belakangnya. b. Brightness discrimination (minimum perceptible) menunjukkan bahwa terdapat suatu namun objek tidak perlu dikenali cahaya Diskriminasi warna !ruang" Visual Acuity-minimum separable #al ini merupakan kemampuan untuk melihat bahwa dua buah objek , a.
b.

Suatu diskriminasi yang Kontras

Diskriminasi spasial a.

objek terpisah yang ditentukan oleh sudut penglihatan orang tersebut a. b. $. Diskriminasi jarak Diskriminasi pergerakan

Diskriminasi temporal !waktu"

%isus atau visual acuity !%A" merupakan salah satu ukuran dari ambang penglihatan yang akan dibicarakan pada makalah ini, oleh karena kaitannya yang erat dengan masalah re&raksi. Kata acuity berasal dari bahasa 'atin yaitu acuitas yang berarti ketajaman. (aka %A berkenaan dengan ketajaman atau kejelasan penglihatan seseorang. %A menggambarkan kemampuan seseorang untuk melihat dan mengidenti&ikasi suatu objek. )leh karena itu, pemeriksaan %A merupakan suatu pemeriksaan yang paling sering dilakukan untuk melihat &ungsi penglihatan seseorang.

1.2

Fisiologi VA %A seperti sudah dijelaskan di atas merupakan kemampuan mata untuk

melihat hal*hal yang detil. +ntuk mencapai hal ini, sistem optik dari mata harus memproyeksikan bayangan yang &okus pada &ovea, sehingga memiliki resolusi dan warna terbaik. ,amun tajam penglihatan seseorang dengan penglihatan warna seseorang merupakan dua hal yang berbeda. (asing*masing dapat dipengaruhi secara terpisah tanpa mempengaruhi &ungsi yang lain. Korteks visual merupakan bagian dari korteks serebral pada bagian posterior dari otak yang bertanggung jawab dalam memproses suatu rangsang penglihatan. Sepuluh derajat lapang pandang di sekitar makula manusia diwakili oleh -./ dari korteks visual. Sara&*sara& di bagian tersebut diperkirakan terlibat dalam proses %A. 0ahaya berjalan dari suatu objek ke &ovea melalui suatu sumbu imajiner yang dinamakan aksis visual. Struktur*struktur yang terdapat pada aksis ini mempengaruhi kualitas penglihatan seseorang. Struktur ini antara lain lapisan air mata, kornea, humor akuous, pupil, lensa, humor vitreous dan terakhir adalah retina. 1.3 Faktor ang !e!"engaru#i VA 1. Kekerapan 1eseptor pada 1etina #elmholt2 menyatakan bahwa suatu kisi dapat dilihat sebagai suatu objek yang terpisah jika terdapat barisan reseptor yang tidak terstimulasi di antara barisan reseptor yang terstimulasi. #al ini disebut sebagai Yes-No-Yes Response pada reseptor di retina.

3ambar 1. 4engaruh Kekerapan 1eseptor pada 1etina

$ .Kesalahan 1e&raksi 1e&raksi adalah perubahan arah dari suatu gelombang !cahaya atau suara" ketika melewati medium yang berbeda indeks re&raksinya. Kesalahan re&raksi akan mempengaruhi %A oleh karena bayangan tidak jatuh tepat pada retina. #al ini akan memburamkan gambaran detil dari suatu objek.

$.

+kuran 4upil +kuran pupil merupakan &aktor penting yang mempengaruhi %A.

4upil yang besar akan menyebabkan lebih banyak cahaya menstimulus retina, sehingga mengurangi di&raksi yang terjadi. ,amun resolusi akan berkurang oleh karena aberasi yang semakin besar dengan bertambah besarnya diameter pupil. Diameter pupil yang semakin kecil akan mengurangi aberasi cahaya yang terjadi, namun resolusi akan dibatasi oleh di&raksi cahaya yang semakin besar dengan semakin kecil pupil. )leh karena itu pupil dengan diameter $ mm sampai 5 mm merupakan diameter yang optimal, karena pada diameter ini terdapat keseimbangan antara aberasi dan di&raksi yang terjadi.

3ambar 6. Aberasi 0ahaya

3ambar 5. Di&raksi 0ahaya

3ambar -. 7ayangan #asil Di&raksi 0ahaya

5 6.8luminasi !4enerangan" %A dipengaruhi oleh iluminasi. 4ada retina letak sel*sel kerucut dan sel*sel batang tersebar secara acak. 4ada keadaan yang terang, semua sel akti&, sehingga didapatkan %A yang tinggi. 4ada keadaan yang redup, hanya sel yang sensiti& terhadap cahaya redup yang akti&. )leh karena itu pada keadaan cahaya yang redup, kerapatan sel*sel reseptor akan berkurang. #al inilah yang menyebabkan %A juga berkurang pada cahaya redup.

5. 9aktu 4ajanan terhadap )bjek %A dipengaruhi oleh waktu pajanan terhadap objek. ,amun untuk mendeteksi sebuah titik cahaya, kuantitas dari cahaya tersebut lebih menentukan daripada waktu pajanannya. -. Area 1etina yang Distimulasi )leh karena sel*sel kerucut yang lebih banyak terdapat pada &ovea, %A terbesar didapatkan pada area &iksasi sentral.

:.

4ergerakan 7ola (ata 4ada saat &iksasi, sebenarnya mata berada dalam keadaan

pergerakan konstan. 7ayangan di retina bergerak $ menit busur dalam 1 detik. 1.$ Pe!eriksaan Visus Dasar 4emeriksaan visus dasar biasanya menggunakan kartu Snellen. 4emeriksaan menggunakan kartu Snellen bukanlah pemeriksaan yang paling akurat, tetapi pemeriksaan ini menjadi pilihan oleh karena pemeriksaannya yang sederhana. Selain Snellen Chart terdapat metode*metode lainnya, antara lain a b
a.

!andolt C "lliterate #umbling $ Chart !ea Chart

3ambar 1.. (etode*metode 4emeriksaan %isus 1.$.1 Ukuran VA

4enulisan ukuran %A pada kartu Snellen dapat dibuat dalam satuan &eet, meter, desimal atau 'og (ar. <abel 1. Satuan %A %nellen Notation (etric 8mperial -=-. -=6; .= .. .=1-. .=-. 1. ;.. $. 1.. ..> ..5 ..1. ..1$ ..$ &A' log&A' De(i!al

> -=15 -=1 .=5. .=6. .=1. .5 .. ..5. ..6 ..$ *..$ ..6. ..5. ...

(aksud dari pecahan pada ukuran %A adalah sebagai berikut :


a.

Angka yang atas menunjukkan jarak antara orang yang diperiksa dengan #uru& yang akan dibaca

b.

Angka sebelah bawah menunjukkan jarak dimana orang normal dapat membaca tulisan tersebut

'og(A1 adalah logaritma dari %inimum Angle o& Resolution !(A1". Skala 'og(A1 mengubah suatu deret geometri menjadi deret linear. Skala ini jarang digunakan pada praktek klinik, namun digunakan pada perhitungan statistik. 1.$.2 Prinsi" Pe!eriksaan 4rinsip dari pemeriksaan*pemeriksaan tersebut sama, yaitu berdasarkan sudut resolusi minimal manusia. Kekuatan membedakan rata*rata untuk mata manusia diukur dengan sudut resolusi minimal yaitu sebesar 1 menit busur. (aka celah yang berjarak 1 menit busur penglihatan dapat diidenti&ikasi oleh mata manusia. 4ada kartu Snellen, huru&*huru&nya terbuat dari unit*unit bujur sangkar 5?5 menit busur. Setiap lengan huru& memiliki lebar 1 menit busur. Setiap celah pada huru& dibuat agar tidak kurang dari 1 menit busur. Kartu Snellen memiliki kelemahan, oleh karena tidak semua huru& dapat diinterpretasikan dengan tingkat kesulitan yang sama. #uru&*huru& 0, D, ), 3

merupakan huru&*huru& yang lebih sulit dibaca dibandingkan huru&*huru& seperti A dan @.

3ambar 11. 4embentukan #uru& A pada Snellen Chart 1.$.3 Penentuan Ukuran Huruf "ada Snellen Chart +kuran huru& pada Snelen Chart dapat dihitung sebagai berikut.

1.

3ambar 1 . 4engukuran <inggi #uru& pada Kartu Snellen d merupakan jarak pemeriksaan dari mata ke Snellen Chart. h merupakan setengah dari tinggi tulisan ,5B=-. C .,.61-:. tangen .,.61-:. C h=d C h= . &eet .,...: : C h=-,.>-mm h C 6,6$$ mm h C tinggi huru& pada ukuran .= . pada jarak . &eet C ;,;: mm.

1.$.$ )ara Pe!eriksaan Visus Dasar


1.

11

4asien duduk - meter ! . &eet" dari kartu Snellen

. <utup mata kiri dengan okluder atau telapak tangan tanpa menekan bola mata
$.

(inta pasien membaca=mengidenti&ikasi optotip atau pemeriksa menunjuk optotip. Dimulai dari yang terbesar hingga yang terkecil, dari kiri ke kanan, yang masih dapat teridenti&ikasi sampai hanya separuh optotip pada satu baris yang teridenti&ikasi dengan benar.

6. 5. -.

'ihat berapa tajam penglihatan pada baris tersebut. 0atat jumlah optotip yang salah diidenti&ikasi +langi langkah 1*5 untuk mata kiri.

:. +langi dengan menggunakan kedua mata dan catat sebagai tajam penglihatan dua mata 1.$.* )ara Pe!eriksaan Low Visual Acuity @ika pasien tidak dapat melihat huru& pada Kartu Snellen yang paling atas, maka dilakukan pemeriksaan ini.
1. .

(inta pasien duduk dengan nyaman. <utup mata yang tidak diperiksa.

$. 4emeriksa berdiri 1 m dari pasien, acungkan jari pemeriksa, minta pasien menghitung jumlah jari. 6. 7ila pasien menjawab dengan benar, pemeriksa mundur ke jarak m, dst, hingga jarak - meter. 5. <ajam penglihatan dicatat : hitung jari dari jarak 1 m C 1=-., dari jarak m C =-., s=d -=-.. -. 7ila pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 1 m, gerakkan tangan pemeriksa dari jarak 1 m. :. <anyakan apakah pasien dapat melihat gerakan tangan serta arah gerakan tangan pemeriksa. ;. 7ila dapat melihat gerakan tangan : tajam penglihatan dicatat sebagai hand movement atau 1=$...
>.

7ila tidak dapat melihat gerakan tangan, sinari mata pasien dengan lampu senter dan tanyakan apakah pasien dapat melihat cahaya.

1..

7ila dapat melihat cahaya : tajam penglihatan dicatat sebagai ligh perception atau 1=D.

11. 7ila tak dapat melihat cahaya disebut no light perception atau .. 1 . +langi langkah 11*1. untuk mata sebelahnya. 1.* +es Pin Hole <es 'in (ole dilakukan untuk membedakan apakah penglihatan yang buram disebabkan oleh kelainan re&raksi atau bukan. 0ara pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
1.

4asien diminta duduk dengan jarak yang ditentukan !umumnya meter atau . kaki" dari kartu pemeriksaan

<utup mata yang akan diperiksa dengan okluder 'in (ole, bila berkacamata, pasang koreksi kacamatanya

$. 'angkah selanjutnya sama dengan pemeriksaan tajam penglihatan. 6. 0atat sebagai tajam penglihatan 4# 1., Pe!eriksaan 'efraksi untuk -oreksi &io"ia dan Hi"er!etro"ia 4emeriksaan ini dilakukan untuk menentukan apakah kelainan re&raksi disebabkan oleh miopia atau hipermetropia. 0ara pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1.

(inta pasien untuk duduk pada jarak yang ditentukan !- m" dari kartu pemeriksaan.

. +kur jarak pupil untuk penglihatan jauh $. 4asang trial &rame, atur jarak pupil 6. <utup mata kiri dengan okluder. 5. 4eriksa tajam penglihatan pasien. -. <ambahkan lensa S E .,5. pada mata kanan. :. <anyakan apakah penglihatan bertambah jelas atau tidak
;.

7ila bertambah jelas, tambahkan terus lensa s&eris positi& hingga tercapai tajam penglihatan terbaik. 4ilih lensa s&eris positi& terbesar yang memberi tajam penglihatan yang terbaik.

>.

7ila dengan langkah -, penglihatan bertambah kabur, tambahkan lensa S * .,5.. 7ila bertambah jelas, tambahkan terus lensa negati& hingga tercapai

tajam penglihatan terbaik. 4ilih lensa s&eris negati& terkecil yang memberikan tajam penglihatan terbaik. 1.. +langi langkah 6*> untuk mata kiri. 11. 4eriksa kembali tajam penglihatan dua mata menggunakan lensa koreksi.

1$

1 . (inta pasien berdiri dan berjalan, tanyakan apakah merasa pusing. 1.. Pe!eriksaan 'efraksi untuk -oreksi Pres/io" 4emeriksaan ini dilakukan dengan cara :
1.

(inta pasien duduk di ruang terang.

. +kur jarak pupil untuk penglihatan dekat. $. 4asang trial &rame, atur jarak pupil. 6. <utup mata kiri dengan okluder.
5.

4eriksa tajam penglihatan mata kanan menggunakan kartu @aeger, dari jarak yang diinginkan pasien !umumnya $$ cm".

-.

7ila bertambah jelas, tambahkan lensa s&eris positi& hingga pasien dapat membaca sampai besar huru& .=$.

:. ;.

+langi langkah yang sama pada mata kiri +langi pemeriksaan dengan kedua mata.

1.0 Pengukuran 1arak Pu"il 0ara pemeriksaan jarak pupil pada penglihatan dekat :
1.

Sinari kedua mata dengan pen light dari jarak $$ cm.

. (inta pasien agar melihat cahaya. $. +kur jarak antara pupil )D dengan )S 6. 0atat sebagai jarak pupil pada penglihatan dekat +ntuk mendapatkan jarak pupil pada penglihatan jauh dapat dilakukan dengan cara yang sama, namun pasien mem&iksasikan penglihatannya pada objek yang jauh. Selain itu jarak pupil untuk penglihatan jauh bisa didapatkan dengan cara
F (enambahkan

mm jika jarak pupil pada penglihatan dekat kurang dari $ mm jika jarak pupil pada penglihatan dekat lebih dari -.

-. mm.
F (enambahkan

mm.

16 1.2Pe!/agian -elainan 'efraksi Secara garis besar kelainan re&raksi dibagi menjadi miopia, hipermetropia, pressbiopia dan astigmatisme. Kelainan*kelainan ini akan dibahas pada bab*bab selanjutnya.

BAB II &I3PIA 2.1 Definisi

15

(iopia disebut juga sebagai rabun jauh, yang disebabkan bayangan dari benda yang jauh letaknya di&okuskan tidak pada retina tetapi jatuh di depan dari retina. 2.2 Etiologi Atiologi miopia dipengaruhi berbagai &aktor, antara lain : 1. 3enetika !#erediter" 4enelitian genetika menunjukkan bahwa miopia ringan dan sedang biasanya bersi&at poligenik, sedangkan miopia berat bersi&at monogenik. 4enelitian pada pasangan kembar mono2igot menunjukkan bahwa jika salah satu dari pasangan kembar ini menderita miopia, terdapat risiko sebesar :6 / pada pasangannya untuk menderita miopia juga dengan perbedaan kekuatan lensa di bawah .,5 D. . ,utrisi ,utrisi diduga terlibat pada perkembangan kelainan*kelainan re&raksi. 4enelitian di A&rika menunjukkan bahwa pada anak*anak dengan malnutrisi yang berat terdapat prevalensi kelainan re&raksi !ametropia, astigmatisma, anisometropia" yang tinggi. $. <ekanan 8ntraokuler 4eningkatan tekanan intraokuler atau peningkatan tekanan vena diduga dapat menyebabkan jaringan sklera teregang. #al ini ditunjang oleh penelitian pada monyet, yang mana ekornya digantung sehingga kepalanya terletak di bawah. 4ada monyet*monyet tersebut ternyata timbul miopia. 2.3 -lasifikasi 1. (iopia aksial (iopia tipe ini disebabkan oleh karena diameter anteroposterior dari bola mata bertambah panjang. Komponen re&rakti& lainnya berada dalam batas normal.

2.3.1 -lasifikasi /erdasarkan "roses ang !endasarin a4

(iopia re&raksional (iopia ini disebabkan kelainan pada komponen*komponen

1-

re&rakti& pada mata seperti :


a.

'ensa terlalu cembung, misalnya akibat cairan mata masuk ke lensa pada katarak intumesen.

b. c.

'engkung kornea terlalu cembung, misalnya pada keratokonus. 8ndek bias lensa yang meninggi, seperti pada diabetes mellitus.

2.3.2 -lasifikasi /erdasarkan 3nset ter5adin a


a.

)uvenile-*nset %yopia !@)(" @)( dide&inisikan sebagai miopia dengan onset antara :*1-

tahun yang disebabkan terutama oleh karena pertumbuhan sumbu aksial dari bola mata yang &isiologis. Asophoria, astigmatisma, prematuritas, riwayat keluarga dan kerja berlebihan yang menggunakan penglihatan dekat merupakan &aktor&aktor risiko yang dilaporkan oleh berbagai penelitian. 4ada wanita, peningkatan prevalensi miopia terbesar terjadi pada usia >*1. tahun, sementara pada laki*laki terjadi pada usia 11*1 tahun. Semakin dini onset dari miopia, semakin besar progresi dari miopianya. (iopia yang mulai terjadi pada usia 1- tahun biasanya lebih ringan dan lebih jarang ditemukan. 4rogresi dari miopia biasanya berhenti pada usia remaja ! pada usia 1- tahun, pada usia 15 tahun"
b.

Adult-*nset %yopia !A)(" A)( dimulai pada usia . tahun. Kerja mata yang berlebihan

pada penglihatan dekat merupakan &aktor risiko dari perkembangan miopia. 2.3.3 -lasifikasi &io"ia /erdasarkan /eratn a a. (iopia ringan G *$,.. D
b. a. c.

(iopia sedang (iopia berat (iopia sangat berat

*$,.. s=d *-,.. D *-,.. s=d *>,.. D H*>,.. D

2.$

6e5ala

1:

3ejala*gejala dari miopia adalah penglihatan yang buram jika melihat jauh. 7anyak penderita, terutama anak*anak yang tidak sadar akan kelainannya. Kelainan tersebut baru terdeteksi ketika sekolah mengadakan pemeriksaan mata. Keluhan lain yang sering dirasakan adalah mata lelah !astenopia". ,amun keluhan sakit kepala lebih jarang dibandingkan dengan hipermetropia. 4enderita miopia juga sering memicingkan matanya agar penglihatannya lebih jelas. (ekanismenya serupa dengan mekanisme 'in (ole #est yaitu mengurangi aberasi cahaya yang terjadi. Seseorang dengan miopia juga selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang akan dilihatnya. 4enderita miopia biasanya senang membaca, apakah hal ini disebabkan kemudahan untuk membaca dekat, belum diketahui dengan pasti 2.* Diagnosis dan -oreksi <es 'in (ole dilakukan untuk mengetahui apakah penglihatan yang buram disebabkan oleh kelainan re&raksi atau bukan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan re&raksi untuk menentukan kelainannya dan juga besar koreksi yang diperlukan, seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Koreksi pada mata dengan miopia dilakukan dengan memberi lensa minus atau negati& yang ukurannya teringan dengan tajam penglihatan terbaik. Koreksi dapat dilakukan dengan pemberian kacamata atau lensa kontak. Selain itu bisa juga dilakukan tindakan operasi dengan metode*metode berikut: a. b. c.
d.

!aser-assisted in-situ +eratomileusis !'AS8K" !aser-assisted subepithelial +eratectomy !'ASAK" 'hotore&ractive +eratectomy !41K" Conductive +eratoplasty !0K"

BAB III HIPE'3PIA

1;

#iperopia atau juga dikenali sebagai rabun dekat ! &arsightedness dalam 7ahasa 8ngris" pertama kali diidenti&ikasi dan dideskripsikan oleh Kastner pada tahun 1;55. 4ada tahun 1;5;, Donders menyarankan penggunaan terminologi hipermetropia, namun #elmolt2 pada tahun 1;5> tetap menyarankan penggunaan kata hiperopia. 3.1 Definisi #iperopia adalah anomali re&raksi yang mana tanpa akomodasi, sinar sejajar akan ter&okus di belakang retina. Sinar divergen dari objek dekat, akan di&okuskan lebih jauh di belakang retina. 3.2 E"ide!iologi #iperopia merupakan anomali perkembangan dan secara praktis semua mata adalah hiperopik pada saat lahir. ;./ hingga >./ mata didapati hiperopia pada 5 tahun pertama kehidupan. 4ada usia 1- tahun, sekitar 6;/ mata didapati tetap hiperopik. 4ada masa remaja, derajat hiperopia akan berkurang karena panjang a?ial mata bertambah sehingga periode pertumbuhan berhenti. 4ada masa itu, hiperopia yang menetap akan menjadi relati& konstan sehingga munculnya presbiopia. 4ada studi yang dilakukan di Amerika, 1 dari ; anak !1 ,;/" antara usia 5 hingga 1: tahun hiperopia, studi yang dilakukan di 4olandia mendapati 1 dari 5 anak ! 1/" antara usia - hingga 1; tahun hiperopia, studi di Australi mendapati 6 dari 1. anak !$;,6/" antara usia 6 hingga 1 tahun hiperopia, studi di 7ra2il mendapati : dari 1. anak !:1 /" dalam satu kota hiperopia. 3.3
1.

Etiologi 4anjang a?ial !diameter bola mata" mata hiperopia lebih kurang dari panjang a?ial mata normal.
. $.

7erkurangnya konveksitas dari kornea atau kurvatura lensa 7erkurangnya indeks re&rakti&

1> 6. 4erubahan posisi lensa 3.$ -lasifikasi Klasi&ikasi hiperopia berdasarkan gejala klinis, derajat beratnya hiperopia, dan status akomodasi mata. 7erdasarkan gejala klinis, hiperopia dibagi menjadi tiga yaitu: 1. #iperopia simpleks yang disebabkan oleh variasi biologi normal, etiologinya bisa a?ial atau re&rakti& . #iperopia patologik disebabkan oleh anatomi okular yang abnormal karena maldevelopment, penyakit okular, atau trauma
$.

#iperopia &ungsional disebabkan oleh paralisis dari proses akomodasi

7erdasarkan derajat beratnya, hiperopia juga dibagi menjadi tiga yaitu: 1. #iperopia ringan, kesalahan re&raksi E ... D atau kurang . #iperopia sedang, kesalahan re&raksi antara E . 5 D hingga E5... D $. #iperopia berat, kesalahan re&raksi E5. 5 D atau lebih tinggi 7erdasarkan status akomodasi mata, hiperopia dibagi menjadi empat yaitu: 1. #iperopia 'aten a. Sebagian dari keseluruhan dari kelainan re&raksi mata hiperopia yang dikoreksi secara lengkap oleh proses akomodasi mata
b.

#anya bisa dideteksi dengan menggunakan sikloplegia dimilikinya

c. 'ebih muda seseorang yang hiperopia, lebih laten hiperopia yang

. #iperopia (ani&es a. #iperopia yang dideteksi lewat pemeriksaan re&raksi rutin tanpa menggunakan sikloplegia b. 7isa diukur derajatnya berdasarkan jumlah dioptri lensa positi& yang digunakan dalam pemeriksaan subj ekti& $. #iperopia Iakultati&
a.

#iperopia yang bisa diukur dan dikoreksi dengan menggunakan lensa positi&, tapi bisa juga dikoreksi oleh proses akomodasi pasien tanpa menggunakan lensa

b.

Semua hiperopia laten adalah hiperopia &akultati&

c.

Akan tetapi, pasien dengan hiperopia laten akan menolak pemakaian lensa positi& karena akan mengaburkan penglihatannya.

d.

4asien dengan hiperopia &akultati& bisa melihat dengan jelas tanpa lensa positi& tapi juga bisa melihat dengan jelas dengan menggunakan lensa positi&

6. #iperopia Absolut o <idak bisa dikoreksi dengan proses akomodasi o 4englihatan subnormal o 4englihatan jarak jauh juga bisa menjadi kabur terutama pada usia lanjut #iperopia <otal bisa dideteksi setelah proses akomodasi diparalisis dengan agen sikloplegia.

3ambar 1$. Klasi&ikasi #iperopia berdasarkan status akomodasi mata 3.* 6e5ala7ge5ala dan +anda7tanda Hi"ero"ia 4englihatan dekat kabur, penglihatan jauh pada usia lanjut juga bisa kabur
1. .

Asthenopia akomodati& !sakit kepala, lakrimasi, &oto&obia, kelelahan mata"


$.

Strabismus pada anak*anak yang mengalami hiperopia berat

6.

1 3ejala biasanya berhubungan dengan penggunaan mata untuk penglihatan dekat !cth : membaca, menulis, melukis", dan biasanya hilang jika kerjaan itu dihindari.

5. -.

(ata dan kelopak mata bisa menjadi merah dan bengkak secara kronis (ata terasa berat bila ingin mulai membaca, dan biasanya tertidur beberapa saat setelah mulai membaca walaupun tidak lelah.

:.

7isa terjadi ambliopia Diagnosis Hi"ero"ia

3.,
1. .

Anamnesa gejala*gejala dan tanda*tanda hiperopia 4emeriksaan )&talmologi


a.

%isus J tergantung usia dan proses akomodasi dengan menggunakan Snellen Chart

b.

1e&raksi J retinoskopi merupakan alat yang paling banyak digunakan untuk pengukuran objekti& hiperopia. 4rosedurnya termasuk statik retinoskopi, re&raksi subjekti&, dan autore&raksi

c.

(otilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi J termasuk pemeriksaan duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup* buka, tes #irschberg, amplitud dan &asilitas akomodasi, dan steoreopsis

d.

4enilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum J untuk mendiagnosa penyakit*penyakit yang bisa menyebabkan hiperopia. 4emeriksaan ini termasuk re&lek cahaya pupil, tes kon&rontasi, penglihatan warna, tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan segmen anterior dan posterior dari mata dan adne?anya. 7iasanya pemeriksaan dengan ophthalmoskopi indirect diperlukan untuk mengevaluasi segmen media dan posterior

3.. Penatalaksanaan Hi"ero"ia


1.

Sejak usia 5 atau - tahun, koreksi tidak dilakukan terutama tidak munculnya gejala*gejala dan penglihatan normal pada setiap mata.

Dari usia - atau : tahun hingga remaja dan berlanjut hingga waktu presbiopia, hiperopia dikoreksi dengan lensa positi& yang terkuat.

7isa memakai kaca mata atau lensa kontak.

$. 4embedahan re&rakti& juga bisa dilakukan untuk membaiki hiperopia dengan membentuk semula kurvatura kornea. (etode pembedahan re&rakti& termasuk a. !aser-assisted in-situ +eratomileusis !'AS8K" b. !aser-assisted subepithelial +eratectomy !'ASAK" c. 'hotore&ractive +eratectomy !41K" d. Conductive +eratoplasty !0K" 3.0 -o!"likasi Hi"ero"ia
1. . $.

Strabismus (engurangi kualitas hidup Kelelahan mata dan sakit kepala

BAB IV A%+I6&A+I%&E

Astigmatisme pertama kali dideskripsi dengan tepat oleh <homas Koung pada tahun 1;.1. 3eorge 7iddle Airy pada tahun 1; > merupakan orang pertama untuk mengkoreksi astigmatisme dengan menggunakan lensa s&erosilinder. 4ada tahun 1;--, Dr. @ohn 3reen menghasilkan chart jarak jauh pertama untuk menilai astigmatisme. 4ada tahun yang sama, #. Knapp telah memperkenalkan metode untuk menentukan lokasi aksis pada astigmatisme yang digunakan hingga sekarang. $.1 Definisi <erminologi astigmatisme berasal dari 7ahasa Kunani yang bermaksud tanpa satu titik. Astigmatisme merupakan kondisi dimana sinar cahaya tidak dire&raksikan dengan sama pada semua meridian. @ika mata astigmatism melihat gambaran palang, garis vertikal dan hori2ontalnya akan tampak ter&okus tajam pada dua jarak pandang yang berbeda. (ata astigmatisme bisa dianggap berbentuk seperti bola sepak yang tidak mem&okuskan sinar pada satu titik tapi banyak titik. $.2 E"ide!iologi Astigmatisme merupakan kelainan re&raksi yang sering terjadi. 5/ dari pasien yang memakai kaca mata mempunyai kelainan astigmatisme. Sebanyak $/ dari populasi mempunyai kelainan astigmatisme yang melebihi $... D. Di 8ndonesia, diperkirakan sebanyak 6. juta populasinya mempunyai kelainan astigmatisme. <idak ada perbedaan &rekuensi terjadinya astigmatisme pada lelaki dan perempuan. 4revalensi astigmatisme meningkat dengan usia. $.3 Etiologi (ata mempunyai bagian untuk mem&okuskan bayangan J kornea dan

lensa. 4ada mata yang bentuknya sempurna, setiap elemen untuk mem&okus mempunyai kurvatura yang rata seperti permukaan bola karet. Kornea atau lensa dengan permukaan demikian mere&raksikan semua sinar yang masuk dengan cara yang sama dan menghasilkan bayangan yang tajam ter&okus pada retina.

6 @ika permukaan kornea atau lensa tidak rata, sinar tidak dire&raksikan dengan cara yang sama dan menghasilkan bayangan*bayangan kabur yang tidak ter&okus pada retina. Astigmatisme bisa terjadi dengan kombinasi kelainan re&raksi yang lain, termasuk:
1.

(iopia. 8ni terjadi bila kurvatura kornea terlalu melengkung atau jika aksis mata lebih panjang dari normal. 7ayangan ter&okus di depan retina dan menyebabkan objek dari jauh terlihat kabur. #iperopia. 8ni terjadi jika kurvatura kornea terlalu sedikit atau aksis mata lebih pendek dari normal. 7ayangan ter&okus di belakang retina dan menyebabkan objek dekat terlihat kabur. 7iasanya astigmatisme terjadi sejak lahir. Astigmatisme dipercayai diturunkan

dengan cara autosomal dominan. Astigmatisme juga bisa terjadi setelah trauma atau jaringan parut pada kornea, penyakit mata yang termasuk tumor pada kelopak mata, insisi pada kornea atau karena &aktor perkembangan. Astigmatisme tidak menjadi lebih parah dengan membaca di tempat yang kurang pencahayaan, duduk terlalu dekat dengan layar televisi atau menjadi juling. @ika distorsi terjadi pada kornea, disebut astigmatisme kornea, sedangkan jika distorsi terjadi pada lensa, disebut astigmatisme lentikular. Astigmatisme juga bisa terjadi karena traksi pada bola mata oleh otot* otot mata eksternal yang merubah bentuk sklera menjadi bentuk astigma, perubahan indeks re&raksi pada vitreous, dan permukaan yang tidak rata pada retina. $.$ -lasifikasi Ada banyak tipe astigmatisme, tergantung dari kondisi optik.
1.

Simple hyperopic astigmatism J Satu meridian prinsipal adalah emmetropikL yang satu lagi hiperopik Simple miopic astigmatism J Satu meridian prinsipal adalah emmetropikL yang satu lagi miopik Compound hyperopic astigmatism J Kedua meridian prinsipal hiperopik pada derajat yang berbeda Compound miopic astigmatism J Kedua meridian prinsipal miopik pada derajat yang berbeda

$.

6.

5 5. %i,ed astigmatism Satu meridian prinsipal adalah hiperopik, yang satu lagi miopik
M

compound hypermetropic astigmastism

compound myopic astigmatism

mi,ed astigmatism

3ambar 16. <ipe*tipe Astigmatisme <erdapat beberapa bentuk dari astigmatisme.


1.

simple hypermetropi c astigmatism

simple myopic astigmatis m

Regular (eridian*meridian prinsipal bersudut tegak antara satu dengan


M

yang lainnya. Kondisi ini bisa dikoreksi dengan lensa silinder . "rregular (eridian*meridian prinsipal tidak bersudut tegak antara satu
M

dengan yang lainnya, biasanya disebabkan oleh ketidakrataan kurvatura kornea. <idak bisa dikoreksi dengan sempurna dengan lensa silinder
$.

*bli-ue (eridian*meridian prinsipal berada antara sudut $.o hingga -.o atau
M

antara sudut 15.o hingga 1;.o 6. Symmetrical (eridian*meridian prinsipal setiap mata berada pada posisi
M

simetris dari deviasi garis median. @ika aksis dari setiap mata dikoreksi dengan lensa silinder dengan tanda yang sama dan jumlah sudutnya 1;.o, astigmatisme itu simetris. %ariasi maksimum yang bisa ditoleransi sebesar 15o. 0ontoh symmetrical astigmatism: ).D. : *c?. -.., ).S. : *c?. 1 .o 5. Asymmetrical
M

<idak ada hubungan simetris dari meridian*meridian

prinsipal dari garis median. Kepala yang dimiringkan seringkali disebabkan oleh asymmetrical astigmatism ataupun obli-ue. 8ni adalah salah satu jenis tortikolis tipe okular, yang akan hilang jika astigmatismenya dikoreksi dengan benar. Asymmetrical lebih jarang dibandingkan dengan symmetrical. 0ontoh asymmetrical astigmatism: ).D. : *c?. 1 .o, ).S. : *c?. 1;.o -. .ith-the-rule astigmatism
M

(eridian vertikal dari mata mempunyai

kurvatura yang terbesar antara sudut -. o hingga 1 .o. Kondisi ini dikoreksi dengan c?. 1;.o atau Ec?. >.o
M

:.

Against-the-rule astigmatism (eridian hori2ontal dari mata mempunyai


M

kurvatura yang terbesar antara sudut .o hingga $.o dan 15.o hingga 1;.o.

Kondisi ini dikoreksi dengan c?. >.o atau dengan Ec?. 1;.o. 8ni lebih jarang
M

dibandingkan dengan /ith-the-rule astigmatism. $.* 6e5ala7ge5ala dan +anda7tanda 1. Distorsi dari bagian*bagian lapang pandang . <ampak garis*garis vertikal, hori2ontal atau miring yang kabur $. (emegang bahan bacaan dekat dengan mata 6. Sakit kepala 5. (ata berair -. Kelelahan mata :. (emiringkan kepala untuk melihat dengan lebih jelas $., Diagnosis Astig!atis!e 1. Anamnesa gejala*gejala dan tanda*tanda astigmatisme . 4emeriksaan )&talmologi
a.

%isus J tergantung usia dan proses akomodasi dengan menggunakan Snellen Chart

b.

1e&raksi J 4eriksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. 4asien diminta untuk memperhatikan kartu tes astigmatisme dan menentukan garis yang mana yang tampak lebih gelap dari yang lain. 0ontohnya, pasien yang miopia pada meridian vertikal dan emmetropia pada meridian hori2ontal akan melihat garis*garis vertikal tampak distorsi, sedangkan garis*garis hori2ontal tetap tajam dan tidak berubah. Sebelum pemeriksaan subjekti& ini, disarankan Selain itu, menjadikan untuk penglihatan pasien miopia bisa untuk menghindari bayangan di&okuskan lebih jauh ke belakang retina. pemeriksaan objekti&, digunakan keratometer, keratoskop, dan videokeratoskop

c.

(otilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi J termasuk pemeriksaan duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup* buka, tes #irschberg, amplitud dan &asilitas akomodasi, dan steoreopsis

d.

4enilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum J untuk mendiagnosa penyakit*penyakit yang bisa menyebabkan

astigmatisme. 4emeriksaan ini termasuk re&lek cahaya pupil, tes kon&rontasi,

: penglihatan warna, tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan segmen anterior dan posterior dari mata dan adne?anya. posterior 7iasanya pemeriksaan dengan ophthalmoskopi indirect diperlukan untuk mengevaluasi segmen media dan

3ambar 15. Kartu untuk tes Astigmatisme $.. Penatalaksanaan Astig!atis!e


1.

Astigmatisme bisa dikoreksi dengan menggunakan lensa silinder tergantung gejala dan jumlah astigmatismenya

. $.

+ntuk astigmatisme yang kecil, tidak perlu dikoreksi dengan silinder +ntuk astigmatisme yang gejalanya timbul, pemakaian lensa silender bertujuan untuk mengurangkan gejalanya walaupun kadang*kadang tidak memperbaiki tajam penglihatan

6.

Aturan koreksi dengan lensa silinder adalah dengan meletakkannya pada aksis >.o dari garis tergelap yang dilihat pasien pada kartu tes astigmatisme. +ntuk astigmatisme miopia, digunakan silinder negati&, untuk astigmatisme hiperopia, digunakan silinder positi&

5.

+ntuk astigmatisme irregular, lensa kontak bisa digunakan untuk meneutralisasi permukaan kornea yang tidak rata

-.

Selain itu, astigmatisme juga bisa dikoreksi dengan pembedahan 'AS8K, keratektomi &otore&rakti& dan 'ASAK

BAB V P'E%BI3PIA *.1 Definisi

4resbiopia adalah penglihatan di usia lanjut, merupakan perkembangan normal yang berhubungan erat dengan usia lanjut dimana proses akomodasi yang diperlukan untuk melihat dekat perlahan*lahan berkurang. 7iasanya terjadi diatas usia 6. tahun, dan setelah umur itu, umumnya seseorang akan membutuhkan kaca mata baca untuk mengkoreksi presbiopianya. *.2 E"ide!iologi 4revalensi presbiopia lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan hidup yang tinggi. Karena presbiopia berhubungan dengan usia, prevalensinya berhubungan lansung dengan orang*orang lanjut usia dalam populasinya. 9alaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopia karena onsetnya yang lambat, tetapi bisa dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopia terjadi pada usia 6 hingga 66 tahun. Studi di Amerika pada tahun 1>55 menunjukkan 1.- juta orang di Amerika mempunyai kelainan presbiopia. Iaktor resiko utama bagi presbiopia adalah usia, walaupun kondisi lain seperti trauma, penyakit sistemik, penyakit kardiovaskular, dan e&ek samping obat juga bisa menyebabkan presbiopia dini. *.3
1. . $.

Etiologi <erjadi gangguan akomodasi lensa pada usia lanjut Kelemahan otot*otot akomodasi 'ensa mata menjadi tidak kenyal, atau berkurang elasitasnya akibat kekakuan !sklerosis" lensa

*.$

-lasifikasi anamnesa didapati pasien memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak kelainan bila dilakukan tes, dan pasien biasanya akan menolak preskripsi kaca mata baca

1. 4resbiopia 8nsipien J tahap awal perkembangan presbiopia, dari

> . 4resbiopia Iungsional Amplitud akomodasi yang semakin menurun dan


M

akan didapatkan kelainan ketika diperiksa $. 4resbiopia Absolut 4eningkatan derajat presbiopia dari presbiopia
M

&ungsional, dimana proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali 6. 4resbiopia 4rematur 4resbiopia yang terjadi dini sebelum usia 6.
M

tahun dan biasanya berhungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obat*obatan 5. 4resbiopia ,okturnal Kesulitan untuk membaca jarak dekat pada
M

kondisi gelap disebabkan oleh peningkatan diameter pupil *.* 6e5ala7ge5ala dan +anda7tanda 1. Setelah membaca, mata menjadi merah, berair, dan sering terasa pedih. 7isa juga disertai kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu lama . (embaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca karena tulisan tampak kabur pada jarak baca yang biasa
$. 6. 5.

Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di malam hari (emerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca <erganggu secara emosional dan &isik Diagnosis Pres/io"ia

*.,
1. .

Anamnesa gejala*gejala dan tanda*tanda presbiopia 4emeriksaan )&talmologi


a.

%isus 4emeriksaan dasar untuk mengevaluasi presbiopia


M

dengan menggunakan Snellen Chart


b.

1e&raksi 4eriksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan.
M

4asien

diminta

untuk

memperhatikan

kartu

@aeger

dan

menentukan kalimat terkecil yang bisa dibaca pada kartu. <arget koreksi pada huru& sebesar .=$..
c.

(otilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi

termasuk pemeriksaan duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup* buka, tes #irschberg, amplitud dan &asilitas akomodasi, dan steoreopsis
d.

4enilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum untuk


M

mendiagnosa kon&rontasi,

penyakit*penyakit

yang

bisa

menyebabkan

presbiopia. 4emeriksaan ini termasuk re&lek cahaya pupil, tes

$. penglihatan warna, tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan segmen anterior dan posterior dari mata dan adne?anya. posterior *.. Penatalaksanaan Pres/io"ia
1.

7iasanya

pemeriksaan

dengan

ophthalmoskopi

indirect diperlukan untuk mengevaluasi segmen media dan

Digunakan lensa positi& untuk koreksi presbiopia. <ujuan koreksi adalah untuk mengkompensasi ketidakmampuan mata untuk mem&okuskan objek*objek yang dekat

Kekuatan lensa mata yang berkurang ditambahan dengan lensa positi& sesuai usia dan hasil pemeriksaan subjekti& sehingga pasien mampu membaca tulisan pada kartu @aeger .=$. Karena jarak baca biasanya $$ cm, maka adisi E$... D adalah lensa positi& terkuat yang dapat diberikan pada pasien. 4ada kekuatan ini, mata tidak melakukan akomodasi bila membaca pada jarak $$ cm, karena tulisan yang dibaca terletak pada titik &okus lensa E$... D Kekuatan 'ensa 4ositi& yang +sia !tahun" dibutuhkan 6. E1... D 65 E1.5. D E .5. D -. E$... D

$.

6.

Selain kaca mata untuk kelainan presbiopia saja, ada beberapa jenis lensa lain yang digunakan untuk mengkoreksi berbagai kelainan re&raksi yang ada bersamaan dengan presbiopia. 8ni termasuk:
a.

7i&okal J untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. 7isa yang mempunyai garis hori2ontal atau yang progresi&

b.

<ri&okal J untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh. 7isa yang mempunyai garis hori2ontal atau yang progresi&

c.

7i&okal kontak * untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. 7agian bawah adalah untuj membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan hasil koreksinya

d.

(onovision kontak J lensa kontak untuk melihat jauh di mata dominan, dan lensa kontak untuk melihat dekat pada mata non*

$1 dominan. (ata yang dominan umumnya adalah mata yang digunakan untuk &okus pada kamera untuk mengambil &oto e. (onovision modi&ied 0 lensa kontak bi&okal pada mata non* dominan, dan lensa kontak untuk melihat jauh pada mata dominan. Kedua mata digunakan untuk melihat jauh dan satu mata digunakan untuk membaca. 5. 4embedahan re&rakti& seperti keratoplasti kondukti&, 'AS8K, 'ASAK, dan keratektomi &otore&rakti&

BAB VI -A)A&A+A DAN LEN%A -3N+AKacamata merupakan alat koreksi yang paling banyak dipergunakan karena mudah merawatnya dan murah

7eberapa keuntungan dan kerugian memakai kacamata pada mata dengan miopia
1.

9alaupun kacamata memberikan perbaikan penglihata, berat kacamata akan bertambah bila kekuatan lensa bertambah, selain juga mengganggu penampilan

+kuran benda yang dilihat akan berubah dari sesungguhnya, contohnya setiap *1,.. D akan memberi kesan pengecilan benda sebesar akan terjadi pengecilan sebesar ./ /. (aka bila seseorang memakai kacamata dengan kekuatan *1.,.. D,

$.

<epi gagang disertai tebalnya lensa akan mengurangkan lapang pandang penglihatan tepi

6. 5. -.

Kacamata tidak selalu bersih Kacamata dapat memberikan rasa sakit pada telinga dan kepala (embatasi kegiatan*kegiatan tertentu 'ensa kontak mengurangi masalah penampilan=kosmetik, akan tetapi

memerlukan perawatan lensa yang benar dan bersih. 7eberapa keuntungan pemakaian lensa kontak: 1. (emberikan lapang pandang penglihatan yang lebih luas . <idak membatasi kegiatan $. <idak merubah paras muka 6. Dapat dipergunakan sebagai alternati& kaca mata 7eberapa keluhan memakai lensa kontak: 1. Sukar dibersihkan . Sukar dirawat $. (ata dapat merah dan in&eksi
6.

Sukar dipakai di lapangan berdebu

$$ *. <erbatasnya waktu pemakaian 7eberapa kerugian memakai lensa kontak 1. #arus bersih sehingga harus dibersihkan secara teratur . <idak semua orang dapat memakainya !mata dengan alergi, mata kering"
$.

(udah hilang

DAF+A' PU%+A-A
1.

$6

American Academy o& )phtalmology. 7asic N 0linical Science 0ourse ..$* ..6. Section $ J )ptics, 1e&raction, and 0ontact 'enses.

(ontgomery <(. Anatomy, 4hysiology N 4athology o& the #uman Aye. ..-. Available at Ghttp:==www.tedmontgomery.com=theOeye=inde?.htmlH

$.

%isual Acuity. 9ikipedia, <he Iree Ancyclopedia. Available at Ghttp:==en.wikipedia.org=wiki=%isualOacuityH

6.

#artstein @. 1eview o& 1e&raction. St. 'ouis : <he 0% (osby 0ompanyL 1>:1.p.1-*65.

5.

1iordan*Ava 4, 9hite )9. )ptik dan 1e&raksi. Dalam : %aughn D3, Asbury <, 1iordan*Ava 4. Aditor. )&talmologi +mum. Adisi 16. @akarta : 4enerbit 9idya (edikaL 1 >>-.p. $ ;>*6.-.

-.

Albert A. Sloane, 3eorge A. 3racia. (anual o& 1eraction, $rd edition. 'ittle, 7rown and 0ompany. +SA. 1>:>.

:.

Kalloniatis (, 'uu 0. 4sychophysics o& %ision*%isual Acuity. 8n : Kolb #, Iernande2 A, ,elson 1. editors. 9ebvision <he )rgani2ation o& the 1etina and %isual System. +niversity o& +tah. http:==webvision.med.utah.edu=KallSpatial.html ..5. Available at :

;.

8lyas S. Kelainan 1e&raksi dan Kacamata. @akarta : 7alai 4enerbit Iakultas Kedokteran +niversitas 8ndonesiaL 1>>:.

You might also like