You are on page 1of 113

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

Oleh: Tri Irawan NIM A1H012048

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

PENGENALAN SIMULASI RANGKAIAN ELEKTRONIKA (DC DAN AC) MENGGUNAKAN EWB (ELECTRONIC WORKBENCH)

Oleh: Tri Irawan NIM A1H012048

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan pesat dalam perangkat lunak dan perangkat keras komputer banyak mempengaruhi pola pikir manusia. Di zaman sarat teknologi komputerisasi ini, seperti di dalam bidang Teknik Elektro, rangkaian listrik real dapat disimulasikan dengan menggunakan program komputer sehingga pada layar komputer dapat dilihat respons seperti apa yang dikehendaki pada rangkaian elektronik realnya. Perangkat lunak Electronics Workbench (EWB) diteliti untuk diaplikasikan sebagai program simulasi bagi alat-alat elektronik yang dirancang. Dalam hal ini diteliti mengenai seberapa akurat respons yang diperoleh dari simulasi EWB dibandingkan dengan respons dari beberapa alat elektronik real dan juga seberapa banyak jenis alat elektronik yang dapat disimulasikan atau seberapa banyak jenis komponen atau rangkaian terintegrasi yang terdapat dalam EWB. Aplikasi EWB ini diharapkan dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek. Biasanya pada suatu karya tulis ilmiah mengenai perancangan dan penganalisaan suatu alat elektronik hanyalah didasarkan pada studi literatur dan tidak melalui suatu pembuktian praktis. Pembuktian dengan komponen-komponen dan rangkaian-rangkaian terintegrasi fisik selain membutuhkan biaya pengadaan yang tinggi (untuk jenis dan jumlah besar), juga sering terjadi kerusakan pada komponen-komponen fisik tersebut.

B. Tujuan

1. 2.

Mengenal lingkungan kerja EWB 5.12 Mampu membuat dan menganalisa rangkaian menggunakan program EWB 5.12

II. TINJAUAN PUSTAKA

Electronic Workbench (EWB) merupakan salah satu program Electrical Computer Aided Simulation yang digunakan untuk menghitung besarnya nilainilai dalam rangkaian elektronika. Dengan menggunakan program ini, kita dapat melakukan perancangan dan uji rangkaian elektronika analog dan digital menggunakan futuristik yang ada antara lain source, basic, transistor, diode dan lain-lain. EWB adalah software elektronika yang digunakan untuk melakukan simulasi terhadap cara kerja dari suatu rangkaian listrik. Perlunya simulasi rangkaian listrik adalah untuk menguji apakah rangkaian listrik itu dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan pendekatan teori yang digunakan pada buku-buku elektronika, tanpa harus membuat rangkaian listrik itu secara nyata. Perlu diingat, simulasi yang dilakukan dengan menggunakan EWB adalah simulasi yang menghasilkan keluaran yang ideal. Maksudnya keluaran yang tidak terpengaruh oleh faktor-faktor ketidak idealan seperti gangguan (dikenal dengan noise dalam elektronika) seperti halnya gangguan yang sering terjadi pada rangkaian listrik yang sebenarnya. Penggunaan EWB haruslah didukung oleh pengetahuan dasar tentang elektronika. Tanpa pengetahuan dasar elektronika yang memadai seperti cara pemakaian alat ukur (osiloskop, multimeter dan lain sebagainya), tentu saja akan lebih sukar untuk memahami cara kerja dari software ini. Software ini menggunakan sistem GUI (Graphic User Interface) seperti halnya Windows sehingga pemakai software yang sudah memahami pengetahuan dasar elektronika akan mudah menguasai penggunaan software ini. Software EWB yang beredar di Indonesia adalah kebanyakan software bajakan (telah di-crack) oleh cracker, usahakan janga menggunakan software bajakan untuk menyelesaikan proyek besar yang berhubungan dengan lisensi penggunaan software.

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. 2

Program EWB 5.12 Laptop

B. Prosedur Praktikum

Cara menginstall EWB 5.12: Penginstallan software ini cukup mudah. Cari source (sumber/file setup) dari EWB 5.12 ini, lalu double click pada file setup. Tentukan tempat tujuan EWB diinstall (misalnya C:\Program Files\EWB 5.12), lalu klik OK. Tunggu proses instalasi selesai, lalu ke start menu bukan programs electronic workbench EWB 5.12. EWB siap dipakai.

Penggunaan EWB secara singkat: Umumnya, ada tiga hal yang perlu dikuasai oleh pemakai baru EWB yaitu cara pemakaian alat ukur yang disediakan, pemakaian komponen elektronika (mencakup komponen aktif, pasif dan sumber sinyal/sumber tegangan) dan pembentukan rangkaian. Pemakai alat ukur setelah anda menjalankan EWB, anda akan melihat tiga toolbar menu (barisan toolbar file edit; toolbar gambar new open; dan toolbar komponen dan alat ukur). Pada barisan terakhir, klik toolbar yang paling kanan. Lalu pilih alat ukur yang akan dipakai (osiloskop atau multimeter), drag simbol osiloskop atau multimeter ke bawah (layar putih). Pada simbol osiloskop. Tampilan windows kecil akan muncul dan anda dapat mengisi nilai time/div, volt/div yang diinginkan ataupun mengubah hal-hal yang lain. Penggunaan multimeter juga hampir sama dengan osiloskop. Drag simbol

multimeter, klik dua kali untuk mengubah modus pengukuran (pengukuran arus, tegangan ataupun hambatan).

Pemakaian komponen elektronika: Pada barisan terakhir, mulai dari toolbar gambar yang kedua sampai toolbar gambar yang ketigabelas adalah toolbar yang berisi simbol komponen. Pada praktikum elektronika dasasr ini, anda hanya cukup memakai toolbar yang kedua sampai toolbar kelima. Mulai dari toolbar kedua sampai kelima, ada simbol komponen seperti simbol resistor, kapasitor, dioda, op-amp, baterai, ground, dll. Cara memakai komponen ini hampir sama dengan pemakaian alat ukur. Untuk mengubah besar nilai komponen dilakukan dengan klik dua kali komponen, lalu isi nilai komponen yang diinginkan pada tempat yang disediakan. (Simbol sinyal generator ada pada toolbar yang paling kanan/toolbar alat ukur).

Pembentukan rangkaian: Setelah mengambil beberapa komponen yang diinginkan untuk

membentuk suatu rangkaian listrik, anda perlu menyambung kaki-kaki dari satu simbol ke simbol lainnya. Penyambungan kaki dapat dilakukan dengan: arahkan mouse pointer ke ujung kaki simbol, usahakan ujung kaki simbol berwarna terang; lalu klik dan tahan mouse, tujukan ke ujung kaki simbol yang ingin disambung sampai ujung kaki simbol tersebut berwarna terang dan lepas mouse. Kedua komponen akan tersambung dengan suatu simbol kawat penghantar. Untuk lebih jelasnya dapat ditanyakan pada asisten.

Simulasi: Setelah tiga hal tersebut dikuasai, rangkaian listrik sudah dapat dibentuk. Setelah rangkaian listrik plus alat ukur dipasang pada bagian yang akan diukur (biasanya input dan output), anda dapat memulai simulasi dengan menekan simbol saklar yang terletak di pinggi kanan atas (klik tanda I untuk on simulasi dan klik tanda O untuk off simulasi; tanda pause bisa juga digunakan terutama untuk mencatat

nilai). Usahakan windows kecil alat ukur tetap terbuka, supaya grafik hasil pengukuran dapat dibaca.

Pelaksanaan Simulasi: 1. Rangkaian DC a. Dibuat rangkaian seperti di bawah ini.

b. Hubungkan arus (arah dan besarnya) yang mengalir pada R3 menggunakan perangkat instrumen (multimeter) yang ada pada EWB. c. Bandingkan hasil simulasi dengan perhitungan teoritis (gunakan metode superposisi). 2. Rangkaian AC (Filter/Tapis) a. Buat rangkaian seperti di bawah ini.

b. Setting (dengan cara double klik pada kompnen yang akan di set) Function generator:

Osiloskop:

c. Cara membaca amplitudo (tegangan Vpp): Jalankan simulasi dan tekan pause/stop bila diperlukan (gerak sinyal terlalu cepat)

Channel A (input): sinyal/grafik warna hitam Vpp = 2 V/Div * (2.4 * 2) = 9.6 Vpp Channel B (output): sinyal/grafik warna merah Vpp = 2V/Div * (2.4 * 2) = 9.6 Vpp d. Nilai frekuensi doubah pada function generator pada nilai yang berbeda-beda, kemudian tentukan nilai Vpp channel A/input (warna hitam) dan Vpp channel B/output (warna merah) dan dicatat pada lembar data.

Frequency 1 Hz 10 Hz 50 Hz 100 Hz 1 kHz 10 kHz 100 kHz

Vpp in 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2x 2,3 x 2 = 9,2 2x 2,1 x 2 = 8,4 2 x 0,4 x 2 = 1,6 2X 0,1 X 2 = 0,4 2x0=0

Vpp out 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,5 x 2 = 10 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6

e. Grafik dibuat hubungan antara frekuensi (sumbu X) dengan Vpp out (sumbu Y). Berikan analisis anda.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Rangkaian DC

2. Rangkaian AC (Filter/tipis)

1. Frekuensi 1 Hz

2. Frekuensi 10 Hz

3. Frekuensi 50 Hz

4. Frekuensi 100 Hz

5. Frekuensi 1 kHz

6. Frekuensi 10 kHz

7. Frekuensi 100 kHz

10.1 10.0 9.9 9.8 Vpp out 9.7 9.6 9.5 9.4 1 Hz 10 Hz 50 Hz 100 Hz 1 kHz 10 kHz 100 kHz Frekuensi Vpp out

Frequency 1 Hz 10 Hz 50 Hz 100 Hz 1 kHz 10 kHz 100 kHz

Vpp in 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2x 2,3 x 2 = 9,2 2x 2,1 x 2 = 8,4 2 x 0,4 x 2 = 1,6 2X 0,1 X 2 = 0,4 2x0=0

Vpp out 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,5 x 2 = 10 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6

B. Pembahasan

1. EWB, tools dan fungsinya EWB (Electronic WorkBench) adalah salah satu jenis software elektronika yang digunakan untuk melakukan simulasi terhadap cara kerja dari suatu rangkaian listrik. Perlunya simulasi rangkaian listrik adalah untuk menguji apakah rangkaian listrik itu dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan pendekatan teori yang digunakan pada buku-buku elektronika,tanpa harus membuat rangkaian listrik itu secara nyata. Perlu diingat, simulasi yang dilakukan dengan menggunakan EWB adalah simulasi yang menghasilkan keluaran yang ideal. Maksudnya keluaran yang tidak terpengaruh oleh faktor-faktor ketidakidealan seperti gangguan (dikenal dengan noise dalam elektronika) seperti halnya gangguan yang sering terjadi pada rangkaian listrik yang sebenarnya (nyata). Penggunaan EWB haruslah didukung oleh pengetahuan dasar tentang elektronika. Tanpa pengetahuan dasar elektronika yang memadai seperti cara pemakaian alat ukur(osiloskop, multimeter dan lain sebagainya), tentu saja akan lebih sukar untuk memahami cara kerja dari software ini. Software ini menggunakan sistem GUI (Graphic User Interface) seperti halnya Windows sehingga pemakai software yang sudah memahami pengetahuan dasar elektronika akan mudah menguasai penggunaan software ini. Software EWB yang beredar di Indonesia adalah kebanyakan software bajakan (telah di-crack)oleh cracker, usahakan jangan menggunakan software bajakan untuk menyelesaikan

proyekbesar yang berhubungan dengan lisensi penggunaan software. Umumnya, ada tiga hal yang perlu dikuasai oleh pemakai baru EWB yaitu cara pemakaian alat ukur yang disediakan, pemakaian komponen elektronika (mencakup komponen aktif, pasif dan sumber sinyal/sumber tegangan) dan pembentukan rangkaian. Pemakaian alat ukur Setelah Anda menjalankan EWB, Anda akan melihat tiga toolbar menu (barisan toolbar file,edit ; toolbar 'gambar' new,open ; dan toolbar komponen dan alat ukur). Pada barisan terakhir, klik toolbar yang paling

kanan. Lalu pilih alat ukur yang ingin dipakai (osiloskop atau multimeter), drag simbol osiloskop atau multimeter ke bawah (layar putih). Pada simbol osiloskop ada empat titik kecil yang bisa dipakai yaitu channel A dan B serta dua node ground. Untuk mengubah time/div dan volt/div seperti yang biasa dilakukan pada osiloskop yang nyata, klik dua kali simbol osiloskop. Tampilan windows kecil akan muncul dan Anda dapat mengisi nilai time/div , volt/div yang diinginkan ataupun mengubah hal-hal yang lain. Penggunaan multimeter juga hampir sama dengan osiloskop. Drag simbol multimeter, klik dua kali untuk

mengubah modus pengukuran (pengukuran arus, tegangan ataupun hambatan). Pada barisan terakhir, mulai dari toolbar gambar yang kedua sampai toolbar gambar yang ketigabelas adalah toolbar yang berisi simbol komponen. Pada praktikum elektronika dasar ini, Anda hanya cukup memakai toolbar yang kedua sampai toolbar kelima. Mulai dari toolbar kedua sampai kelima, ada simbol komponen seperti simbol resistor, kapasitor, dioda, op-amp, batere, ground, dll. Cara memakai komponen ini hampir sama dengan pemakaian alat ukur. Untuk mengubah besar nilai komponen dilakukan dengan klik dua kali komponen, lalu isi nilai komponen yang diinginkan pada tempat yang disediakan. Penggunaan alat ukur dan komponen untuk lebih detailnya dapat ditanyakan pada asisten praktikum pada saat praktikum. (Simbol sinyal generator ada pada toolbar yang paling kanan/toolbar alat ukur). Pembentukan rangkaian. Setelah mengambil beberapa komponen yang diinginkan untuk membentuk suatu rangkaian listrik, Anda perlu menyambung kaki-kaki dari satu simbol ke simbol lainnya. Penyambungan kaki dapat dilakukan dengan: arahkan mouse pointer ke ujung kaki simbol, usahakan ujung kaki simbol berwarna terang; lalu klik dan tahan mouse, tujukan ke ujung kaki simbol yang ingin disambung sampai ujung kaki simbol tersebut berwarna terang dan lepas mouse. Kedua komponen akan tersambung dengan suatu simbol kawat penghantar. Untuk lebih

jelasnya dapat ditanyakan pada asisten. Electronics workbench (EWB) adalah sebuah software yang digunakan untuk pengujian dan eksperimen rangkaian elektronika EWB terdiri dari Menu

Reference, Sources, Basic, Diodes, Transistors, Analog ICs, Mixed ICs, DigitalICs, Indicators dan masih banyak lagi menu yang terdapat pada EWB.

2. Rangkaian AC dan DC a. Definisi AC Arus dan tegangan listrik AC (Alternating Current) adalah arus listrik yang arahnya selalu berbalika arah secara teratur (periodik). Dalam selang waktu tertentu bagian atas sumber AC berpolaritas positif sementara bagian bawahnya berpolaritas negatif sehingga arus listrik dalam rangkaian AC mengalir berlawanan arah jarum jam dan berulang secara periodik. Untuk mengetahui kuat arus dan beda potensial dalam listrik AC digunakan amperemeter dan voltmeter. Amperemeter dan voltmeter yang dipasang dalam rangkaian AC tidak perlu memerhatikan polaritas ujung mana yang positif atau negatif karena arus AC selalu berubah-ubah arahnya. b. Definisi DC Arus dan tegangan listrik DC (Direct Current) adalah arus listrik yang selalu mengalir dalam satu arah. Jika arus DC dihasilkan oleh sumber teganganya (V) tetap dan disalurkan pada penghantar yang memiliki hambatan (R) yang tetap, maka besar kuat arusnya (I) juga akan tetap. Berdasarkan perjanjian yang masih digunakan saat sampai saat ini, arah kuat arus DC selalu keluar dari kutub positif ke kutub negatif sumber tegangan DC. Arus DC hanya mengalir satu arah sehingga pada pemasangan amperemeter dan voltmeter pada rangkaian DC harus memerhatikan polaritas ujung-ujung rangkaian yang hendak dihubungkan ke kutub-kutub meter. Pemasangan yang benar adalah kutub yang potensialnya lebih rendah (positif) harus dipasang ke kutub positif meter dan begitu juga sebaliknya. c. Perbedaan Tegangan AC dan DC Setelah mempelajari kedua definisi di atas, kita dapat dengan mudah membedakan tegangan listrik AC dengan tegangan listrik DC, yakni dengan melihat bentuk kurva tegangan keduanya yang dihasilkan oleh osiloskop. Osiloskop dapat langsung menampilkan bentuk grafik arus dan tegangan terhadap waktu.

Rangkaian AC

Rangkaian DC

3. Penggunaan rangkaian AC dan DC di bidang keteknikan pertanian Bidang Energi dan Elektrifikasi pertanian, menelaah persoalan energi, pemakaian/ penggunaan listrik untuk pertanian, baik merupakan tenaga listrik di rumah, di perbengkelan dan di dalam bangunan pertanian. Arus dan Tegangan DC (Searah). Arus searah (Direct current/ DC) mempunyai polaritas tetap yaitu positif (+), nol (0), dan negatif (-). Arus DC tidak memiliki phase dan selalu mengalir dari polaritas yang lebih tinggi kepolaritas yang lebih rendah. Di dalam sistem perkabelan elektronika kabel merah biasanya menandai polaritas positif (+) dan hitam adalah polaritas negatif (-).

Contoh Sumber Tegangan DC: 1. ACCU (Accumulator) 2. Battery 3. Solar Cell 4. Output DC Adaptor (Power Supply) Contoh perangkat yang menggunakan sumber tegangan DC di antaranya: 1. MP3/ MP4 Player 2. Handphone (Telpon seluler) 3. Lampu Senter 4. Lampu Emergency 5. Kalkulator 6. Remote Control Televisi 7. Mainan Anak

Arus dan Tegangan AC (Bolak-balik). Arus bolak-balik (Alternate Current/ AC) mempunyai dua polaritas yang selalu berubah dari negatif ke positif

dan sebaliknya diukur dari titik Neutral (N). Berbeda dengan DC, Arus AC memiliki frekuensi misalnya 50 Hz dan 60 Hz (menghasilkan gelombang listrik sinus sebanyak 50-60 per detik). Arus AC satu phase terdiri dari Phase, Neutral, dan Ground, sedangkan arus AC tiga phase terdiri dari Phase R, Phase S, Phase T, Neutral, dan Ground. Pada perkabelan PLN warna kabel hitam adalah phase, kuning adalah ground, dan biru adalah neutral.

Contoh Sumber Tegangan AC: 1. Tegangan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebesar 220V AC 240 VAC, 60 Hz 2. Output Transformator 3. Output motor generator. Contoh perangkat yang menggunakan sumber tegangan AC di antaranya: 1. Televisi 2. Lemari Pendingin 3. Komputer 4. UPS 5. Stabilizer 6. Lampu perumahan, lampu taman, dan lampu jalan 7. Traffic Light 8. Bor listrik 9. Gergaji Mesin 10. Mesin Bubut 11. Mesin fotokopi 12. Printer 13. Monitor CRT

14. Radio 15. Amplifier 16. Setrika

4. Grafik hubungan frekuensi dan Vpp Out

10.1 10.0 9.9 9.8 Vpp out 9.7 9.6 9.5 9.4 1 Hz 10 Hz 50 Hz 100 Hz 1 kHz 10 kHz 100 kHz Frekuensi Vpp out

Frequency 1 Hz 10 Hz 50 Hz 100 Hz 1 kHz 10 kHz 100 kHz

Vpp in 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2x 2,3 x 2 = 9,2 2x 2,1 x 2 = 8,4 2 x 0,4 x 2 = 1,6 2X 0,1 X 2 = 0,4 2x0=0

Vpp out 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,5 x 2 = 10 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6

Grafik berwarna merah merupakan Vpp-out menampakkan besaran tegangan yang stabil dan terjadi peningkatan tegangan pada frekuensi 10 Hz. Dapat dilihat bahwa frekuensi yang terjadi tidak berpengaruh besar terhadap Vpp-out, tetapi pada Vpp-in frekuensi semakin besar maka tegangan Vpp-in semakin kecil.

5. Pembahasan hasil praktikum Pada rangakain tegangan DC harus dicari berapa besarnya I3 yang dihasilkan pada rangakaian tersebut dan langkah perhitungannya adalah sebagai berikut: Jika V1 aktif, V2 mati maka :

V1 = I1. R1 + I1. R3 12 = I1 1000 + I1 2000 12 = 3000 I1 I1 = I1 =

12 3000 4 A 1000

Jika V2 aktif, V1 mati, maka : V2 = I2.R5 + I2.R3 + I2.R2 + I2.R4 5 = I2.3000 + I2. 2000 + I2. 500 + I2. 1500 5 = 7000 I2 I2 =

5 A 7000

Sehingga diperoleh I = I1 I2 I= I= I=

4 5 x 1000 7000
28 5 7000 23 7000

I = 3.28 x10-3 A I = 3.28 mA Pada praktikum dibuat rangkaian arus listrik DC, kemudian dilakukan ujicoba menggunakan multimeter, arus yang terukur adalah 3,23 mA, setelah melakukan perhitungan dengan superposisi didapatkan hasil 3,28 mA. Setelah itu percobaan kedua yang memanfaatkan tegangan AC dan komponen yang

digunakan adalah Function Generator dan Osiloskop untuk mengetahui besarnya tegangan dan frekuensi, dari percobaan ini yang diamati adalah kerapatan tegangan AC (Vpp in dan Vpp out) dari hasil yang diperoleh setiap perubahan frekuensi yang diberikan melalui pengaturan pada Function Generator semakin besar frekuensi yang diberikan maka semakin kecil perubahan yang terdapat pada Vpp in-nya, tetapi pada Vpp out mengalami kestabilan tegangan, nilai dari Vppout tersebut nilainya tetap dan terkadang mengalami perubahan tegangan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

EWB (Electronic WorkBench)adalah salah satu jenis software elektronika yangdigunakan untuk melakukan simulasi terhadap cara kerja dari suatu rangkaian listrik. Perlunyasimulasi rangkaian listrik adalah untuk menguji apakah rangkaian listrik itu dapat berjalandengan baik dan sesuai dengan pendekatan teori yang digunakan pada buku-buku elektronika tanpa harus membuat rangkaian listrik itu secara nyata. Resistor merupakan komponen elektronika yang bersifat menahan arus listrik.Generator adalah piranti pembangkit isyarat. Isyarat yang dihasilkan dapat berupa isyarat berbentuk sinusoida ataupun square yang dapat diatur frekuensinya. Osciloscope adalah alat yang dapat mengukur besaran-besaran elektronika seperti tegangan AC ataupun DC, frekuensi suatu sumber tegangan AC dan beda fasa antara dua sumber tegangan yang berlainan, bahkan dapat melihat bentuk isyarat tegangan terhadap waktu. Hasil pengukuran dengan multimeter I = 3,235 mA. Sedangkan pengukuran secara teoritis I = 3,28 mA. Faktor yang menyebabkan salah

pengukuran yaitu salah meletakkan multimeter, komponen-komponen yang digunakan atau salah dalam kalkulasi hasil yang di peroleh. Dari percobaan tegangan AC, dapat kita kenal Function Generator yang fungsinya untuk membangkitkan tegangan, dan pada percobaan ini function generator di fungsikan untuk ppembangkit namun dalam hal ini frekuensi yang masukan berbeda-beda untuk di cari nilai Vpp-in ataupun Vpp-out-nya.

B. Saran

Praktikum dijalankan dengan aktif dan ramah oleh asisten, tetapi praktikum ini sulit dicerna dengan cepat karena menumpuknya praktikan dan kurangnya situasi yang mendukung saat belajar-mengajar. Praktikum bisa dikembangkan lagi dengan baik di dalam ruangan yang memiliki alat yang cukup serta mendukung, lalu pada saat praktikum sebaiknya dilakukan pemberitahuan bahwa praktikum ini sangatlah berbahaya karena berkontraksi langsung dengan listrik. Tetap semangat menghadapi praktikan, serta sabar saat situasi sedang tidak kondusif.

DAFTAR PUSTAKA

Daniel W Hart, 1997, Introduction to Power Electronics ,Prentice Hall inc Dwi Hananto. Kholiq Hernawan, 1991, Kursus Singkat Elektronika Daya PEDC Bandung Hugeng, Alat Ukur Vibrasi Jarak Jauh, Tugas Akhir, Universitas Trisakti, Jakarta, 1995. Lab Dasar Teknik Elektro. 2007. Elektronic WorkBench 5.12. Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi : Departemen Fisika ITB. Milvino, Albert Paul. 2002. Prinsip-Prinsip Elektronika. Jakarta Salemba Teknika. Millman dan Halkias. 1997. Elektronika Terpadu Rangkaian dan Sistem Analog dan Digital jilid 1. Jakarta: Erlangga. Tim Penyusun. 2011. Modul Praktikum Elektronika. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Tooley, Michael. 2003. Rangkaian Elektronika. Jakarta: Erlangga.

LAMPIRAN

Frequency 1 Hz 1O Hz 50 Hz 100 Hz 1 kHz 10 kHz 100 kHz

Vpp in 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2x 2,3 x 2 = 9,2 2x 2,1 x 2 = 8,4 2 x 0,4 x 2 = 1,6 2X 0,1 X 2 = 0,4 2x0=0

Vpp out 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,5 x 2 = 10 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6 2 x 2,4 x 2 = 9,6

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

SIMULASI RANGKAIAN PENYEARAH DAN FILTER MENGGUNAKAN EWB (ELECTRONIC WORKBENCH)

Oleh: Tri Irawan NIM A1H012048

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi kini berkembang begitu pesat. Bermacam-macam alat telah diciptakan. Sekarang hampir semua peralatan yang bekerja dengan tegangan listrik sudah menggunakan rangkaian digital. Saat ini rangkaian elektronika digital sudah bukan barang asing lagi. Rangkaian digital sudah ada di mana-mana dan bersinergi dengan rangkaian elektronika analog untuk membentuk rangkaianrangkaian elektronika yang lebih cermat, cepat, dan tepat sasaran. Dalam mengimplementasikan rangkaian digital, kita juga dapat

mengunakan Electronics Workbench (EWB). EWB ini diteliti untuk diaplikasikan sebagai program simulasi bagi alat-alat elektronik yang dirancang. Dalam hal ini diteliti mengenai seberapa akurat respons yang diperoleh dari simulasi EWB dibandingkan dengan respons dari beberapa alat elektronik real dan juga seberapa banyak jenis alat elektronik yang dapat disimulasikan atau seberapa banyak jenis komponen atau rangkaian terintegrasi yang terdapat dalam EWB. Aplikasi EWB ini diharapkan dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek seperti disebut di atas. Biasanya pada suatu karya tulis ilmiah mengenai perancangan dan penganalisaan suatu alat elektronik hanyalah didasarkan pada studi literatur dan tidak melalui suatu pembuktian praktis. Pembuktian dengan komponen-komponen dan rangkaian-rangkaian terintegrasi fisik selain membutuhkan biaya pengadaan yang tinggi (untuk jenis dan jumlah besar).

B. Tujuan

1. Mengenal lingkungan kerja EWB 5.12 2. Mampu membuat dan menganalisa rangkaian menggunakan program EWB 5.12

II. TINJAUAN PUSTAKA

Electronic Workbench (EWB) merupakan salah satu program Electrical Computer Aided Simulation yang digunakan untuk menghitung besarnya nilainilai dalam rangkaian elektronika. Dengan menggunakan program ini, kita dapat melakukan perancangan dan uji rangkaian elektronika analog dan digital menggunakan futuristik yang ada antara lain source, basic, transistor, diode dan lain-lain. EWB adalah software elektronika yang digunakan untuk melakukan simulasi terhadap cara kerja dari suatu rangkaian listrik. Perlunya simulasi rangkaian listrik adalah untuk menguji apakah rangkaian listrik itu dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan pendekatan teori yang digunakan pada buku-buku elektronika, tanpa harus membuat rangkaian listrik itu secara nyata. Perlu diingat, simulasi yang dilakukan dengan menggunakan EWB adalah simulasi yang menghasilkan keluaran yang ideal. Maksudnya keluaran yang tidak terpengaruh oleh faktor-faktor ketidak idealan seperti gangguan (dikenal dengan noise dalam elektronika) seperti halnya gangguan yang sering terjadi pada rangkaian listrik yang sebenarnya. Penggunaan EWB haruslah didukung oleh pengetahuan dasar tentang elektronika. Tanpa pengetahuan dasar elektronika yang memadai seperti cara pemakaian alat ukur (osiloskop, multimeter dan lain sebagainya), tentu saja akan lebih sukar untuk memahami cara kerja dari software ini. Software ini menggunakan sistem GUI (Graphic User Interface) seperti halnya Windows sehingga pemakai software yang sudah memahami pengetahuan dasar elektronika akan mudah menguasai penggunaan software ini. Software EWB yang beredar di Indonesia adalah kebanyakan software bajakan (telah di-crack) oleh cracker, usahakan janga menggunakan software bajakan untuk menyelesaikan proyek besar yang berhubungan dengan lisensi penggunaan software.

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. 2

Program EWB 5.12 Laptop

B. Prosedur Praktikum

Penggunaan EWB secara singkat: Umumnya, ada tiga hal yang perlu dikuasai oleh pemakai baru EWB yaitu cara pemakaian alat ukur yang disediakan, pemakaian komponen elektronika (mencakup komponen aktif, pasif dan sumber sinyal/sumber tegangan) dan pembentukan rangkaian. Pemakai alat ukur setelah anda menjalankan EWB, anda akan melihat tiga toolbar menu (barisan toolbar file edit; toolbar gambar new open; dan toolbar komponen dan alat ukur). Pada barisan terakhir, klik toolbar yang paling kanan. Lalu pilih alat ukur yang akan dipakai (osiloskop atau multimeter), drag simbol osiloskop atau multimeter ke bawah (layar putih). Pada simbol osiloskop. Tampilan windows kecil akan muncul dan anda dapat mengisi nilai time/div, volt/div yang diinginkan ataupun mengubah hal-hal yang lain. Penggunaan multimeter juga hampir sama dengan osiloskop. Drag simbol multimeter, klik dua kali untuk mengubah modus pengukuran (pengukuran arus, tegangan ataupun hambatan).

Pemakaian komponen elektronika: Pada barisan terakhir, mulai dari toolbar gambar yang kedua sampai toolbar gambar yang ketigabelas adalah toolbar yang berisi simbol komponen. Pada praktikum elektronika dasasr ini, anda hanya cukup memakai toolbar yang kedua sampai toolbar kelima. Mulai dari toolbar kedua sampai kelima, ada simbol

komponen seperti simbol resistor, kapasitor, dioda, op-amp, baterai, ground, dll. Cara memakai komponen ini hampir sama dengan pemakaian alat ukur. Untuk mengubah besar nilai komponen dilakukan dengan klik dua kali komponen, lalu isi nilai komponen yang diinginkan pada tempat yang disediakan. (Simbol sinyal generator ada pada toolbar yang paling kanan/toolbar alat ukur).

Pembentukan rangkaian: Setelah mengambil beberapa komponen yang diinginkan untuk

membentuk suatu rangkaian listrik, anda perlu menyambung kaki-kaki dari satu simbol ke simbol lainnya. Penyambungan kaki dapat dilakukan dengan: arahkan mouse pointer ke ujung kaki simbol, usahakan ujung kaki simbol berwarna terang; lalu klik dan tahan mouse, tujukan ke ujung kaki simbol yang ingin disambung sampai ujung kaki simbol tersebut berwarna terang dan lepas mouse. Kedua komponen akan tersambung dengan suatu simbol kawat penghantar. Untuk lebih jelasnya dapat ditanyakan pada asisten.

Simulasi: Setelah tiga hal tersebut dikuasai, rangkaian listrik sudah dapat dibentuk. Setelah rangkaian listrik plus alat ukur dipasang pada bagian yang akan diukur (biasanya input dan output), anda dapat memulai simulasi dengan menekan simbol saklar yang terletak di pinggi kanan atas (klik tanda I untuk on simulasi dan klik tanda O untuk off simulasi; tanda pause bisa juga digunakan terutama untuk mencatat nilai). Usahakan windows kecil alat ukur tetap terbuka, supaya grafik hasil pengukuran dapat dibaca.

Pelaksanaan Simulasi: 1. Rangkaian DC a. Dibuat rangkaian seperti di bawah ini.

b. Setting: (dengan cara double klik pada komponen yang akan diset) AC voltage source:

Voltmeter 1: sebagai voltmeter AC:

Voltmeter 2: sebagai voltmeter DC:

Osiloskop:

c. Jalankan Simulasi: Jalankan simulasi dan perhatikan bentuk sinyal input (sebelum masuk penyearah) dan sinyal output (beban R 1K/steleah penyearah) yang ditampilkan osiloskop. Baca nilai: VAC (voltmeter 1) VAC (voltmeter 2) Vripple

Cara membuat Vripple: Perhatikan sinyal keluaran (grafik merah/channel B) misal:

Channel B: Sinyal/grafik warna merah

d. Analisa perubahan nilai kapasitor: Ubah nilai kapasitor pada nilai yang berbeda seperti tabel di bawah. Jalankan simulasi dan perhatikan bentuk sinyal keluarannya. Catat nilai: VAC (voltmeter 1) VAC (voltmeter 2) Vripple VDC 848.4 1.815 2.623 2.650 2.738 2.760 2.76 2.761 Vripple 1 V/DIV 2.8 = 2.8 1 V/DIV 1.8 = 1.8 1 V/DIV 0.8 = 0.8 1 V/DIV 0.4 = 0.4 1 V/DIV 0.2 = 0.2 1 V/DIV 0.1 = 0.1 1 V/DIV 0.05 = 0.05 1 V/DIV 0.025 = 0.025

Kapasitor VAC 1 F 10 F 50 F 100 F 200 F 500 F 1000 F 2000 F 1.056 668.4 228.7 114.6 57.06 23.88 12.00 6.008

e. Buat grafik hubungan antara: - Perubahan nilai kapasitor (sumbu X) terhadap VAC (sumbu Y). - Perubahan nilai kapasitor (sumbu X) terhadap VDC (sumbu Y). - Perubahan nilai kapasitor (sumbu X) terhadap Vripple (sumbu Y). Kemudian dianalisa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Rangkaian DC:

Kapasitor 1 F

Kapasitor 10 F

Kapasitor 50 F

Kapasitor 100 F

Kapasitor 200 F

Kapasitor 500 F

Kapasitor 1000 F

Kapasitor 2000 F

2. Perubahan nilai kapasitor Kapasitor 1 F 10 F 50 F 100 F 200 F 500 F 1000 F 2000 F VAC 1056 668.4 228.7 114.6 57.06 23.88 12.00 6.008 VDC 848.4 1.815 2.623 2.650 2.738 2.760 2.76 2.761 Vripple 1 V/DIV 2.8 = 2.8 1 V/DIV 1.8 = 1.8 1 V/DIV 0.8 = 0.8 1 V/DIV 0.4 = 0.4 1 V/DIV 0.2 = 0.2 1 V/DIV 0.1 = 0.1 1 V/DIV 0.05 = 0.05 1 V/DIV 0.025 = 0.025

3. Grafik hubungan antara: Perubahan nilai kapasitor (sumbu X) terhadap VAC (sumbu Y)
1500 1000 500 0 1 10 50 100 200 500 1000 2000

C dan VAC

Perubahan nilai kapasitor (sumbu X) terhadap VDC (sumbu Y)

3 2 1 0 1 10 50

C dan VDC

100

200

500

1000

2000

Perubahan nilai kapasitor (sumbu X) terhadap Vripple (sumbu Y)


3 2 1 0 1 10 50 100 200 500 1000 2000

C dan VRIPPLE

B. Pembahasan

1. Rangkaian penyearah dan filter Penyearah (Rectifier) adalah alat yang digunakan untuk mengubah sumber arus bolak-balik (AC) menjadi sinyal sumber arus searah (DC). Gelombang AC yang berbentuk gelombang sinus hanya dapat dilihat dengan alat ukur CRO. Rangkaian rectifier banyak menggunakan transformator step down yang digunakan untuk menurunkan tegangan sesuai dengan perbandingan transformasi transformator yang digunakan. Penyearah dibedakan menjadi 2 jenis, penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh, sedangkan untuk penyearah gelombang penuh dibedakan menjadi penyearah gelombang penuh dengan center tap (CT), dan penyearah gelombang penuh dengan menggunakan dioda bridge. Filter dalam rangkaian penyearah digunakan untuk memperkecil tegangan ripple, sehingga dapat diperoleh tegangan keluaran yang lebih rata, baik untuk penyearah gelombang setengah maupun gelombang penuh. Filter diperlukan karena rangkaian rangkaian elektronik memerlukan sumber tegangan DC yang tetap, baik untuk keperluan sumber daya dan pembiasan yang sesuai operasi rangkaian. Rangkaian filter dapat dibentuk dari kapasitor (C), induktor (L) atau keduanya.

1). Filter Kapasitor

Selama seperempat perioda positif yang pertama dari tegangan sekunder, Dioda D1 menghantar. Karena dioda menghubungkan sumber VS1 secara langsung dengan kapasitor, maka kapasitor akan dimuati sampai tegangan maksimum VM.

Setelah mencapai harga maksimum, dioda berhenti menghantar (mati), hal ini terjadi karena kapasitor mempunyai tegangan sebesar VM, yang artinya sama dengan tegangan sumber dan bagi dioda artinya tidak ada beda potensial. Akibatnya dioda seperti saklar terbuka, atau dioda dibias mundur (reverse). Dengan tidak menghantarnya dioda, kapasitor mulai mengosongkan diri melalui resistansi beban RL, sampai tegangan sumber mencapai harga yang lebih besar

dari tegangan kapasitor. Pada saat dimana tegangan sumber lebih besar dari tegangan kapasitor, dioda kembali menghantar dan mengisi kapasitor. Untuk arus beban yang rendah tegangan keluaran akan hampir tetap sama dengan VM. Tetapi bila arus beban tinggi pengosongan akan lebih cepat yang mengakibatkan ripple yang lebih besar dan tegangan keluaran DC yang lebih kecil.

Tegangan Ripple Seperti terlihat pada gambar 4 kapasitor mengisi (charges) dengan cepat pada awal siklus sinyal dan membuang (discharges) dengan lambat setelah melewati puncak positif (ketika dioda dibias mundur). Variasi pada tegangan keluaran untuk dua kondisi, mengisi dan membuang, disebut dengan tegangan ripple (ripple voltage). Semakin kecil ripple, semakin baik penfilteran seperti terlihat pada gambar 4 Gambar 5 memperlihatkan penyearah gelombang penuh lebih mudah melakukan penfilteran. Ketika di filter, penyearah gelombang penuh mempunyai tegangan ripple lebih kecil disbanding gelombang setengah untuk resistansi beban dan nilai kapasitor yang sama. Hal ini disebabkan kapasitor membuang lebih cepat dan interval waktu yang lebih pendek.

Tegangan Rata Rata (VDC)

Ketika filter kapasitor membuang (discharges), tegangannya adalah :

waktu pembuangan kapasitor adalah dari satu puncak mendekati puncak berikutnya, dimana ketika tegangan kapasitor mencapai nilai minimumnya.

dengan frekuensi jala jala adalah 50 Hz, maka frekuensi ripple penyearah gelombang penuh adalah 100 Hz, sehingga ;

untuk memperoleh tegangan DC, tegangan maksimum dikurangi tegangan ripple peak to peak dibagi dua.

2). Filter RC Rangkaian RC filter terdiri dari dua kapasitor C1 dan C2 dan sebuah resistor. Prinsip kerja filter ini adalah membuat gelombang yang dihasilkan dari rectifier mendekati gelombang DC murni. Pada saat rectifier mengeluarkan gelombang tegangan pada nilai puncak, maka kapasitor C1 akan terisi dengan muatan (charge). Ketika gelombang tegangan menurun, nilainya menuju titik nol, C1 akan mengeluarkan muatan (discharge).

Kondisi C1 yang selalu terisi muatan dan mengeluarkannya membuat ripple gelombang semakin kecil, selanjutnya gelombang diperhalus oleh C2 hingga gelombang tegangan keluaran menyerupai gelombang tegangan DC. 3). Filter Choke (Induktor) Sumber AC menghasilkan sebuah arus dalam induktor, kapasitor, dan resistor. Arus AC pada tiap-tiap komponen bergantung pada reaktansi induktif , reaktansi kapasitif , dan resistansi. Induktor memiliki sebuah reaktansi yang diberikan oleh :

Kapasitor memliki sebuah reaktansi yang diberikan oleh:

Persyaratan pertama desain filter induktor adalah untuk memperoleh nilai Xc lebih kecil dari R L. Persyaratan kedua desain filter induktor adalah untuk memperolah X L lebih besar dari X C. Ketika X L lebih besar dari X C , hampir semua tegangan AC melalui induktor ,

persamaan tegangan keluaran AC :

2. Komponen yang digunakan pada rangkaian penyearah a. Sumber tegangan AC Arus bolak-balik (AC/alternating current) adalah arus listrik dimana besarnya dan arahnya arus berubah-ubah secara bolak-balik.Berbeda dengan arus searah dimana arah arus yang mengalir tidak berubah-ubah dengan waktu.Bentuk gelombang dari listrik arus bolak-balik biasanya berbentuk gelombang sinusoida, karena ini yang memungkinkan pengaliran energi yang paling efisien. Namun dalam aplikasi-aplikasi spesifik yang lain, bentuk gelombang lain pun dapat digunakan, misalnya bentuk gelombang segitiga (triangular wave) atau bentuk gelombang segi empat (square wave). b. Transformator Transformator adalah alat untuk menggabungkan daya atau sinyal AC dari suatu rangkaian kerangkaian lainnya.Tegangan dapat dinaikkan atau diturunkan dengan adanya komponen ini.Hal itu tergantung jumlah kumparan primer dan kumparan sekundernya. c. Dioda Diode merupakan komponen semikonduktor yang terdiri dari pn junction dan disusun sedemikian rupa sehingga mampu mengalirkan arus satu arah saja. d. Voltmeter Voltmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tegangan pada suatu rangkaian.Alat ini dipasang secara parallel. e. Resistor Resistansi dianggap sebagai sesuatu yang melawan aliran arus. Semakin tinggi resistansi semakin kecil arus yang akan mengalir dengan asumsi g.g.l tetap. Resistor merupakan salah satu komponen pasif yang dibuat berdasarkan konsep resistansi. Resistor merupakan sarana untuk mengontrol arus dan tegangan yang bekerja dalam rangkaian elektronik.

f. Multimeter Multimeter adalah gabungan dari voltmeter, amperemeter, dan ohmmeter dalam satu instrument.Selain fungsi pengukur tegangan, arus dan resistansi yang biasa, beberapa multimeter juga dilengkapi fasilitas pengujian transistor dan pengukuran kapasitansi.Berdasarkan

tampilannya terdapat dua jenis multmeter, yaitu analog dan digital. g. Osiloscope Osiloscope adalah piranti yang sangat serbaguna yang dapat digunakan dalam beragam pengukuran, dimana aplikasi terpentingnya ialah tampilam berupa bentuk gelombang tegangan terhadap waktu. h. Kapasitor Kapasitor adalah perangkat yang digunakan untuk menyimpan muatan listrik.Satuan kapasitansi adalah farad (F).sebuah kapasitor dikatakan memiliki kapasitansi 1F jika arus 1A mengalir didalamnya ketika tegangan yang berubah-ubah dengan kevepatan 1V/s diberikan kepada kapasitor tersebut. 3. Grafik hubungan antara nilai kapasitor VAc, VDC dan Vripple Perubahan nilai kapasitor (sumbu X) terhadap VAC (sumbu Y)
1500 1000 500 0 1 10 50 100 200 500 1000 2000

C dan VAC

Perubahan nilai kapasitor (sumbu X) terhadap VDC (sumbu Y)

3 2 1 0 1 10 50

C dan VDC

100

200

500

1000

2000

Perubahan nilai kapasitor (sumbu X) terhadap Vripple (sumbu Y)


3 2 1 0 1 10 50 100 200 500 1000 2000

C dan VRIPPLE

4. Hasil praktikum Kapasitor VAC 1 F 10 F 50 F 100 F 200 F 500 F 1000 F 2000 F 1.056 668.4 228.7 114.6 57.06 23.88 12.00 6.008

VDC 848.4 1.815 2.623 2.650 2.738 2.760 2.76 2.761

Vripple 1 V/DIV 2.8 = 2.8 1 V/DIV 1.8 = 1.8 1 V/DIV 0.8 = 0.8 1 V/DIV 0.4 = 0.4 1 V/DIV 0.2 = 0.2 1 V/DIV 0.1 = 0.1 1 V/DIV 0.05 = 0.05 1 V/DIV 0.025 = 0.025

Dari hasil rangkaian yang dibuat melalui simulasi penukuran dengan menggunakan osiloscope, kurva input (sinyal AC, hitam) dan output (Sinyal DC, merah) dapat dibedakan dengan adanya pergerakan. Pada sinyal AC, kurva hitam

bergerak pada bidang positif dan negative. Sedangkan pada sinyal DC, kurva merah hanya berada pada sisi positif saja. Dari voltmeter juga menunjukkan bahwa besar nilai tegangan AC dan DC berbeda.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Rangkaian penyearah adalah rangkaian yang berfungsi untuk menjadikan gelombang yang mempunyai lebih dari satu arah menjadi gelombang satu arah. Sedangkan filter (tapis) dalam penyearah gelombang (Rectifier) berfungsi untuk mendapatkan tegangan output searah yang rata dari rangkaian rectifier. Tujuan dari penyearahan adalah memperoleh arus searah. Pada rangkaian catu daya terdapat beberapa komponen diantaranya sumber tegangan AC, transformator, dioda, resistor, voltmeter, multimeter, kapasitor, oscilloskop, dan ground. Dari hasil simulasi pembacaan dengan menggunakan osiloscope, kurva input (sinyal AC, hitam) dan output (Sinyal DC, merah) dapat dibedakan dengan mudah. Pada sinyal AC, kurva hitam bergerak pada bidan positif dan negative. Sedangkan pada sinyal DC, kurva merah hanya berada pada sisi positif saja. Dari voltmeter juga menunjukkan bahwa besar nilai tegangan AC dan DC berbeda.

B. Saran

Praktikum bisa dikembangkan lagi dengan baik di dalam ruangan yang memiliki alat yang cukup serta mendukung, lalu pada saat praktikum sebaiknya dilakukan pemberitahuan bahwa praktikum ini sangatlah berbahaya karena berkontraksi langsung dengan listrik. Tetap semangat menghadapi praktikan, serta sabar saat situasi sedang tidak kondusif.

DAFTAR PUSTAKA

Boylestad, Robert dan Louis Nashelsky, Electronic Devices and Circuit Theory, Edisi ke-6,Prentice Hall International Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1996. Cyril W.Lander, 1981, Power Electronic ,McGraw-Hill, Inc. Daniel W Hart, 1997, Introduction to Power Electronics ,Prentice Hall inc Dwi Hananto. Kholiq Hernawan, 1991, Kursus Singkat Elektronika Daya PEDC Bandung Hugeng, Alat Ukur Vibrasi Jarak Jauh, Tugas Akhir, Universitas Trisakti, Jakarta, 1995. Interactive Image Technologies Ltd., Electronics Workbench: Technical Reference, Toronto,Ontario, 1996. Milvino, Albert Paul. 2002. Prinsip-Prinsip Elektronika. Jakarta Salemba Teknika. Millman dan Halkias. 1997. Elektronika Terpadu Rangkaian dan Sistem Analog dan Digital jilid 1. Jakarta: Erlangga. Lab Dasar Teknik Elektro. 2007. Elektronic WorkBench 5.12. Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi : Departemen Fisika ITB.

LAMPIRAN

Kapasitor 1 F 10 F 50 F 100 F 200 F 500 F 1000 F 2000 F

VAC 1.056 668.4 228.7 114.6 57.06 23.88 12.00 6.008

VDC 848.4 1.815 2.623 2.650 2.738 2.760 2.76 2.761

Vripple 1 V/DIV 2.8 = 2.8 1 V/DIV 1.8 = 1.8 1 V/DIV 0.8 = 0.8 1 V/DIV 0.4 = 0.4 1 V/DIV 0.2 = 0.2 1 V/DIV 0.1 = 0.1 1 V/DIV 0.05 = 0.05 1 V/DIV 0.025 = 0.025

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

ALAT UKUR, PENGUKURAN DAN KOMPONEN PASIF

Oleh: Tri Irawan NIM A1H012048

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi digital meningkatkan kemampuan alat ukur. Kemajuan ini menyebabkan penelitian-penelitian dapat dilakukan dengan lebih baik dan cepat. Alat ukur dapat tersusun atas bagian digital dan analo. Ada 3 bagian utama dalam suatu alat ukur. Yaitu sensor, pengolah data dan penampil data. Alat ukur dengan penampil digital memberikan banyak kemudahan seperti pembacaan yang lebih teliti dan mudah dibaca karena tidak ada paraleks. Pengolahan data juga lebih mudah dilakukan secara digital walaupun ada beberapa bagian yang memang tidak bisa mengabaikan kemampuan suatu rangkaian analog. Alat ukur tidak bisa disebut baik jika tidak dikalibrasi dengan referensi yang baik. Kalibrasi yang baik dilakukan dengan menentukan referensi yang tepat. Suatu referensi harus diuji dengan membandingkan besaran-besaran yang diukur dengan rumus yang telah baku, disamping membandingkannya dengan beberapa referensi yang lain. Kalibrasi sangat mempengaruhi suatu pengukuran.. dalam pengukuran, mengartikan secara nyata suatu jumlah yang diukur adalah tidak mungkin. Masalah yang kompleks akan ditemui jika mempermasalahkan obyek yang sebenarnyA. Istilah nilai sebenarnya diartikan sebagai nilai yang didapatkan jika jumlah yang terukur sesuai dengan referensi yang disetujui bersama dan cukup akurat untuk tujuan di mana data akan digunakan. Alat ukur digital biasanya menggunakan pengubah analog ke digital (ADC, Analog to Digital Converter).

B. Tujuan

1. Mengetahui jenis alat ukur yang digunakan dalam pengukuran besaran listrik 2. Mengetahui cara pengukuran besaran listrik (tahanan, tegangan dan arus) 3. Mengetahui beberapa komponen pasif dan cara pengukuran komponen pasif

II. TINJAUAN PUSTAKA

Untuk dapat memahami Elektronika, terlebih dahulu harus memahami alat-alat ukur yang digunakan, berfungsi untuk menganalisa besaran-besaran elektronika. Adapun alat ukur yang digunakan pada praktikum ini adalah Multimeter Digital, resistor, potensiometer, bread board, catu daya, dan kabel jumper. Disini akan diberikan penjelasan mengenai alat-alat diatas. Multimeter digital hampir sama fungsinya dengan multimeter analog tetapi multimeter digital menggunakan tampilan angka digital. Multimeter digital mempunyai bacaan ujiannya lebih tepat jika dibanding dengan multimeter analog, sehingga multimeter digital dikhususkan untuk mengukur suatu besaran nilai tertentu dari sebuah komponen secara mendetail sesuai dengan besaran yang diinginkan. Multimeter digital mempunyai keuntungan pada ketelitian

pengukuran, biasanya sampai 3-6 angka di belakang koma. Resistor merupakan komponen elektronika yang bersifat menahan arus listrik. Resistor dibagi menjadi dua kategori, yaitu: fixed resistor (tetap) dan variable resistor (berubah-ubah). Resistor yang terbuat dari dari karbon terdiri dari kode warna yang menunjukan besarnya nilai dari hambatan itu sendiri. Tabel Warna dan nilai resistor

Sedangkan potensiometer, alat ini merupakan bagian dari resistor. Namun dapat dilihat berbeda dari bentuk fisiknya, resistor biasa memiliki gelang warna untuk menentukan nilai tahanannya sedangkan potensiometer tegangan ditentukan oleh putaran atau pergeseran. Breadboard adalah suatu perangkat yang seringkali digunakan untuk melakukan implementasi suatu rancangan rangkaian elektronik dengan cara tidak disolder (solderless). Implementasi rancangan yang demikian bertujuan untuk menguji-coba rancangan tersebut yang biasanya melibatkan bongkar pasang komponen. Catu daya merupakan suatu Rangkaian yang paling penting bagi sistem elektronika. Ada dua sumber catu daya yaitu sumber AC dan sumber DC. Sumber AC yaitu sumber tegangan bolak - balik, sedangkan sumber tegangan DC merupakan sumber tegangan searah. Keduanya dapat ditentukan dengan oscilloscope. Adapun Kabel jumper yang didesain khusus untuk breadboard, dengan cara ditancapkan di breadboad dan menggunakan kabel serabut yang lentur.

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Multimeter analog 2. Multimeter digital 3. Kapasitanmeter 4. Resistor 5. Potensiometer 6. Breadboard 7. Catudaya 8. Kabel jumper

B. Prosedur Kerja

1. Pembacaan kode dan pengukuran Tahanan (resistor) a. Fixed Resistor 1) Perhatikan peragaan dan keterangan yang diberikan oleh asisten. 2) Ambil 10 buah resistor, dilakukan pembacaan nilai tahanan yang tertera pada bodi resistor tersebut. 3) Diukur besarnya tahanan tersebut menggunakan Ohmmeter. 4) Dengan resistor yang tersedia, rangkaian pada breadboard rangkaian berikut, dan ukur tahanan pada titik AB, BC dan AC. 5) Bandingkan hasil pengukuran pada titik BC dan AC dengan hasil perhitungan.

b. Variabel Resistor (potensio) 1) Diperhatikan peragaan dan keterangan yang diberikan oleh asisten.

2) Ambil sebuah potensio, catat kode yang tertera pada bodi resistor tersebut dan lakukan pengukuran nilai tahanan pada posisi , , dan 1 putaran. 3) Hasil pengukuran dicatat dan dibuat grafik dari hasil pengukuran.

c. Photoresistor (LDR) 1) Diperhatikan peragaan dan keterangan yang diberikan oleh asisten 2) Sebuah LDR diambil dan diukur besarnya tahanan saat LDR tersebut terkena cahaya dan saat tidak terkena cahaya.

2. Pengukuran tegangan DC dan AC a. Pengukuran Tegangan DC (searah) 1) Diperhatikan peragaan dan keterangan yang diberikan oleh asisten. 2) Ambil sebuah catudaya, kemudian atur potensio yang terdapat pada catudaya tersebut dan ukur tengangan yang dihasilkan. b. Pengukuran Tegangan DC pada rangkaian 1) Buat sebuah rangkaian pada breadboard, dan ukur tegangan pada titik AB, BC, dan AC. 2) Dicatat besarnya resistor yang dipasang, dan dibandingkan hasil pengukuran dengan hasil perhitungan. 3) Rangkai rangkaian pada breadboard, dan ukur tegangan dalam LDR dan LED pada saat LDR dikenai cahaya dan saat LDR tidak dikenai cahaya. 4) Jelaskan yang terjadi dengan LED pada 2 perlakuan yang berbeda tadi. c. Pengukuran Tegangan AC (Bolak-balik 1) Diperhatikan peragaan dan keterangan yang diberikan oleh asisten. 2) Ambil sebuah trafo step down dan ukur tegangan pada bagian lilitan sekundernya. 3) Buat kesimpulan.

d. Pengukuran Arus 1) Diperhatikan peragaan dan keterangan yang diberikan asisten 2) Dilakukan pengukuran arus pada rangkaian yang dibuat 3) Catat besarnya resistor yang digunakan, bandingkan hasil

pengukuran tegangan dengan pengukuran arus.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pembacaan Kode dan Pengukuran Tahanan: No 1 Kode Warna Jingga hitam jingga emas Pembacaan 30 103 emas 27 103 emas (25650 28350)
(4465-4935)

Pengukuran 29.9 k 26.4 k 4.6 k 982 1.97 k 463 204 k 9.73 k 97.5 k 297

Merah ungu jingga emas

(28500 31500)

Kuning ungu merah emas

47 102 emas 10 102 emas (950 1050) 20 102 emas (1900 2100) 47 101 emas (446.5 493.5)

Coklat hitam merah emas

Merah hitam merah emas

Kuning ungu coklat emas

Merah hitam kuning emas

Coklat hitam jingga emas

20 104 emas (190000 210000) 10 104 emas (95000 105000) 10 103 emas (9500 10500)

Coklat hitam kuning emas

10

Jingga hitam coklat emas

30 101 emas (285 315)

Berdasarkan hasil pengukuran pada multimeter : R1 = 1,97 k R2 = 464 R2 = 9.76 k Berdasarkan perhitungan : RAB = 1,97 k
1 1 1 1 1 10.224 4.5286

RAB = 1.97 k RBC = 441 RAC = 2.41 k

RBC = 0.44 k

0.464

9.76

RAC = RAB + RBC = 1.97 + 0.44 = 2.41 k 2. Variabel Resistor Posisi Potensio 0 Putaran Tahanan Terukur 1.2 0 k
13.5 k 33.6 k 46.6 k 83.1 k

2.3 109.6 k 98.5 k 78.4 k 65.2 k 28.7 k

1 Putaran 5 2 Putaran 5 3 Putaran 5 4 Putaran 5

5 Putaran 5

109.7 k

3. Photoresistor (LDR) berdasarkan hasil pengukuran pada multimeter : R saat terkena cahaya = 0.64 k R saat tidak terkena cahaya = 10 k

4. Pengukuran Tegangan DC dan AC Posisi Potensio 0 Putaran Tegangan Akhir 2.8 V 5.2 V

1 Putaran 5 2 Putaran 5 3 Putaran 5 5 Putaran 5 4 Putaran 5

7.1 V

9.1 V

11.2 V

15.4 V

VAB = 2.2 V VBC = 6.8 V

VAC = 2.1 V

5. Pengukuran Tegangan LDR dan LED

Tegangan LED Saat dikenai cahaya Saat tidak dikenai cahaya 1.8 V 1.8 V

Tegangan LDR 3.2 V 3.3 V

6. Pengukuran Tegangan AC Lilitan Sekunder CT - 6 V CT - 7.5 V Tegangan Terukur 6.6 V 8V

CT 12 V CT 7.5 V 12 V- 12 V

13 V 1.6 V ( searah ) / 14.5 V ( silang ) 26.2 V

7. Pengukuran Arus

a. Berdasarkan hasil pengukuran pada multimeter : R1 = 14.7 k R2 = 97.7 k R3 = 4.6 k VDC = 8.6 V IDC = 0.69 A b. Berdasarkan perhitungan : 1 1 1 1 1 5125 = + = + = 2 3 97.9 4.6 22517
122517 5125

Rp =

Rtotal = R1 + Rp = 14.7 + 4.39 = 19.09 k IDC = =


= 4.39 k

= 4.5 10-4 A

19.0910 3

8.6

B. Pembahasan

1. Multimeter, perbedaan analog dan digital


Multimeter atau biasa disebut dengan AVO meter merupakan alat ukur listrik yang dapat digunakan untuk mengukur berbagai macam satuan listrik yang diantaranya tegangan (volt), arus (ampere) dan hambatan (ohm). Pada dasarnya multimeter merupakan gabungan alat ukur dari volt meter, ohm meter dan ampere meter. Gabungan alat ukur tersebut dijadikan satu dengan rapi dan diberi nama dengan multimeter.

Multimeter lebih dipilih daripada alat ukur yang lain karena multimeter ini mudah digunakan dan dapat digunakan untuk mengukur banyak satuan listrik meskipun hanya dengan satu alat yakni multimeter saja. Selain dari ketingga fungsi diatas Multimeter dapat digunakan untuk mengidentifikasi baterai, komponen, switch, sumber listrik, dan motor dan digunakan untuk mendeteksi malfungsi listrik. Fungsi multimeter yang lain diantaranya : 1) Mendeteksi hubung-singkat / koneksi 2) Mendeteksi transistor 3) Mendeksi kapasitor elektrolit 4) Mendeteksi dioda, led dan dioda zener 5) Mendeteksi induktor 6) Mengukur HFE transistor (type tertentu) 7) Mengukur suhu (type tertentu) Dalam perkembangannya multimeter selalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut bertujuan agar multimeter menjadi alat ukur yang lebih cermat dan mudah digunakan. Jika dahulu orang hanya mengenal multimeter analog namun seiring dengan perkembangan yang begitu pesat multimeter menunjukkan multimeter versi yang terbaru yakni multimeter digital. Multimeter digital merupakan multimeter yang pembacaan hasil ukurnya berupa digit angka. Sedangkan multimeter analog merupakan multimeter yang hasil pembacaan hasil ukurnya berupa penunjuk jarum. Multimeter digital tentunya lebih baik dari multimeter analog karena multimeter digital ini memiliki akurasi pengukuran yang tinggi dan kemudahan dalam penggunaan serta pembacaan data hasil ukur

dan tahan lama dibandingkan dengan multimeter analog yang tingkat akurasinya rendah dan mudah rusak. Namun multimeter digital pun memiliki kekurangan yaitu pada AC, tidak memberikan tegangan rms dan sumber arus yang asal magnet, atau salah satu yang dioperasikan oleh controller di AC dengan metode penyerapan. Namun pada dasarnya fungsi multimeter hanyalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur berbagai macam satuan listrik yang meliputi hambatan (ohm), tegagan (volt), dan arus (ampere).

2. Resistor, potensiometer dan LDR Resistor adalah salah satu komponen elektronik pasif yang berfungsi untuk penahan arus listrik yang mengalir dalam satu rangakaian dan berupa termina dua komponen elektronik yang menghasilkan teganag pada terminal yang sebanding dengan arus listrik yang melewatinya sesuai dengan hokum Ohm (V = I.R). sebuah resistor tidak memiliki kutub positif ataupun negative tapi memiliki karakteristik utama yaitu resistansi, toleransi, tegangan kerja maksimum dan power rating. Karakteristik lainnya meliputi koefisien temperature, kebisingan, dan induktasi. Ohm yang dilambangkan dengan simbol (omega) merupakan satuan resistansi dari sebuah resistor yang bersifat resistif . Fungsi resistor adalah sebagai pengatur dalam membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Dengan adanya resistor menyebabkan arus listrik dapat disalurkan sesuai dengan kebutuhan. Adapun fungsi resistor secara lengkap adalah sebagai berikut : a. Berfungsi sebagai penahan sebagian arus listrik agar sesuai dengan kebutuhan suatu rangakaian b. Berfungsi untuk menurunkan tegangan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh rangkaian elektronika c. Berfungsi sebagai pembagi tegangan d. Berfungsi sebagai pembangkit frekuensi tinggi dan frekuensi rendah dengan bantuan transistor dan kondensor (kapasitor) Resistor berdasarkan nilainya dapat dibagi dalam 3 jenis yaitu : 1. Fixed Resistor :Resistor yang nilai hambatannya tetap.

2. Variable Resistor 3. Resistor Non Linier

:Resistor yang nilai hambatannya dapat dirubah :Resistor yang nilai hambatannya tidak linier karena

pengaruh faktor lingkungan misalnya suhu dan cahaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terhadap resistor : 1. Makin besar bentuk fisik resistor, makin besar pula daya resistor tersebut. 2. Semakin besar nilai daya resistor makin tinggi suhu yang bisa diterima resistor tersebut. 3. Resistor bahan gulungan kawat pasti lebih besar bentuk dan nilai daya-nya dibandingkan resistor dari bahan carbon. Potensiometer adalah resistor tiga terminal dengan sambungan geser yang membentuk pembagi tegangan dapat disetel. Jika hanya dua terminal yang digunakan (salah satu terminal tetap dan terminal geser), potensiometer berperan sebagai resistor variabel atau Rheostat. Potensiometer biasanya digunakan untuk mengendalikan peranti elektronik seperti pengendali suara pada penguat. Potensiometer yang dioperasikan oleh suatu mekanisme dapat digunakan sebagai transduser, misalnya sebagai sensor joystick. 1. Elemen resistif 2. Badan 3. Penyapu (wiper) 4. Sumbu 5. Sambungan tetap #1 6. Sambungan penyapu 7. Cincin 8. Baut 9. Sambungan tetap #2 Potensiometer jarang digunakan untuk mengendalikan daya tinggi (lebih dari 1 Watt) secara langsung. Potensiometer digunakan untuk menyetel taraf isyarat analog (misalnya pengendali suara pada peranti audio), dan sebagai pengendali masukan untuk sirkuit elektronik. Sebagai contoh, sebuah peredup lampu menggunakan potensiometer untuk menendalikan pensakelaran

sebuah TRIAC, jadi secara tidak langsung mengendalikan kecerahan lampu.

Potensiometer yang digunakan sebagai pengendali volume kadang-kadang dilengkapi dengan sakelar yang terintegrasi, sehingga potensiometer membuka sakelar saat penyapu berada pada posisi terendah. Sebuah potensiometer biasanya dibuat dari sebuah unsur resistif semilingkar dengan sambungan geser (penyapu). Unsur resistif, dengan terminal pada salah satu ataupun kedua ujungnya, berbentuk datar atau menyudut, dan biasanya dibuat dari grafit, walaupun begitu bahan lain mungkin juga digunakan sebagai gantinya. Penyapu disambungkan ke terminal lain. Pada potensiometer panel, terminal penyapu biasanya terletak di tengah-tengah kedua terminal unsur resistif. Untuk potensiometer putaran tunggal, penyapu biasanya bergerak kurang dari satu putaran penuh sepanjang kontak. Potensiometer "putaran ganda" juga ada, elemen resistifnya mungkin berupa pilinan dan penyapu mungkin bergerak 10, 20, atau lebih banyak putaran untuk menyelesaikan siklus. Walaupun begitu, potensiometer putaran ganda murah biasanya dibuat dari unsur resistif konvensional yang sama dengan resistor putaran tunggal, sedangkan penyapu digerakkan melalui gir cacing. Disamping grafit, bahan yang digunakan untuk membuat unsur resistif adalah kawat resistansi, plastik partikel karbon dan campuran keramik-logam yang disebutcermet. Pada potensiometer geser linier, sebuah kendali geser digunakan sebagai ganti kendali putar. Unsur resistifnya adalah sebuah jalur persegi, bukan jalur semi-lingkar seperti pada potensiometer putar. Potensiometer jenis ini sering digunakan pada peranti penyetel grafik, seperti ekualizer grafik. Karena terdapat bukaan yang cukup besar untuk penyapu dan kenob, potensiometer ini memiliki reliabilitas yang lebih rendah jika digunakan pada lingkungan yang buruk. Potensiometer tersedia dengan relasi linier ataupun logaritmik antara posisi penyapu dan resistansi yang dihasilkan (hukum potensiometer atau "taper"). Pembuat potensiometer jalur konduktif menggunakan pasta resistor polimer konduktif yang mengandung resin dan polimer, pelarut, pelumas dan karbon. Jalur dibuat dengan melakukan cetak permukaan papua pada substrat fenolik dan memanggangnya pada oven. Proses pemanggangan menghilangkan seluruh

pelarut dan memungkinkan pasta untuk menjadi polimer padat. Proses ini menghasilkan jalur tahan lama dengan resistansi yang stabil sepanjang operasi. Pada posisi potensio diketahui , , , dan 1 putaran dengan nilai tahanan
5 5 5 5 1 2 3 4

terukur yang berbeda- beda. Dan diketahui juga Rtotal (hambatan total) sebesar 100 k. Dari data yang telah diketahui dan didapatkan, terdapat Hubungan putaran antara tahanan terukur dengan variabel resistor ( potensio ). Yaitu, jika putaran lebih sedikit akan didapatkan tahanan terukur yang relatif kecil juga. Namun, hal sebaliknya jika putaran dilakukan secara maksimal atau banyak, akan menghasilkan tahanan terukur yang relatif besar. Ini terbukti pada percobaan, dimana putaran maksimal pada 1 putaran, dan menghasilkan tahanan terukur lebih besar dari hambatan totalnya sebesar 100 k. LDR atau Light Dependent Resistor adalah sebuah komponen elektronika yang termasuk ke dalam jenis resistor yang nilai resistansinya (nilai tahanannya) akan berubah apabila intensitas cahaya yang diserap juga berubah. Dengan demikian LDR juga merupakan resistor yang mempunyai koefisien temperature negative, dimana resistansinya dipengaruhi oleh intrensitas cahaya. LDR terbuat dari Cadium Sulfida, bahan ini dihasilkan dari serbuk keramik. Biasanya Cadium Sulfida disebut juga bahan photoconductive, apabila konduktivitas atau resistansi dari Cadium Sulfida bervariasi terhadap intensitas cahaya. Jika intensitas cahaya yang diterima rendah maka hambatan juga akan tinggi yang mengakibatkan tengangan yang keluar juga akan tinggi begitu juga sebaliknya disinilah mekanisme proses perubahan cahaya menjadi listrik terjadi. Berikut adalah simbol LDR: Simbol Light Dependent Resistor

Prinsip Kerja LDR: Pada dasarnya LDR terbuat dari sebuah cakram semikonduktor yang mempunyai dua buah elektroda pada permukaannya. Pada saat gelap atau intensitas cahaya rendah, bahan tersebut menghasilkan elektron bebas dengan jumlah yang relatif kecil. Sehingga hanya sedikit elektron yang dihasilkan untuk mengangkut muatan elektrik. Hal ini berarti, pada saat keadaan gelap atau intensitas cahaya rendah, maka LDR akan menjadi konduktor yang buruk, sehingga LDR memiliki resistansi yang besar pada saat gelap atau intensitas cahaya rendah.

Bentuk Fisik LDR

Pada saat terang atau intensitas cahaya tinggi, bahan tersebut lebih banyak menghasilkan elektron yang lepas dari atom. Sehingga akan lebih banyak elektron yang dihasilkan untuk mengangkut muatan elektrik. Hal ini berarti, pada saat terang atau intensitas cahaya tinggi, maka LDR menjadi konduktor yang baik, sehingga LDR memiliki resistansi yang kecil pada saat terang atau intensistas cahaya tinggi.

3. Pembacaan kode warna resistor Untuk membaca nilai dari sebuah resistor pembacaan nilai resistor itu dapat diukur menggunakan alat atau pembacaan manual denagn melihat warna gelang yang ada pada resistor itu sendiri. Gambar berikut adalah susunan gelang warna pada resistor beserta nilainya:

Apabila sebuah resistor memiliki gelang-gelang warna secara berurutan sebagai berikut : ( Merah, Ungu, Kuning, Perak ) Nilai tahanan Resistor Tersebut adalah : Merah = 2 Ungu = 7 Kuning = X 104 (warna ketiga adalah faktor perkaliannya) Berarti nilai Resistor tersebut adalah 27x104 = 270.000 Ohm atau 270 Kilo Ohm +/- 10%. Jadi nilai tahanan atau hambatan resistor tersebut antara 243.000 Ohm sampai dengan 297.000 Ohm. Sederhana dalam perhitungannya seperti itu, jadi perhitungan nilai resistor dapat dilihat dari berapa cincin yanga ada pada resistor itu, kemudian di sesuaikan, dimana untuk gelang pertama biasanya menjadi pembilang pertama, kedua menjadi pembilang kedua, ketiga menjadi faktro pengali dan ke empat menjadi factor toleransi biasanya cincin yang digunakan berwarna emas atau perak dengan nilai toleransi yang berbeda.

4. Hasil pengukuran dan perhitungan


Pembacaan kode dan pengukuran resistor merupakan cara untuk mengetahui jumlah hambatan yang terdapat pada resistor, pembacaan resistor dengan teori adalah cara yang paling sederhana, nilai resistor yang terbaca dengan komposisi warna yang terlihat, nilainya tidak berbeda jauh dengan resistor yang diukur menggunakan multimeter.

No 1

Kode Warna Jingga hitam jingga emas

Pembacaan 30 103 emas 27 103 emas (25650 28350)


(4465-4935)

Pengukuran 29.9 k 26.4 k 4.6 k 982 1.97 k 463 204 k 9.73 k 97.5 k 297

Merah ungu jingga emas

(28500 31500)

Kuning ungu merah emas

47 102 emas 10 102 emas (950 1050) 20 102 emas (1900 2100) 47 101 emas (446.5 493.5)

Coklat hitam merah emas

Merah hitam merah emas

Kuning ungu coklat emas

Merah hitam kuning emas

Coklat hitam jingga emas

20 104 emas (190000 210000) 10 104 emas (95000 105000) 10 103 emas (9500 10500)

Coklat hitam kuning emas

10

Jingga hitam coklat emas

30 101 emas (285 315)

Pengukuran resistor dengan multimeter merupakan cara mengetahui nilai resistor yang diukur, resistor yang sudah disiapkan, kemudian resistor tersebut diukur dengan multimeter dan teori. Dari hasil yang diperoleh pengukuran dengan multimeter memiliki hasil yang sama dengan perhitungan secara teori. Variabel resistor menggunakan potensiometer merupakan variasi resistor yang bisa diubah-ubah hambatannya. Pada titik 1 dan 2 hambatannya minimum maka hambatan pada titik 3 dan 4 maksimum, dan sebaliknya. Pengukuran tegangan DC dengan potensiometer mempengaruhi tegangan yang mengalir, semakin besar putaran maka tegangan yang terukur juga semakin besar.

Pengukuran tegangan DC pada rangkaian paralel dengan 10V memiliki tegangan yang berbeda-beda pada titik-titik yang berbeda. Rangkaian LED dan LDR saat dikenai cahaya tegangannya adalah 1.8V dan 3.2V. kemudian rangkaian LED dan LDR saat tidak dikenai cahaya tegangannya adalah 1.8V dan 3.3V. Pengukuran tegangan AC dengan menggunakan lilitan sekunder dan lilitan terukur

Lilitan Sekunder

Tegangan Terukur

CT - 6 V CT - 7.5 V CT 12 V CT 7.5 V 12 V- 12 V
Pengukuran arus:

6.6 V 8V 13 V 1.6 V ( searah ) / 14.5 V ( silang ) 26.2 V

a. Berdasarkan hasil pengukuran pada multimeter : R1 = 14.7 k R2 = 97.7 k R3 = 4.6 k VDC = 8.6 V IDC = 0.69 A b. Berdasarkan perhitungan :

Rp =

1 1 1 1 1 5125 = + = + = 2 3 97.9 4.6 22517


122517 5125

Rtotal = R1 + Rp = 14.7 + 4.39 = 19.09 k IDC = =


= 4.39 k

Dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan antara pengukuran arus dengan menggunakan multimeter dan perhitungan secara teori. Hal ini sering terjadi karena ada peletakan multimeter yang salah, atau karena faktor praktikan sehingga pengukuran arusnya berbeda antara pengukuran dengan multimeter dan perhitungan secara teoritis. 5. Perbedaan pengukuran tegangan, dan tegangan arus Kita semua tentu paham bahwa arus listrik terjadi karena adanya aliran elektron di mana setiap elektron mempunyai muatan yang besarnya sama. Jika kita mempunyai bendabermuatan negatif berarti benda tersebut mempunyai kelebihan elektron. Derajat termuatinya benda tersebut diukur dengan jumlah kelebihan elektron yang ada. Muatan sebuah elektron, sering dinyatakan dengan simbul q atau e, dinyatakan dengan satuan coulomb, yaitu sebesar: q 1,6 10-19 coulomb Misalkan kita mempunyai sepotong kawat tembaga yang biasanya digunakan sebagai penghantar listrik dengan alasan harganya relatif murah, kuat dan tahan terhadap korosi. Besarnya hantaran pada kawat tersebut hanya tergantung pada adanya elektron bebas (dari elektron valensi), karena muatan inti dan elektron pada lintasan dalam terikat erat pada struktur kristal. Pada dasarnya dalam kawat penghantar terdapat aliran elektron dalam jumlah yang sangat besar, jika jumlah elektron yang bergerak ke kanan dan ke kiri sama besar maka seolah-

= 4.5 10-4 A

19.0910 3

8.6

olah tidak terjadi apa-apa. Namun jika ujung sebelah kanan kawat menarik elektron sedangkan ujung sebelah kiri melepaskannya maka akan terjadi aliran elektron ke kanan (tapi ingat, dalam hal ini disepakati bahwa arah arus ke kiri). Aliran elektron inilah yang selanjutnya disebut arus listrik. Besarnya arus listrik diukur dengan satuan banyaknya elektron per detik, namun demikian ini bukan satuan yang praktis karena harganya terlalu kecil. Satuan yang dipakai adalah ampere, dimana: i= dq/dt 1 ampere = 1coulomb/det. Contoh di bawah ini menggambarkan besarnya arus listrik untuk beberapa peralatan: Stasiun pembangkit Starter mobil Bola larnpu Radio kecil Jam tangan ................... 1000 A ................... 100 A ................... 1 A ................... 10 mA ................... 1 mA

Akan mudah menganalogikan aliran listrik dengan aliran air. Misalkan kita mempunyai 2 tabung yang dihubungkan dengan pipa seperti pada gambar 1.1. Jika kedua tabung ditaruh di atas meja maka permukaan air pada kedua tabung akan sama dan dalam hal ini tidak ada aliran air dalam pipa. Jika salah satu tabung diangkat maka dengan sendirinya air akan mengalir dari tabung tersebut ke tabung yang lebih rendah. Makin tinggi tabung diangkat makin deras aliran air yang melalui pipa.

Gambar 1.1 Aliran air pada bejana berhubungan

Terjadinya aliran tersebut dapat dipahami dengan konsep energi potensial. Tingginya tabung menunjukkan besarnya energi potensial yang dimiliki. Yang paling penting dalam hal ini adalah perbedaan tinggi kedua tabung yang sekaligus menentukan besarnya perbedaan potensial. Jadi semakin besar perbedaan potensialnya semakin deras aliran air dalam pipa. Konsep yang sama akan berlaku untuk aliran elektron pada suatu penghantar. Yang menentukan seberapa besar arus yang mengalir adalah besarnya beda potensial (dinyatakan dengan satuan volt). Jadi untuk sebuah konduktor semakin besar beda potensial akan semakin besar pula arus yang mengalir. Perlu dicatat bahwa beda potensial diukur antara ujung-ujung suatu konduktor. Namun kadang-kadang kita berbicara tentang potensial pada suatu titik tertentu. Dalam hal ini kita sebenarnya mengukur beda potensial pada titik tersebut terhadap suatu titik acuan tertentu. Sebagai standar titik acuan biasanya dipilih titik tanah (ground). Lebih lanjut kita dapat menganalogikan sebuah baterai atau accu sebagai tabung air yang diangkat. Baterai ini mempunyai energi kimia yang siap diubah menjadi energi listrik. Jika baterai tidak digunakan, maka tidak ada energi yang dilepas, tapi perlu diingat bahwa potensial dari baterai tersebut ada di sana. Hampir semua baterai memberikan potensial (tepatnya electromotive force e.m.f) yang hampir sama walaupun arus dialirkan dari baterai tersebut.

6. Hasil praktikum Pembacaan kode pada 10 buah transistor merupakan cara mengetahui nilai hambatan yang terdapat pada komponen resistor. Dari hasil yang diperoleh nilai resistor masih berada dalam batas toleransi.

Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan multimeter pada rangkaian tersebut diperoleh nilai R1 = 1.97 k, R2 = 464 dan R3 = 9.76 k. Dari data tersebut dengan perhitungan secara teoritis dapat diperoleh nilai RAB = 1.97 k, RBC = 441 , dan RAC = 2.41 k. Pada praktikum kali ini posisi potensio diketahui , , , dan 1 putaran
5 5 5 5 1 2 3 4

dengan nilai tahanan terukur yang berbeda- beda serta menggunakan kaki 1.2 dan

2.3. Diketahui juga Rtotal (hambatan total) sebesar 100 k. Dari data yang didapatkan berdasarkan pengukuran mengggunakan potensiometer dengan cara memutar tuasnya, dapat diketahui terdapat hubungan antara putaran tahanan terukur dengan variabel resistor (potensio), yaitu jika putaran tuas lebih sedikit maka akan didapat tahanan terukur yang relatif kecil juga. Namun, hal sebaliknya jika putaran dilakukan secara maksimal atau banyak, maka akan menghasilkan tahanan terukur yang relatif besar. Ini terbukti pada percobaan, dimana putaran maksimal pada 1 putaran, dan menghasilkan tahanan terukur lebih besar dari hambatan totalnya sebesar 100 k. Hal tersebut berlaku ketika menggunakan kaki 1.2. Sedangkan ketika menggunakan kaki 2.3 berlaku sebaliknya, yaitu ketika putaran tuas diperbesar maka akan menghasilkan tahanan terukur yang relatif kecil, begitu pula sebaliknya jika putaran diperkecil maka tahanan terukur akan relatif besar. LDR (Light Dependent Resistor) yaitu merupakan variabel yang peka terhadap cahaya atau biasa disebut dengan fotoresistor, di mana nilai resistansinya dapat menurun jika ada penambahan intenstas cahaya yang mengenainya. Pada praktikum kali ini ketika photoresistor (LDR) dikenai cahaya maka diperoleh nilai resistansinya R= 0.64 k. Sedangkan ketika photoresitor tidak dikenai cahaya diperoleh nilai resistansinya R = 10 k. Hal ini membuktikan teori diatas, ketika ada penambahan intensitas cahaya yang mengenainya maka nilai resistansinya akan menurun. Sebelum melakukan pengukuran tegangan DC praktikan melakukan pengukuran tegangan ukur terlebih dahulu dengan menggunaka variabel catu daya dengan cara memutar potensio yang terdapat pada catudaya tersebut. Posisi

potensio diketahui , , , dan 1 putaran. Setelah diperoleh tegangan ukur maka ambilah tegangan yang mendekati 10V, berdasarkan hasil pengukuran maka
5 5 5 5

1 2 3 4

praktikan menggunakan nilai tegangan terukur 9.1V pada posisi potensi putaran, sehingga diperoleh VAB = 2.2V, VBC = 6.8V dan VAC = 2.1 V. Dari rangkaian tersebut LED dan LDR diberi dua perlakuan yaitu dengan cara dikenani cahaya dan tidak dikenai cahaya. Pada LED ketika dikenai cahaya tegangannya berilai V = 1.8V, sedangkan ketika tidak dikenai cahaya tegangannya bernilai V = 1.8V. Nilai tegangan tersebut bernilai sama karena arus yang mengalir pada anoda dan katoda sama. Hal tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa LED merupakan salah satu jenis dioda maka LED memiliki dua kutub yaitu anoda dan katoda. Dalam hal ini LED akan menyala bila ada arus listrik mengalir dari anoda menuju katoda. Pemasangan kutub LED tidak boleh terebalik karena apabila terbalik kutubnya maka LED tersebut tidak akan menyala. LED memiliki karakteristik berbeda-beda menurut warna yang dihasilkan. Semakin tinggi arus yang mengalir pada LED maka semakin terang pula cahaya yang dihasilkan, namun perlu diperhatikan bahwa besarnya arus yang diperbolehkan 10mA - 20mA dan pada tegangan 1,6V 3,5V menurut karakter warna yang dihasilkan. Apabila arus yang mengalir lebih dari 20mA maka led akan terbakar. Untuk menjaga agar LED tidak terbakar perlu kita gunakan resistor sebagai penghambat arus. Pada LDR ketika dikenai cahaya tegangannya berilai V = 3.2V, sedangkan ketika tidak dikenai cahaya tegangannya bernilai V = 3.3V. Hal ini menunjukkan ketika ada penambahan intensitas cahaya yang mengenainya maka nilai resistansinya akan menurun.
Setiap terminal pada ujung kumparan sekunder harus terhubung atau memiliki resistansi kecil, terminal-terminal tersebut ditandai dengan tulisan tegangan output seperti 0, CT, 6V, 9V,12V, 15V, 18V, dan 24V. Trafo yang tersusun dari kumparan primer, kumparan sekunder, dan inti besi bekerja berdasarkan hukum Ampere dan hukum Faraday dimana arus listrik berubah menjadi medan magnet dan sebaliknya medan magnet berubah menjadi arus listrik. Apabila salah satu kumparan pada transformator diberi arus bolak-balik (AC) maka medan magnet akan berubah dan menimbulkan

induksi pada kumparan sisi yang lain. Perubahan medan magnet tersebut akan mengakibatkan perbedaan potensial (tegangan). Dari hasil pengukuran diperoleh hasil sebagai berikut:

Lilitan Sekunder

Tegangan Terukur

CT - 6 V CT - 7.5 V CT 12 V CT 7.5 V 12 V- 12 V

6.6 V 8V 13 V 1.6 V ( searah ) / 14.5 V ( silang ) 26.2 V

Pada pengukuran arus kali ini diperoleh nilai resistansi (R) Berdasarkan

hasil pengukuran pada multimeter, yaitu R1 = 14.7 k, R2 = 97.9 k, R3=4.6 k, VDC = 8.6 V, dan IDC = 0.69 A. Dengan data tersebut dapat dihitung secara teoritis sehingga diperoleh nilai RP = 4.4 k, RS = 19.1 k dan IDC = 4.5 10-4 A. Dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan antara pengukuran arus dengan menggunakan multimeter dan perhitungan secara teoritis. Hal ini sering terjadi karena ada peletakan multimeter yang salah, atau karena kelalaian praktikan sehingga perhitungan arusnya berbeda antara pengukuran dengan multimeter dan perhitungan secara teoritis.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Mengetahui jenis alat ukur yang digunakan dalam pengukuran besaran listrik yaitu multimeter digital, resistor, breadboard atau papan uji coba. Cara pengukuran besaran listrik (tahanan, tegangan, dan arus) dapat dilakukan dengan menggunakann beberapa alat ukur diantaranya multimeter digital, trafo dan sebagainya. Serta dapat dihitung secara teoritis dengan menggunakan beberapa rumus. Resistor merupakan komponen elektronika yang bersifat menahan arus listrik. Sedangkan potensiometer (Variabel Resistor) adalah komponen elektronika yang masih masuk keluarga resistor yang mempunyai resistansi yang dapat diatur. LDR (Light Dependent Resistor) yaitu merupakan variabel yang peka terhadap cahaya atau biasa disebut dengan fotoresstor, di mana nilai resistansinya dapat menurun jika ada penambahan intenstas cahaya yang mengenainya. Pada praktikum kali ini praktikan menggunakan sistem kode warna dengan empat pita warna. Cara pembacaannya yaitu pita pertama dan pita kedua adalah dua angka nilai tahanan. Pita ketiga adalah perkalian desimal (jumlah nol di belakang angka ke-2) dan pita keempat adalah nilai toleransi. Banyaknya putaran pada potensiometer mempengaruhi besarnya tahanan terukur.

B. Saran

Materi yang disampaikan agak sedikit sulit dipahami karena banyaknya rangkaian dan komponen yang fungsinya tidak dijelaskan, kemudian untuk selanjutnya diharapkan asisten dapat menyampaikan bahannya dengan jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Hugeng, Alat Ukur Vibrasi Jarak Jauh, Tugas Akhir, Universitas Trisakti, Jakarta, 1995. Milvino, Albert Paul. 2002. Prinsip-Prinsip Elektronika. Jakarta Salemba Teknika. Millman dan Halkias. 1997. Elektronika Terpadu Rangkaian dan Sistem Analog dan Digital jilid 1. Jakarta: Erlangga. Wahyunggoro, Oyas, 1998. Pengukuran Besaran Listrik . Yogyakarta: Diktat bahan kuliah Jurusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada Yohannes,H.C.1979. Dasar-dasar Elektronika. Jakarta: Ghalia Indonesia Sutrisno.1986. Elektronika Teori dan Penerapannya 1.Bandung:Penerbit ITB Tim Penyusun. 2011. Modul Praktikum Elektronika. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Tooley, Michael. 2003. Rangkaian Elektronika. Jakarta: Erlangga.

LAMPIRAN

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

RANGKAIAN-RANGKAIAN DC

Oleh: Tri Irawan NIM A1H012048

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arus searah adalah arus listrik yang arahnya selalu tetap terhadap waktu dan nilainya hanya positif atau negatif saja. Arus searah biasa di sebut juga dengan DC (Direct Current). Arus listrik ini bergerak dari kutub positif ke kutub negative. Polaritas arus ini selalu tetap. Sumber arus searah misalnya aki, baterai, beberapa jenis elemen dan generator searah. Selain itu Penerapan arus listrik searah dapat dilihat di dalam rangkaian seri dan rangkaian paralel. Selain itu, dalam penerapan Hukum Kirchoff pada suatu rangkaian juga terdapat arus listrik searah. Sering kali banyak mahasiswa yang masih kesulitan menerapkan hukum Kirchoff terletak pada penentuan tanda aljabar, bukan dalam memahami segi-segi fisiknya yang sebenarnya sangat elementer. Dalam rangkaian yang rumit, apabila banyak tersangkut besaran yang tak diketahui, kadang-kadang sukar untuk mengetahui cara merumuskan persamaan yang berdiri sendiri dalam jumlah yang cukup untuk menentukan besaran-besaran yang tidak diketahui itu. Selain itu, menghubungkan antara hasil dari teori dan praktek juga sering menjadi sebuah masalah yang agak rumit untuk disesuaikan. Oleh karena itu, untuk maka dirasa perlu melakukan praktikum rangkaian arus searah ini.

B. Tujuan

1. Membuktikan hukum Ohm dan Hukum Kirchhoff 2. Mengetahui prinsip pembagi tegangan 3. Memahami rangkaian pengganti Thevenin

II. TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam rangkaian listrik (terdiri dari sumber tegangan dan komponenkomponen) maka akan berlaku Hukum-hukum kirchhoff. Robert Gustav Kirchoff merupakan penemu Hukum Kirchoff I yang dikenal dengan Kirchoffs Current

Law (KCL) dan Hukum Kirchoff II yang dikenal dengan Kirchoffs Voltages Law (KVL). Dimana Gustav Kirchoff menyatakan bahwa jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan tersebut yang pernyataan ini dekenal dengan bunyi Hukum Kirchoff I. Gustav Kirchoff juga menyatakan bahwa Didalam suatu rangkaian tertutup jumlah aljabar gaya gerak listrik dengan penurunan tegangan sama dengan nol yang kemudian dikenal sebagai Hukum Kirchoff II. 1. Hukum Kirchoff Arus Hukum Kirchhoff arus menyebutkan bahwa dalam suatu simpul percabangan, maka jumlah arus listrik yang menuju simpul percabangan dan yang meninggalkan percabangan adalah nol.

Gambar Percabangan arus listrik dalam suatu simpul Gambar di atas adalah contoh percabangan arus listrik dalam suatu simpul. Dalam gambar di atas, terdapat tiga komponen arus yang menuju simpul dan tiga komponen arus yang meninggalkan simpul. Jika keenam komponen arus ini dijumlahkan maka hasilnya adalah nbol, seperti diperlihatkan dalam persamaan berikut.

2. Hukum Kirchhoff Tegangan Hukum Kirchoff 2 berbunyi : Dalam rangkaian tertutup, Jumlah aljabbar GGL (E) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol. Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut, atau dalam arti semua energi listrik bisa digunakan atau diserap. Hukum ini menyebutkan bahwa di dalam suatu lup tertutup maka jumlah sumber tegangan serta tegangan jatuh adalah nol.

Gambar Contoh suatu ikal tertutup dari rangkaian listrik Seperti diperlihatkan dalam gambar di atas, rangkaian ini terdiri dari sumber tegangan dan empat buah komponen. Jika sumber tegangan dijumlah dengan tegangan jatuh pada keempat komponen, maka hasilnya adalah nol, seperti ditunjukan oleh persamaan berikut.

Hukum Ohm menyatakan bahwa arus yang melalui konduktor antara dua titik berbanding lurus dengan beda potensial atau tegangan di dua titik, dan berbanding terbalik dengan resistansi atau hambatan. Persamaan matematika dapat menggambarkan hubungan ini : I = V/R

Gambar Analogi Hukum Ohm pada rangkaian elektronika.

Dimana I adalah arus yang melalui konduktor dalam satuan ampere, V adalah beda potensial di konduktor diukur dalam satuan volt, dan R adalah resistansi konduktor dalam satuan ohm. Lebih khusus lagi, hukum Ohm menyatakan bahwa R dalam relasi ini adalah konstan, tidak bergantung kepada arus (I). Hukum Ohm diberi nama berdasarkan penemunya, fisikawan Jerman Georg Ohm, yang dalam sebuah risalah yang diterbitkan pada tahun 1827. Hukum Ohm menyatakan bahwa besarnya tegangan pada suatu cabang (V) yang mengandung resistor (R) yang dialiri arus sebesar (I) adalah sama dengan hasil resistansi dengan arus yang mengalir pada cara tersebut. Jika ditulis dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut : V = I.R. Sedangkan hukum Kirchoff arus mengatakan bahwa jumlah arus yang masuk pada suatu titik percabangan sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik percabangan tersebut. Jika ditulis dalam bentuk perumusan adalah sebagai berikut : I masuk + I keluar = 0. Hukum Kirchoff tegangan mempunyai pernyataan yang hampir sama dengan hukum Kirchoff arus tetapi juga merupakan pengembangan dari hukum Ohm, yang bahwa jumlah tegangan (baik yang berupa sumber tegangan maupun tegangan yang ada pada komponen) pada suatu loop (jaringan tertutup) sama dengan nol. Hal ini dapat dinyatakan dengan persamaan matematis sebagai berikut : V + I.R = 0. Berdasarkan hukum Ohm dan hukum Kirchoff, maka kita dapat mengetahui dan menyelidiki adanya arus maupun tegangan dalam suatu rangkaian dengan beberapa tahanan. Pada analisa disini dipakai rangkaian R yang linier, meskipun sebenarnya hal tersebut berlaku juga pada sumber bolak-balik. Dari gambar di atas tiga buah tahanan R1, R2 dan R3 dihubungkan secara seri, didapat rumus sebagai berikut :

Mengenai teorema Thevenin, yang berlaku bahwa Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber tegangan yang dihubungserikan dengan sebuah tahanan ekivelennya pada dua terminal yang diamati. Tujuan sebenarnya dari teorema ini adalah untuk menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu membuat rangkaian pengganti yang berupa sumber tegangan yang dihubungkan seri dengan suatu resistansi ekivalennya.

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Multimeter 2. Baterai 9 Volt dan 1.5 Volt 3. Catu daya 4. Resistor 5. Potensiometer 6. Breadboard 7. Kabel jumper

B. Prosedur Kerja

Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah : 1. Hukum Tegangan Kirchoff a. Membuat rangkaian b. Diukur besarnya R1 R4 menggunakan Multimeter (ohm) c. Ukur besarnya V1, V2, VR1, VR2, VR3, dan VR4 d. Membandingkan hasil pengukuran dengan tegangan pada R2 dengan hasil perhitungan tegangan pada R2 e. Ubah polaritas dari V2, dan lakukan hal yang sama seperti percobaan 1. f. Bandingkan hasil pengukuran dengan tegangan pada R2 dengan hasil perhitungan tegangan pada R2 2. Hukum Arus Kirchoff A. Membuat rangkaian 1. Ukur besarnya R1, R2, dan R3 menggunakan Multimeter (Ohm). 2. Ukur besarnya arus (I) pada IR1, IR2, IR3

3. Ukur tegangan pada R1, R2, dan R3 Hitung besarnya arus pada R1, R2, R3 4. Apakah memenuhi hukum kirchoff atau tidak. B. Membuat rangkaian 1. Ukur besarnya R1, R2, dan R3 menggunakan Multimeter (Ohm) 2. Ukur tegangan pada R1, R2, dan R3 3. Menghitung besarnya arus pada R1, R2 dan R3 4. Memenuhi atau tidak dengan hukum arus Kirchoff 3. Rangkaian Pengganti Thevenin a. Buat rangkaian b. Ukur besarnya R1, R2, R3 dengan Multimeter (Ohm) c. Mengukur tegangan terbuka Vout. d. Setelah itu, hubung singkatkan terminal Vout dengan ammeter sehingga terbaca arus hubungan singkatnya. (hati-hati, letakkan jangkauan Ammeter pada skala terbesar) e. Sehingga diperoleh tegangan Thevenin dapat menghitung Thevenin. f. Setelah itu dengan menghubung singkatkan sumber tegangan Vin, ukurlah besarnya tahanan terminal Vout. g. Digambar rangkaian Theveninnya. Membandingkan dengan hasil pada RThevenin dan hasil perhitungan. h. Sekarang, bila terminal keluaran dihubung singkat dengan beban IK, ditentukan berapa nilai tegangan keluarnya. i. Bandingkan hasilnya dengan perhitungan dengan menggunakan rangkaian pengganti Thevenin j. Hitung Vout menggunakan rumus pembagi tegangan. k. Dibandingkan sama atau tidak hasilnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hukum Tegangan Kirchhoff

a. Pengukuran nilai hambatan (R1-R4) menggunakan multimeter 1. R1 = 974 2. R2 = 463 3. R3 = 977 4. R4 = 1957 b. Pengukuran besarnya tegangan (V) menggunakan multimeter a. V1 = 10.6 V b. V2 = 3.1 V c. VR1 = 7.8 V d. VR2 = 2.8 V e. VR3 = 1.9 V f. VR4 = 3.9 V 2. Hukum Arus Kirchoff

a. Pengukuran nilai hambatan (R) menggunakan multimeter a. R1 = 978 b. R2 = 1956 c. R3 = 985 b. Pengukuran besarnya arus (I) a. I1 = 8.3 mA b. I2 = 4.2 mA c. I3 = 8.3 mA c. Perhitungan tegangan menggunakan rumus V = I R d. VR1 = 8.1174 V e. VR2 = 8.2152 V f. VR3 = 8.1755 V

a. Pengukuran nilai hambatan (R) menggunakan multimeter g. R1 = 976 h. R2 = 1973 i. R3 = 460 b. Pengukuran tegangan (V) menggunakan multimeter a. VR1 = 5.8 V b. VR2 = 0.29 V c. VR3 = 2.8 V c. Perhitungan besarnya tegangan arus (I) mengggunakan rumus V = I R, a. I1 = 5.94 10-3 A maka I =
R V

b. I2 = 1.47 10-4 A

3. Rangkaian Pengganti Thevenin

c. I3 = 6.087 10-3 A

a. Pengukuran nilai hambatan (R1-R3) menggunakan multimeter 1. R1 = 1957 2. R2 = 981 3. R3 = 973 b. Pengukuran tegangan terbuka (Vout) menggunakan multimeter a. Vout = 8.81 V c. Perhitungan tahanan Thevenin V Thevenin = 8.81 V R Thevenin = R1 + R2 = 1957 + 981 = 2938

B. Pembahasan

1. Hukum tegangan dan arus kirchoff Pada peralatan listrik, kita biasa menjumpai rangkaian listrik yang bercabang-cabang. Untuk menghitung besarnya arus listrik yang mengalir pada setiap cabang yang dihasilkan oleh sumber arus listrik. Gustav Kirchhoff (18241887) mengemukakan dua aturan hukum yang dapat digunakan untuk membantu perhitungan tersebut. Hukum Kirchoff pertama disebut hukum titik cabang dan

Hukum Kirchhoff kedua disebut hukum loop. Di pertengahan abad 19 Gustav Robert Kirchoff (1824 1887) menemukan cara untuk menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang yang kemudian di kenal dengan Hukum Kirchoff. Hukum ini merupakan hukum kekekalan muatan listrik yang mengatakan bahwa jumlah muatan listrik yang ada pada sebuah sistem tertutup adalah tetap. Secara sederhana Hukum Kirchhoff I menyatakan bahwa Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan. Secara matematis dinyatakan :

Bila digambarkan dalam bentuk rangkaian bercabang maka akan diperoleh sebagai berikut:

Imasuk = Ikeluar atau = keluar

Pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa arus yang memasuki titik cabang adalah I,sedangkan arus yang keluar dari titik cabang adalah I1, I2, dan I3 sehingga dari persamaan I-in = I-out diperoleh I= I1 + I2 atau I-I1+I2+I3=0. Kebenaran Hukum Kirchoff I dapat dibuktikan melalui konsep hukum kekekalan muatan. Kuat arus adalah muatan yang mengalir per satuan waktu. Jila jumlah muatan per satuan waktu yang masuk titik cabang lebih besar daripada jumlah muatan per satuan waktu yang keluar, berarti titik cabang akan kelebihan muatan positif. Pada kenyataannya, seluruh sistem dalam keadaan normal. Jadi

pengandaian di atas tidak benar. Ini menunjukkan bahwa muatan per satuan waktu yang masuk dan keluar dari titik cabang adalah sama. Dasar dari Hukum II Kirchoff adalah hukum kekekalan energi yang diterapkan pada sebuah rangkaian tertutup. Pemakaian Hukum II Kirchhoff pada rangkaian tertutup yaitu karena ada rangkaian yang tidak dapat disederhanakan menggunakan kombinasi seri dan paralel. Umumnya hal ini terjadi jika dua atau lebih ggl di dalam rangkaian yang dihubungkan dengan cara rumit sehingga penyederhanaan rangkaian seperti ini memerlukan teknik khusus untuk dapat menjelaskan atau mengoperasikan rangkaian tersebut. Jadi Hukum II Kirchoff merupakansolusi bagi rangkaianrangkaian tersebut. Pada hukum kirchoff tegangan atau yang sering disebut hukum kirchoff ke II ini menyatakan Pada setiap rangkaian tertutup (loop), jumlah penurunan tegangan adalah nol . Hukum kirchoff tegangan ini dapat juga dinyatakan dengan persamaan matematika sebagai berikut : Vn = 0 Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut, atau dalam arti semua energi listrik bisa digunakan atau diserap. Contohnya:

Dari gambar diatas kuat arus yang mengalir dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa aturan sebagai berikut: 1. Tentukan arah putaran arusnya untuk masing-masing loop 2. Arus yang searah dengan arah perumpamaan dianggap positif 3. Arus yang mengalir dari kutub negatif ke kutup positif di dalam elemen dianggap positif

4. Pada loop dari satu titik cabang ke titik cabang berikutnya kuat arusnya sama 5. Jika hasil perhitungan kuat arus positif maka arah perumpamaannya benar, bila negatif berarti arah arus berlawanan dengan arah pada perumpamaan.

2. Fungsi rangkaian pengganti Thevenin Rangkaian Thevenin adalah salah satu rangkaian teorema yang digunakan untuk menganalisis sirkuit listrik. Teorema di dalam rangkaian thevenin menunjukan adanya keseluruhan listrik tertentu, kecuali beban yang dapat diganti dengan sirkuit ekuivalen yang hanya mengandung sumber tegangan listrik independent dengan sebuah resistor yang dihubungkan secara seri, sehingga hubungan antara arus listrik dan tegangan tidak dapat berubah. Sirkuit skema yang terdapat pada aplikasi teorama thevenin disebut dengan skema ekuivalen thevenin. Dalam skema teorama thevenin dinamakan sesuai dengan penemunya, yaitu seorang insinyur yang berkebangsaan Prancis, M. L. Thevenin. Di dalam skema thevenin juga terdapat rangkaian pengganti thevenin, di mana arus yang mengalir serta tegangan yang jatuh pada beban dalam suatu rangkaian elektronika bisa diperoleh. Rangkaian pengganti yang di dalam teorama thevenin adalah berupa tahanan pengganti thevenin (Rth) yang terhubung secara seri dengan tegangan pengganti thevenin (Eth) serta juga di peroleh dari pelepasan beban rangkaian dan melakukan pengukuran pada terminal yang terbuka. Seperti apapun bentuk dari rangkaian elektronika dengan seri atau paralel bisa di gantikan dengan satu buah tahanan. Kegunaan utama dari rangkaian thevenin adalah menyederhanakan sebagian besar dari sirkuit ekuivalen yang sederhana. Teorema Norton adalah suatu rangkaian listrik yang dapat di sederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber arus yang di hubungkan secara paralel dengan sebuah tahanan ekuivalen pada dua terminal. Dalam rangkaian thevenin juga terdapat transfer daya maksimum. Transfer daya maksimum terjadi apabila nilai resistansi pada beban sama dengan nilai resistansi sumber, baik di pasang seri dengan sumber tegangan ataupun di pasang paralel

dengan sumber arus. Untuk dapat memperoleh resistansi pengganti adalah dengan memasukan impedansi dari ujung ujung rangkaian di mana semua sumber tegangan atau sumber arus adi matikan atau di non aktifkan, sumber tegangan itu di gantikan dengan rangkaian short circuit dan rangkaian open circuit. Theorema thevenin adalah salah satu teori elektronika yang mempelajari tentang nilai tegangan pada rangkaian listrik yang terbebani. Kembali pada pembahasan pembagi tegangan yang terbebani, hasil yang diperoleh dari penyederhanaan rangkaian merupakan salah satu kasus dari teorema Thevenin. Secara singkat teorema Thevenin dapat dikatakan sebagai berikut. Jika suatu kumpulan rangkaian sumber tegangan dan resistor dihubungkan dengan dua terminal keluaran, maka rangkaian tersebut dapat digantikan dengan sebuah rangkaian seri dari sebuah sumber tegangan rangkaian terbuka V0/c dan sebuah resistor R. Gambar rangkaian dibawah menunjukkan suatu jaringan rangkaian yang akan dihubungkan dengan sebuah beban RL. Kombinasi seri V0/c dan RP Pada gambar di dibawah merupakan rangkaian ekivalen/setara Thevenin.

Gambar Rangkaian Terbentuknya Rangkaian Setara Thevenin Ada beberapa kondisi ekstrim dari rangkaian pada gambar rangkaian setara Thevenin diatas, seperti misalnya saat RL = dan RL = 0. Harga RL = berada pada kondisi rangkaian terbuka, seolah-olah RL dilepas dari terminal

keluaran, dengan demikian diperoleh tegangan rangkaian terbuka sebesar V0/c ( lihat gambar b diatas). Saat RL = 0 (gambar c diatas) berarti rangkaian berada pada kondisi hubung singkat (kedua ujung terminal terhubung langsung) dengan arus hubung singkat Is/c sebesar : = 0/

Pada beberapa rangkaian, perhitungan V0/c ataupun Is/c kemungkinan

sangat sulit untuk dilakukan. Langkah yang paling mudah adalah dengan menghitung harga RP (harga resistansi yang dilihat dari kedua ujung terminal keluaran). Dalam hal ini RP dihitung dengan melihat seolah-olah tidak ada sumber tegangan. Tegangan rangkaian thevenin sama dengan V-out. Karena rangkaian pembagi tegangan yang di mana tegangan zener pada thevenin itu sama dengan tegangan keluaran yang dihasilkan. Teorema Thevenin adalah cara untuk mengurangi jaringan untuk rangkaian ekivalen terdiri dari sumber tegangan tunggal, resistansi seri, dan beban seri.

3. Power Supply Power supply merupakan kata yang diadopsi dari bahasa Inggris. Sedangkan penggunaan kata yang sebenarnya dalam bahasa Indonesia ialah Catu Daya. Catu daya adalah sumber tegangan DC yang digunakan untuk memberikan tegangan atau daya kepada berbagai rangkaian elektronika yang membutuhkan tegangan DC agar dapat beroperasi. Rangkaian pokok daru catu data tidak lain adalah suatu penyearah yakni suatu rangkaian yang mengubah sinyal bolak-balik (AC) menjadi sinyal searah (DC). Sumber daya diperoleh dari baterai, solar sel, generator AC/DC, dan jala-jala listrik PLN.Berbagai sumber daya tersebut akan kita bahas salah satu tipe catu data yag terjadi melalui suatu proses pengubahan dari tegangan AC (bolak-balik) menjadi tegangan DC (searah). Proses pengubahan dimulaidari penyearah oleh dioda, penghalusan tegangna kerut (Ripple Voltage Filter) dengan mengggunakan kondensator dan pengaturan (regulasi) olehrangkaian regulator. Pengaturan meliputi pengubahan tingkat tegangan atau arus.

Pada reknik regulasi pada pembuatan catu daya, kita mengenal teknik regulasi daya linier dan teknik regulasi switching. Power supply adalah suatu hardware komponen elektronika yang mempunyai fungsi sebagai supplier arus listrik dengan terlebih dahulu merubah tegangannya dari AC jadi DC. Jadi arus listrik PLN yang bersifat Alternating Current (AC) masuk ke power supply, dikomponen ini tegannya diubah menjadi Direct Current (DC) baru kemudian dialirkan ke komponen lain yang membutuhkan. Proses pegubahan tegangan tersebut dilakukan karena hardware pada umumnya seperti komputer, hanya bisa bekerja dengan menggunakan arus DC. Penampakan power supply bila dilihat luarnya adalah berupa kotak berbentuk persegi, sedangkan dari dalam berupa papan induk dengan sejumlah komponen berupa kesatuan. Komponen utama rangkaian catu daya yang akan kita bahas disini yaitu trafo step down, dioda silicon dan kondensator elektrolit (elco). Sedangkan untuk komponen

sekundernya yaitu IC dan transistor yang berfungsi sebagai regulator untuk membersihkan arus DC dari paku paku tegangan AC yang mana paku paku ini biasanya memberikan efek bunyi dengung dan desis (noise) pada peralatan audio.

4. Hasil perhitungan dan pengukuran Pengukuran tegangan Kirchoff kali ini dengan menggunakan multimeter. Namun sebelumnya praktikan mengukur nilai hambatan (R1-R3) dengan menggunakan multimeter terlebih dahulu. Dari hasil pengukuran dengan multimeter tersebut diperoleh nilai hambatan yaitu: 1. Hukum Tegangan Kirchoff

a. Pengukuran nilai hambatan (R1-R4) menggunakan multimeter 1. R1 = 974

2. R2 = 463 3. R3 = 977 4. R4 = 1957 b. Pengukuran besarnya tegangan (V) menggunakan multimeter 1. V1 = 10.6 V 2. V2 = 3.1 V 3. VR1 = 7.8 V 4. VR2 = 2.8 V 5. VR3 = 1.9 V 6. VR4 = 3.9 V 2. Hukum Arus Kirchoff

a. Pengukuran nilai hambatan (R) menggunakan multimeter 1. R1 = 978 2. R2 = 1956 3. R3 = 985 b. Pengukuran besarnya arus (I) 1. I1 = 8.3 mA 2. I2 = 4.2 mA 3. I3 = 8.3 mA c. Perhitungan tegangan menggunakan rumus V = I R 1. VR1 = 8.1174 V 2. VR2 = 8.2152 V 3. VR3 = 8.1755 V

a. Pengukuran nilai hambatan (R) menggunakan multimeter 1. R1 = 976 2. R2 = 1973 3. R3 = 460 b. Pengukuran tegangan (V) menggunakan multimeter 1. 2. 3. VR1 = 5.8 V VR2 = 0.29 V VR3 = 2.8 V
V

c. Perhitungan besarnya tegangan arus (I) mengggunakan rumus V = I R, maka I = 1. 2. 3. I1 = 5.94 10-3 A
R

3. Rangkaian Pengganti Thevenin

I3 = 6.087 10-3 A

I2 = 1.47 10-4 A

a. Pengukuran nilai hambatan (R1-R3) menggunakan multimeter 1. R1 = 1957

2. R2 = 981 3. R3 = 973 b. Pengukuran tegangan terbuka (Vout) menggunakan multimeter 1. Vout = 8.81 V c. Perhitungan tahanan Thevenin V Thevenin = 8.81 V R Thevenin = R1 + R2 = 1957 + 981 = 2938 5. Bahas hasil praktikum Pada rangkaian pertama pengukuran dilakukan dengan menggunakan multimeter pada R1-R4. Kemudian tegangan pada V1 dan V2 kemudian VR1, VR2, VR3 dan VR4 sebagai berikut: 1. R1 = 974 2. R2 = 463
3. R3 = 977

4. R4 = 1957 5. V1 = 10.6 V 6. V2 = 3.1 V 7. VR1 = 7.8 V 8. VR2 = 2.8 V 9. VR3 = 1.9 V 10. VR4 = 3.9 V Pada rangkaian kedua pengukuran juga dilakukan dengan multimeter pada R1, R2 dan R3, kemudian arus IR1, IR2 dan IR3 kemudian setelah didapat pada pengukuran dengan multimeter. Tegangan dihitung berdasarkan teori dengan rumus V = I x R. 1. R1 = 978 2. R2 = 1956
3. R3 = 985

4. I1 = 8.3 mA 5. I2 = 4.2 mA 6. I3 = 8.3 mA Perhitungan tegangan menggunakan rumus V = I R 1. VR1 = 8.1174 V 2. VR2 = 8.2152 V 3. VR3 = 8.1755 V Pada rangkaian ketiga nilai hambatan dan tegangan pada R1-R3 dan VR1VR3 diukur menggunakan multimeter, dan pada arus dihitung dengan menggunakan rumus I = 1. R1 = 976
3. R3 = 460 4. VR1 = 5.8 V 2. R2 = 1973
R V

5. VR2 = 0.29 V 6. VR3 = 2.8 V 8. I2 = 1.47 10-4 A 7. I1 = 5.94 10-3 A

9. I3 = 6.087 10-3 A

Pada rangkaian pengganti thevenin hambatan sederhana dan tegangan

keluaran diukur menggunakan multimeter, kemudian pada rangkaian thevenin hambatan dihitung berdasarkan R1+R2, dan tegangan thevenin dihitung

berdasarkan tegangan keluar pada rangkaian sederhana. Maka didapat sebagai berikut: 1. R1 = 1957 2. R2 = 981 3. R3 = 973 4. Vout = 8.81 V 5. V Thevenin = 8.81 V 6. R Thevenin = R1 + R2

= 1957 + 981 = 2938 Tegangan rangkaian thevenin sama dengan V-out, karena rangkaian pembagi tegangan yang di mana tegangan zener pada thevenin itu sama dengan tegangan keluaran yang dihasilkan. Teorema Thevenin adalah cara untuk mengurangi jaringan untuk rangkaian ekivalen terdiri dari sumber tegangan tunggal, resistansi seri, dan beban seri.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hukum Kirchoff I menyatakan bahwa Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan. Sedangkan hukum kirchoff ke II ini menyatakan Pada setiap rangkaian tertutup (loop), jumlah penurunan tegangan adalah nol . Hukum Ohm menyatakan bahwa arus yang melalui konduktor antara dua titik berbanding lurus dengan beda potensial atau tegangan di dua titik, danberbanding terbalik dengan resistansi atau hambatan. Tujuan dari teorema rangkaian Thevenin adalah untuk menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu membuat rangkaian pengganti yang berupa sumber tegangan yang dihubungkan seri dengan suatu resistansi ekivalennya. Dimana arus yang mengalir pada tiap-tiap cabang pada rangkaian adalah sama jika cabang terhubung pada sebuah sumber energi listrik. Rangkaian pengganti yang di dalam teorama thevenin adalah berupa tahanan pengganti thevenin (Rth) yang terhubung secara seri dengan tegangan pengganti thevenin (Eth) serta juga di peroleh dari pelepasan beban rangkaian dan melakukan pengukuran pada terminal yang terbuka. Power supply adalah suatu hardware komponen elektronika yg mempunyai fungsi sebagai supplier arus listrik dengan terlebih dahulu merubah tegangannya dari AC jadi DC.

B. Saran

Ada beberapa rangkaian yang belum dipahami seperti thevenin, sebaiknya sebelum praktikum dimulai asisten memberikan deskripsi pada beberapa rangkaian yang baru dikenal, untuk selebihnya praktikum berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Daniel W Hart, 1997, Introduction to Power Electronics ,Prentice Hall inc Dwi Hananto. Kholiq Hernawan, 1991, Kursus Singkat Elektronika Daya PEDC Bandung Hugeng, Alat Ukur Vibrasi Jarak Jauh, Tugas Akhir, Universitas Trisakti, Jakarta, 1995. Iswadi, HR. 2008. Rangkaian Listrik II. Riau: Universitas Riau Lab Dasar Teknik Elektro. 2007. Elektronic WorkBench 5.12. Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi : Departemen Fisika ITB. Milvino, Albert Paul. 2002. Prinsip-Prinsip Elektronika. Jakarta Salemba Teknika. Millman dan Halkias. 1997. Elektronika Terpadu Rangkaian dan Sistem Analog dan Digital jilid 1. Jakarta: Erlangga. Tim Penyusun. 2011. Modul Praktikum Elektronika. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Tooley, Michael. 2003. Rangkaian Elektronika. Jakarta: Erlangga.

LAMPIRAN

You might also like